DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya serta usaha penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan makalah yang berjudul “Pendanaan Dan Sumber-Sumber Pendanaan Koperasi
Dan UMKM”.
Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan makalah
ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ini
dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan
laporan ini. Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen, selaku dosen pengampu, teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan doa yang tulus
dan ikhlas, semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan
masukan yang penulis harapkan dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II ISI 3
2.1 Sumber – Sumber Pendanaan Koperasi 3
2.2 Sumber – Sumber Pendanaan UMKM 11
2.3 Dukungan Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendanaan Koperasi
dan UMKM 19
BAB III PENUTUP 24
3.1 Kesimpulan 24
DAFTAR PUSTAKA iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.3 Apa saja dukungan kebijakan pemerintah di bidang pendanaan koperasi dan UMKM?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat diungkap
dalam makalah ini antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan koperasi.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan UMKM.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami tentang dukungan kebijakan pemerintah di bidang
pendanaan koperasi dan UMKM?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada untuk
menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu juga dengan
koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal baik modal
sendiri maupun modal pinjaman. Modal sangat menentukan berjalan tidaknya
usaha atau kegiatan koperasi.
6
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mengatakan
bahwa modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri di dalamnya Koperasi terdiri dari: simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela, dana cadangan, hibah dari anggota maupun dari
masyarakat,sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota Koperasi,
Koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.
1. Modal Sendiri
a) Simpanan Pokok
b) Simpanan Wajib
c) Simpanan Sukarela
7
d) Dana Cadangan
e) Hibah
2. Modal Pinjaman
a) Anggota
8
Pinjaman anggota yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari
anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.
Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang
dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum. Contoh: pemberian
saham kepada Koperasi oleh perusahaan berbadan hukum PT.
Pemberian ini pada praktiknya bukan hibah karena koperasi menerima
saham tersebut tetapi harus membayar nilai saham yang diterima.
Hanya saja pembayaran nilai saham yang diterima tidak secara tunai,
tetapi dibayar dari deviden yang seharusnya diterima koperasi tersebut.
Hal ini terjadi sampai nilai saham yang diterima koperasi tersebut
terpenuhi.
9
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun Koperasi bukan
merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaannya
dalam koperasi tidak boleh mengurangi makna koperasi yang menekankan
kemanuasiaan daripada kebendaan.
1. Hibah
2. Modal Penyertaan
a) Anggota
b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya
c) Bank dan lembaga keuangan lainnya
10
d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Dari uraian di atas mengenai permodalan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan
UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
permodalan koperasi. Untuk lebih jelas perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
11
koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti adanya
Sertifikat Modal Koperasi.
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan
operasional usaha. Aset sumber daya yang dikuasai sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari sumbangan tetap. Komponen aset
terdiri dari:
1. Aset Lancar
Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
a) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi entitas;
b) Dimiliki untuk terikat (diperjualbelikan);
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
Aset lancar termasuk perkiraan komponen yaitu, bank, surat berharga,
piutang usaha, akun piutang, piutang non anggota, penyisihan piutang tak
tertagih, persediaan dibayar di muka, pendapatan yang masih harus
diterima, dan aset lancar lain-lain.
2. Aset Tidak Lancar
12
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki dan digunakan
dalam kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya
depresiasi (penyusutan). Aset yang tidak lancar termasuk perkiraan:
investasi jangka panjang, properti investasi, penyusutan akumulasi, properti
investasi, aset tetap, akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud,
akumulasi amortisasi, aset tidak berwujud dan aset tidak lancar.
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan
total (pendapatan total) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (biaya total) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut
pembahasan mengenai SHU koperasi bila ditinjau berdasarkan UU No. 17 Tahun
2012 Pasal 78 adalah sebagai berikut:
(1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan dan
sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi;
b) Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki;
c) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan
Koperasi;
d) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan
kewajiban lainnya; dan/atau
e) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha yang
berasal dari transaksi dengan non-Anggota.
(3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat digunakan untuk mengembangkan usaha Koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada Anggota. mengacu pada ketentuan
Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Dalam proses penghitungan, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila setiap
informasi dasar diketahui sebagai berikut: total koperasi SHU pada satu tahun
buku, bagian (persentase) SHU anggota, total simpanan seluruh anggota, seluruh
13
transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota jumlah
simpanan setiap anggota, omzet atau volume usaha anggota, bagian (persentase)
SHU untuk simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha
anggota. Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
1) SHU yang dibagi berasal dari anggota
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepadh anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya bukan
herasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada
anggota, tetapi dijadikan sebagni cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secura tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan
usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada wujudnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan
proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang akan
diberikan kepada anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan
Proses perhitungan SHU setiap anggota dan jumlah SHU yang
dibagikan kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan
terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.
Keluhan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah mengenai masalah
“klasik” permodalan UMKM tidak pernah selesai. Walau permodalan bukan
merupakan satu-satunya masalah yang dihadapi tetapi pelaku UMKM akan selalu
mengatakan bahwa kekurangan permodalan merupakan hambatan dalam
14
menjalankan usahanya. Modal dalam konteks ini merupakan sejumlah uang yang
dipakai untuk membiayai kegiatan usaha (modal kerja dan investasi) masih
dipersepsikan kebanyakan pelaku UMKM di Indonesia sebagai masalah yang
paling penting dalam memulai atau mengembangkan usaha. Memang tidak salah
mengatakan bahwa modal merupakan hal penting dalam memulai dan menjalankan
usaha, tetapi ada yang lebih penting dari hal itu. Perencanaan yang matang atas ide
usaha adalah hal yang paling penting dibandingkan modal karena permodalan
sebenarnya merupakan faktor penunjang dari perencanaan usaha.
a) Kurang permodalan
b) Kesulitan dalam pemasaran
c) Persaingan usaha ketat
d) Kesulitan bahan baku
e) Kurang teknis produksi dan keahlian
f) Keterampilan manajerial kurang
g) Kurang pengetahuan manajemen keuangan
h) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan).
