Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PL 3281 MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN


MANAJEMEN KONFLIK
STUDI KASUS : PULAU-PULAU KECIL, PULAU SANGIHE, SULAWESI UTARA

PWK RB
KELOMPOK 3

Disusun Oleh :
Ivan Rahmadi Pradhana (22116063)
Agnesa Hilda Pratiwi (22116071)
Ian Nico Panra Sinaga (22116074)
Trya Praesaning Tyas (22116111)
Natalia Dinda Karunia Putri (22116116)

Dosen Pengampu:
Ir. Andi Oetomo, M.Pl
Lutfi Setianingrum, S.T., M.URP

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN


TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
1 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN LITERATUR ...................................................................................................... 4
2.1 Manajemen Konflik .................................................................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Konflik ...................................................................................................................... 5
2.3 Proses Terjadinya Konflik.......................................................................................................... 5
2. 4 Penyelesaian Konflik .................................................................................................................. 6
BAB III ANALISIS KASUS ................................................................................................................. 7
3.1 Konflik di Kawasan Pulau Sangihe, Sulawesi Utara ............................................................... 7
3.2 Kajian Studi Kasus Terhadap Manajemen Konflik ................................................................ 8
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................................ 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
4.2 Rekomendasi .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

i
2 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Kepulauan Sangine ............................................................................. 3


Gambar 3.1 Gambar Diagram Alir Dinamika konflik .................................................................... 10

ii
4 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, Indonesia tentunya
mempunyai banyak sekali pulau-pulau kecil yang tersebar di daerah-daerah kepulauan besar
dan di daerah perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara lain, oleh karena itu
pemerintah Indonesia dituntut untuk dapat memanajemen pembangunan di daerah pulau-pulau
kecil. Pemerintah diharapkan dapat melakukan pendekatan-pendekatan dalam
mengkoordinasikan pembangunan di kawasan pulau-pulau kecil. Terdapat lembaga-lembaga
nasional dan regional telah mengembangkan program dan kegiatan untuk pulau kecil
perbatasan tetapi program masih berorientasi sektoral dan parsial, sedangkan tidak ada
kebijakan nasional mengenai manajemen pulau-pulau kecil perbatasan. Pentingnya
memperhatikan kawasan pulau-pulau kecil yang ada di perbatasan NKRI agar masyarakat di
pulau-pulau tersebut tidak mendapat konflik sosial dengan Negara yang berbatasan langsung
dengan NKRI yang berada di sekitar pulau tersebut khususnya Pulau Sangihe dan Negara
Kepulauan Philipina. Karena mudahnya akses masyarakat perbatasan Filipina dengan
Kepulauan Sangihe terhadap wilayah NKRI maka dari itu makalah ini dibuat dengan tujuan
dilakukannya pengembangan kawasan pulau-pulau kecil terluar di Indonesia guna
meningkatkan ketahanan NKRI dan mengurangi konflik di wilayah perbatasan. Studi kasus
yang kami ambil di sini adalah Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Sangihe. Kepulauan
Sangihe merupakan salah satu kabupaten yang menempati posisi paling utara dan berbatasan
langsung dengan negara tetangga Filipina serta berada di Laut Sulawesi dan pinggiran
Samudera Pasifik. Kepulauan Sangihe memiliki 5 (lima) pulau sebagai pulau terluar dan
perbatasan, yaitu: Pulau Marore, P. Kawio, P. Matutuang, P. Kawaluso, dan Pulau Lipang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa penyebab utama terjadinya konflik di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan
Negara Kepulauan Filipina?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi konflik yang terjadi di Kepulauan Sangihe,
Sulawesi Utara dengan Negara Kepulauan Filipina?

1
3. Bagaimana peran dari manajemen konflik dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
antara Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara Kepulauan Filipina?

