Disusun Oleh:
Maryam Jamilah
(H251180141)
Maryam Jamilah
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan baik di dalam maupun
diluar organisasi. Suatu bisnis yang sukses merupakan cerminan dari adanya pemimpin yang
baik di dalam perusahaan tersebut. Bass dan Riggio (2006) mengkalisifikasikan
kepemimpinan kedalam dua jenis yaitu kepemimpinan yang bersifat transaksional dan
kepemimpinan yang bersifat transformasional. Dalam kepemimpinan transaksional hubungan
antar pemimpin dan bawahan merupakan suatu rangkaian pertukaran atau persetujuan antara
pemimpin dan pengikut (Howell dan Avolio, 1993). Kepemimpinan transaksional didasari
oleh kegiatan menerima dan memberi antara pemimpin dan bawahan. Dalam memotivasi
karyawan untuk mencapai kinerja yang optimal pemimpin dengan tipe transaksional akan
mengandalkan reward dan sanksi. Reward diperuntukan bagi bawahan yang memiliki kinerja
baik dan mampu mencapai target perusahaan sebaliknya sanksi diperuntukan bagi karyawan
yang memiliki kinerja buruk yang tidak mampu mencapai target perusahaan. Berbeda dengan
kepemimpinan transaksional, Bass (1990) mendefinisikan kepemimpinan transformasional
sebagai pemimpin yang mampu memberikan inspirasi serta motivasi bagi bawahannya untuk
dapat untuk dapat mencapai hasil dan kinerja yang baik. Pemimpin dengan tipe
transformasional akan memotivasi bawahannya melalui inspirasi-inspirasi untuk mencapai
target perusahaan dibanding mengandalkan reward dan sanksi sebagaimana yang dilakukan
pemimpin transaksional. Bass dan Riggio (2006) menyebut kepemimpinan transformasional
sebagai bentuk pengembangan dari kepemimpinan transaksional yang mana kepempinan
transformasional sangat dibutuhkan dan penting diterapkan bagi setiap sektor. Pemimpin
dengan tipe transformasional dianggap lebih baik dengan pemimpin transaksional
dikarenakan melalui pemimpin trasnformasional bawahan akan memiliki kinerja yang sangat
baik bahkan melebihi yang diharapkan, dan juga bawahan akan memiliki tingkat kepuasan
yang baik serta menciptakan komitmen bawahan terhadap kelompok dan juga organisasi
(Bass, 1985. 1998a). Selain itu pemimpin dengan tipe transformasional dianggap sesuai
dengan kriteriria pekerja saat ini yang kebanyakan berasal dari generesai milenial. Generasi
milenial (mereka yang lahir antara tahun 1981-1995) memiliki karakteristik yang berbeda
dengan generasi- generasi sebelumnya. Dalam bekerja orientasi generasi milenial tidak hanya
melulu terkait material melainkan mereka memandang pekerjaan sebagai bentuk aktualisasi
diri. Selain itu mereka menyukai lingkungan kerja yang fleksibel, serta menyukai pemimpin
yang dapat membimbing serta mampu mengapresiasi ide - ide yang mereka memiliki, oleh
karena itu untuk menghadapi generasi milenial tidak efektif jika dipimpin dengan sistem
kepemimpinan transaksional.
Melaui tulisan ini penulis akan menganalisis penerapan konsep kepemimpinan
transformasional untuk menghadapi generasi milenial di Indonesia, serta kendala yang
mungkin dihadapi dalam penerapannya. Selain itu penulis juga akan mengkritisi sedikit
konsep terkait kepemimpinan yang dipaparkan Bass dan Riggio (2006) dalam bukunya yang
berjudul Transformational Leadership
PEMBAHASAN
Bass dan Riggio (2006) menyebutkan bahwa terdapat empat ciri dari kepemimpinan
transformasional. yaitu idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation
dan individualized consideration.
Idealized Influence merupakan ciri pemimpin transformasional yang kharismatik.
Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang dihormati, dikagumi, dan dipercaya
oleh bahawannya sebab sebagai seorang pemimpin mereka dapat menjadi panutan bagi
bawahannya melalui leading by example. Pemimimpin kharismatik akan selalu menekankan
kepada bahawahannya bahwa visi dan misi perusahaan merupakan tujuan yang harus dicapai
bersama, dan juga sebagai pemimpin mereka selalu menunjukkan standar perilaku etis dan
moral yang tinggi. Sikap ini sesuai dengan kriteria generasi milenial yang mana dalam
bekerja generasi milenial selalu mengedepankan nilai-nilai moral dan soaial (Lancaster dan
Stillman, 2002)
Inspirational Motivation merupakan ciri pemimpin transformasional yang selalu
memotivasi dan menginspirasi bawahan mereka dengan menekankan pentingnya makna dan
tujuan dari apa yang mereka kerjakan guna mencapai hasil yang optimal. Para pemimimpin
melibatkan pengikutnya dalam mendesain tujuan dimasa depan, menciptakan komunikasi
yang jelas antar pemimpin dan bawahan serta menunjukkan komitmen terhadap tujuan dan
visi bersama. Pemimpin dengan sikap ini sangat dikagumi oleh generasi milenial dikarenakan
dalam bekerja generasi milenial lebih senang untuk bekerja sama daripada menerima
perintah, mereka sangat ingin dilibatkan dalam mencapai tujuan perusahaan (Lancaster dan
Stillman, 2002).
