Anda di halaman 1dari 44

Tugas

MAKALAH

(KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN WEWENANG

KEKUASAAN DAN PENGRAUH)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK TIGA

1. AYU NANINGSI (G2U110932)

2. ALPIN (G2U119012)

3. PUTU NARA (G2U11

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang

bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu

tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang

kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan

tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu

secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama

dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia.

Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-

kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang

kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan

bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur

kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah

orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati

secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan

bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain.

Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak

ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social,

sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi

kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang

2
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-

definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Definisi Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah

kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan

pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai

tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam

Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya

kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang

sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang

berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat

bagi situasi yang khusus.

Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa

kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena

pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya

dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist)

cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh

secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan

keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaiamana gambaran kepemimpinan dan pengambilan keputusan wewenang

kekuasaan dan pengaruh dalam manajemen

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengatahui gambaran kepemimpinan dan pengambilan keputusan wewenang

kekuasaan dan pengaruh

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Defenisi Kepemimpinan

Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat,

kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari

kepemimpinan sendiri sangat luas dan bervariasi berdasarkan para ilmuwan

yang menjelaskannya. Menurut Charteris-Black (2007), definisi dari

kepemimpinan adalah “leadership is process whereby an individual influence

a group of individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan adalah sifat

dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader. Teory kepemimpinan telah

berkembang sejak puluhan tahun yang lalu dan sudah banyak berbagai

referensi dalam bentuk beraneka macam mengenai topic ini yang dihasilkan

dari berbagai penelitian. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau

kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi

dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan cara yang benar. Memahami

dengan baik mengenai konsep kepemimpinan sangat membantu seseorang dan

organisasi bekerja lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dan kondisi

yang diinginkan.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan

memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan

4
adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang

sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan

kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry,

Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group

objectives. Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan

pemberian pengaruh pada kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota yang

saling berhubungan tugasnya.

Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people

to follow in the achivement of a common goal. Handbook of Leadership,

memberikan definisi kepemimpinan sebagai“suatu interaksi antar anggota

suatau kelompok.

Kepemimpinan dapat terjadi di luar konteks organisasi dan didefinisikan

sebagai proses menggerakkan satu atau beberapa kelompok dalam beberapa

arahan tanpa melalui tekanan.

1. Gardner (1990, hlm.1) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “proses

persuasif dan peneladanan oleh individu (atau tim kepemimpinan) yang

memengaruhi suatu kelompok untuk mengikuti arahan pemimpin atau

diberikan oleh pemimpin dan bawahan”

2. Robbins (1991, hlm. 104) sependapat dengan pernyataan

“kepemimpinan adalah proses pemberdayaan kepercayaan dan

mengajarkan orang lain untuk menggunakan seluruh kemampuannya

dengan menyingkirkan kepercayaan yang membatasi mereka”.

3. Bennis (2001) menyatakan bahwa pemimpin membuat suatu visi yang

jelas dan menarik orang lain untuk mengikutinya

5
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan

berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.

Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai

strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan

terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan

mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan

mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman

1989: 459-460).

2.1.2 Teori Kepemimpinan

Pengembangan Teori Kepemimpinan

1. Teori Bakat ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan

bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang di

perlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.

Kemampuan seorang pemimpin di tentukan oleh bakat, intelegensi,

stabilitas emosi dan kebugaran fisik.

Teori Bakat (Trait Theory) atau Great Man Theory: Menekankan bahwa

setiap orang adalah pemimpin (yang dibawa sejak lahir) dan mereka

mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari

orang lain (Marquis dan Huston,1998).

Ciri-ciri :

a) Intelegensi

1) Pengetahuan

2) Keputusan

3) Kelancaran berbicara

6
b) Kepribadian

1) Adaptasi

2) Kreatif

3) Kooperatif

4) Siap / siaga

5) Rasa percaya dri

6) Integritas

7) Keseimbangan emosi dan mengontrol

8) Independen

9) Tenang

c) Perilaku

1) Kemampuan bekerja sama

2) Kemampuan interpersona;

3) Kemampuan diplomasi

4) Partisipasi sosial

5) Prestise

2. Teori Perilaku: teori ini menekankan apa yang dilakukan pemimpin dan

bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya . teori ini dinamakan

Gaya Kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi ( Vestal,

1994 ).

Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdaarkan perilaku pemimpin itu

sendiri ( Gillis,1970 ).

Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli:

a) Gaya Kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt

7
Bahwa kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan

bawahan, yang dipengaruhi oleh faktor manajer, karyawan, dn

situasi.

b) Gaya Kepemimpinan menurut Likert :

Mengelompokkan menjadi empat sistem ;

1) Sistem Otoriter – Eksploitatif

2) Sistem Benevolent – Otoritatif

3) Sistem konsultatif

4) Sistem partisipatif

c) Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y :

1) Gaya Kepemimpinan diktator

2) Gaya Kepemimpinan otokratis

3) Gaya Kepemimpinan santai

d) Gaya Kepemimpinan menurut Robert House :

1) Direktif

2) Suportif

3) Partisipatif

4) Berorientasi tujuan

e) Gaya Kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard :

1) Intruksi

2) Konsultasi

3) Partisipasi

4) Delegasi

f) Gaya Kepemimpinan menurut Lippits dan K. White:

1) Otoriter

8
2) Demokratis

3) Libera; / Laissez Faire

g) Gaya Kepemimpinan berdasarkan kekuasan dan wewenang (

Gillis,1996):

1) Direktif

2) Suportif

3) Partisipatif

4) Bebas bertindak

3. Teori Kontingensi dan situasional: menekankan bahwa manajer yang

efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan

mengkombinasikan faktor bawaan, perilaku dan situasi

4. Teori Kontemporer: menekankan pada empat kompoen penting dalam

pengelolaan yaitu, manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta

lingkungan yang didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori

transformasi.

5. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang

tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian

tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

6. Teori Z

Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan

pengembangan teori Y dari Mc. Gregor (1460) dan mendukung gaya

kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan

keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,

9
menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan

pendekatan yang holistik terhadap staf.

7. Teori Interaktif

Teori ini dikemukakan oleh Schein (1970), menekankan bhawa staf atau

pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu

berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis.

Hollande (1978) menekankan bahwa antara peran pemimpin dan staf

dipengaruhi oleh peran lainnya. Pemimpin yang efektif memerlukan

kemampuan unutk menggunakan proses penyelesaian masalah,

memepertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan

komunikasi yang baik, kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan

kemampuan mengembangkan indentifikasi kelompok.

8. Teori Situasi

Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional

theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang

sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi

pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa

orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang

menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul

sebagai pemimpin.

9. Teori Ekologi

Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah

kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan

sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil

dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang

10
baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang

menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi

pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-

bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang di peroleh dari alam.

2.1.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh

seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing

pemimpin mempunyai gaya yang ingin memancarkan kepemimpinannya.

Menurut Susilo Martoyo (1996:146) gaya kepemimpinan diantaranya :

1. Gaya Kepemimpinan Direktif Otokratif

Gaya kepemimpinan ini memberikan peluang yang sangat luas kepada

pemimpin untuk melaksanakan otoritasnya, sedangkan kebebasan

bawahan untuk mengemukakan pendapat sangat terbata. Pemimpin

merupakan pusat komando, pusat perintah terhadap bawahan.

2. Gaya Kepemimpinan Persuasif

Pemimpin melaksanakan otoritas dan kontrol terutama dalam proses

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemimpin

memperhatikan masukan-masukan dari bawahan, bawahan mendapat

kebebasan terbatas untuk mengemukakan pendapatnya, mereka diikut

sertakan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, putusan pimpinan

merupakan keputusan bersama meskipun jumlah/persentase masukan dari

bawahan masih terhitung mini.

3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Pemimpin memberikan kempatan yang luas kepada bawahan untuk ikut

serta dalam pengambilan keputusan. Cara yang ditempuh adalah

11
menyajikan rancangan yang bersifat sementara. Rancangan tersebut

ditawarkan kepada bawahan, yang masih terbuka kemungkinan adanya

perubahan. Dengan cara ini pemimpin berkesempatan menguju

gagasannya kepada bawahannya melalui proses konsultasi. Cara ini juga

memberikan peluang yang luas bagi bawahan untuk mengemukakan

pendapatnya secara bebas dalam membuat suatu keputusan manajemen.

4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Pemimpin memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas-luasnya

kepada bawahan untuk mengemukakan pendapatnya. Pemimpin dan

bawahan bekerjasama secara penuh dalam team. Cara lain, pemimpin dan

bawahan bekerja dalam team tetapi pemimpin tidak berperan langsung

melainkan mendelegasikan kepada staff senior. Pendelegasian pembuatan

keputusan menunjukan adanya kebebasan bertindak dalam batas tertentu,

meskipun bawahan sangat dominant tapi tetap tanggung jawab berada

pada pimpinan.

5. Gaya Kepemimpinan Musyawarah

Kepemimpinan berdasarkan tata nilai kebersamaan yang diwujudkan

dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royang, tindakan pemimpin

ditandai oleh rasa tolong menolong, saling membantu dan berkerja sama

berdasarkan kasih saying, serta tetap berpegang pada efisiensi dan efektif.

Tindakan yang dilakukan oleh pemimpin dalam pengambilan keputusan

mengikuti prosedur penentuan masalah, pengumpulan data, analisa data

dan pengambilan kesimpulan.

12
2.1.4 Tipe-Tipe Kepemimpinan

Menurut Sondang P. Siagian (2003;27) menyatakan ada lima tipe

kepemimpinan , yaitu :

1. Tipe Otokratik

Tipe otokratik akan menampakan diri pula pada prilaku pemimpin

yang bersangkutan dalam interaksi dengan pihak lain, dengan para

bawahannya dalam organisasi.

Ciri – ciri otokratik

1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya

2. Dalam menegakan disiplin menujukan kekakuan

3. Bernada keras dalam pemberian perintah atas intruksi

4. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan

oleh bawahan.

Masalah dalam tipe otokratik ialah bahwa keberhasilan mencapai

tujuan dan berbagai sasaran itu semata – mata karna takutnya para

bawahan terhadap pimpinannya dan buka berdasarkan keyakinan bahwa

tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin

kerja yang terwujud pun hanya karna para bawahan selalu di bayang –

bayangi ancaman.

2. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin yang Paternalistik banyak terdapat dilingkungan

masyarakat yang masaih bersifat tradisional .biasanya seorang pemimpin

yang poternalistik mengutamakan kebersamaan.

Masalah utama tipe Paternalistik ialah para bawahannya tidak didorong

untuk berfikir secara inovatif dan kreatif.penekanan yang berlebihan

13
terhadap kebersamaan tidak memungkinkan pertumbuhan dan

pengembangan individual sesuai dengan bakat dan potensi masing –

masing, yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam tata kehidupan

organisasi modern.

3. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh

banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat

menjelaskan secara kongkrit mengapa orang tertentu itu dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire

Sikap seorang pemimpin yang Laissez Faire dalam memimpin

organisasi dan para bawahannya biasanya adalah sikap yang permisif ,

dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai

dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan

bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai.