1.3 Tujuan dan Sasaran


1. Mengetahui konflik sosial yang terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan
Negara Kepulauan Filipina
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi konflik yang terjadi di Kepulauan Sangihe,
Sulawesi Utara dengan Negara Kepulauan Filipina
3. Bagaimana peran dari manajemen konflik dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
antara Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara Kepulauan Filipina

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara,
Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud
pada tahun 2000. Ibu kota kabupaten ini adalah Tahuna. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
736,98 km² dan berpenduduk sebanyak 130.493 jiwa.

2
Gambar 1.4.1 Peta Kabupaten Kepulauan Sangine

Sumber : Peta tematik Indonesia

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang,rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
wilayah dan sistematika penulisan dari makalah yang akan dibuat.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari beberapa referensi
yang berkaitan dengan penyusunan substansi pada makalah yang akan dibuat.
Bab III Analisis Kasus
Pada bab ini menjelaskan analisis kasus yang dibahas dalam makalah yang akan dibuat.
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi makalah dan terdapat rekomendasi untuk
makalah yang telah dibuat.

3
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

Menurut George R. Terry (2008:39 ) menyatakan bahwa, manajemen adalah pencapaian


tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya dan mempergunakan bantuan orang lain.
Sedangkan menurut Terry (2005:1) menegaskan bahwa manajemen yaitu suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi
pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya,
memahami bagaimana melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah
dilakukan.
Selanjutnya Daft (2002:8), menegaskan bahwa terdapat 4 (empat) fungsi manajemen
yaitu:
a. Perencanaan (planning), adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
penentuan tujuan yang ingin diraih oleh organisasi dan penetapan tugastugas dan alokasi
sumberdaya untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Pengorganisasian (organizing), adalah fungsi manajemen yang berkaitan dengan
penetapan dan pengelompokan tugas-tugas ke dalam departemen dan pengalokasian
sumberdaya keberbagai departemen.
c. Kepemimpinan (leading), adalah fungsi manajemen yang melibatkan penggunaan
pengaruh untuk memotivasi anggota untuk meraih sasaran organisasi.
d. Pengendalian (controlling), yaitu fungsi manajemen yang berhubungan dengan
pemantauan aktivitas-aktivitas anggota, menjaga organisasi agar tetap berjalan ke arah
pencapaian sasaran-sasarannya, dan membuat koreksi jika diperlukan.

2.1 Manajemen Konflik


Konflik atau pertentangan memang tidak bisa dihindarkan dari dalam diri manusia baik
sebagai mahluk pribadi terlebih sebagai mahluk sosial. Bahkan pada dataran yang sangat
ekstrim, konflik sosial sering terjadi dalam bentuk pertikaian baik fisik maupun non fisik. Umat
manusia selalu berjuang dengan konflik. Kita tidak bisa membayangkan seseorang yang tidak
pernah memiliki konflik dalam setiap aktivitasnya (William Hendricks, 1: 2000). Segala yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan hampir dipastikan akan selalu berhadapan
dengan berbagai pertentangan atau konflik yang melibatkan antar kelompok.

4
Secara sederhana, pengertian konflik menurut Cornelius et al (1992) sebagaimana
dikutip oleh Hoda Lacey (18:2003) adalah dua jajaran kebutuhan atau arah- arah yang
berlawanan. Sedangkan secara lebih luas, konflik menurut Cassell ConciseEnglish Dictionary,
1989) adalah suatu pertarungan, benturan, pergulatan, pertentangan kepentingan-kepentingan,
opini-opini atau tujuan-tujuan pergulatan mental, penderitaan batin dan sebagainya (Hoda
Lacey, 2003).
Manajemen konflik dapat didefinisikan sebagai segala seni pengaturan atau pengelolaan
berbagai konflik maupunn pertentangan yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Apakah tujuan tersebut berupa akomodasi, dominasi atau kemenangan suatu pihak.
Manajemen konflik atau pertentangan juga diartikan sebagai kemampuan dalam
mengendalikan ambiguitas dan paradoks yang terjadi dalam suatu konflik. Dalam penelitian
yang telah dilakukan konflik atau pertentangan yang akan dikelola adalah konflik yang ada
pada diri masing-masing mahasiswa berdasarkan karakteristiknya maupun konflik yang terjadi
antar personal dalam suatu kelas perkuliahan.

