PWK RB
KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
Ivan Rahmadi Pradhana (22116063)
Agnesa Hilda Pratiwi (22116071)
Ian Nico Panra Sinaga (22116074)
Trya Praesaning Tyas (22116111)
Natalia Dinda Karunia Putri (22116116)
Dosen Pengampu:
Ir. Andi Oetomo, M.Pl
Lutfi Setianingrum, S.T., M.URP
i
2 DAFTAR GAMBAR
ii
4 BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana peran dari manajemen konflik dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
antara Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara Kepulauan Filipina?
2
Gambar 1.4.1 Peta Kabupaten Kepulauan Sangine
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang,rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
wilayah dan sistematika penulisan dari makalah yang akan dibuat.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari beberapa referensi
yang berkaitan dengan penyusunan substansi pada makalah yang akan dibuat.
Bab III Analisis Kasus
Pada bab ini menjelaskan analisis kasus yang dibahas dalam makalah yang akan dibuat.
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi makalah dan terdapat rekomendasi untuk
makalah yang telah dibuat.
3
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
4
Secara sederhana, pengertian konflik menurut Cornelius et al (1992) sebagaimana
dikutip oleh Hoda Lacey (18:2003) adalah dua jajaran kebutuhan atau arah- arah yang
berlawanan. Sedangkan secara lebih luas, konflik menurut Cassell ConciseEnglish Dictionary,
1989) adalah suatu pertarungan, benturan, pergulatan, pertentangan kepentingan-kepentingan,
opini-opini atau tujuan-tujuan pergulatan mental, penderitaan batin dan sebagainya (Hoda
Lacey, 2003).
Manajemen konflik dapat didefinisikan sebagai segala seni pengaturan atau pengelolaan
berbagai konflik maupunn pertentangan yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Apakah tujuan tersebut berupa akomodasi, dominasi atau kemenangan suatu pihak.
Manajemen konflik atau pertentangan juga diartikan sebagai kemampuan dalam
mengendalikan ambiguitas dan paradoks yang terjadi dalam suatu konflik. Dalam penelitian
yang telah dilakukan konflik atau pertentangan yang akan dikelola adalah konflik yang ada
pada diri masing-masing mahasiswa berdasarkan karakteristiknya maupun konflik yang terjadi
antar personal dalam suatu kelas perkuliahan.
5
2. Tahap menyadari adalah tahap dimana perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakkan.
3. Tahap pembicaraan adalah tahap dimana pendapat-pendapat berbeda mulai
bermunculan.
4. Tahap perdebatan terbuka adalah tahap dimana perbedaan pendapat mulai
ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5. Tahap konflik terbuka adalah tahap dimana masing-masing pihak berusaha
memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
2. 4 Penyelesaian Konflik
Menurut Hugh Miall (2002:65) bahwa penyelesaian konflik dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Strategi Kompetisi, merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu
pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
2. Strategi Akomodasi, merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan
kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada
pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
3. Strategi Kolaborasi, merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang
memuaskan kedua belah pihak.
4. Strategi Penghindaran, menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah
yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak
seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan
strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan
diri.
5. Strategi Kompromi atau Negoisasi, masing-masing memberikan dan menawarkan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak
6
5 BAB III
6 ANALISIS KASUS
Keberadaan WNI yang menjadi penduduk Filipina Selatan dianggap otoritas sebagai
warga negara yang illegal in trans (tidak jelas status kewarganegaraannya) oleh Pemerintah
Filipina. Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan baik kedua negara ini, baik
Indonesia maupun Filipina. Selain itu, konflik lain yang terjadi yaitu adanya sentimental
perebutan sumberdaya ekonomi antara Filipina dengan warga lokal terkait dengan aktivitas
tangkapan ikan serta timbulnya kejahatan transnasional. Kontroversi ini dapat ditemui karena
wilayah perbatasan dan pengawasan terhadap pulau-pulau kecil yang kurang diperhatikan. Baik
sadar maupun tidak sadar kontak dengan berbagai macam orang di wilayah ini menimbulkan
adanya jalur illegal seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat-obat terlarang, terorisme
dan illegal fishing di perairan utara Pulau Sulawesi.
Sebenarnya, jika ditinjau dari nilai strategis dan potensinya, pulau-pulau kecil di
perbatasan ini juga memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri, misalnya dari sumberdaya
alam yang besar, wilayahnya yang sangat strategis serta menjadi benteng pertahanan dan
keamanan suatu negara. Namun, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia
yang berbatasan dengan negara lain masih menjadi sebuah tugas besar yang perlu dikaji guna
7
memperoleh hak yang sama dalam pembangunan serta terhindar dari konflik hukum yang
berkepanjangan.
8
ekonominya juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Aktivitas
lainnya yang ada di sekitar kawasan Pulau Sangihe juga diminimalisir adanya
pencemaran terhadap perairan laut Indonesia.
9
Gambar 6.1 Gambar Diagram Alir Dinamika konflik
Dari gambar di atas, dinamika konflik yang terjadi di Pulau Sangihe dapat
diuraikan seperti berikut ini;
Profil Konteks
Terkait gambaran umum konflik yang terjadi (telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya mengenai konflik yang terjadi di Kawasan Pulau
Sangihe)
Penyebab Konflik
Adapun faktor yang memepengaruhi timbulnya konflik di Pulau Sangihe,
Sulawesi Utara adalah wilayah strategis yang menjadi batas teritorial
sebuah negara, dalam hal ini Republik Indonesia yang wilayahnya menjadi
pintu masuk bagi warga negara asing. Selain itu, masyarakat yang tinggal
di Pulau-Pulau Kecil ini cenderung dikategorikan sebagai masyarakat
tertinggal yang jauh dari perkembangan dan pertumbuhan pembangunan
layaknya wilayah perkotaan. Tak hanya itu, kajian mengenai masyarakat
pulau-pulau kecil dan perbatasan Indonesia-Filipina yang menjadi border
10
sea utama masih sangat minim, bahkan kurang diperhatikan. Ketiga faktor
inilah yang masih menjadi realitas lapangan dan belum menjadi perhatian
serius bagi pemerintah hingga saat ini.
