Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

“PENDANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDANAAN KOPERASI DAN UMKM”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 (KELAS E2)

Tasya Husna Alfareza (1907521198)

Putu Dian Pradnyasari (1907521199)

Ni Putu Ariska Dewi (1907521202)

I Putu Agus Wenta Pharamadita (1907521206)

Ni Kadek Melia Utari (1907521209)

DOSEN PENGAMPU :

I Gusti Bagus Honor Satrya, Bbus.,Comm.,MIB

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya serta usaha penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan makalah yang berjudul “Pendanaan Dan Sumber-Sumber Pendanaan Koperasi
Dan UMKM”.

Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan makalah
ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ini
dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan
laporan ini. Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen, selaku dosen pengampu, teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan doa yang tulus
dan ikhlas, semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan
masukan yang penulis harapkan dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Sekian dan Terima Kasih.

Denpasar, 10 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II ISI 3
2.1 Sumber – Sumber Pendanaan Koperasi 3
2.2 Sumber – Sumber Pendanaan UMKM 11
2.3 Dukungan Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendanaan Koperasi
dan UMKM 19
BAB III PENUTUP 24
3.1 Kesimpulan 24
DAFTAR PUSTAKA iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi sebagai bentuk badan usaha tentunya dalam melakukan kegiatan
usahanya tidak terlepas dari masalah sumber pendanaan (modal). Sumber dana
merupakan hal penting bagi lembaga koperasi dalam rangka memenuhi kebutuhan
dana para anggotanya. Modal koperasi penting karena dengan adanya modal yang
cukup maka Koperasi mampu untuk bersaing dengan usaha-usaha lain di luar
Koperasi. Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting
disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak
tersedia modal. Artinya suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan
tanpa modal.
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kesejahteraan
anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Modal sendiri dapat dipergunakan
antara lain untuk mempertahankan likuiditas, memberikan kredit khusus, pembelian
gedung-gedung kantor, menutup kerugian yang diderita koperasi, dan menimbulkan
kepercayaan bagi para pemberi kredit, sedangkan modal pinjaman dapat dipergunakan
untuk menambah modal apabila koperasi tidak cukup memiliki modal sendiri, dan
penggunaan dana-dana kredit. Agar koperasi dapat mempergunakan modal baik itu
modal sendiri dan modal pinjaman dengan sebaik-baiknya, maka perlu dilakukan
perencanaan yang matang. Biasanya perencanaan dilakukan oleh pengurus koperasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dirasa penting untuk mengetahui tentang
bagaimana sumber pendanaan koperasi dan UMKM agar dapat memenuhi kebutuhan
dana kegiatan perkoperasian dan UMKM, sehingga penulis memutuskan untuk
membuat makalah ini dengan judul “Pendanaan Dan Sumber-Sumber Pendanaan
Koperasi Dan UMKM”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diungkap dalam makalah ini antara lain:

1.2.1 Bagaimana sumber – sumber pendanaan koperasi?


1.2.2 Bagaimana sumber – sumber pendanaan UMKM?

4
1.2.3 Apa saja dukungan kebijakan pemerintah di bidang pendanaan koperasi dan UMKM?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat diungkap
dalam makalah ini antara lain :

1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan koperasi.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan UMKM.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami tentang dukungan kebijakan pemerintah di bidang
pendanaan koperasi dan UMKM?

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pengetahuan dan penghayatan
bagi kita untuk memahami tentang pendanaan dan sumber-sumber pendanaan koperasi dan
UMKM. Dan hendaknya makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan mahasiswa dalam
memahami tentang sumber – sumber pendanaan koperasi, sumber – sumber pendanaan
UMKM dan dukungan kebijakan pemerintah di bidang pendanaan koperasi dan UMKM.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Pendanaan Koperasi

2.1.1 Definisi Pendanaan Koperasi

Pengertian pendanaan koperasi adalah sejumlah dana yang akan digunakan


untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha dalam koperasi. Pendanaan
koperasi berkaitan dengan modal yang digunakan oleh koperasi untuk melakukan
kegiatan. Modal koperasi adalah kelebihan jumlah hara terhadap jumlah uang dari
koperasi, atau dengan kata lain selisih positif antara harta dan utang. Modal
koperasi terdiri dan dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman,
penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumbersumber
lain.
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kesejahteraan
anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Modal sendiri dapat dipergunakan
antara lain untuk mempertahankan likuiditas, memberikan kredit khusus,
pembelian gedung-gedung kantor, menutup kerugian yang diderita koperasi, dan
menimbulkan kepercayaan bagi para pemberi kredit, sedangkan modal pinjaman
dapat dipergunakan untuk menambah modal apabila koperasi tidak cukup memiliki
modal sendiri, dan penggunaan dana-dana kredit. Agar koperasi dapat
mempergunakan modal baik itu modal sendiri dan modal pinjaman dengan sebaik-
baiknya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Biasanya perencanaan
dilakukan oleh pengurus koperasi.

Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada untuk
menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu juga dengan
koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal baik modal
sendiri maupun modal pinjaman. Modal sangat menentukan berjalan tidaknya
usaha atau kegiatan koperasi.

2.1.2 Sumber-Sumber Modal Koperasi

 Sumber-Sumber Modal Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992

6
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mengatakan
bahwa modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri di dalamnya Koperasi terdiri dari: simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela, dana cadangan, hibah dari anggota maupun dari
masyarakat,sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota Koperasi,
Koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.

1. Modal Sendiri

Yang dimaksud dengan modal sendiri dalam penjelasan pasal 1 ayat


(2) UU No. 25 Tahun 1992 adalah modal yang menanggung resiko atau
disebut modal ekuiti.

a) Simpanan Pokok

Simpanan pokok ialah sejumah uang yang diwajibkan kepada


anggota untuk diserahkan kepada Koperasi pada waktu seseorang
masuk menjadi anggota Koperasi tersebut dan besarnya sama untuk
semua anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. Simpanan pokok
ini ikut menanggung kerugian.

b) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah simpanan tertentu untuk diwajibkan


kepada anggota untuk membayarnya kepada Koperasi pada waktu-
waktu tertentu, misalnya ditarik pada waktu penjualan barang-barang
atau ditarik pada waktu anggota menerima kredit dan sebagainya.

c) Simpanan Sukarela

Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela


atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan
khusus. Simpanan sukarela tersebut bisa saja diadakan misalnya dalam
rangka Hari Raya/Lebaran atau bisa saja simpanan tersebut disimpan
untuk suatu jangka waktu tertentu, di mana kepada pemiliknya dapat
diberikan suatu imbalan jasa.

7
d) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari


penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal
sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. Dana
cadangan koperasi tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun
terjadi pembubaran Koperasi. Dana ini, pada masa pembubaran oleh
penyelesaian pembubaran dipakai utuk menyelasaikan utang-utang
koperasi, kerugian-kerugian koperasi, biaya-biaya penyelesaian, dan
sebagainya.

e) Hibah

Hibah adalah suatu pemberian hadiah dari seseorang semasa


hidupnya. Hibah ini dapat berbentuk wasiat, jika pemberian tersebut
diucapkan/ditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan atau
kehendak terakhir sebelum meninggal dunia dan baru berlaku setelah
ia meninggal dunia.

Modal Koperasi yang merupakan pemberian (hibah) ini adalah


pemberian harta kekayaan dari seseorang (baik sebagai anggota
koperasi maupun bukan anggota) yang berupa kebendaan, baik benda
bergerak atau benda tetap. Pemindahan hak milik harta kekayaan yang
berupa benda bergerak dari pemberian hibah dapat dilakukan seketika,
karena penyerahan hak milik atas harta benda bergerak dilakukan
langsung dari tangan ke tangan (hand to hand) sedangkan penyerahan
benda tetap dilakukan melalui penyerahan yuridis, yaitu suatu
penyerahan yang harus memenuhi syarat-syarat hukum tertentu untuk
sahnya suatu pemindahan hak milik atas benda tetap.

2. Modal Pinjaman

Pengembangan kegiatan usahanya, Koperasi dapat menggunakan


modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan
usahanya. Modal pinjaman dapat berasal dari:

a) Anggota

8
Pinjaman anggota yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari
anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.

b) Koperasi lain/atau anggotanya

Pinjaman dari Koperasi lain dari/atau anggotanya didasari dengan


perjanjian kerja sama antar koperasi.

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya

Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
jika tidak terdapat ketentuan khusus koperasi sebagai debitur dari bank
atau lembaga keuangan lainnya diperlakukan sama dengan debitur lain
baik mengenai persyaratan pemberian dan pengembalian kredit
maupun prosedur kredit.

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya

Dalam rangka mencari tambahan modal, Koperasi dapat


mengeluarkan obligasi (surat pernyataan hutang) yang dapat dijual ke
masyarakat. Sebagai konsekuensinya, maka koperasi diharuskan
membayar bunga atas pinjaman yang diterima (nilai dari obligasi yang
dijual) secara tetap, baik besar maupun waktunya. Penerbitan obligasi
dan surat utang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

e) Sumber lain yang sah

Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang
dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum. Contoh: pemberian
saham kepada Koperasi oleh perusahaan berbadan hukum PT.
Pemberian ini pada praktiknya bukan hibah karena koperasi menerima
saham tersebut tetapi harus membayar nilai saham yang diterima.
Hanya saja pembayaran nilai saham yang diterima tidak secara tunai,
tetapi dibayar dari deviden yang seharusnya diterima koperasi tersebut.
Hal ini terjadi sampai nilai saham yang diterima koperasi tersebut
terpenuhi.

