Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah Bidpropam Kepolisian Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara, dengan obyek penelitian adalah pengaruh pembinaan dan

pengawasan terhadap kinerja yang dimediasi oleh disiplin kerja di Bidpropam

Polda Sultra.

4.2 Desain Penelitian

Berdasarkan sifat permasalahan dari tujuan yang ingin dicapai, penelitian

ini bersifat explanatory umumnya bertujuan untuk menjelaskan kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta hubungan dan pengaruh antara satu variabel

dengan variabel yang lain. Berdasarkan jenis penelitian tingkat penjelasan, maka

tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih. Pada

akhirnya hasil penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel

melalui pengujian hipotesis. (Sugiono, 2002).

Adapun Tipologi penelitian yang bersifat explanatory yaitu pengaruh

pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja yang dimediasi oleh disiplin kerja

yang memberikan penjelasan hubungan kausalitas antar variabel melalui

pengujian hipotesis.

4.3 Populasi dan Responden Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki

sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti. Atau

populasi adalah keseluruhan kelompok dari orang-orang, peristiwa atau barang-

50
51

barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti (Malhotra: 1996). Dengan

demikian, populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang digunakan untuk

membuat beberapa kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Personil Polisi pada Bidpropam Kepolisian Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

yang berjumlah 74 orang.

4.3.2 Teknik Penentuan Besarnya Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut dan sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (Sugiono, 2008:218). Besarnya sampel sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain tujuan penelitian. Jika penelitian bersifat deskriptif,

maka umumnya membutuhkan sampel yang besar, tetapi jika penelitiannya

hanya menguji hipotesis dibutuhkan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit

(Ferdinand dalam Prahastuti, 2011). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh Personil Polisi pada Bidpropam Kepolisian Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara yang berjumlah 74 orang.

Karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100 orang responden,

maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang ada pada Bidpropam

Kepolisian Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 74 orang responden.

Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel

penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik sensus.

4.4 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Eksogen dalam penelitian ini adalah pembinaan (X1) dan

pengawasan (X2).

2. Variabel Intervening dalam penelitian ini adalah disiplin kerja (Y1).


52

3. Variabel Endogen dalam penelitian ini adalah kinerja (Y2).

4.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional varibel untuk masing-masing varibel adalah sebagai

berikut:

1. Pembinaan (X1) adalah proses mengarahkan yang dilaksanakan oleh satuan

Bidpropam Polda Sultra untuk melatih dan memberikan orientasi kepada

seluruh personil kepolisian untuk mengatasi hambatan dalam tugas dan

tanggung jawabnya. Adapun indikator-indikator dari variabel pembinaan

menurut Kariyanto, dkk (2022) adalah:

1) Bimbingan

Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan kepada personel Bidpropam

Polda Sultra yang dilakukan secara berkesinambungan.

2) Pengarahan

Pengarahan adalah adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua personel Bidpropam Polda Sultra berusaha untuk mencapai

sasaran organisasi.

3) Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual dan moral personel Bidpropam Polda Sultra

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan

pelatihan.

2. Pengawasan (X2) adalah segala Tindakan yang dan kegiatan yang dilakukan

atasan secara terus-menerus untuk mengarahkan dan mengendalikan

bawahan guna mencegah perilaku menyimpang pegawai negeri di lingkup


53

kepolisian. Adapun indikator-indikator dari variabel pengawasan menurut

Perkap Polri Nomor 2 Tahun 2022 adalah:

1) Arahan

Arahan adalah perintah resmi yang diberikan kepada personel Bidpropam

Polda Sultra yang berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu dan jika

tidak dilaksanakan akan mendapat sanksi.

2) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan secara seksama,

pemeriksaan yang dilakukan secara langsung terkait peraturan, tugas,

yang dilakukan kepada personel Bidpropam Polda Sultra

3) Asistensi

Asistensi adalah kegiatan pimpinan untuk membantu personel bidpropam

polda sultra dalam tugas profesionalnya.