5. Tipe Demokratif

Seorang pemimpin yang demokratif melihat bahwa dalam perbedaan –

perbedaan yang merupakan kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan.

2.2 Pengambilan Keputusan

2.2.1 Defenisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian

dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa

perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada

beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan

tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif

yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.

14
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan

oleh banyak ahli, diantaranya adalah :

1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah

sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih

alternatif yang mungkin.

2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu

dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan

pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara

sejumlah alternatif.

3. Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan

keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara

bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan

tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,

petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis

terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang

matang atas alternatif dan tindakan.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

1. Fungsi pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan

masalah mempunyai fungsi antara lain:

a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan

terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara

lnstitusional maupun secara organisasional.

15
b. Sesuatu yang bersifat futuristic, artinya menyangkut dengan hari

depan/masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya

berlangsung cukup lama.

2. Tujuan Pengambilan Keputusa

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan

untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua

kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah

dan efisien.Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam

melaksanakan kegiatan.Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan

oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk

memecahkan masalah tersebut

2.2.3 Fase Pengambilan Keputusan


Menurut Simon, fase – fase dalam proses pengambilan keputusan pada

mulanya hanya ada tiga :

1. Fase Inteligensi

2. Fase Desain

3. Fase Pilihan

Namun kemudian Simon kembali menambahkan sebuah fase dalam proses

pengambilan keputusan yaitu :

4. Fase Implementasi

Penambahan tersebut ternyata belum berakhir karena kemudian

Simon kembali menambahkan satu fase dalam pengambilan keputusan

sehingga secara keseluruhan ada lima fase :

1. Fase Inteligensi

16
2. Fase Desain

3. Fase Pilihan

4. Fase Implementasi

5. Fase Monitoring

 Fase Inteligensi

Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi pemindaian (scanning)

lingkungan.Inteligensi mencakup berbagai aktivitas yang menekankan

identifikasi situasi atau peluang – peluang masalah.

Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran

organisasional yang berkaitan dengan isu yang terkait dan menentukan apakah

tujuan tersebut telah terpenuhi.

fase pertama ini, seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu

masalah, mengidentifikasi gejala – gejalanya, menentukan keluasanya, dan

mendefinisikan secara eksplisit.

 Fase Desain

Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis

tindakan yang mungkin dilakukan.

Sebuah model masalah pengambilan keputusan dibangun, dites, dan

divalidasi.

Pemodelan meliputi konseptualisasi masalah dan mengabstraksikan

masalah ke dalam bentuk kuantitatif dan atau kualitatatif.

 Fase Pilihan

Fase pilihan adalah fase dimana dimana dibuat suatu keputusan yang nyata

dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti tindakan tertentu.

17
Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu

solusi yang tepat untuk model.

 Fase Implementasi

Fase implementasi meliputi membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa

bekerja.

KesimpulanPengambilan keputusan melibatkan empat fase utama yaitu

; fase inteligensi, fase desain, fase pilihan, dan fase implementasi.

Pada fase inteligensi, masalah (peluang) diidentifikasikan,

diklasifikasikan, dan diuraikan (jika diperlukan). Pada fase desain, suatu

model sistem dibuat, kriteria pemilihan ditetapkan, alternatif dihasilkan, hasil

diprediksi, dan metodologi keputusan dibuat. Pada fase pilihan, berbagai

alternatif dibandingkan dan pencarian solusi yang terbaik (atau yang cukup

baik) dimulai.Berbagai teknik pencarian disediakan. Komputer dapat

mendukung semua fase pengambilan keputusan dengan mengotomatisasi

tugas/proses yang diperlukan.

2.2.4 Teknik Pengambilan Keputusan


Teknik yang biasa dilakukan dalam kegiatan manajerial meliputi:

1. Operational Research/Riset Operasi: Penggunaan metode saintifik dalam

analisa dan pemecahan persoalan.

2. Linier Programming: Riset dengan rumus matematis. Teori Pengambilan

Keputusan

3. Gaming War Game: Teori penentuan strategi.

4. Probability: Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional

atas hal-hal tidak normal.

18
2.2.5 Macam – Macam Keputusan Manajemen
Oleh Herbert Simon secara umum membedakan antara dua jenis keputusan,

yaitu:

1) Keputusan yang terprogram (programmed decision)

2) Keputusan setengah terprogram (half-programmed decision)

3) Keputusan yang tidak terprogram (non-programmed decision).

1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur :

Keputusan terprogram/ terstruktur merupakan keputusan

yang dilaksanakan berulang-ulang dan rutin,sehingga dapat

diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan

terutama padad manjemen tingkat bawah

Contoh : Manajer produksi dari PT. XYZ selalu melakukan

kegiatan rutin disetiap awal bulan, yaitu dengan melakukan

pembelian bahan baku untuk persediaan.

2. Keputusan setengah terprogram/ setengah terstruktur :

Keputusan setengah terprogram/ setengah terstruktur

merupakan keputusan yang sebagiandapatdiprogram,

sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak

terstruktur.Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan

membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yg

terperinci.

Contoh : Pak Darwin adalah seorang Menajer Keuangan

pada PT. Arta. Pekerjaan pada devisi keuangan

mengharuskan Pak Darwin harus cermat dalam

menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT. Arta.

19
Pada saat itu diharuskan penggantian mesin di pabrik dan

harus menghitungan dengan cermat sebelum melakukan

investasi pada mesin yang akan dibeli agar investasi yang

dilakukan tidak merugikan perusahaan. Maka Pak Darwin

harus melakukan keputusan untuk menginvestasikan

keuangan perusahaan secara cermat.

3. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur :

Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur merupakan

keputusan yangg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak

dapat diperkirakan sebelumnya.Keputusan ini terjadi di

manajemen tingkat atas.Informasi untuk pengambilan

keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan

dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari

lingkungan luar.Pengalaman manajer merupakan hal yg

sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak

terstruktur.

Contoh : Pak Andre adalah seorang Presiden Direktur PT.

Angkasa. Ia harus selalu bisa mengambil keputusan dengan

cepat demi kelangsungan perusahaannya. Pengambilan

keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi pasar yang

harus selalu ia dengan dan ketahui. Contohnya adalah harga

saham yang selalu berubah.Dia harus bisa menyesuaikan

keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada

bursa efek bisa selalu stabil.

20
2.2.6 Tahap - Tahap Pengambilan Keputusan
Sebagai dalam proses pengambilan keputusan, model tersebut memuat

tiga tahap pokok, yaitu sebagai berikut :

1. Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan

keputusan.

2. Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis

arah tindakan yang mungkin.

3. Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas

yang ada.

2.2.7 Gaya Pengambilan Keputusan


Gaya Manajer dalam pengambilan keputusan akan banyak diwarnai

oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilak

pengalaman, dan sejenisnya. Cara-cara manajer dala mendekati

masalah tersebut antara lain :

1. Pertama, penghindar masalah.Seorang penghindari masalah

mengabaikan informasi yang menunujukkan kesebuah

masalah.Para penghindari masalah ini tidak aktif dan tidak ingin

menghadapi masalah.

2. Kedua, penyelesian masalah. Seorang penyelesaian masalah

mencoba menyelesaikan masalah-masalah apabila masalah-

masalah itu muncul.Mereka bersikap reaktif menghadapi masalah-

masalah yang timbul.

3. Ketiga, Pencarian masalah. Seorang pencari masalah secara aktif

mencari masalah-masalah guna diselesaikan atau mencari peluang-

peluang baru untuk dikejar.

21
2.2.8 Model Pengambilan Keputusan
Teori manajemen mengenal perbedaan antara dua model utama dalam

pembuatan keputusan.Kedua model tersebut adalah model klasik dan

model administrasi.

1. Model Keputusan Klasik

Model keputusan klasik (classical decision) berpandangan bahwa

manager bertindak dalam kepastian.Pendekatan klasik ini

merupakan model yang sangat rasional utuk pembuatan keputusan

manajerial.

2. Model keputusan Administratif

Menurut Herbert Simon, manager dalam pengambilan keputusan

menghadapi 3 kondisi:

a. Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.

b. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).

c. Cepat puas (satisfice).

Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan

pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:

a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and

satisficing)

Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi

kenyataan tidak memadainya informasi mengenai sifat masalah

dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan uang

untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap,

ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar informasi,

dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri.Yang perlu

22
dipelajari oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima

yang memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas

terbayang dalam benak.

b. Heuristic

Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum,

untuk menyederhanakan pembuatan keputuasan.

c. Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)

Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa

yang harus membuat keputusan, “siapa yang akan

memutuskan?”merupakan keputusan pertama yang harus dibuat

manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.

Menurut pendapat B.A. Fisher , model dalam pengambilan

keputusan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Model Preskiptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya

mengambil keputusan dengan cara memberikan pedoman

dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu

kelompok mencapai consensus. Model ini disebut jugasebagai

model normatif.

Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima

langkah, yaitu :

1. Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang

dihadapi.

2. Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.

23
3. Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan

untuk menghadapi situasi tersebut.

4. Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas

berbagai alternatif yang telah dievaluasi.

5. Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap

pelaksannan hasil keputusan.

b. Model Deskriptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil

keputusan. Model ini juga menerangkan (menggambarkan)

segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga

memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan

untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan

penyelesaian masalah.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Model Keputusan

Pengambilan keputusan merupakam proses interaksi antara

input-input sebagai bahan dasar pembentukan suatu model

keputusan, yang terdiri atas tujuan organisasi, kendala-kendala

intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif pemecahan

masalah. Interaksi tersebut diharapkan akan menghaslkan

output yang baik yang berupa pelaksanaan

keputusan,pengendalian, dan umpan baliknya. Pengambilan

keputusan baik keputusan pribadi maupun keputusan kelompok

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

24
1. Keadaan lingkungan dn nilai-nilai yang kerap kali

bertentangan

2. Pengaruh politik

3. Emosionalisme

4. Tingkat pendidikan

5. Model keputusam faktual.

Lima faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan

suatu model keputusan

2.3 Wewenang

2.3.1 Pengertian Wewenang

Kewenangan berasalah dari kata wewenang, wewenang dalam bahasa

Inggris disebut authority. Wewenang adalah otoritas yang dimiliki suatu

lembaga untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Menurut

Roobert Bierttedt, bahwa wewenang adalah institutionalized power

(kekuasaan yang dilembagakan). Sementara itu menurut Mirriam Budiardjo,

wewenang adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain

sedemikian rupa, sehingga tingkah laku terakhir sesuai dengan keinginan dari

pelaku yang mempunyai kekuasaan.

Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi perintah, dan

kekuasaan untuk meminta dipatuhi (Ridwan, 2011).

a. Louis A Allen

“Wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang

didelegasikan pada suatu jabatan.”

b. G. R. Terry

25
“Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk

menyuruh pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada pihak yang

memiliki wewenang itu.”

c. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel

” Wewenang adalah kekuasaan yang sah, suatu hak untuk memerintah

atau bertindak.”

d. R. C Davis

“Wewenang adalah hak yang cukup yang memungkinkan seseorang

dapat menyelesaikan suatu tugas kewajiban tertentu.”

e. Henry Fayol

“Wewenang adalah hak untuk memerintah (dalam organisasi formal) dan

kekuatan (power) membuat manajer dipatuhi dan ditaati.”

f. James D. Mooney

“Power dalam arti fisik adalah kecakapan membuat sesuatu, sedangkan

authority adalah hak/wewenang (right) untuk membuat sesuatu.”

g. Chester I. Barnard

“Authority sama dengan power, authority adalah ciri suatu komunikasi

(perintah) dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan ia diterima

oleh seseorang anggota organisasi tersebut dan perintah-perintahnya

harus ditaati.”

Dalam wewenang selalu terdapat power dan responsibility untuk

mencapai tujuan, tetapi power tidak selalu diikuti oleh authority dan

responsibility. Jadi, authority-lah yang paling menjamin tercapainya

tujuan, sebab authority menciptakan power dan right.

Kenapa authority itu sangat penting bagi seseorang ?

26
Authority sangat penting bagi seseorang karena :

1. Authority merupakan dasar hukum bagi seseorang untuk dapat

melakukan pekerjaan atau tugas-tugasnya.

2. Authority selalu akan menciptakan power, right, dan responsibility.

3. Authority menyebabkan perintah-perintah manajer dipatuhi dan

ditaati.

4. Authority menjadi tolak ukur kedudukan, sifat pekerjaan, dan

tanggung jawab seseorang karyawan dalam suatu perusahaan.

5. Authority menjadi batas tentang apa yang dapat dikerjakan dan yang

tidak boleh dikerjakan seseorang.

6. Authority merupakan kunci pekerjaan manajerial, yaitu :

1) Hak yang dengannya, para manajer dapat menuntut kepatuhan

para bawahannya terhadap keputusan-keputusan dan perintah-

perintahnya.

2) Adalah dasar bagi tanggung jawab/kewajiban dan merupakan

daya pengikat dalam organisasi.

3) Penggolongan kegiatan/pekerjaan guna mencapai tujuan dan

spesifikasi hubungan-hubungan wewenang antara atasan dengan

bawahan.

4) Dasar bagi manajer untuk mengorganisasi, mengarahkan,

mengendalikan, dan mengkoordinasikan semua bagian demi

mencapai tujuan.

5) Merupakan asas organisasi dalam pembagian kerja.

2.3.2 Bentuk-bentuk Wewenang

27
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional

Perbedaan antara wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional

dikemukakan oleh Max Webber. Pembedaan tersebut didasarkan

pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku.

Didalam membicarakan ketiga wewenang tadi, Max Webber

memerhatikan sifat dasar wewenang tersebut karena itulah yang

menentukan kedudukan penguasa yang mempunyai wewenang

tersebut.

a. Wewenang Kharismatis

Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan

pada charisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu) yang

ada pada diri seseorang. Orang-orang disekitarnya mengakui

akan adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan

pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber

kemampuan tersebut merupakan sesuatu yang berada diatas

kemampuan manusia umumnya. Wewenang kharismatis

tersebut akan dapat bertahan selama dapat dibuktikan

keampuhannya bagi seluruh masyarakat. Contohnya nabi, para

rasul dan penguasa terkemuka dalam sejarah.

b. Wewenang Tradisional

Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun

sekelompok orang. Dengan kata lain, wewenang tersebut

dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok

yang sudah lama sekali menjadi mempunyai kekuasaan dalam

masyarakat. Wewenang yang dimiliki tersebut bukan karena

28
memiliki kemampuan khusus seperti kharismatis, tetapi karena

kelompok tadi mempunyai kekuasaan yang telah melembaga

dan bahkan menjiwai masyarakat. Demikian lamanya

kekuasaan tersebut membuat masyarakat percaya dan mengakui

kekuasaannya.

c. Wewenang rasional

Wewenang rasional atau legal merupakan wewenang yang

disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Sistem hukum disini dipahamkan sebagai kaidah-

kaidah yang telah diakui serta ditaati masyarakat dan bahkan

telah diperkuat oleh negara. Pada wewenang yang didasarkan

pada sistem hukum, harus dilihat juga apakah sistem hukumnya

bersandar pada tradisi, agama, atau faktor-faktor lain,

Kemudian, harus ditelaah pula hubungannya dengan sistem

kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum tadi cocok atau

tidak dengan sistem kebudayaan masyarakat supaya kehidupan

dapat berjalan dengan tenang dan tentram.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi

Wewenang resmi sifatnya sistematis, dapat diperhitungkan dan

rasional. Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada

kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan tata tertib yang

tegas dan bersifat tetap. Didalam kelompok tadi, karena banyaknya

anggota biasanya hak dan kewajiban para anggotanya, kedudukan

serta peranan siapa-siapa yang menetapkan kebijaksanaan dan siapa

pelaksananya, dan seterusnya ditentukan dengan tegas. Begitupun

29
sebaliknya wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok

kecil disebut wewenang tidak resmi karena bersifat spontan,

situasional, dan faktor saling kenal. Contohnya pada ciri seorang

ayah sebagai kepala keluarga atau pada diri seorang yang sedang

mengajar di kelas

3. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Perbedaan antara wewenang pribadi dengan territorial sebenarnya

timbul dari sifat dan dasar kelompok sosial tersebut. Kelompok

tersebut mungkin timbul karena faktor ikatan darah, atau mungkin

juga karena faktor ikatan tempat tinggal, atau karena faktor

gabungan kedua faktor tersebut. Wewenang pribadi sangat

tergantung pada solidaritas antara anggotanya, dan disini unsur

kebersamaan sangat memegang peranan. Struktur wewenang

bersifat konsentris yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui

lingkaran-lingkaran wewenang tertentu. Setiap lingkaran

mempunyai kekuasaan penuh di wilayahnya masing-masing.

Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang

peranan yang sangat penting. Pada kelompok-kelompok teritorial

unsur kebersamaan cenderung berkurang karena desakan faktor

individualisme. Hal ini tidaklah berarti bahwa kepentingan

perorangan diakui dalam rangka kepentingan bersama. Pada

wewenang teritorial ada kecenderungan untuk mengadakan

sentralisasi wewenang yang memungkinkan hubungan langsung

dengan warga kelompok. Walaupun disini dikemukakan

pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial, didalam

30
kenyataannya kedua bentuk wewenang tadi dapat saja hidup

berdampingan.

4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh

Suatu dimensi lain dari wewenang adalah pembedaan antara

wewenang terbatas dengan wewenang menyeluruh. Apabila

dibicarakan tentang wewenang terbatas, maksudnya adalah

wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan,

tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja.

Misalnya, seorang jaksa di Indonesia, mempunyai wewenang

untuk atas nama negara dan mewakili masyarakat menuntut

seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun

jaksa tidak berwenang mengadilinya.

Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh

ialah, setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh

dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi terbatasnya

atau menyeluruhnya suatu wewenang bersifat tergantung dari

sudut penglihatan pihak-pihak yang ingin menyorotinya.

2.4 Kekuasaan

2.4.1 Definisi Kekuasaan

Kekuasaan itu ialah kemampuan untuk mempengaruhi individu,

kelompok, keputusan atau kejadian. Dalam setiap hubungan antara

manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian-

pengertian kekuasaan dan wewenang. Untuk sementara pembahasan akan

31
dibatasi pada kekuasaan, yang diartikan sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang

kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan

dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah (agar

yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan

yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-

tindakan pihak-pihak lainnya.

Kekuasan mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam

sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan merupakan sumber

kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu sumber kekuasaan,

disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang

tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu. Jadi,

kekuasaan terdapat di mana-mana, dalam hubungan sosial maupun di

dalam organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi, pada umumnya keku

Gejala lain yang tampak juga adalah perasaan tidak puas (yaitu mereka

yang diperintah) mempunyai pengaruh terhadap

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dijalankan oleh rhe ruling class.

Golongan yang berkuasa tak mungkin bertahan terus tanpa didukung oleh

masyarakat. Oleh karena itu, golongan tersebut senantiasa berusaha untuk

membenarkan kekuasaannya terhadap masyarakat agar kekuasaannya

dapat diterima masyarakat sebagai kekuasaan yang legal dan baik untuk

masyarakat yang bersangkutan. Usaha-usaha golongan yang memegang

kekuasaan seperti diterangkan Mosca, di dalam masyarakat-masyarakat

yang baru saja bebas dari penjajahan dan mendapatkan kemerdekaan

politik, mengalami kesulitan-kesulitan sebab pokok kesulitan-kesulitan

32
tersebut terletak pada perbedaan alam pikiran antargolongan yang

berkuasa (yang secara reIatif maju) dan alam pikiran antara golongan

yang dikuasai yang masih tradisional dan kurang luas pengetahuannya.

Oleh sebab itu, golongan yang berkuasa harus berusaha untuk

mena-namkan kekuasaannya dengan jalan menghubungkannya dengan

kepercayaan dan perasaan-perasaan yang kuat di dalam masyarakat

bersangkutan, yang pada dasarnya terwujud dalam nilai dan norma.asaan

yang tertinggi berada pada organisasi yang dinamakan “negara”.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan

dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Masing

masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat

diperoleh dengan gambaran sebagai berikut :

Sifat dan hakikat kekuasaan :

1. Simetris

1) Hubungan persahabatan

2) Hubungan sehari-hari

3) Hubungan yang bersifat ambivalen

4) Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya.

2. Asimetris

1) Popularitas

2) Peniruan

3) Mengikuti Perintah

4) Tunduk pada pemimipn formal dan informal

5) Tunduk pada seorang ahli

33
6) Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya

7) Hubungan sehari-hari.

2.4.2 Sumber-sumber Kekuasaan

Sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki para penguasa atau pemimpin,

dalam masyarakat informal maupun formal adalah :

1. Seseorang yang mempunyai harta benda (kekayaan) yang lebih

banyak, sehingga mempunyai keleluasan untuk bergerak dan

mempengaruhi pihak lain.

2. Dengan status tertentu, seseorang dapat memberikan pengaruhnya

atau memaksa pihak lain supaya melakukan sesuatu sesuai

kehendaknya.

3. Wewenang legal atas dasar peraturan-peraturan formal (hukum) yang

dimiliki seseorang, dapat memberikan kekuasaan pada seseorang

untuk mempengaruhi pihak lain sesuai dengan hak dan kewajibannya

sesuai dengan ketetapan dalam peraturan.

4. Kekuasaan dalam pula tumbuh dari adanya kepercayaan khalayak,

seperti tradisi, kesucian, dan adat istiadat.

5. Kekuasaan yang tumbuh dari khrisma atau wibawa seseorang.

6. Kekuasaan yang didasarkan pada pedelegasian wewenang.

7. Kekuasaan yang tumbuh dari pendidikan, keahlian, serta

kemampuan.