9
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun Koperasi bukan
merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaannya
dalam koperasi tidak boleh mengurangi makna koperasi yang menekankan
kemanuasiaan daripada kebendaan.

 Sumber-Sumber Modal Koperasi Menurut UU No. 17 Tahun 2012

Sementara itu di dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 menjelaskan


modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal sebagai modal
awal. Selain setoran pokok serta sertifikat modal, modal Koperasi dapat berasal
dari:

1. Hibah

Hibah merupakan sejumlah dana yang diberikan oleh pihak ketiga


yang berasal dari modal dalam negeri maupun modal asing, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat diterima oleh suatu koperasi dan
khusus untuk modal asing harus dilaporkan kepada Menteri.

2. Modal Penyertaan

Koperasi dapat menerima modal penyertaan dari:

a) Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan; dan/atau
b) Masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan Modal
Penyertaan.

Pemerintah dan/atau masyarakat wajib turut menanggung resiko dan


bertanggung jawab terhadap kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal
Penyertaan sebatas nilai Modal peyertaan yang ditanamkan dalam
koperasi. Pemerintah dan/atau masyarakat berhak mendapat bagian
keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan Modal
Penyertaan.

3. Modal pinjaman yang berasal dari:

a) Anggota
b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya
c) Bank dan lembaga keuangan lainnya

10
d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Dari uraian di atas mengenai permodalan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan
UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
permodalan koperasi. Untuk lebih jelas perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Perbedaan UU No. 25 Tahun 1992 UU No. 17 Tahun 2012


Jenis  Modal Sendiri dan Modal  Setoran Pokok dan
Modal Pinjaman Sertifikat Modal Koperasi
Pada  Modal Sendiri: Simpanan sebagai modal awal.
Koperasi pokok, Simpanan Wajib,  Modal Lainya berasal dari
Dana cadangan, Hibah Hibah; Modal Penyertaan;
 Modal Pinjaman : berasal Modal Pinjaman dari:
dari Anggota, koperasi Anggota; Koperasi
lain atau anggotanya, bank lainnya dan/atau
atau lembaga keuangan Anggotanya; bank dan
lainnya, penerbit obligasi lembaga keuangan lainnya;
atau surat hutang lainnya, penerbitan obligasi dan
 Sumber lain yang sah surat hutang lainnya;
dan/atau Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dan/atau
 Sumber lain yang sah yang
tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan/atau
ketentuan peraturan
perundang- undangan

Sumber: Sam’un jaja Raharja (Prospek dan Tantangan pengembangan Koperasi di


Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian)

Banyak terdapat perbedaan dalam pemberian istilah seperti diubahnya


simpanan pokok menjadi setoran pokok, Sisa Hail Usaha menjadi Surplus Hasil
Usaha apabila koperasi mendapatkan keuntungan dan Defisit Hasil Usaha apabila

11
koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti adanya
Sertifikat Modal Koperasi.

Mengenai permodalan koperasi perbedaannya terletak pada ketentuan


mengenai setoran pokok yang tidak dapat diambil kembali oleh anggota,
sedangkan pada UU No 25 Tahun 1992 simpanan pokok yang dibayarkan oleh
anggota akan dikembalikan saat anggota tersebut keluar dari kenggotaan koperasi.
Sedangkan jika koperasi ingin mengumpulkan modal yang lebih banyak dapat
mengakumulasikan modal secara tidak terbatas melalui penerbitan sertifikat modal
koperasi. Istilah sertifikat Modal Koperasi, tidak adanya pembatasan kepemilikan
bagi anggota untuk membeli sertifikat tersebut. Hal itu memungkinkan anggota
memiliki kepemilikan mayoritas dalam koperasi. Sehingga koperasi mempunyai
kemiripan dengan saham pada Perseroan Terbatas.

2.1.3 Aset dalam Koperasi

Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan
operasional usaha. Aset sumber daya yang dikuasai sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari sumbangan tetap. Komponen aset
terdiri dari:
1. Aset Lancar
Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
a) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi entitas;
b) Dimiliki untuk terikat (diperjualbelikan);
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
Aset lancar termasuk perkiraan komponen yaitu, bank, surat berharga,
piutang usaha, akun piutang, piutang non anggota, penyisihan piutang tak
tertagih, persediaan dibayar di muka, pendapatan yang masih harus
diterima, dan aset lancar lain-lain.
2. Aset Tidak Lancar

12
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki dan digunakan
dalam kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya
depresiasi (penyusutan). Aset yang tidak lancar termasuk perkiraan:
investasi jangka panjang, properti investasi, penyusutan akumulasi, properti
investasi, aset tetap, akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud,
akumulasi amortisasi, aset tidak berwujud dan aset tidak lancar.

