OLEH
042268647
MANAJEMEN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tak lupa, penulis mengucapkan terimah kasih kepada Dosen mata kuliah Komunikasi
Bisnis yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas
tentang “Pesan Binis”. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang penulis dapat dari media
Penulis berharap agar makalah ini diterimah dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, kiranya makalah ini bisa diterima
oleh pembaca. Penulis juga menerimah kritik dan saran dari pembaca. dari pembaca.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. KETERAMPILAN MEREVISI
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Revisi sangat diperlukan agar pesan-pesan yang telah direncanakan dan dibuat dapat
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
PEMBAHASAN
A. KETERAMPILAN MEREVISI
pribadi (personal), seperti penulisan surat kepada orang tua, saudara sekandung, paman,
atau kawan akrab. Menulis pesan-pesan bisnis tidak bisa sekali jadi. Dalam pembuatan
pesan-pesan bisnis yang baik diperlukan proses pemikiran, tenaga dan waktu yang
cukup. Berbahaya bila penyampaian pesan-pesan bisnis cendrung dilakukan secara asal-
dokumen pelu terlebih dahulu dibaca dengan cepat (Skimming). Saat melakukan evaluasi
ada beberapa hal yang pelu mendapatkan perhatian antara lain: substansi suatu pesan,
Pada tahap awal pengeditan, perhatikan secara seksama pesan-pesan awal dan
Perhatikan pembuka surat atau memo, apakah sudah relevan menarik dan mengundang
reaksi pembaca. Pada pesan yang lebih panjang, beberapa paragraf pertama mencakup
Setelah yakin dengan isi dan pengorganisasian suatu pesan bisnis, perhatikan gaya
penulisannya. Apakah pesan-pesan yang dibuat telah mengandung kata atau frase yang
mampu menghidupkan suatu pesan sehingga semakin menarik bagi audiens. Kemudian
disaat yang sama pastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan sudah jelas, tidak
3. Mengedit Format
Langkah terakhir dalam mengedit pesan bisnis adalah mengedit format dan
layout secara keseluruhan. Di samping melakukan penelaahan terhadap tata
bahasa, ejaan, kesalahan-kesalahan tulis, dan tanda baca, format penulisannya
juga tidak boleh diabaikan begitu saja. Apabila format penulisannya menarik,
maka audiens Anda akan senang membacanya. Terlebih lagi, format yang
digunakan berkualitas baik.
dikenal, umum dan lazim sehingga mudah dipahami oleh audiens. Jangan
Anda perlu juga memilih kata-kata yang singkat dalam penyampaian pesan-pesan
bisnis. Kata-kata yang singkat, selain efisisen, juga mudah dipahami oleh audiens.
Meskipun pemilihan kata yang disingkat diperlukan, harus tetap diperhatikan berbagai
Kalimat merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Kalimat
pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti pembaca, kalimat harus
disusun secara efektif. Kalimat efektif merupakan bentuk kalimat yang dengan sadar dan
Dalam menyusun suatu kalimat, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
(1) kesatuan pikiran, (2) kesatuan susunan, dan (3) kelogisan. Sebagaimana diketahui
bahwa setiap kalimat paling tidak terdiri dari atas subjek dan predikat.
Subjek dalam suatu kalimat akan menjawab pertanyaan “siapa” atau “apa” yang
dilakukan oleh kata kerja dan merupakan topik suatu bahasan atau sesuatu
yang sedang dikatakan dan biasanya berupa kata benda.
Siapa penyanyi ternama di Indonesia dan Siapa yang belanja di Pasar Senen
Jakarta? Jawaban atas kedua pertanyaan tersebut merupakan subjek kalimat.
Jadi, Bob Tutupoli dan Sumarni adalah subjek suatu kalimat.
Predikat, biasanya kata kerja, berkaitan erat dengan apa yang menjadi
subjeknya. Predikat menjelaskan tentang apa yang dilakukan oleh subjek. Untuk
mengenali predikat dengan cara menempatkan pertanyaan “melakukan apa”
setelah subjek. Contoh :
Di samping subjek dan predikat, suatu kalimat juga dapat dilengkapi dengan
pelengkap (complements) yang akan memperjelas arti suatu kata kerja. Ada beberapa
jenis pelengkap antara lain objek langsung (direct object) dan objek tak
Bagaimana dengan objek tak langsung? Objek tak langsung adalah kata
benda yang menjelaskan kepada siapa atau apa kegiatan yang dilakukan oleh
kata kerja. Contoh :
a. Kalimat Sederhana
b. Kalimat Majemuk
Kalimat Majemuk berisi dua atau lebih klausa independen dan tidak
mempunyai klausa dependen. Klausa independen merupakan klausa yang
dapat berdiri sendiri atau mempunyai pengertian yang utuh, sedangkan klausa
dependen adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, sehingga tidak memiliki
pengertian yang utuh. Suatu kalimat majemuk dihubungkan dengan kata
penghubung seperti “dan”, “tetapi”, “atau”. Contoh :
c. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks berisi sebuah klausa independen dan satu atau lebih
klausa dependen sebagai anak kalimat. Contoh :
Dalam menyusun suatu kalimat, gunakanlah jenis kalimat mana yang paling
tepat atau cocok dengan pemikiran atau ide yang dimiliki. Jika mempunyai dua
buah ide yang memiliki tingkat kepentingan yang sama, maka dapat memilih
kalimat majemuk atau penggabungan kedua kalimat sederhana. Namun, jika
salah satu ide memiliki tingkat kepentingan yang lebih rendah ketimbang yang
lain, maka dapat memilih kalimat kompleks.