4) Supervisi

Supervisi adalah layanan profesional yang bentuknya berupa bantuan

kepada para personel dalam upaya meningkatkan kemampuan sehingga

mampu untuk mempertahankan maupun melakukan perubahan

penyelengaraan instansi

5) Monitor dan evaluasi

Monitor dan evaluasi adalah kegiatan pemantauan untuk memperoleh

informasi secara terus-menerus sehingga hasil sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

3. Disiplin Kerja (Y1) adalah suatu bentuk tindakan manajemen yang dilakukan

untuk menengakkan standar-standar instansi pada Kepolisian Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya Satker Bidpropam berupa hukuman


54

atau sanksi jika pegawai menyimpang dari peraturan. Indikator disiplin kerja

menurut Hasibuan (2006) adalah:

1) Absensi

2) Sikap dan Perilaku

3) Tanggung Jawab

4. Kinerja (Y2) adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap anggota Polri pada

satuan kerja/satuan fungsi/satuan wilayah sesuai dengan perilaku kerja

anggota. Indikator kinerja menurut Perpol Nomor 2 Tahun 2018 adalah:

1) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah perilaku dari personel Bidpropam Polda Sultra

yang mampu melakukan inovasi dan perubahan, merencanakan,

mengelola pelaksanaan pencapaian perencanaan, serta mengevaluasi

tugas agar dapat menjelaskan tugas dan rencana dengan baik

2) Orientasi pelayanan

Orientasi pelayanan adalah aktivitas personel Bidpropam Polda Sultra

untuk menciptakan dan memberikan pelayanan prima.

3) Komunikasi

Komunikasi adalah kemampuan personel Bidpropam Polda Sultra yang

dapat memahami pesan dan melakukan tindakan sesuai dengan isi

pesan yang dikomunikasikan oleh Pemimpin/atasan.

4) Pengendalian emosi

Pengendalian emosi adalah kemampuan personel Bidpropam Polda

Sultra untuk mengelola perasaan dalam mengatasi konflik yang tercipta di

tempat kerja.

5) Integritas
55

Integritas adalah kemampuan personel Bidpropam Polda Sultra untuk

bekerja sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak menambah

maupun mengurangi fakta yang ada dan mengutamakan kejujuran.

6) Empati

Empati adalah kemampuan personel Bidpropam Polda Sultra untuk

memahami apa yang dirasakan oleh rekan kerja, melihat sesuatu dari

sudut pandang orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada di

posisi orang tersebut.

7) Komitmen terhadap organisasi

Komitmen adalah suatu keadaan dimana personel Bidpropam Polda

Sultra memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya

untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.

8) Inisiatif

Inisiatif adalah kemampuan personel Bidpropam Polda Sultra untuk

menunjukkan kesediaan melakukan pekerjaan tanpa diperintah oleh

atasan.

9) Kerja sama

Kerjasama adalah tindakan atau proses bekerja dengan semangat

kebersamaan dan harmoni untuk mencapai tujuan bersama.

4.6 Jenis dan Sumber Data

4.6.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Data kualitatif:

Muhadjir (1996:2) yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan

dalam bentuk angka. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu
56

gambaran umum obyek penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, letak

geografis obyek, visi dan misi, dan struktur organisasi.

2. Data kuantitatif:

Sugiyono (2010:5) adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang

diperlukan adalah: Jumlah Pejabat struktural, jabatan fungsional dan staf,

dan hasil angket.

4.6.2 Sumber Data

Kemudian sumber data dalam penelitian ini adalah, Suryabrata (1987:93-

94):

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden atas

pernyataan yang diajukan melalui daftar pertanyaan (kuesioner) seperti

pembinaan, pengawasan, disiplin kerja dan kinerja.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan pencatatan langsung dari

dokumen, laporan yang telah dibuat oleh perusahaan/instansi dan berbagai

sumber seperti: majalah, dan lainnya yang berhubungan dengan penelitian

ini.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Angket/Kuesioner, dilakukan dengan menyebar pertanyaan kepada para

personel Bidpropam Polda Sultra yang menjadi responden peneliti.

Sebelumnya responden tersebut ditentukan melalui teknik sampling.