2.2 Jenis-Jenis Konflik


Berdasarkan pihak yang terlibat didalamnya, konflik dibagi menjadi beberapa macam,
yaitu:
1. Konflik dalam diri individu, yaitu konflik yang timbul karena memilih tujuan yang
saling bertentangan, atau disebabkan tuntutan tugas yang terllalu banyak untuk di
tinggalkan.
2. Konflik antar-individu, yaitu konflik yang timbul karena munculnya perbedaan
kepribadian antara individu yang satu dengan yang lainnya.
3. Konflik antar individu dan kelompok, yaitu konflik yang muncul karena adanya
individu yang tidak berhasi dalam beradaptasi dengan normanorma yang berlaku di
tempat ia bekerja.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, yaitu konflik yang timbul
karena masing-masing kelompok mempunyai tujuan tersendiri atau berbeda.

2.3 Proses Terjadinya Konflik


Menurut Smith, proses terjadinya konflik sebagai berikut:
1. Tahap antisipasi adalah tahap dimana merasakan munculnya gejala perubahan yang
mencurigakan.

5
2. Tahap menyadari adalah tahap dimana perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakkan.
3. Tahap pembicaraan adalah tahap dimana pendapat-pendapat berbeda mulai
bermunculan.
4. Tahap perdebatan terbuka adalah tahap dimana perbedaan pendapat mulai
ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5. Tahap konflik terbuka adalah tahap dimana masing-masing pihak berusaha
memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.

2. 4 Penyelesaian Konflik
Menurut Hugh Miall (2002:65) bahwa penyelesaian konflik dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Strategi Kompetisi, merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu
pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
2. Strategi Akomodasi, merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan
kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada
pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
3. Strategi Kolaborasi, merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang
memuaskan kedua belah pihak.
4. Strategi Penghindaran, menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah
yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak
seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan
strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan
diri.
5. Strategi Kompromi atau Negoisasi, masing-masing memberikan dan menawarkan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak

6
5 BAB III

6 ANALISIS KASUS

3.1 Konflik di Kawasan Pulau Sangihe, Sulawesi Utara


Sering kita mendengar beberapa konflik yang terjadi pada daerah perbatasan negara
Republik Indonesia yang di dalamnya terdiri dari daerah perbatasan darat dan laut termasuk
pulau-pulau kecil. Seperti halnya Pulau Sangihe yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara yang
merupakan salah satu pulau-pulau kecil di Indonesia dan berbatasan dengan negara lain, yakni
Filipina. Adapun dinamika dan kontroversi yang terjadi di Pulau Sangihe dengan Filipina
adalah masalah kewarganegaraan. Hingga saat ini, data jumlah WNI yang menetap di wilayah
Filipina mencapai 7.000 sampai dengan 8.000 jiwa (Survei KJRI Davao Tahun 2003 dalam
Komando Armada RI Kawasan Timur, Pangkalan Utama Angkatan Laut VI). Mereka
dikategorikan sebagai Undocumented Citizens atau warga negara yang tidak terdokumentasi.
Artinya sejumlah WNI tersebut tidak memiliki dokumen keimigrasian yang dapat
membuktikan kewarganegaraan mereka secara sah. Posisi inilah yang membuat mereka (warga
Pisang) atau Filipina-Sangihe rentan dalam kebijakan politik dan kependudukan karena
stateless mereka. Sehingga hal ini memungkinkan untuk dimanfaatkan secara politik maupun
ekonomi.