Pelaku Adanya Konflik
Dalam studi kasus mengenai Pulau-Pulau Kecil di Sangihe, Sulawesi Utara
melibatkan pihak antar individu dengan Negara. Seperti halnya permasalahan
status kewarganegaraan yang bermigrasi, sehingga melibatkan peran dari
pemerintah baik Indonesia maupun Filipina.
Jika dikaitkan dengan aspek konstruktif dalam manajemen konflik, studi kasus
yang terdapat pada kawasan pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Sangihe, Sulawesi Utara
dapat ditangani dalam bentuk penanganan dan teknik negosiasi sehingga ditemukannya
solusi terbaik bagi setiap pihak. Aspek kontruktif ini juga dapat mengikat para pelaku
dengan adanya interaksi saling membangun. Terkait dengan konflik kewarganegaraan
yang terjadi di Pulau Sangihe dan Filipina, aspek konstruktif ini telah diupayakan
melalui capaian agenda dalam Joint Bilateral Commission Indonesia-Filipina untuk
mengetahui keinginan masyarakat dengan tiga kemungkinan pilihan. Hal ini menjadi
11
solusi alternatif agar Warga Negara Indonesia memiliki status kewarganegaraan yang
jelas. Pilihan tersebut diantaranya;
12
4) Strategi Kompromi atau Negoisasi, masing-masing memberikan dan menawarkan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Misalnya, memberikan suatu pilihan terkait legalitas status kewarganegaraannya.
13
7 BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan studi kasus yang telah
diambil, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dinamika dan kontroversi atau konflik sosial yang terjadi di Pulau Sangihe
dengan Negara Filipina adalah masalah kewarganegaraan. Selain itu, konflik
lain yang terjadi yaitu adanya sentimental perebutan sumberdaya ekonomi antara
Filipina dengan warga lokal terkait dengan aktivitas tangkapan ikan serta
timbulnya kejahatan transnasional.
2. Konflik yang terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara
Filipina pada masalah kewarganegaraan terjadi karena dipengaruhi oleh
sejumlah WNI yang tidak memiliki dokumen keimigrasian yang dapat
membuktikan kewarganegaraan mereka secara sah. Posisi inilah yang membuat
mereka (warga Pisang) atau Filipina-Sangihe rentan dalam kebijakan politik dan
kependudukan karena stateless mereka. Selain itu, untuk konflik yaitu adanya
sentimental perebutan sumberdaya ekonomi antara Filipina dengan warga lokal
terjadi karena dipengaruhi oleh wilayah perbatasan dan pengawasan terhadap
pulau-pulau kecil yang kurang diperhatikan.
3. Manajemen konflik memiliki peran penting dalam penyelesaian konflik yang
terjadi di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara dengan Negara Filipina yaitu dengan
mengkaitkan aspek konstruktif dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
Aspek konstruktif ini juga dapat mengikat para pelaku dengan adanya interaksi
saling membangun. Terkait dengan konflik kewarganegaraan yang terjadi di
Pulau Sangihe dan Filipina, aspek konstruktif ini telah diupayakan melalui
capaian agenda dalam Joint Bilateral Commission Indonesia-Filipina untuk
mengetahui keinginan masyarakat dengan tiga kemungkinan pilihan. Hal ini
menjadi solusi alternatif agar Warga Negara Indonesia memiliki status
kewarganegaraan yang jelas. Pilihan tersebut diantaranya Naturalisasi,
Repatriasi dan Legalisasi.
14
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan analisis studi kasus yang telah dilakukan, maka dapat
direkomendasikan beberapa hal kepada seluruh stakeholders dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) berlandasakan pada pengelolaan pulau-
pulau kecil di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, sebagai berikut:
1. Perlunya ada upaya dari lembaga-lembaga pembangunan pesisir dan pulau kecil
untuk
2. Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil harus berbasis konservasi
lingkungan
3. Pemerintah harus mengikutsertakan masyarakat dalam musyawarah pembangunan
sehingga terwujud pembangunan daerah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
1. Pengembangan potensi yang dimiliki oleh daerah pesisir ataupun pulau kecil, pihak
swasta bertindak sebagai fasilitator
2. Melakukan rekrutmen sumber daya manusia yang berasal dari masyrakat setempat
sesuai dengan keahlian masyarakat dan melakukan monitoring untuk
pengembangan daerah setempat
Bagi Masyarakat
15
9 DAFTAR PUSTAKA
Undang-Uundang No.1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (WP3K)
Tirtosudarmo, Riwanto, 2002. Tentang Perbatasan dan Studi Perbatasan; Sebuah Pengantar
dalam Jural Antropologi Indonesia. Vol. XXVI No. 67, Januari-April
Achmad Nasir, 2011. Kebijakan Pengelolaan Plau-Pulau Kecil Perbatsan Berbasis Geopoitik
Daya Dukung Ekonomi dan Lingkungan. Dalam Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.
Vol 2 No.1 November 2011
Ssumaryanto, 2010. Mmanagemen Konflik sebagai Salah Satu Solusi dalam Pemecahan
Masalah, FIK UNY, Yogyakarta
Wirawan, (2010). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta Salemba Humanika Macam-
macam Konflik Menurut Para ahli
16