DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya serta usaha penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan makalah yang berjudul “Pendanaan Dan Sumber-Sumber Pendanaan Koperasi
Dan UMKM”.
Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan makalah
ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ini
dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan
laporan ini. Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen, selaku dosen pengampu, teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan doa yang tulus
dan ikhlas, semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan
masukan yang penulis harapkan dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II ISI 3
2.1 Sumber – Sumber Pendanaan Koperasi 3
2.2 Sumber – Sumber Pendanaan UMKM 11
2.3 Dukungan Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendanaan Koperasi
dan UMKM 19
BAB III PENUTUP 24
3.1 Kesimpulan 24
DAFTAR PUSTAKA iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.3 Apa saja dukungan kebijakan pemerintah di bidang pendanaan koperasi dan UMKM?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat diungkap
dalam makalah ini antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan koperasi.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber – sumber pendanaan UMKM.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami tentang dukungan kebijakan pemerintah di bidang
pendanaan koperasi dan UMKM?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada untuk
menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu juga dengan
koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal baik modal
sendiri maupun modal pinjaman. Modal sangat menentukan berjalan tidaknya
usaha atau kegiatan koperasi.
6
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mengatakan
bahwa modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri di dalamnya Koperasi terdiri dari: simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela, dana cadangan, hibah dari anggota maupun dari
masyarakat,sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota Koperasi,
Koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.
1. Modal Sendiri
a) Simpanan Pokok
b) Simpanan Wajib
c) Simpanan Sukarela
7
d) Dana Cadangan
e) Hibah
2. Modal Pinjaman
a) Anggota
8
Pinjaman anggota yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari
anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.
Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang
dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum. Contoh: pemberian
saham kepada Koperasi oleh perusahaan berbadan hukum PT.
Pemberian ini pada praktiknya bukan hibah karena koperasi menerima
saham tersebut tetapi harus membayar nilai saham yang diterima.
Hanya saja pembayaran nilai saham yang diterima tidak secara tunai,
tetapi dibayar dari deviden yang seharusnya diterima koperasi tersebut.
Hal ini terjadi sampai nilai saham yang diterima koperasi tersebut
terpenuhi.
9
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun Koperasi bukan
merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaannya
dalam koperasi tidak boleh mengurangi makna koperasi yang menekankan
kemanuasiaan daripada kebendaan.
1. Hibah
2. Modal Penyertaan
a) Anggota
b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya
c) Bank dan lembaga keuangan lainnya
10
d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Dari uraian di atas mengenai permodalan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan
UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
permodalan koperasi. Untuk lebih jelas perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
11
koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti adanya
Sertifikat Modal Koperasi.
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan
operasional usaha. Aset sumber daya yang dikuasai sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari sumbangan tetap. Komponen aset
terdiri dari:
1. Aset Lancar
Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
a) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi entitas;
b) Dimiliki untuk terikat (diperjualbelikan);
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
Aset lancar termasuk perkiraan komponen yaitu, bank, surat berharga,
piutang usaha, akun piutang, piutang non anggota, penyisihan piutang tak
tertagih, persediaan dibayar di muka, pendapatan yang masih harus
diterima, dan aset lancar lain-lain koperasi.
2. Aset Tidak Lancar
12
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki dan digunakan
dalam kegiatan operasional koperasi dengan kompensasi penggunaan
berupa biaya depresiasi (penyusutan). Aset yang tidak lancar termasuk
perkiraan: investasi jangka panjang, properti investasi, penyusutan
akumulasi, properti investasi, aset tetap, akumulasi penyusutan aset tetap,
aset tidak berwujud, akumulasi amortisasi, aset tidak berwujud dan aset
tidak lancar.
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan
total (pendapatan total) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau
biaya total (biaya total) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut
pembahasan mengenai SHU koperasi bila ditinjau berdasarkan UU No. 17 Tahun
2012 Pasal 78 adalah sebagai berikut:
(1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan dan
sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi;
b) Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki;
c) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan
Koperasi;
d) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan
kewajiban lainnya; dan/atau
e) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha yang
berasal dari transaksi dengan non-Anggota.
(3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat digunakan untuk mengembangkan usaha Koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada Anggota. mengacu pada ketentuan
Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota,
Dalam proses penghitungan, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila setiap
informasi dasar diketahui sebagai berikut: total koperasi SHU pada satu tahun
13
buku, bagian (persentase) SHU anggota, total simpanan seluruh anggota, seluruh
transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota jumlah
simpanan setiap anggota, omzet atau volume usaha anggota, bagian (persentase)
SHU untuk simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha
anggota. Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
1) SHU yang dibagi berasal dari anggota
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya bukan
herasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada
anggota, tetapi dijadikan sebagni cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secura tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan
usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada wujudnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan
proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang akan
diberikan kepada anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan
Proses perhitungan SHU setiap anggota dan jumlah SHU yang
dibagikan kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan
terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.