Keberadaan WNI yang menjadi penduduk Filipina Selatan dianggap otoritas sebagai
warga negara yang illegal in trans (tidak jelas status kewarganegaraannya) oleh Pemerintah
Filipina. Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan baik kedua negara ini, baik
Indonesia maupun Filipina. Selain itu, konflik lain yang terjadi yaitu adanya sentimental
perebutan sumberdaya ekonomi antara Filipina dengan warga lokal terkait dengan aktivitas
tangkapan ikan serta timbulnya kejahatan transnasional. Kontroversi ini dapat ditemui karena
wilayah perbatasan dan pengawasan terhadap pulau-pulau kecil yang kurang diperhatikan. Baik
sadar maupun tidak sadar kontak dengan berbagai macam orang di wilayah ini menimbulkan
adanya jalur illegal seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat-obat terlarang, terorisme
dan illegal fishing di perairan utara Pulau Sulawesi.

Sebenarnya, jika ditinjau dari nilai strategis dan potensinya, pulau-pulau kecil di
perbatasan ini juga memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri, misalnya dari sumberdaya
alam yang besar, wilayahnya yang sangat strategis serta menjadi benteng pertahanan dan
keamanan suatu negara. Namun, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia
yang berbatasan dengan negara lain masih menjadi sebuah tugas besar yang perlu dikaji guna

7
memperoleh hak yang sama dalam pembangunan serta terhindar dari konflik hukum yang
berkepanjangan.

3.2 Kajian Studi Kasus Terhadap Manajemen Konflik


Manajemen konflik merupakan suatu proses yang dilakukan oleh para pelaku agar
ditemukannya suatu hasil yang sempurna sebagai upaya penyelesaian konflik yang terjadi.
Ross, 1993 mendefinisikan manajemen konflik sebagai langkah yang diambil para pelaku atau
pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin akan
menghasilkan penyelesaian konflik seperti ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat dan
agresif.

1) Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar


Kawasan pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan antar negara memiliki arti
penting dalam pengembangan bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan kawasan
Pulau Sangihe secara geopolitik memiliki nilai strategis secara ekonomi yang
berkaitan dengan penguasaan zona eksklusif dan zona landas kontinen pada batas
teritorial laut. Secara geopolitik, persepsi pengelolaan WP3K (Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil) harus bergeser pada sebuah pendekatan berikut;
1. Pendekatan Kesejahteraan (prosperity)

Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berbasis


ekonomi maritim, peran dari pihak pemerintah yang dalam hal ini diwenangi
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan harus terus berupaya
mengoptimalkan sumberdaya bagi pembangunan wilayah yang mampu
memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat. Misalnya
mensejahterahkan masyarakat nelayan Pulau Sangihe untuk mengambil hasil
tangkapan di perairan utara Pulau Sulawesi yang berdampak pada peningkatan
perekonomian masyarakat lokal.

2. Pendekatan Lingkungan (environmental)

Berdasarkan prioritas kebijakan yang dirumuskan pada pengelolaan


Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Pulau Sangihe, pengembangan komoditas
unggulan seperti ikan tuna, ikan tongkol, ikan cucut, kelapa dan pala harus
dilakukan secara optimal dan lestari. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai
tujuan dari pembanguna berkelanjutan yang ditinjau dari sisi ekologis, sehingga
selain dieksploitasi atau dimanfaatkan sebagaimana untuk kepentingan

8
ekonominya juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Aktivitas
lainnya yang ada di sekitar kawasan Pulau Sangihe juga diminimalisir adanya
pencemaran terhadap perairan laut Indonesia.

3. Pendekatan keamanan (security approach)

Penegakan hukum (law enforcement) dari segala bentuk pelanggaran


merupakan bagian dari pendekatan keamanan yang harus dilakukan secara
konsisten, berkeadilan dan mampu memberikan efek jera bagi para pelaku
kriminalitas. Salah satu persoalan yang ramai dibicarakan hingga saat ini adalah
kasus illegal fishing, di wilayah perbatasan antar Pulau Kecil Indonesia dengan
Negara Filipina, terlihat bendera Filipina di perairan laut Indonesia. Hal ini
menjadi suatu kerugian besar bagi negara akibat pencurian ikan oleh nelayan
asing. Efek jera yang diberikan yaitu berupa kebijakan penenggelaman kapan
pencurian ikan di perairan Indonesia yang merugikan. Sekalipun masyarakat
Sangihe memiliki jaringan kekerabatan dengan Filipina, bukan berarti laut
merupakan milik bersama. Untuk itu, efektivitas keamanan laut juga harus
melibatkan masyarakat lokal.

