“LINGKUNGAN MARITIM”
OLEH :
NIM : J1A121277
KELAS : E
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Pemanfatan Lingkungan Maritim ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dosen mata
kuliah Wawasan Kemaritiman yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan
juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran.
Kendari, 20 November
2021
KASMA WATI
BAB I
PENDAHULUN
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui bahwa
lingkungan maritim itu sangat penting untuk kita ketahui.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya batas lingkungan maritim suatu negara adalah artifisial karena
pencemaran yang terjadi disuatu negara akan dirasakan juga oleh negara yang
berbatasan laut. Tumpahan minyak dari kapal tanker akan mencemari pula perairan
negara lain yang berbatasan. Seperti sudah dikenal sebelumnya konsep tentang
pencemaran oleh tindakan manusia dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Pollution Pay Principles
Prinsip ini secara tidak langsung memberi hak kepada pencemar untuk
melakukan pencemaran asalkan membayar kompensasinya. Dalam lingkungan
bisnis maritim konsep ini sudah mulai ditinggalkan, pengenaan denda lebih
dianggap sebagai hukuman bukan sebagai kompensasi
2. Pollution Prevention Pays
Pada konsep ini pencemaran harus dicegah secara proaktif, untuk itu perlu
pengerahan dana untuk mencegah terjadinya pencemaran. Konsep inilah yang
dikembangkan oleh IMO dalam konvensi-konvensi internasional tentang
pencegahan pencemaran lingkungan maritim seperti keharusan membuat
konstruksi Double Hull dan Segragated Ballast Tank untuk kapal tanker
minyak mentah.
Kalau kita tinjau apa yang dikemukakan oleh Naes (1989) tentang ekofilosofi
yang membedakan dua kelompok pencinta lingkungan hidup.Penganut ekologi
dangkal (diarahkan kepada kepentingan negara barat/maju semata) dan penganut
ekologi mendalam, kelompok ini berpendapat manusia adalah bahagian integral dari
alam kehidupan dan makhluk hidup mempunyai hak yang sama.
Dalam menyiasati lingkungan maritim global teori ini memang ada benarnya,
negara-negara maju/barat terlihat lebih banyak berfikir untuk kepentingan regional
negara-negaranya sendiri. Sebagai contoh kecelakaan kapal Torey Canyon di Alaska
telah membuat para pemikir disana untuk mengharuskan semua kapal yang memasuki
wilayah Amerika dengan konstruksi double hull. Begitu juga dengan kasus lainnya
negara-negara barat dengan mudahnya mengambil keputusan untuk membuang limbah
nuklirnya ke kawasan Pasifik dan tidak di Atlantik misalnya. Kalau kita bandingkan
kecelakaan tanker yang terjadi diselat Malaka beberapa waktu yang lalu, suatu lintasan
laut terpadat di dunia belum membuat negara-negara maju/barat untuk berbuat sesuatu
untuk melindungi kawasan tersebut. Contoh-contoh diatas merupakan pembenaran
dari teori ekologi dangkal dari Naes.
Dalam dunia maritim persyaratan mengenai pencegahan pencemaran laut harus
dipenuhi untuk dapat berlayar diperairan internasional atau memasuki negara lain.
Adanya peraturan dari IMO- PBB tentang MARPOL (Marine Pollution) merupakan
gambaran keterkaitan yang tidak dapat ditawar antara keinginan mempertahankan
ekologi dengan kepentingan bisnis.
Dewasa ini masalah lindungan lingkungan tidak semata-mata membicarakan
bagai mana menganggulangi pencemaran, tetapi sudah beralih kepada bagai mana agar
pencemaran tidak terjadi, bersifat proaktif (Pollution Prevention Pays). Biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan lindungan lingkungan sudah di internalisasikan
menjadi anggaran operasi. Di Pertamina lindungan lingkungan merupakan bagian yang
tidak terpisah dengan kegiatan operasi perusahaan. Setiap direktorat memiliki bagian
yang bertanggung jawab terhadap Lindungan Lingkungan (LK3).
5. Minyak adalah minyak bumi dalam bentuk apapun termasuk minyak mentah,
minyak bahan bakar, minyak kotor, kotoran minyak, dan hasil olahan
pemurnian seperti berbagai jenis aspal, bahan bakar diesel, minyak pelumas,
minyak tanah, bensin, minyak suling, naptha, dan sejenisnya.
8. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan
maritim.
9. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.
10. Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh
pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
11. Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin
tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Pemilik Kapal adalah orang perseorangan atau perusahaan yang terdaftar
sebagai pemilik kapal atau yang bertanggung jawab atas nama pemilik kapal
termasuk operator.
14. Tangki Kapal adalah ruangan tertutup yang merupakan bagian dari konstruksi
tetap kapal yang dipergunakan untuk menempatkan atau mengangkut cairan
dalam bentuk curah temasuk tangki samping (wing tank), tangki bahan bakar
(fuel tank), tangki tengah (centre tank), tangki air balas (water ballast tank)
atau tangki dasar ganda (double bottom tank), tangki endap (slop tank), tangki
minyak kotor (sludge tank), tangki dalam (deep tank), tangki bilga (bilge tank),
dan tangki yang dipergunakan untuk memuat bahan cair beracun secara curah.
15. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran, dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra-dan antarmoda transportasi.
17. Unit Kegiatan Lain adalah pengelola unit pengeboran minyak dan fasilitas
penampungan minyak di perairan.
Pasal 2
Pasal 3
1. Setiap awak kapal wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari kapalnya.
2. Pencemaran lingkungan yang bersumber dari kapalnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. minyak;
b. bahan cair beracun
c. muatan bahan berbahaya dalam bentuk kemasan;
d. kotoran
e. sampah;
f. udara;
g. air balas; dan/atau
h. barang dan bahan berbahaya bagi lingkungan yang ada di kapal.
Pasal 4
1. Dalam melakukan pencegahan pencemaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1), awak kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam
buku sijil pada kapal dengan jenis dan ukuran tertentu harus memastikan:
a. tersedianya buku catatan minyak untuk ruang mesin dan buku
catatan minyak untuk ruang muat bagi kapal tangki minyak;
b. tersedianya tangki penampung minyak kotor dengan baik;
c. tersedianya manajemen pembuangan sampah dan bak penampung sampah;
d. jenis bahan bakar yang digunakan tidak merusak lapisan ozon;
e. terpasangnya peralatan pencegahan pencemaran yang berfungsi
dengan baik untuk kapal dengan ukuran tertentu.
Pasal 5
1. Setiap kapal dilarang melakukan pembuangan limbah dan bahan lain dari
pengoperasian kapal ke perairan.
2. Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sisa minyak kotor;
b. sampah; dan
c. kotoran manusia.
3. Bahan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. air balas;
b. bahan kimia berbahaya dan beracun; dan
c. bahan yang mengandung zat perusak ozon.
4. Limbah dan bahan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditampung di kapal dan dipindahkan ke fasilitas penampungan yang ada di
pelabuhan atau terminal khusus.
4. Pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif.
Merekasengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hamatanaman atau organisme-organisme lain yang tidak diingini.
Beberapa pestisida yangdipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia
yang disebut Organochloride, misalnya DDT. Pestisida jenis ini termasuk
golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-
molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak
mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahayakarena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat
merekamenumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang
tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organisme hidup didaerah tersebut.
Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan
kimia didalam jaringan tubuhnya.
Pemerintah hendaknya harus bekerja lebih keras dalam mencari penyelesaian
masalah ini agar eksplorasi serta pemanfaatan kekayaan laut kita dapat dilaksanakan
secara optimal dan terarah. Negara kita perlu mempunyai kebijakan kelautan yang jelas
dan bervisi ke depan karena menyangkut geopolitik dan kebijakan-kebijakan dasar
tentang pengelolaan sumber daya kelautan. Kebijakan mengenai berbagai terobosan
untuk mendayagunakan sumber daya kelautan secara optimal dan lestari sebagai
keunggulan kompetitif bangsa.
Mengingat potensi sumber daya laut yang kita miliki sangat besar, maka
kekayaan laut ini harus menjadi keunggualan kompetitif Indonesia, yang dapat
menghantarkan bangsa kita menuju bangsa yang adil, makmur, dan mandiri. Memang
untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu adanya koordinasi berbagai pihak dan
dukungan dari masyarakat. Seyogyanya harus ada perubahan paradigma pembangunan
nasional di masyarakat kita dari land-based development menjadi ocen-based
development. Pembangunan di darat harus disinergikan dan diintegrasikan secara
proporsional dengan pembangunan sosial-ekonomi di laut. Perlu adanya peningkatan
produksi kelautan kita dengan cara memberikan penyuluhan kepada para nelayan,
pemberian kredit ringan guna membeli perlengkapan untuk menangkap ikan yang lebih
memadai, serta pembangunan pelabuhan laut yang besar guna bersasndarnya kapal-
kapal ikan yang lebih besar.
Dibutuhkan kesinergisan dari banyak pihak (institusi) yang memiliki kewajiban
dan tanggung jawab dalam pengembangan kelautan. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, agar manajemen pengelolaan laut ini dapat berhasil dengan optimal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Keamanan laut merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga
negara , kita harus ikut berperan serta dalam menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah
nkri . Namun yang mempunyai tanggung jawab utama dalam menjaga keamanan dan
pertahanan wilayah negara khususnya bagi nkri yaitu tentara negara indonesia (tni),
khususnya untuk wilayah laut yaitu tni al . Untuk mengarahkan indonesia sebagai
negara kepulauan indonesia untuk menjadi satu negara maritim, bukan sekedar negara
maritim, tapi negara maritim indonesia yang besar, kuat, dan makmur. Besar sudah
jelas, kuat belum, makmur apalagi. Bicara tentang kuat dan makmur inilah perlu adanya
kebijakan yang tepat untuk membangun negara maritim yang tangguh dalam perspektif
politik, ekonomi, sosial- budaya, pertahanan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html
http://siradel.blogspot.com/2011/03/tentara-nasional-indonesia-
angkatan.html http://zeyacute.blogspot.com/2013/07/makalah-ketahanan-
nasional.html