Keluhan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah mengenai masalah
“klasik” pendanaan (modal) UMKM tidak pernah selesai. Walau permodalan
bukan merupakan satu-satunya masalah yang dihadapi tetapi pelaku UMKM akan
14
selalu mengatakan bahwa kekurangan permodalan merupakan hambatan dalam
menjalankan usahanya. Modal dalam konteks ini merupakan sejumlah uang yang
dipakai untuk membiayai kegiatan usaha (modal kerja dan investasi) masih
dipersepsikan kebanyakan pelaku UMKM di Indonesia sebagai masalah yang
paling penting dalam memulai atau mengembangkan usaha. Memang tidak salah
mengatakan bahwa modal merupakan hal penting dalam memulai dan menjalankan
usaha, tetapi ada yang lebih penting dari hal itu. Perencanaan yang matang atas ide
usaha adalah hal yang paling penting dibandingkan modal karena permodalan
sebenarnya merupakan faktor penunjang dari perencanaan usaha.
Jika dilihat dari sisi kreditor (pemodal atau lembaga pembiayaan), untuk
melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan
(collateral). Perbedaan persfektif antara permasalahan yang dihadapi UMKM
dengan ketentuan yang harus ditaati oleh lembaga penyalur kredit inilah yang
menjadi alasan mendasar mengapa para pelaku UMKM masih menemui kesulitan
dalam mendapatkan kredit modal usaha.
15
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 21 menyebutkan bahwa sumber
pembiayaan dalam UMKM bersumber dari :
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha
Mikro dan Kecil.
2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro
dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya.
3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang
dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian
pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan
Kecil.
5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam
bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan
prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan kepada dunia usaha yang menyediakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil
16
Adapun yang dimaksud dengan dana internal disini adalah dana yang
berasal dari internal perusahaan atau UMKM sendiri, yang termasuk dana
internal meliputi:
a) Modal Sendiri, yakni uang yang dikumpulkan dari tabungan (bila
bekerja) atau warisan yang diwariskan orang tua atau hibah
pemberian dari orang lain.
b) Dari Barang yang Digadaikan, yakni barang milik sendiri yang
digadaikan baik ke lembaga formal (seperti Perum Pegadaian)
atau informal.
c) Melakukan Peminjaman kepada Bank dan Lembaga Keuangan
sejenis bank dengan membayar angsuran sesuai tingkat bunga
yang ada.
d) Mendapat modal dengan bermitra dengan pihak lain yang sering
disebut sebagai kemitraan usaha.
e) Mendapat pinjaman dari lembaga non formal seperti LSM
(lembaga swadaya masyarakat) kemenusiaan dan lembaga
pemberdayaan ekonomi lainnya.
f) Modal dengan mengoptimalkan hubungan dengan supplier
(pemasok).
Selain pengembangan pembiayaan diuraikan diatas masih ada
beberapa sistem pembiayaan (multifinance) yang dapat dimanfaatkan
UMKM antara lain: modal ventura, anjak piutang (factoring), penyewaan,
pegadaian, dana dan sebagainya. Pemilihannya tergantung UMKM sendiri,
berdasarkan kesesuaian, kemampuan pemenuhan peryaratan dan prosedur
yang ditetapkan masing-masing lembaga pembiayaan tersebut. Modal
ventura merupakan salah satu program Kementerian Negara Koperasi dan
UMKM dan berkembang di daerah - daerah, hampir disesiap provinsi/
daerah istimewa telah berdiri perusahaan modal ventura daerah (LMVD)
yang menyediakan modal produktif bagi UMKM.
2) Dana Eksternal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan modal eksternal adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan atau luar dari UMKM, yang termasuk dari dana
eksternal adalah dana dari investor yang tertarik berinvestasi pada bisnis
atau usaha yang sedang atau akan dijalankan UMKM.
17
2.2.4 Lembaga Keuangan dan Non Lembaga Keuangan Sebagai Sumber Dana
UMKM
18
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang mempunyai program untuk
membantu pengusaha kecil, baik pusat maupun di daerah dengan memberikan
bantuan kredit dana bergulir. Contoh bentuk program kemitraan bina
lingkungan (PKBL) seperti dilakukan oleh PT Pertamina dengan membantu
para kelompok tani andalan untuk mengikuti pelatihan, PT Telkom dalam
bentuk bantuan dana bagi usaha mikro dan BUMN lainnya dan Swasta Besar,
misalnya Unilever.
1. Modal Ventura
19
perbankan seperti KSP Dalam koperasi serba usaha; seperti Kopkar PT
Argo Panthes, Kopkar PT Teh Sostro, Koperasi Keluarga Guru Jakarta,
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Jaya, Jakarta dimana terdapat Unit
Usaha Simpan Pinjam.