2) Manajemen Konflik dalam Konteks Perencanaan Wilayah

Dinamika dalam melaksanakan rencana pembangunan, terkadang sering


menimbulkan sebuah konflik atau perdebatan. Dalam hal ini manajemen konflik
bertindak sebagai alat untuk menghindari persoalan sekaligus sebagai pemecah dari
adanya konflik itu sendiri. Dapat kita lihat dalam unsur-unsur kewilayahan yang
diantaranya tata guna lahan, lingkungan, administrasi wilayah, pengembangan kawasan,
aksesibilitas antar wilayah dan batasan fungsional, dinamika konflik memuat 3 (tiga)
komponen yaitu profil konteks permasalahan, pelaku dan penyebab masalah. Untuk
mendukung program pembangunan yang menitikberatkan pada aspek keterpaduan,
harmonisasi, sinkronisasi dan optimasi, terdapat substansi yang digunakna sebagai
analisis manajemen konflik secara komprehensif, seperti gambar di bawah ini;

9
Gambar 6.1 Gambar Diagram Alir Dinamika konflik

Sumber: Panduan Membangun Perdamaian, The World Bank.

Dari gambar di atas, dinamika konflik yang terjadi di Pulau Sangihe dapat
diuraikan seperti berikut ini;

 Profil Konteks
Terkait gambaran umum konflik yang terjadi (telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya mengenai konflik yang terjadi di Kawasan Pulau
Sangihe)
 Penyebab Konflik
Adapun faktor yang memepengaruhi timbulnya konflik di Pulau Sangihe,
Sulawesi Utara adalah wilayah strategis yang menjadi batas teritorial
sebuah negara, dalam hal ini Republik Indonesia yang wilayahnya menjadi
pintu masuk bagi warga negara asing. Selain itu, masyarakat yang tinggal
di Pulau-Pulau Kecil ini cenderung dikategorikan sebagai masyarakat
tertinggal yang jauh dari perkembangan dan pertumbuhan pembangunan
layaknya wilayah perkotaan. Tak hanya itu, kajian mengenai masyarakat
pulau-pulau kecil dan perbatasan Indonesia-Filipina yang menjadi border

10
sea utama masih sangat minim, bahkan kurang diperhatikan. Ketiga faktor
inilah yang masih menjadi realitas lapangan dan belum menjadi perhatian
serius bagi pemerintah hingga saat ini.
 Pelaku Adanya Konflik
Dalam studi kasus mengenai Pulau-Pulau Kecil di Sangihe, Sulawesi Utara
melibatkan pihak antar individu dengan Negara. Seperti halnya permasalahan
status kewarganegaraan yang bermigrasi, sehingga melibatkan peran dari
pemerintah baik Indonesia maupun Filipina.

Selanjutnya, dilakukanlah beberapa analisis baik dari kondisi sosial, ekonomi,


politik, optimaliasi pelayanan publik, analisis kapasitas kelembagaan, pembangunan
fisik serta kebijakan dan tata pemerintahan. Salah satu kebijakan pemerintah dalam
konteks pemanfaatan ruang telah tertera dalam UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai penyempurna atas
perubahan UU Nomor 27 Tahun 2007. Dalam Undang-Undang tersebut
mengamanatkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah sutu
pengkoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah, antar sektor, antar ekosistem darat dan laut, serta antar ilmu pengetahuan dan
managemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sehingga, meskipun Pulau
Sangihe adalah Pulau Kecil, dengan luas sekitar 2.000 km persegi beserta kesatuan
ekosistemnya, Pulau Sangihe harus dimanfaatkan sesuai dengan pemanfaatan ruang
yang diselaraskan dengan rencana pembangunan agar terhindar dari timbulnya konfik-
konflik yang terjadi.