15
Jika dilihat dari sisi kreditor (pemodal atau lembaga pembiayaan), untuk
melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan
(collateral). Perbedaan persfektif antara permasalahan yang dihadapi UMKM
dengan ketentuan yang harus ditaati oleh lembaga penyalur kredit inilah yang
menjadi alasan mendasar mengapa para pelaku UMKM masih menemui kesulitan
dalam mendapatkan kredit modal usaha.
16
diberikan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan menciptakan usaha-usaha
baru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyrakat banyak melalui
pemberdayaan UMKM.
17
UMKM dan berkembang di daerah - daerah, hampir disesiap provinsi/
daerah istimewa telah berdiri perusahaan modal ventura daerah (LMVD)
yang menyediakan modal produktif bagi UMKM.
2) Dana Eksternal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan modal eksternal adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan atau luar dari UMKM, yang termasuk dari dana
eksternal adalah dana dari investor yang tertarik berinvestasi pada bisnis
atau usaha yang sedang atau akan dijalankan UMKM.
2.2.4 Lembaga Keuangan dan Non Lembaga Keuangan Sebagai Sumber Dana
UMKM
18
Selain Bank sebagai lembaga keuangan non perbankan adalah:
Asuransi, Dana pensiun; Perusahaan Reksa Dana dan Lembaga Pembiayaan
lainnya.
1. Modal Ventura
19
Seperti telah disebutkan UKM menghadapi kendala modal dan
pasar. Pembinaan selain masalah manajamen dan teknolgi. Oleh karena
itu salah satu tujuan PT Modal Ventura adalah membantu pemerintah
dalam usahanya meningkatkan pemerataan pendapatan dengan cara
membantu UKM agar dapat maju dan berkembang.
20
4) Melakukan kerjasama dengan lembaga dalam dan luar negeri
terkait sektor KUMKM, terutama di bidang intergrasi standar
dan pembiayaan
5) Melakukan kajian dan rekomendasi kebijakan terkait
pelaksanaan teknis program dan pendanaan KUMKM di
lapangan.
21
Dan Menengah, Berita Negara Tahun 2020 Nomor673. (diundangkan
tanggal 29 Juni 2020).
2. Sektor Riil
22
d) Memiliki nusaha produktif’
e) Kinerja pengambilan kategori lancar dan tidak memiliki
tunggakan atas pinjaman atau pembiayaan sebelumnya dalam
hal koperasi sedang menerima pinjaman atau pembiayaan
dana bergulir dari LPDB-KUMKM.
23
1) Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan
penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap
permasalahan koperasi
2) Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap
koperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil
diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha
lainnya.
3) Memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan
jaringan usaha dan kerja sama.
24
devisa negara, dan pembangunan ekonomi daerah. UKM diharapkan mempunyai
kemampuan untuk ikut memacu pertumbuhan ekonomi nasional sehingga UKM
membutuhkan pelindung berupa kebijakan pemerintah seperti undang-undang dan
peraturan pemerintah. Adapun peran pemerintah terkait pendanan UMKM, yaitu
menciptakan regulasi atau kebijakan yang baik berupa undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan UMKM dari sisi perbankan yang
akan memacu peranan UMKM dalam perekonomian yaitu UU No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Adapun aspek pendanaan dalam UU No 20 Tahun 2008 pada
pasal 8 ditujukan untuk:
1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank;
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya
sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat,
tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan;
4) Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa produk keuangan lainnya yang disediakan oleh
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan
sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang
disediakan oleh Pemerintah.
25
serta dukungan umum atas pelaksanaan transaksi perdagangan Peningkatan
layanan jasa dan infrastruktur pendukungnya tidak akan berarti banyak
tanpa upaya pembenahan menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan
entrepreneurship bagi pelaku UMKM.
3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan aspek-aspek teknis dan
manajemen usaha, pengembangan produk dan penjualan, administrasi
keuangan, dan kewirausahaan secara menyeluruh.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
27
Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak
dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Pemerintah membuat kebijakan ini untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi yang terkait langsung dengan UMKM, selain itu juga
bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM di dalam proses
pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan
pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan pendapatan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agus Sumantri, Bambang dan Erwin Putera Permana. (2017). Manajemen Koperasi Dan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Perkembangan Teori, Praktik, dan
Strategi: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Muljono, Djoko. (2012). Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.
Yogyakarta : CV Andi Offset (Penerbit Andi).
Jurnal:
Skripsi:
Agustine, Belinda Suryani. (2014). Studi Deskriptif Aspek Permodalan Koperasi Dalam
Implementasi Uu No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se-Kota Bandung.
Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang:
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Internet:
Deddy Edward Tanjung. (2010). Sumber Modal UMKM ~ Konsultan Sektor Riil &
UMKM. https://sumbermodal.wordpress.com/2010/02/06/berbagai-sumber-modal-
umkm/. (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021).
iv
Siwi Taufiq Rachman. (2008). Pembiayaan UMKM.
https://007umkm.wordpress.com/2008/07/17/pembiayaan-umkm/ (Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2021)