20
Republik Indonesia Nomor 11/Per/M.KUKM/VI/2008 tanggal 26 Juni
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah Sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-292/MK.5/2006 Tanggal 28
Desember 2006 LPDB-KUMKM ditetapkan sebagai instasi pemerintah
yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Independen dan Terpisah,
sehingga LPDB-KUMKM berhak melakukan kebijakan sesuai dengan
kebutuhan. Dengan dibentuknya LPDB-KUMKM diharapkan
pengelolaan dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
untuk mencapai tujuan dan menghasilkan manfaat berkelanjutan atas
dana negara yang menyasar kalangan Koperasi dan UMKM.Ada
beberapa jenis bantuan atau pinjaman pembiayaan yang disediakan oleh
lembaga yang dibentuk oleh pemerintah ini, beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
2. Sektor Riil
21
a) Koperasi Primer dan/atau Sekunder yang telah berbadan
hukum;
b) Memiliki sertfifikat Nomor Induk Koperasi
c) Status kantor yang jelas
d) Memiliki nusaha produktif’
e) Kinerja pengambilan kategori lancar dan tidak memiliki
tunggakan atas pinjaman atau pembiayaan sebelumnya dalam
hal koperasi sedang menerima pinjaman atau pembiayaan
dana bergulir dari LPDB-KUMKM
22
Peran pemerintah dalam pendanaan koperasi sangat penting agar koperasi
terus berkembang maju dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama rakyat
miskin. Dalam masalah ini, pemerintah membuat program yang disebut KUR
(Kredit Usaha Rakyat). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan
kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk
pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk
usaha produktif.
23
2) Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap
koperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil
diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha
lainnya.
3) Memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan
jaringan usaha dan kerja sama.
24
peraturan pemerintah. Adapun peran pemerintah terkait pendanan UMKM, yaitu
menciptakan regulasi atau kebijakan yang baik berupa undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan UMKM dari sisi perbankan yang
akan memacu peranan UMKM dalam perekonomian yaitu UU No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Adapun aspek pendanaan dalam UU No 20 Tahun 2008 pada
pasal 8 ditujukan untuk:
1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank;
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya
sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat,
tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan;
4) Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa produk keuangan lainnya yang disediakan oleh
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan
sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang
disediakan oleh Pemerintah.
25
tanpa upaya pembenahan menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan
entrepreneurship bagi pelaku UMKM.
3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan aspek-aspek teknis dan
manajemen usaha, pengembangan produk dan penjualan, administrasi
keuangan, dan kewirausahaan secara menyeluruh.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian pendanaan koperasi adalah sejumlah dana yang akan digunakan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha dalam koperasi. Pendanaan koperasi berkaitan
dengan modal yang digunakan oleh koperasi untuk melakukan kegiatan. Dalam UU No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mengatakan bahwa modal Koperasi terdiri dari
modal sendiri dan modal pinjaman. Sedangkan Sumber-Sumber Modal Koperasi Menurut
UU No. 17 Tahun 2012 menyebutkan modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan
Sertifikat Modal sebagai modal awal. Selain setoran pokok serta sertifikat modal, modal
Koperasi dapat berasal dari: hibah, modal penyertaan dan modal pinjaman yang berasal dari
anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Sumber Pendanaan UMKM dalam konteks ini merupakan sejumlah uang yang
dipakai untuk membiayai kegiatan usaha (modal kerja dan investasi) masih dipersepsikan
kebanyakan pelaku UMKM di Indonesia sebagai masalah yang paling penting dalam
memulai atau mengembangkan usaha. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 21
27
menyebutkan bahwa sumber pembiayaan dalam UMKM bersumber dari : Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Usaha Besar nasional dan asing serta
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha
Pemerintah turut memberi dukungan dalam pendanaan koperasi dan UMKM melalui
beberapa kebijakan. Dukungan Pemerintah dalam Pendanaan Koperasi adalah membuat
program yang disebut KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah
kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam
bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
produktif. Sedangkan dukungan pemerintah terkait pendanan UMKM, yaitu menciptakan
regulasi atau kebijakan yang baik berupa undang-undang dan peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan UMKM dari sisi perbankan yang akan memacu peranan UMKM dalam
perekonomian yaitu UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
28
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agus Sumantri, Bambang dan Erwin Putera Permana. (2017). Manajemen Koperasi Dan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Perkembangan Teori, Praktik, dan
Strategi: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Muljono, Djoko. (2012). Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.
Yogyakarta : CV Andi Offset (Penerbit Andi).
Jurnal:
Skripsi:
Agustine, Belinda Suryani. (2014). Studi Deskriptif Aspek Permodalan Koperasi Dalam
Implementasi Uu No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se-Kota Bandung.
Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Internet:
Deddy Edward Tanjung. (2010). Sumber Modal UMKM ~ Konsultan Sektor Riil &
UMKM. https://sumbermodal.wordpress.com/2010/02/06/berbagai-sumber-modal-
umkm/. (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021).
iv