2.1.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan
total (pendapatan total) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (biaya total) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut
pembahasan mengenai SHU koperasi bila ditinjau berdasarkan UU No. 17 Tahun
2012 Pasal 78 adalah sebagai berikut:
(1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan dan
sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi;
b) Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki;
c) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan
Koperasi;
d) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan
kewajiban lainnya; dan/atau
e) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha yang
berasal dari transaksi dengan non-Anggota.
(3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat digunakan untuk mengembangkan usaha Koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada Anggota. mengacu pada ketentuan
Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Dalam proses penghitungan, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila setiap
informasi dasar diketahui sebagai berikut: total koperasi SHU pada satu tahun
buku, bagian (persentase) SHU anggota, total simpanan seluruh anggota, seluruh

13
transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota jumlah
simpanan setiap anggota, omzet atau volume usaha anggota, bagian (persentase)
SHU untuk simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha
anggota. Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
1) SHU yang dibagi berasal dari anggota
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepadh anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya bukan
herasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada
anggota, tetapi dijadikan sebagni cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secura tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan
usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada wujudnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan
proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang akan
diberikan kepada anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan
Proses perhitungan SHU setiap anggota dan jumlah SHU yang
dibagikan kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan
terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.

2.2 Sumber Pendanaan UMKM

2.2.1 Definisi Pendanaan UMKM

Keluhan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah mengenai masalah
“klasik” permodalan UMKM tidak pernah selesai. Walau permodalan bukan
merupakan satu-satunya masalah yang dihadapi tetapi pelaku UMKM akan selalu
mengatakan bahwa kekurangan permodalan merupakan hambatan dalam

14
menjalankan usahanya. Modal dalam konteks ini merupakan sejumlah uang yang
dipakai untuk membiayai kegiatan usaha (modal kerja dan investasi) masih
dipersepsikan kebanyakan pelaku UMKM di Indonesia sebagai masalah yang
paling penting dalam memulai atau mengembangkan usaha. Memang tidak salah
mengatakan bahwa modal merupakan hal penting dalam memulai dan menjalankan
usaha, tetapi ada yang lebih penting dari hal itu. Perencanaan yang matang atas ide
usaha adalah hal yang paling penting dibandingkan modal karena permodalan
sebenarnya merupakan faktor penunjang dari perencanaan usaha.

Berdasarkan peraturan dalam UMKM yang terkait dengan pendanaannya


menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, Menengah yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank,
koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan
memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Namun untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan tersebut banyak


mengalami kendala yang di hadapi oleh para pelaku UMKM, kesulitan yang
dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) antara lain adalah :

a) Kurang permodalan
b) Kesulitan dalam pemasaran
c) Persaingan usaha ketat
d) Kesulitan bahan baku
e) Kurang teknis produksi dan keahlian
f) Keterampilan manajerial kurang
g) Kurang pengetahuan manajemen keuangan
h) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan).

Permasalahan yang mendasar yang umumnya dihadapi oleh UMKM dalam


mendapatkan permodalan usaha adalah karena prosedur pengajuan yang sulit, tidak
adanya agunan, ketidaktahuan tentang prosedur dan suku bunga tinggi. Dari
beberapa permasalahan yang disebutkan di atas, yang menjadi masalah internal
hanyalah faktor ketidaktahuan tentang prosedur sedangkan faktor lainnya adalah
faktor eksternal (sisi kreditor).

15
Jika dilihat dari sisi kreditor (pemodal atau lembaga pembiayaan), untuk
melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan
(collateral). Perbedaan persfektif antara permasalahan yang dihadapi UMKM
dengan ketentuan yang harus ditaati oleh lembaga penyalur kredit inilah yang
menjadi alasan mendasar mengapa para pelaku UMKM masih menemui kesulitan
dalam mendapatkan kredit modal usaha.

2.2.2 Sumber-Sumber Pembiayaan Terhadap UMKM

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 21 menyebutkan bahwa sumber


pembiayaan dalam UMKM bersumber dari :
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha
Mikro dan Kecil.
2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro
dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya.
3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang
dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian
pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan
Kecil.
5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam
bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan
prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan kepada dunia usaha yang menyediakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil

Dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan


terhadap UMKM dapat diperoleh melalui pemerintah, pemerintahan daerah,
BUMN, usaha besar nasional dan asing, pendanaan yang tercantum dalam
peraturan UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 21 tersebut termasuk dari fasilitas yang

16
diberikan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan menciptakan usaha-usaha
baru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyrakat banyak melalui
pemberdayaan UMKM.