Intellectual Stimulation, pemimpin transformasional mendorong bawahannya untuk
menjadi inovatif dan kreatif. Pemimimpin meminta bawahannya untuk menemukan ide-ide
baru serta memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi perusahaan. Pengikut
didorong untuk mencoba pendekatan baru dan pemimimpin akan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif untuk ide-ide baru dengan tidak mengkritik ide-ide yang dikemukakan
oleh bawahannya hanya karena berbeda dengan ide yang dimiliki pemimpin. Pemimpin yang
mempunyai sifat ini sangat disenangi oleh generasi milenial. Dalam bekerja mereka
mengharapkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sehingga mereka membutuhkan
pemimpin yang dapat memacu mereka untuk lebih inovatif dan kreatif. Jika kebutuhan akan
berkembang tidak dapat terpenuhi generasi milenial tidak segan untuk mencari pekerjaan lain
yang dapat menampung mereka untuk berinovasi dan berkreasi (Prabowo & Putranta, 2016)
Individualized Consideration merupakan ciri pemimpin transformasional yang selalu
memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan setiap individu pengikutnya melalui
hubungan interpersonal. Seorang pemimpin transformasional akan bertindak sebagai mentor
bagi anak buahnya guna menginspirasi, memotivasi serta memberikan dorongan kepada
bawahannya untuk meningkatkan potensi yang dimiliki sehingga akan terciptanya kinerja
yang optimal dari bawahan serta tercapainya target-target perusahaan. Sikap ini sangat sesuai
dengan kriteria generasi milenial yang mana dalam bekerja generasi milenial lebih suka
untuk dibimbing dan dilatih sebagai individu (Spiro dalam Prabowo dan Putranta, 2016).
Contingen reward (CR) adalah transaksi antar pemimpin dan pengikutnya terkait hadiah
(reward) yang diinginkan pengikutnya atas kinerja optimal yang mampu dicapai.
Contingent reward bisa dikategorikan transaksional jika reward yang diberikan berupa
bonus atau sesuatu yang berupa material dilain sisi contingent reward dapat
dikategorikan transformasional jika reward yang diberikan berupa pujian.
Management by Exception(MBE) adalah tindakan korektif dari pemimpin atas
kesalahan atau permasalahan perusahaan. Management by exception dapat bersifat aktif
dan pasif, dianggap aktif pabila pemimpin secara aktif memantau terjadinya
penyimpangan standar, kesalahan yang diakibatkan pengikutnya dalam menyelesaikan
tugasserta secara langsung melakukan koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut.
Management by exception dapat bersifat pasif apabila pemimpin tidak secara rutin
memantau terjadinya kesalahan dalam perusahaan. Tindakan korektif baru dilakukan oleh
pemimpin jika terjadi komplain terhadap kesalahan yang dilakukan perusahaan.
Laissez-Faire Leadership (LF) adalah pemimpin yang membebaskan pengikutnya dalam
menjalankan tugas. Pemimpin dengan tipe ini adalah kebalikan dari pemimpin
transaksional. Pemimpin laissez-faire cenderung tak menggunakan aturan-aturan yang
berlaku di dalam organisasinya. Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi serta dalam
menentukan tujuan organisasi pemimpin sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab
kepada pengikutnya. Pemimpin dengan tipe ini cenderung menghindari keterlibatan
ketika masalah-masalah penting muncul di dalam suatu organisasi.
Bass dan Riggio (2006) megurutkan seluruh tipe kepemimpinan di atas dari yang
paling efektif hingga yang paling inefisien. Jika diurutkan maka empat komponen
kepemimpinan transformasional merupakan tipe kepemimpinan yang paling efektif,
setelahnya adalah contingent reward, management by exception dan laissez-faire
leadership dianggap sebagai tipe kepemimpinan yang paling tidak efisien.
KESIMPULAN
DAFTA R PUSTAKA
Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance beyond Expectations. New York: Free
Press.
Bass, B. M. (1990). Bass and Stodgill's Handbook of Leadership: Theory , Research, and
Managerial Application . New York: Free Press.
Lancaster, L. C., & Stillman, D. (2002). When Generations Collide. Who They Are. Why
They Clash. How to Solve the Generational Puzzle at Work . New York: Collins
Business.
Prabowo, A. D., & Putranta, M. P. (2016). Persepsi Generasi Y Terhadap Pilihan Karier
di Perusahaan Publik. MODUS Vol. 28, 71-86.
Purwandi, L., & Ali, H. (2016). Indonesia 2020 The Urban Middle-Class Millennials.
Jakarta: PT Alvara Strategi Indonesia.