(Abdulsyani, 2007:140)

34
2.4.2.1 Sumber kekuasaan dilihat dari anggota dan pemimpin

Sumber kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota (target) dan

pemimpin (agent), yaitu :

Kekuasaan Target taat agar ia mendapat ganjaran

ganjaran yang diyakininya, dikuasai, atau

dikendalikan oleh Agent.

Kekuasaan Target taan agar ia terhindar dari

koersif hukuman yang diyakininya diatur

(pemaksaan) oleh Agent.

Kekuasaan resmi Target taat karena ia yakin

(legitimate) bahwa Agent mempunyai hak untuk

membuat keputusan atau peraturan.

Bahwa Target mempunyai kewajiban

untuk taat.

Kekuasaan Target taat karena ia yakin atau percaya

keahlian (expert) bahwa Agent mempunyai pengetahuan

khusus tentang cara yang terbaik untuk

melakukan sesuatu.

Kekuasaan Target taat karena ia memuja Agent atau

rujukan mengidentifikasikan dirinya

dengan Agent dan mengharapkan

persetujuan Agent

35
2.4.3 Unsur dan Dimensi kekuasaan

a. Unsur kekuasaan

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang yang merupakan penguasa menimbulkan

suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan atas penguasa

tersebut. Rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang

tunduk pada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang

mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan

keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari ancaman yang

akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya positif.

Dimana orang lain bertindak sesuai dengan kehendak yang berkuasa

untuk menyenangkan semua pihak. Artinya ada titik pertemuan antara

pihak yang bersangkutan. Rasa cinta yang efisien harusnya dimulai dari

pihak penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang

dikuasai, kekuasaan akan berjalan dengan baik dan teratur.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul karena hasil hubungan langsung antara dua

orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Hubungan yang terjadi bersifat

pribadi, tetapi mungkin saja hubungan demikian akan berkembang

didalam suatu organisasi atau masyarakat secara luas. Karena

kepercayaan memang sangat penting demi kelanggengan suatu

kekuasaan.

36
4. Pemujaan

Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang

lain. Akan tetapi, didalam sistem pemujaan, seseorang atau

sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar

pemujaan dari orang lain. Hal ini menyebabkan segala tindakan

penguasa dibenarkan atau setidaknya dianggap benar.

b. Dimensi Kekuasaan

1. Jabatan dan Pribadi

Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan

terkandung erat dalam jabatan, seperti presiden, Perdana Menteri, raja,

dan lain-lain, yang penggunaannya terkandung dalam jabatan itu

secara efektif bergantung sekali pada kualitas pribadi yang dimiliki

dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.

2. Implisit dan Eksplisit

Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat dilihat, tetapi

dapat dirasakan, kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang secara

jelas terlihat dan dapat dirasakan

3. langsung dan tidak langsung

Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber untuk mempengaruhi

pembuat dan pelaksana keputusan dengan melakukan hubungan secara

langsung, tanpa melalui perantara. Kekuasaan tidak langsung ialah

penggunaan sumber dan pelaksana keputusan melalui perantara pihak

lain.

4. Positif dan Negatif

37
Yang dimaksud dengan positif adalah penggunaan sumber kekuasaan

untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan diharuskan,

sedangkan negatif adalah negatif penggunaan sumber kekuasaan

untuk mencegah pihak lain dalam mencapai tujuannya yang tidak

perlu dan juga dapat merugikan.

5. Konsensus dan Paksaan

Kekuasaan konsensus pada umumnya berupa persetujuan secara sadar

dari pihak yang dipengaruhi sendangkan paksaan berupa rasa takut,

dalam hal ini takut akan ancaman-ancaman yang akan diterimanya.

2.4.4 Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan

Kekuasaan yang telah dilaksanakan melalui saluran-saluran sebaga-mana

diterangkan di atas memerlukan. serangkaian cara atau usaha-usaha untuk

mempertahankannya. Setiap penguasa yang telah memegang kekuasaan di

dalam masyarakam, demi stabilnya masyrakat tersebut, akan berusaha untuk

mempertahankannya. Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukannya

adalah antara lain :

1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama

dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa, dimana

peraturan-peraturan tersebut akan menguntungkan penguasa, keadaan

tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari

seseorang penguasa kepada pennguasa lain (yang baru).

2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan yang akan dapat memperkokoh

kedudukan penguasa atau golongannya, yang meliputi agama, ideologi

dan seterusnya.

3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.

38
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal.

2.4.5 Bentuk Lapisan Kekuasaan

1. Tipe pertama (tipe kasta) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis

pemisah yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada

masyarakat berkasta, dimana hamper tidak terjadi gerak sosial vertical.

Pada puncak piramida, duduk penguasa tertinggi yaitu raja dengan

lingkungannya didukung oleh kaum bangsawan, tantara, dan para pendeta.

Lapisan kedua terdiri dari buruh tani yang kemudian diikuti dengan lapisan

terendah yaitu budak.

2. Tipe yang kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang

tegas, akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh

kebudayaan masyarakat terutama pada kesempatan yang diberikan warga

untuk memperoleh kekuasaan tertentu. Pada puncak piramida duduk

penguasa tertinggi atau raja, lalu lapisan kedua bangsawan dari berbagai

macam tingkatan, lapisan ketiga penguasa tertinggi(sipil dan militer) dan

lapisan terendah yakni buruh, petani dan budak

3. Tipe yang ketiga (tipe demokrasi) menunjukkan kenyataan akan adanya

garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobile sekali. Kelahiran tidak

menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang

juga faktor keberuntungan. Pada puncak piramida duduk pemimpin partai

politik, organisasi besar, dan orang-orang kaya, lalu pada lapisan kedua

terdapat pejabat administratif, lapisan ketiga yaitu ahli teknik, petani dan

pedagang dan yang terakhir pekerja rendahan dan petani rendahan.