2.2.3 Sumber-Sumber Dana Internal dan Eksternal

Sumber-sumber dana internal dan eksternal menurut UU No.20 Tahun


2008 antara lain:
1) Dana Internal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan dana internal disini adalah dana yang
berasal dari internal perusahaan atau UMKM sendiri, yang termasuk dana
internal meliputi:
a) Modal Sendiri, yakni uang yang dikumpulkan dari tabungan (bila
bekerja) atau warisan yang diwariskan orang tua atau hibah
pemberian dari orang lain.
b) Dari Barang yang Digadaikan, yakni barang milik sendiri yang
digadaikan baik ke lembaga formal (seperti Perum Pegadaian)
atau informal.
c) Melakukan Peminjaman kepada Bank dan Lembaga Keuangan
sejenis bank dengan membayar angsuran sesuai tingkat bunga
yang ada.
d) Mendapat modal dengan bermitra dengan pihak lain yang sering
disebut sebagai kemitraan usaha.
e) Mendapat pinjaman dari lembaga non formal seperti LSM
(lembaga swadaya masyarakat) kemenusiaan dan lembaga
pemberdayaan ekonomi lainnya.
f) Modal dengan mengoptimalkan hubungan dengan supplier
(pemasok).
Selain pengembangan pembiayaan diuraikan diatas masih ada
beberapa sistem pembiayaan (multifinance) yang dapat dimanfaatkan
UMKM antara lain: modal ventura, anjak piutang (factoring), penyewaan,
pegadaian, dana dan sebagainya. Pemilihannya tergantung UMKM sendiri,
berdasarkan kesesuaian, kemampuan pemenuhan peryaratan dan prosedur
yang ditetapkan masing-masing lembaga pembiayaan tersebut. Modal
ventura merupakan salah satu program Kementerian Negara Koperasi dan

17
UMKM dan berkembang di daerah - daerah, hampir disesiap provinsi/
daerah istimewa telah berdiri perusahaan modal ventura daerah (LMVD)
yang menyediakan modal produktif bagi UMKM.
2) Dana Eksternal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan modal eksternal adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan atau luar dari UMKM, yang termasuk dari dana
eksternal adalah dana dari investor yang tertarik berinvestasi pada bisnis
atau usaha yang sedang atau akan dijalankan UMKM.

2.2.4 Lembaga Keuangan dan Non Lembaga Keuangan Sebagai Sumber Dana
UMKM

Fungsi Lembaga Keuangan adalah sebagai perantara antara kelompok


masyarakat yang kelebihan dana dengan kelompok masyarakat yang mengalami
kekurangan dana. Kelompok masyarakat yang kelebihan dana adalah kelompok
yang dengan berbagai alasan menyimpan uangnya pada Bank atau Lembaga
Keuangan lainnya dengan alasan safety, liquidity, accessibility, convenience dan
untuk mencapai target jumlah tertentu. Kelompok yang mengalami kekurangan
dana terbagi menjadi kelompok yang mengalami kekurangan modal kerja,
kelompok yang memerlukan dana untuk investasi dan kelompok yang memerlukan
dana konsumtif.

A. Lembaga Keuangan Perbankan

Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangkameningkatkan taraf
hidup rakyat banyak (menurut UU No. 10 tahun 1998). Bank pada dasarnya
adalah badan usaha yang melakukan usaha di bidang:

1) Jasa perantaraan di bidang keuangan dalam bentuk menghimpun dana


dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat,

2) Jasa dibidang lalu lintas pembayaran.

18
Selain Bank sebagai lembaga keuangan non perbankan adalah:
Asuransi, Dana pensiun; Perusahaan Reksa Dana dan Lembaga Pembiayaan
lainnya.

B. Lembaga Keuangan Non Bank

Lembaga Keuangan Non Perbankan adalah lembaga yang


menyalurkan dana bagi berbagai kegiatan usaha mikro dan kecil yang
sumbernya berasal dari Pemerintah dan Swasta/BUMN/BUMD dan
Pegadaian. Saat ini banyak juga perusahaan-perusahaan terutama perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang mempunyai program untuk
membantu pengusaha kecil, baik pusat maupun di daerah dengan memberikan
bantuan kredit dana bergulir. Contoh bentuk program kemitraan bina
lingkungan (PKBL) seperti dilakukan oleh PT Pertamina dengan membantu
para kelompok tani andalan untuk mengikuti pelatihan, PT Telkom dalam
bentuk bantuan dana bagi usaha mikro dan BUMN lainnya dan Swasta Besar,
misalnya Unilever.

Lembaga Keuangan non perbankan yang juga memberikan modal


usaha dalam pinjaman bergulir adalah pemerintah pusat dan daerah,
BUMN/BUMD dan perusahaan swasta besar sebagai pogram kemitraan bina
lingkungan (PKBL) dalam bentuk pinjaman dana bergulir. Bunga pinjaman
bergulir biasanya sangat rendah kredit dan persyaratannya sangat lebih mudah
dan sering tanpa agunan, menjadi salah satu bentuk insentif bagi UMKM
walaupun harus tetap mengikuti prosedur dan persyaratan lainnya.