Secara umum ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu paragraf, yaitu pendekatan induktif dan deduktif. Pendekatan induktif dimulai
Pendekatan yang akan dipilih sangat tergantung pada subjeknya, maksud audiens, dan
a. Ilustrasi
c. Klasifikasi
kemudian menjelaskan cara pemecahan masalah tersebut. Cara pengembangan paragraf ini
akan mampu memberikan latihan analitis yang sangat diperlukan bagi seseorang dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting bagi suatu organisasi. Dengan kata lain, pola
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan memberikan pengaruh
kepada audiens adalah memusatkan ide/gagasan tunggal (kesatuan ide) untuk setiap
paragraf dan perlu tetap dijaga agar suatu paragraf singkat. Karena tidak ada ketentuan
pasti berapa kalimat untuk setiap paragraf, selain itu dapat dikembangkan sendiri
berbagai macam variasi. Paragraf hendaknya jangan terlalu singkat namun juga jangan
merupakan kesatuan ide atau gagasan yang utuh, menggunakan kata-kata transisi,
kata ganti, atau kata kunci sebagai penghubung antara kalimat yang satu
dengan yang lainnya, dan jelas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gaya penulisan yang efektif dimulai dengan pemilihan kata yang tepat.
Dalam memilih kata perlu diperhatikan antara lain pemilihan kata yang sudah
familiar/sudah dikenal secara umum, singkat, dan hindarkan kata yang
bermakna ganda.
pemecahan masalah (problem solving). Pusatkan perhatian pada ide tunggal, dan
B. SARAN
Dalam menyampaikan suatu pesan, terkadang kita sering salah baik dalam
penyampaian maupun dalam pemakaian kata-kata yang sulit dicerna oleh komunikan.
Apalagi dalam dunia bisnis, seorang pemimpin perusahaan harus dapat menyampaikan
suatu pesan secara tegas dan jelas baik secara tertulis maupun secara lisan. Untuk itu,
Tindakan dalam melakukan komunikasi antar budaya agar tercipta hubungan yang baik
1. Jujur pada diri sendiri
Sebelum melakukan komunikasi antar budaya, ada baiknya kita memiliki penilaian yang jujur
terkait dengan gaya komunikasi, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki. Hal ini dikarenakan sikap
yang kita miliki terhadap perbedaan budaya dapat berpengaruh pada cara kita berkomunikasi dengan
orang lain.
Berbagai macam perilaku suportif dapat meningkatkan tingkat efektivitas komunikasi antar budaya.
Salah satu contoh perilaku komunikasi yang suportif adalah sikap empati terhadap orang lain. Yang
dimaksud dengan empati adalah memahami perspektif orang lain dari sudut pandang yang
bersangkutan. Dengan bersikap empati, maka kita tidak akan gegabah dalam memberikan penilaian
terhadap orang lain.
Manusia diciptakan dengan berbagai macam perbedaan latar belakang seperti suku bangsa, ras, dan
lain-lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain sejatinya kita sedang belajar mengenai
berbagai hal dari orang lain. Keberagaman yang kita miliki memberikan peluang lebih banyak bagi
kita untuk belajar. Untuk itulah, kita perlu menyediakan waktu untuk mempelajari budaya orang
lain.
4. Menghindari stereotype
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki perbedaan budaya dengan kita, ada
baiknya kita menghindari membuat generalisasi atau asumsi-asumsi tentang latar belakang budaya
orang lain. Lebih baik kita mencari tahu melalui orang yang bersangkutan.
5. Menghindari etnosentrisme
Masing-masing individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Tidak dipungkiri bahwa
orang akan merasa bahwa budaya mereka adalah budaya yang terbaik dibandingkan dengan budaya
orang lain. Namun perlu dipahami bahwa suatu budaya juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dengan kita mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan budaya yang kita miliki dan
bersedia mempelajari budaya orang lain maka kita akan dapat berkomunikasi dengan efektif dengan
orang yang bersangkutan.
Kode kepekaan merujuk pada kemampuan untuk menggunakan bahasa verbal dan bahasa nonverbal
yang sesuai dengan norma budaya seseorang yang menjadi lawan bicara. Semakin banyak kita
mengetahui tentang budaya orang lain maka akan semakin mudah bagi kita untuk beradaptasi.
Salah satu kunci untuk mencari kode bersama adalah bersedia untuk berpikiran terbuka mengenai
perbedaan dan di saat yang bersamaan kita menentukan gaya komunikasi yang akan digunakan agar
dapat beradaptasi selama komunikasi antar budaya.
Umpan balik yang efektif dapat mendorong adaptasi dan hal ini sangat penting dalam komunikasi
antar budaya. Partisipan komunikasi harus bersedia untuk menerima umpan balik dan menampilkan
sikap suportif. Umpan balik yang diberikan hendaknya bersifat segera, jujur, spesifik, dan jelas.
9. Membuka saluran komunikasi
Komunikasi antar budaya tidaklah mudah. Oleh karenanya, kita perlu mengembangkan sikap sabar
selama berinteraksi dengan orang lain agar pemahaman bersama dapat tercapai.
Hal tersulit yang kita lakukan saat berkomunikasi dengan orang lain adalah bersedia mendengarkan
apa yang dikatakan orang lain. Orang yang memiliki kekuasaan cenderung tidak memiliki motivasi
untuk mau mendengarkan orang lain. Mendengarkan tidak hanya sekedar menanyakan sesuatu
kepada orang lain melainkan mendidik diri kita sendiri. Jangan sampai kita menunggu orang lain
untuk mendidik diri kita.