39
2.5 Pengaruh

2.5.1 Defenisi Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang) yang

ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.1Pengaruh

juga berarti suatu kondisi di masa yang lalu atau di masa sekarang, yang

dialami atau benar-benar memainkan peranan dalam menentukan kelakuan

seseorang, atau jalan pikiran sekarang ini.Sedangkan menurut Kartini

Kartono dan Dali Gulo mendefinisikan pengaruh sebagai kekuatan yang

timbul oleh suatu masyarakat yang mempengaruhi sikap, pendirian dan

perilaku seseorang. Dari pengertian yang telah dikemukakan

sebelumnyadapat disimpulkan, bahwa pengaruh merupakan suatu daya

yang dapat mengubah atau membentuk sesuatu yang lain

James C. Georges mengatakan dalam Developing the Leader Within

You bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mendapatkan pengikut.

Hitler adalah pemimpin begitu juga Jim Jones , Martin Luther King,

Winston Churchill, dan ohn F Kennedy adalah pemimpin. Walaupun

sistem nilai dan kemampuan mereka sangat berbeda, namun masing-

masing memiliki pengikut. Jadikan kemampuan mendapatkan pengikut

merupakan titik acuan untuk dapat mengetahui definisi kepemimpinan.

Kebanyakan orang mendefinisikan pemimpin adalah kemampuan meraih

suatu jabatan, bukan mendapatkan pengikut. Akibatnya, mereka akan

berlomba-lomba untuk mendapatkan, Jabatan, Pangkat, atau Gelar dan

ketika telah mendapatkannya mereka mengira bahwa mereka telah menjadi

pemimpin. Pemikiran yang seperti demikian akan menciptakan 2 masalah

yaitu:

40
1. Sering mengalami frustasi karena hanya memiliki sedikit pengikut; dan

2. Menjadikan alasan untuk tidak memimpin lagi.

Pemahaman Tentang Pengaruh

Setiap orang memberi pengaruh dan dipengaruhi oleh orang lain.

Dengan demikian, maka semua orang berati pemimpin pada salah satu

bidang, namun di bidang lainya kita bisa saja menadi seorang pengikut.

Pada situasi dan kelompok tertentu, selalu ada seseorang yang memberi

pengaruh paling menonjol. Pemimpin tersebut sangat mudah ditemukan

dalam sebuah kelompok manapun. Perhatikan saja saat sebuah kelompok

berkumpul. Ketika sebuah keputusan atas suatu masalah akan diambil,

maka opini siapa yang paling dihargai, siapa yang paling diperhatikan, dan

pendapat siapa yang mudah disetujui orang lain.

Cara yang paling efektif untuk memahami kekuatan pengaruh

adalah dengan memikirkan momen-momen ketika kita tersentuh oleh

pengaruh seseorang atau sebuah peristiwa. Peristiwa besar selalu

meninggalkan mendalam bagi semua aspek kehidupan dan ingatan.

Perhatikan hal-hal kecil atau orang yang mempengaruhi kita dengan cara

yang luar biasa. Kehidupan berisi pengaruh yang setiap hari mempengaruhi

dan turut membentuk kepribadian manusia. J.R Miller mengatakan

"terdapat saat-saat ketika suatu peristiwa mampu meninggalkan kesan

mendalam dalam hidup untuk selamannya. Tidak seorang pun dapat

memahami pengaruh, namun manusia terur-menerus menggunakan

pengaruh. Baik untuk menyembuhkan, meninggalkan kesan baik, melukai,

menyakiti, meracuni, dan menodai orang lain.

Pengaruh baik hari ini adalah investasi terbaik di masa depan

41
Setiap manusia harus menetapkan ingin menadi pengaruh yang

seperti apa dan mengembangkan kemampuan memimpin. Bennis dan Lanus

Dalam Leaders berkata "sesungguhnya kesempatan untuk memimpin sangat

banyak dan mampu diraih oleh semua orang".

Pengaruh adalah keahlian yang dapat dikembangkan

Robert Dilenshneider dalam Power and Influence menjabarkan

idenya tentang "segitiga kekuatan". Komponen segitiga itu adalah

Komunikasi, Pengakuan, dan Pengaruh.

42
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi

orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya

Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak

terkait melakukan pertimbangan dan menjatuhkan pilihanyang meliputi

merumuskan masalah, menganalisa masalah, menentukan dan mengembangkan

alternatif, mengambil tindakan berdasarkan hasil pertimbangan, dan melakukan

evaluasi

Wewenang adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain

sedemikian rupa, sehingga tingkah laku terakhir sesuai dengan keinginan dari

pelaku yang mempunyai kekuasaan

Kekuasaan itu ialah kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok,

keputusan atau kejadian. Dalam setiap hubungan antara manusia maupun

antarkelompok sosial selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan

wewenang. Untuk sementara pembahasan akan dibatasi pada kekuasaan, yang

diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak

yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut

3.2 Saran

43
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun tak luput dari itu juga

makalah ini banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang sekiranya kami belum

memahaminya. Dari itu kami berharap makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi

kita semua dengan segala kritikan-kritikan yang bisa menjadikan motivasi untuk

belajar.

https://www.academia.edu/12475125/Hakikat_Kekuasaan_Wewenang_dan_Kepemi

mpinan

https://www.academia.edu/36479376/Kekuasaan_dan_Wewenang

44

Anda mungkin juga menyukai