1. Modal Ventura

Modal Ventura merupakan salah satu alternatif pendanaan bagi


pengusaha selain Bank seperti PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia
yang didirikan Tahun 1973 oleh Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. PT Bahana Artha Ventura
bersama sama BUMN/BUMD di masing-masing daerah dan Pengusaha
Swasta Nasional mendirikan perusahaan modal Ventura daerah di
seluruh Provinsi. Misalnya PT Sarana Sumut Ventura (SSUV) yang
didirikan tanggal 23 September 1994.

19
Seperti telah disebutkan UKM menghadapi kendala modal dan
pasar. Pembinaan selain masalah manajamen dan teknolgi. Oleh karena
itu salah satu tujuan PT Modal Ventura adalah membantu pemerintah
dalam usahanya meningkatkan pemerataan pendapatan dengan cara
membantu UKM agar dapat maju dan berkembang.

2. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau unit Usaha Simpan Pinjam


Koperasi (USP) juga sebagai alternatif lembaga keuangan non
perbankan seperti KSP Dalam koperasi serba usaha; seperti Kopkar PT
Argo Panthes, Kopkar PT Teh Sostro, Koperasi Keluarga Guru Jakarta,
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Jaya, Jakarta dimana terdapat Unit
Usaha Simpan Pinjam.

3. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil


dan Menengah (LPDB-KUMKM)

Untuk membantu para pemilik dan pengelola usaha mikro, kecil


dan menengah (UMKM), kementrian negara koperasi dan UKM telah
membenntuk sebuah lembaga yang bernama Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-
KUMKM) yang bertugas melaksanakan pengelolaan dana bergulir
untuk pembiayaan KUMKM dan pengelolaan dana negara di bidang
pengembangan ekonomi lokal, tugas LPDB- KUMKM adalah sebagai
berikut :

1) Melakukan manajemen keuangan negara yang terkait dengan


proyek di bidang KUMKM (Pembangunan Pasar, Pemasaran,
dan Pembiayaan Ekspor-Impor)
2) Melakukan standarisasi keuangan dan manajemen produk di
kalangan KUMKM
3) Mendistribuskan dan mengelola dana APBN yang beredar di
bank daerah, BPR, dan Koperasi untuk memaksimalkan
penggunaan anggaran agar tepat guna, dan tepat sasaran

20
4) Melakukan kerjasama dengan lembaga dalam dan luar negeri
terkait sektor KUMKM, terutama di bidang intergrasi standar
dan pembiayaan
5) Melakukan kajian dan rekomendasi kebijakan terkait
pelaksanaan teknis program dan pendanaan KUMKM di
lapangan.

LPDB-KUMKM dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri


Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
19.4/Per/M.KUMKM/VIII/2006 tanggal 18 Agustus 2006 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM
Republik Indonesia Nomor 11/Per/M.KUKM/VI/2008 tanggal 26 Juni
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah Sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-292/MK.5/2006 Tanggal 28
Desember 2006 LPDB-KUMKM ditetapkan sebagai instasi pemerintah
yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Independen dan Terpisah,
sehingga LPDB-KUMKM berhak melakukan kebijakan sesuai dengan
kebutuhan. Dengan dibentuknya LPDB-KUMKM diharapkan
pengelolaan dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
untuk mencapai tujuan dan menghasilkan manfaat berkelanjutan atas
dana negara yang menyasar kalangan Koperasi dan UMKM.Ada
beberapa jenis bantuan atau pinjaman pembiayaan yang disediakan oleh
lembaga yang dibentuk oleh pemerintah ini, beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Merupakan serangkaian kebijakan yang dimaksudkan untuk


mendorong pemulihan ekonomi nasional guna menjaga stabilitas
sosial, ekonomi dan sektor keuangan dapat terjaga dengan baik.
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor : 4 Tahun 2020
tentang Penyaluran Pinjaman Atau Pembiayaan Dana Bergulir Oleh
Lembaga PengelolaDana Bergulir Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil

21
Dan Menengah, Berita Negara Tahun 2020 Nomor673. (diundangkan
tanggal 29 Juni 2020).

2. Sektor Riil

Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan LPDB-KUMKM


kepada koperasi primer dan/atau sekunder di sektor riil dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat dengan
memperhatikan terjadinya pemerataan di seluruh Indonesia sesuai
dengan potensinya masing-masing.