Kuesioner yang digunakan termaksud koesioner tertutup yang artinya para

responden tinggal memilih jawaban yang sudah ditentukan peneliti


57

sehingga tidak bisa memberikan jawaban yang lain. Koesioner ini akan

dibagikan kepada personel Bidpropam Polda Sultra.

2. Wawancara, dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan

responden dengan harapan untuk mendapatkan informasi tambahan untuk

kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner.

3. Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data dengan jalan mencari

informasi tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.

4.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif dan Partial

Least Square (PLS). Tujuan analisis deskripsi agar menginterpretasikan hasil

jawaban responden berupa tanggapan atas pernyataan melalui distribusi

frekuensi pernyataan responden dalam bentuk jumlah, rerata dan persentase.

Selanjutnya SPSS (Paket Statistik untuk Ilmu Sosial) dan PLS digunakan untuk

menganalisis data studi ini dengan software SmartPLS. SmartPLS dapat

digunakan untuk menilai validitas konvergen, diskriminan dan reliabilitas

instrumen. Pemodelan persamaan structural (SEM) dilakukan dengan

menggunakan pendekatan PLS untuk penelitian ini. Metode PLS merupakan

metode analisis multivariat yang power full. Tujuan PLS adalah untuk menguji

pengaruh antar variabel studi ini, kemudian melakukan kombinasi dengan

analisis deskripsi untuk menjelaskan loading dari setiap indikator (variabel

manifes) dalam SEM-PLS.

PLS adalah teknik pemodelan persamaan struktural (SEM) berbasis

analisis multivariat, kuat untuk konfirmasi teori, termasuk fleksibilitas analitik dan

generalitas (Henseler et al., 2016). Selain itu, PLS memiliki keunggulan dalam
58

mengintegrasikan berbagai proses statistik untuk penilaian parameter dan

pengujian hipotesis (Hair et al., 2017). Karena itu, peneliti percaya bahwa teknik

PLS sangat cocok untuk memperkirakan model penelitian ini, dengan alasan:

1. Penelitian ini fokus pada pengujian dan prediksi varians variabel laten

(pengembangan SDM, komitmen organisasi dan kinerja polisi);

2. Model konseptual studi ini memiliki struktur kompleks dan pengaruh

berjenjang;

3. Pengaruh pegembangan SDM, komitmen organisasi dan kinerja polisi

dapat diukur secara langsung maupun melalui mediasi variabel komitmen

organisasi.

Berdasarkan pada kajian literatur dan hasil review penelitian sebelumnya,

telah banyak digunakan untuk dasar-dasar teknis analisis struktur kovarian dan

partial least squares. Selanjutnya, penerapan metode analisis PLS terdiri dari

lima tahapan (Hair et al., 2017) untuk mengukur model struktural, yaitu: (1)

penilaian kolinearitas antara konstruk; (2) evaluasi koefisien jalur model

struktural; (3) memeriksa koefisien determinasi (nilai R2); (4) evaluasi relevansi

prediksi Q2 melalui Uji Stone–Geisser (Q2) yang menunjukkan kemampuan

prediksi variabel endogen dan (5) melakukan metode bootstrap. Model pengujian

secara empiris berbasis variance yaitu PLS melalui software SmartPLS. Variabel

penelitian ini secara keseluruhan diukur melalui indikator bersifat reflektif, karena

itu model pengukuran dievaluasi melalui kriteria:

1) Konstruk laten dinilai mempunyai convergent validity, apabila nilai

estimasi loading faktor ≥ 0,70 dengan nilai critical ratio signifikan pada α =

0,05 (Hair et al., 2017).


59

2) Pengujian discriminant validity metode PLS dapat dievaluasi melalui nilai

Average Variance Extracted (AVE), disarankan apabila nilai AVE ≥ 0,50

maka konstruk laten mempunyai discriminant validity yang akurat.

3) Konstruk laten yang baik jika hasil evaluasi reliabilitas komposit

(composite reliability) ≥ 0,70 (Solimun, 2012).

Evaluasi model struktural pada PLS dengan memeriksa Goodness of Fit

untuk inner model setelah keandalan dan validitas model pengukuran diverifikasi.