3) Penyelesaian Konflik Pulau Sangihe, Sulawesi Utara

Jika dikaitkan dengan aspek konstruktif dalam manajemen konflik, studi kasus
yang terdapat pada kawasan pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Sangihe, Sulawesi Utara
dapat ditangani dalam bentuk penanganan dan teknik negosiasi sehingga ditemukannya
solusi terbaik bagi setiap pihak. Aspek kontruktif ini juga dapat mengikat para pelaku
dengan adanya interaksi saling membangun. Terkait dengan konflik kewarganegaraan
yang terjadi di Pulau Sangihe dan Filipina, aspek konstruktif ini telah diupayakan
melalui capaian agenda dalam Joint Bilateral Commission Indonesia-Filipina untuk
mengetahui keinginan masyarakat dengan tiga kemungkinan pilihan. Hal ini menjadi

11
solusi alternatif agar Warga Negara Indonesia memiliki status kewarganegaraan yang
jelas. Pilihan tersebut diantaranya;

1. Naturalisasi; yaitu memilih menjadi warga negara Filipina


2. Repatriasi; yaitu relokasi ke wilayah Republik Indonesia
3. Legalisasi; yaitu menjadi Warga Negara Indonesia yang tinggal di Filipina

Agenda yang terdapat dalam forum Joint Bilateral Commission Indonesia-


Filipina dilakukan secara berkala dan dioptimalkan guna menjembatani permasalahan
perbatasan kedua negara secara bilateral. Hubungan bilateral yang dimaksud adalah
hubungan yang melibatkan dua negara dalam urusan politik, budaya dan ekonomi.

Menurut Hugh Miall (2002:65), terdapat 5 strategi yang digunakan untuk


menyelesaikan konflik yang terjadi yaitu strategi kompetisi, akomodasi, kolaborasi,
penghindaran dan kompromi atau negosiasi. Setelah melakukan analisis, hanya terdapat
satu strategi yang tidak sesuai penggunaannya terkait konflik yang terjadi di kawasan
pulau-pulau kecil, Pulau Sangihe, Sulawesi Utara yakni strategi akomodasi. Hal ini
didasarkan bahwasanya strategi akomodasi merupakan penyelesaian konflik yang
menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya
penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
Sedangkan, pulau kecil yang berada pada wilayah perbatasan harus menggabungkan
kerjasama secara bilateral. Adapun 4 strategi yang sesuai dengan studi kasus anatara
lain;

1) Strategi Kompetisi, merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu


pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Misalnya, penenggelaman kapal
negara asing pada kasus pencurian ikan di perairan Indonesia.
2) Strategi Kolaborasi, merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang
memuaskan kedua belah pihak. Misalnya, adanya kerjasama masyarakat lokal Pulau
Sangihe untuk bertransaksi secara ekonomi kepada negara Filipina dengan
pertimbangan cakupan lokasi yang lebih.
3) Strategi Penghindaran, menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah
yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak
seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Misalnya, meskipun wilayah
perbatasan menjadi pintu utama kerjasama, sangat dihindari adanya penyelundupan
barang-barang ilegal, seperti obat-obat terlarang, persenjataan dan terorisme.

12
4) Strategi Kompromi atau Negoisasi, masing-masing memberikan dan menawarkan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Misalnya, memberikan suatu pilihan terkait legalitas status kewarganegaraannya.

13
7 BAB IV

8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan studi kasus yang telah
diambil, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dinamika dan kontroversi atau konflik sosial yang terjadi di Pulau Sangihe
dengan Negara Filipina adalah masalah kewarganegaraan. Selain itu, konflik
lain yang terjadi yaitu adanya sentimental perebutan sumberdaya ekonomi antara
Filipina dengan warga lokal terkait dengan aktivitas tangkapan ikan serta
timbulnya kejahatan transnasional.
2. Konflik yang terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara
Filipina pada masalah kewarganegaraan terjadi karena dipengaruhi oleh
sejumlah WNI yang tidak memiliki dokumen keimigrasian yang dapat
membuktikan kewarganegaraan mereka secara sah. Posisi inilah yang membuat
mereka (warga Pisang) atau Filipina-Sangihe rentan dalam kebijakan politik dan
kependudukan karena stateless mereka. Selain itu, untuk konflik yaitu adanya
sentimental perebutan sumberdaya ekonomi antara Filipina dengan warga lokal
terjadi karena dipengaruhi oleh wilayah perbatasan dan pengawasan terhadap
pulau-pulau kecil yang kurang diperhatikan.
3. Manajemen konflik memiliki peran penting dalam penyelesaian konflik yang
terjadi di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara Filipina yaitu dengan
mengkaitkan aspek konstruktif dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
Aspek konstruktif ini juga dapat mengikat para pelaku dengan adanya interaksi
saling membangun. Terkait dengan konflik kewarganegaraan yang terjadi di
Pulau Sangihe dan Filipina, aspek konstruktif ini telah diupayakan melalui
capaian agenda dalam Joint Bilateral Commission Indonesia-Filipina untuk
mengetahui keinginan masyarakat dengan tiga kemungkinan pilihan. Hal ini
menjadi solusi alternatif agar Warga Negara Indonesia memiliki status
kewarganegaraan yang jelas. Pilihan tersebut diantaranya Naturalisasi,
Repatriasi dan Legalisasi.

14
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan analisis studi kasus yang telah dilakukan, maka dapat
direkomendasikan beberapa hal kepada seluruh stakeholders dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) berlandasakan pada pengelolaan pulau-
pulau kecil di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, sebagai berikut:

Bagi Pihak Pemerintah

Beberapa rekomendasi bagi Pemerintah setempat lain:

1. Perlunya ada upaya dari lembaga-lembaga pembangunan pesisir dan pulau kecil
untuk
2. Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil harus berbasis konservasi
lingkungan
3. Pemerintah harus mengikutsertakan masyarakat dalam musyawarah pembangunan
sehingga terwujud pembangunan daerah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Bagi Pihak Swasta Terkait

Beberapa rekomendasi bagi pihak swasta terkait:

1. Pengembangan potensi yang dimiliki oleh daerah pesisir ataupun pulau kecil, pihak
swasta bertindak sebagai fasilitator
2. Melakukan rekrutmen sumber daya manusia yang berasal dari masyrakat setempat
sesuai dengan keahlian masyarakat dan melakukan monitoring untuk
pengembangan daerah setempat

Bagi Masyarakat

Beberapa rekomendasi bagi masyarakat:

1. Masyarakat harus ikut serta dalam musyawarah pembangunan supaya nantinya


pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2. Masyarakat harus melakasanakan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh
pihak swasta atau pihak pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dan pengembangan daerah setempat

15
9 DAFTAR PUSTAKA

Undang-Uundang No.1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (WP3K)

Pristiwanto, 2016. Dinamika Pisang (Filipina-Sangihe) di Perbatasan Indonesia-Filipia dalam


Penelitian Balai Pelestarian Niai Budaya (BPNB); Manado.

Tirtosudarmo, Riwanto, 2002. Tentang Perbatasan dan Studi Perbatasan; Sebuah Pengantar
dalam Jural Antropologi Indonesia. Vol. XXVI No. 67, Januari-April

Achmad Nasir, 2011. Kebijakan Pengelolaan Plau-Pulau Kecil Perbatsan Berbasis Geopoitik
Daya Dukung Ekonomi dan Lingkungan. Dalam Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.
Vol 2 No.1 November 2011

Ssumaryanto, 2010. Mmanagemen Konflik sebagai Salah Satu Solusi dalam Pemecahan
Masalah, FIK UNY, Yogyakarta

Wirawan, (2010). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta Salemba Humanika Macam-
macam Konflik Menurut Para ahli

Pengertian dan Tahapan atau Proses terjadinya konflik, 9 mei 2019

16

Anda mungkin juga menyukai