Kriteria koperasi sektor riil penerima dana bergulir:

a) Koperasi Primer dan/atau Sekunder yang telah berbadan


hukum;
b) Memiliki sertfifikat Nomor Induk Koperasi
c) Status kantor yang jelas
d) Memiliki nusaha produktif’
e) Kinerja pengambilan kategori lancar dan tidak memiliki
tunggakan atas pinjaman atau pembiayaan sebelumnya dalam
hal koperasi sedang menerima pinjaman atau pembiayaan
dana bergulir dari LPDB-KUMKM

3. Sektor Simpan Pinjam

Memperluas akses pinjaman/pembiayaan kepada UMK melalui


KSP/USP-Kop dan/atau KJKS/UJKS-Kop. Memperkuat permodalan
KSP/USP-Kop dan/atau KJKS/UJKS-Koperasi dalam melayani
pemberian pinjaman/pembiayaan kepada UMK. Memperkuat peran
KSP/USP-Kop dan/atau KJKS/UJKS-Kop dalam mendukung upaya
perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan

Kriteria koperasi sektor simpan pinjam penerima dana bergulir:

a) Koperasi Primer dan/atau Sekunder yang telah berbadan


hukum;
b) Memiliki sertfifikat Nomor Induk Koperasi
c) Status kantor yang jelas

22
d) Memiliki nusaha produktif’
e) Kinerja pengambilan kategori lancar dan tidak memiliki
tunggakan atas pinjaman atau pembiayaan sebelumnya dalam
hal koperasi sedang menerima pinjaman atau pembiayaan
dana bergulir dari LPDB-KUMKM.

2.3 Dukungan Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendanaan Koperasi dan UMKM

2.3.1 Dukungan Pemerintah dalam Pendanaan Koperasi

Peran pemerintah penting agar koperasi terus berkembang maju dan


meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama rakyat miskin. Dalam masalah ini,
pemerintah membuat program yang disebut KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kredit
Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil
Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan
investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.

Cara mengajukan Kredit Usaha Rakyat:

1) Pelaku UMKM dan Koperasi yang membutuhkan kredit usaha rakyat


(KUR) menghubungi ke 6 (enam) bank yang di tunjuk sebagai bank
penyalur KUR.
2) Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan ketentuan bank
pelaksana.
3) Mengajukan surat permohonan kredit
4) Bank pelaksana akan melakukan pesanan kelayakan
5) Bank pelaksana berwenang memberikan persetujuan atau menolak
permohonan kredit usaha rakyat.

Dengan demikian tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatkan


perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Dalam setiap
kegiatan koperasi telah diatur dalam UU yang telah diatur oleh pemerintah seperti
dalam UU no 17 tahun 2012 yang mengatur tentang koperasi. Peranan pemerintah
dalam gerakan koperasi antara lain dengan:

23
1) Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan
penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap
permasalahan koperasi
2) Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap
koperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil
diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha
lainnya.
3) Memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan
jaringan usaha dan kerja sama.

Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan


koperasi tidak dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Adapun kebijakan
pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai berikut:

1) Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar


makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan
menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam
masyarakat.
2) Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya
peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih
profesional.
3) Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha
yang seluas luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam
negeri maupun diluar negeri, dan penciptaan iklim usaha yang mendukung
dengan kemudahan memperoleh permodalan.
4) Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan
usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk
mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi
yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan
usaha, dan kesetiakawanan.

2.3.2 Dukungan Pemerintah terkait dengan Pendanaan UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor yang penting


dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan
ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, peningkatan

24
devisa negara, dan pembangunan ekonomi daerah. UKM diharapkan mempunyai
kemampuan untuk ikut memacu pertumbuhan ekonomi nasional sehingga UKM
membutuhkan pelindung berupa kebijakan pemerintah seperti undang-undang dan
peraturan pemerintah. Adapun peran pemerintah terkait pendanan UMKM, yaitu
menciptakan regulasi atau kebijakan yang baik berupa undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan UMKM dari sisi perbankan yang
akan memacu peranan UMKM dalam perekonomian yaitu UU No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Adapun aspek pendanaan dalam UU No 20 Tahun 2008 pada
pasal 8 ditujukan untuk:
1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank;
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya
sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat,
tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan;
4) Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa produk keuangan lainnya yang disediakan oleh
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan
sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang
disediakan oleh Pemerintah.

Pemerintah membuat kebijakan ini untuk mempercepat pertumbuhan


ekonomi yang terkait langsung dengan UMKM, selain itu juga bertujuan untuk
meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM di dalam proses pembangunan
nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan
pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan pendapatan.
Terdapat tiga butir kebijakan pokok pemerintah di bidang ekonomi, yaitu:

1) Peningkatan layanan jasa keuangan khususnya untuk pelaku UMKM, yang


meliputi perbaikan layanan jasa perbankan, pasar modal, multifinance,
asuransi.
2) Peningkatan infrastruktur layanan jasa keuangan, berupa akses pasar,
layanan penagihan dan pembayaran, kemudahan investasi dan menabung,

25
serta dukungan umum atas pelaksanaan transaksi perdagangan Peningkatan
layanan jasa dan infrastruktur pendukungnya tidak akan berarti banyak
tanpa upaya pembenahan menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan
entrepreneurship bagi pelaku UMKM.
3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan aspek-aspek teknis dan
manajemen usaha, pengembangan produk dan penjualan, administrasi
keuangan, dan kewirausahaan secara menyeluruh.