Besarnya signifikansi koefisien jalur structural dapat diketahui melalui nilai R2

atau uji Q2 melalui Stone-Geisser (Q2). Nilai Q2 dihitung untuk menunjukkan

seberapa baik model jalur dapat memperkirakan nilai-nilai yang diamati dengan

formulasi yaitu:

Q2 = 1 – (1 – R1 2) (1 – R2 2) ... (1 – Rp 2) ..........................Henseler et al. (2016)

di mana R12, R22...Rp2 adalah R2 konstruks eksogen pada persamaan model.

Koefisien yang diperoleh melalui kriteria uji Stone-Geisser (Q2), menjelaskan

model yang diusulkan memiliki relevansi prediktif yang memuaskan atau akurasi

model.

4.8.1 Pemeriksaan dan Pengujian Model Struktural Pengaruh Variabel

Mediasi

Merujuk pada kerangka konseptual studi ini terdiri dari empat variabel

yaitu eksogen, endogen dan intervening (mediasi). Karena itu salah satu tujuan

studi ini menguji peran mediasi komitmen organisasi dan kepuasan kerja, agar

mengetahui sifat variabel mediasi apakah complete mediation, partial mediation

dan bukan mediasi. Pendekatan pengujian variabel mediasi dapat dilakukan

dengan rumus Sobel atau perbedaan koefisien dengan metode pemeriksaan.

Studi ini pengujian variabel mediasi digunakan pemeriksaan nilai signifikansi


60

yaitu: (1) memeriksa Pengaruh Pembinaan terhadap Disiplin Kerja; (2)

memeriksa Pengaruh Pengawasan terhadap Disiplin Kerja; (3) memeriksa

pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja; (4) memeriksa Pengaruh Pembinaan

terhadap Kinerja; (5) memeriksa Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja; (6)

mengevaluasi Peran Disiplin Kerja dalam Memediasi Pengaruh Pembinaan

terhadap Kinerja; (7) mengevaluasi Peran Disiplin Kerja dalam Memediasi

Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja (Solimun, 2012). Dasar pertimbangan

dalam penentuan kedudukan variabel mediasi dalam model adalah:

1. Jika nilai koefisien pengaruh pembinaan dan pengawasan dengan disiplin

kerja (b) signifikan, disiplin kerja dengan kinerja pegawai juga (c)

signifikan, dan pembinaan dan pengawasan dengan kinerja pegawai (a)

tidak signifikan, dinyatakan peran mediasi sempurna sebagai complete

mediation.

2. Jika nilai koefisien pembinaan dan pengawasan dengan disiplin kerja (b)

signifikan, pembinaan dan pengawasan dengan kinerja pegawai (c)

signifikan, dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai (a) signifikan, dimana

koefisien (a) ≤ (d) yaitu koefisien pengujian pembinaan SDM tanpa

melibatkan variabel mediasi disebut partial mediation.

3. Jika koefisien pada (b), (c) signifikan dan pada (a) signifikan, di mana

koefisien dari (a) hampir sama dengan (b) maka dikatakan bukan sebagai

variabel mediasi.

4. Jika koefisien salah satu (c) atau (d) tidak signifikan atau keduanya tidak

signifikan maka dikatakan bukan sebagai variabel mediasi.


61

4.8.2 Pengujian Model Struktural Dan Hipotesis Penelitian

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dalam analisis PLS terlebih

dahulu dilakukan resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan

Stone (Solimun, 2012). Evaluasi pengujian statistik uji dengan memeriksa titik

kritis yang sama dengan uji t. Penerapan metode resampling memungkinkan

data terdistribusi bebas (distribusi free), sehingga tidak memerlukan asumsi

distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang besar (minimal 30).

Sampel bootstrap disarankan sebesar 500, karena dengan sampel bootsrap 500

dapat menghasilkan pendugaan parameter yang bersifat stabil. Pengujian

hipotesis studi ini dilakukan dengan memeriksa nilai CR dengan p-value ≤ 0,05

(α=0,05) artinya taraf signifikasi estimasi parameter dalam pengujian hipotesis

ditetapkan sebesar 95%. Kesimpulan hasil uji pada outter model signifikan

menunjukkan indikatordipandang dapat digunakan instrumen pengukur variabel

laten.

Anda mungkin juga menyukai