Pemerintah juga melalui berbagai elemen seperti Departemen Koperasi,


Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bappenas, BUMN juga institut
keuangan baik bank maupun nonbank, melakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan UKM agar dapat menjadi tangguh dan mandiri serta dapat
berkembang untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kukuh. Dukungan
diwujudkan melalui kebijakan pengadaan fasilitas dan stimulus lain. Selain itu,
banyak dukungan atau bantuan yang diperlukan terkait upaya tersebut, misalnya
bantuan berupa pengadaan alat produksi, pengadaan barang fisik lainnya juga
diperlukan sebuah metode, sarana dan prosedur yang memadai, tepat guna, dan
aplikatif serta mengarah pada kesesuaian pelaksanaan usaha dan upaya
pengembangan kemampuan masyarakat sebagai pelaku usaha dalam suatu sistem
perekonomian yang berbasis masyarakat, yaitu dalam bentuk UMKM.

Berdasarkan beberapa pendapat dan langkah-langkah yang dilakukan


pemerintah dalam menjamin pengembangan UMKM dapat diabaikan bahwa dalam
rangka memberdayakan UMKM dapat di tempuh meliputi:

1) Penetapan kebijakan pemberdayaan UKM dalam penumbuhan iklim usaha


bagi usaha kecil di tingkat nasional yang mencakup: Pendanaan/penyediaan
sumber dana, tata cara dan syarat pemenuhan kebutuhan dana;
2) Memfasilitasi akses penjaminan dalam penyediaan pembiayaan bagi UKM
di tingkat nasional termasuk: kredit perbankan, penjaminan lembaga bukan
bank, modal ventura, pinjaman dari dana pengasihan sebagai laba BUMN,
hibah dan jenis pembiayaan lain.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sumber – sumber pendanaan pengembangan koperasi menurut UU No. 20 Tahun


1992 berasal dari, modal sendiri, dan modal pinjaman. Sementara itu di dalam UU
Perkoperasian No 17 Tahun 2012 menjelaskan modal koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan
Sertifikat Modal sebagai modal awal. Selain setoran pokok serta sertifikat modal, modal
Koperasi dapat berasal dari: Hibah, Modal Penyertaan dan Modal pinjaman. Aset dalam
koperasi terdiri asset lancar dan asset tidak lancar. SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari
seluruh pemasukan atau penerimaan total (pendapatan total) atau biasa dilambangkan (TR)
dengan biaya-biaya atau biaya total (biaya total) dengan lambang (TC) dalam satu tahun
waktu.
Pembiayaan terhadap UMKM dapat diperoleh melalui pemerintah, pemerintahan
daerah, BUMN, usaha besar nasional dan asing. Pendanaan yang tercantum dalam peraturan
UU No. 20 Tahun 2008 pada pasal 21 tersebut termasuk dari fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah dalam rangka meningkatkan menciptakan usaha-usaha baru dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyrakat banyak melalui pemberdayaan UMKM. Sumber –
sumber pendanaan UMKM yaitu sumber dana internal UMKM dan sumber dana ekternal
UKM.

27
Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak
dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Pemerintah membuat kebijakan ini untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi yang terkait langsung dengan UMKM, selain itu juga
bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM di dalam proses
pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan
pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan pendapatan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agus Sumantri, Bambang dan Erwin Putera Permana. (2017). Manajemen Koperasi Dan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Perkembangan Teori, Praktik, dan
Strategi: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Muljono, Djoko. (2012). Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.
Yogyakarta : CV Andi Offset (Penerbit Andi).

Jurnal:

Jaja Raharja, Sam’un. (2013). Prospek dan Tantangan Pengembangan Koperasi di


Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 9, No. 2: hal 117-127.

Skripsi:

Agustine, Belinda Suryani. (2014). Studi Deskriptif Aspek Permodalan Koperasi Dalam
Implementasi Uu No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se-Kota Bandung.
Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Undang-Undang:

 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian

 Undang-Undang No. 17 Tahun 2002 Tentang Perkoperasian

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Internet:

Nurezza, Ahmad Sayuto. (2013). Sumber Modal Koperasi.


https://ahmadsayutinurreza.wordpress.com/2013/11/19/sumber-modal-koperasi/
(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021)

Deddy Edward Tanjung. (2010). Sumber Modal UMKM ~ Konsultan Sektor Riil &
UMKM. https://sumbermodal.wordpress.com/2010/02/06/berbagai-sumber-modal-
umkm/. (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021).

iv
Siwi Taufiq Rachman. (2008). Pembiayaan UMKM.
https://007umkm.wordpress.com/2008/07/17/pembiayaan-umkm/ (Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2021)

Lembaga Pengelola Dana Bergulir LPDB. Pinjaman. https://www.lpdb.id/ (Diakses pada


tanggal 10 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai