Anda di halaman 1dari 3

Kusta adalah endemik di negara-negara tropis, terutama di negara-negara terbelakang atau

berkembang. 1 Prevalensi kusta di dunia pada awal 2007 adalah 224.717 orang (3,3 per 100.000
penduduk), dan di antaranya yang paling banyak di kawasan Asia Tenggara 116.663 orang (21,4 per
100.000 penduduk) diikuti dengan 64.715 orang di seluruh dunia. (7,7 per 100.000 penduduk),
wilayah Afrika 29.548 orang (3,6 per 100.000 penduduk), dan wilayah Pasifik Barat 9805 orang (0,5
per 100.000 penduduk). 2

Pada tahun 2009, Organisasi Kesehatan Dunia Indonesia menempati urutan ketiga dari penderita
kusta di dunia setelah India (127295 atau 10,9 per 100.000 penduduk) dan Brasil (33955 atau 17 per
100.000 penduduk) sebanyak 17260 kasus (7,49 per 100.000 penduduk) . Di kawasan ASEAN,
Indonesia menempati posisi teratas. Myanmar berada di posisi kedua dengan 3082 kasus (7,2 per
100.000 populasi) dan Filipina berada di peringkat ketiga sebanyak 2.936 kasus (3 per 100.000
populasi). Dua negara tetangga Indonesia, yang Malaysia hanya memiliki 216 kasus (0,8 per 100.000
penduduk) dan Singapura 11 kasus (0,2 per 100.000 penduduk). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan pada 2010 ada 17.012 kasus kusta (7,1 per 100.000 penduduk) di Indonesia dan pada
2011 penderita kusta di Indonesia mencapai 20023 kasus (8,3 per 100.000 penduduk) dan terus
meningkat pada tahun 2012 terdaftar sebagai sebanyak 23169 orang terkena kasus kusta (9,7 per
100.000 penduduk). 2

provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah kasus baru kusta pada tahun 2009 adalah 249 kasus (1,11 per
10.000 penduduk). 3 Pada 2010, jumlah kasus baru kusta di Sulawesi Tenggara berada di peringkat
16 dari 33 provinsi di Indonesia, yang berjumlah 254 kasus atau 1,13 per 10.000 penduduk. 3 Di
Bombana, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, di mana pada tahun 2011 kasus
kusta tercatat sebanyak 34 kasus (2,4 per 10.000 penduduk). Pada Januari 2012, jumlah pasien
dengan penyakit menular meningkat menjadi 53 kasus (3,8 per 10.000 penduduk) atau mencapai
80% pada 2012 dan berada di peringkat ke-4 dari 12 kabupaten / kota di Sulawesi Tenggara (Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2013). 4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
epidemiologi pasien kusta di wilayah Bombana.

ETODE

Jenis penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan deskriptif yaitu menggambarkan
epidemiologi pasien kusta di Bombana. Dengan keseluruhan ukuran sampel dalam penelitian ini
adalah 34 penderita kusta

HASIL

Hasil penelitian ini penulis uraikan dalam bentuk ikhtisar epidemiologi berikut ini. Karakteristik jenis
kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penderita kebersihan diri penderita kusta

berdasarkan distribusi gender pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penderita kusta pada pria
berjenis kelamin terbanyak adalah 19 orang atau 55,9%, sedangkan wanita 15 orang atau 44,1%.
Responden, yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 26 orang (76,5%), sedangkan responden
yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang. responden yang tidak bekerja sebanyak 18
orang (52,9%), sedangkan responden yang bekerja sebanyak 16 orang (47,1%). Responden, yang
memiliki higiene perorangan yang memadai sebanyak 29 orang (85,3%), sedangkan responden yang
memiliki higiene perorangan buruk sebanyak 5 orang (14,7%).
abel 2 menunjukkan bahwa dari 34 responden, 30 pria (88,2%) yang tidak memenuhi syarat tinggal,
dan ada 4 orang (11,8%) yang memiliki hunian berkualitas. Distribusi responden terdaftar paling
banyak pada periode Januari hingga Maret 2012 dengan 14 pasien kusta (41,2%). Sedangkan
distribusi responden yang mendaftar setidaknya yaitu periode dari April hingga Juni dan Juli hingga
September masing-masing berjumlah 4 orang (11,8%)

DISKUSI Karakteristik gender dan hubungannya dengan sifat eksposur dan tingkat kerentanan
perannya sendiri. Oleh karena itu, di mana ada kehadiran frekuensi penyakit menurut jenis kelamin,
itu harus dianalisis jika perbedaan muncul karena perbedaan dalam rasio, jenis kelamin dalam
populasi atau apakah karena perbedaan dalam faktor kebiasaan, faktor biologis serta genetik faktor-
faktor. 5

ingginya morbiditas dan mortalitas di kalangan laki-laki diduga disebabkan oleh beberapa faktor
keturunan yang berhubungan dengan jenis kelamin atau perbedaan faktor lingkungan di mana lebih
banyak laki-laki merokok, merokok, pekerjaan berat, berurusan dengan pekerjaan berbahaya dan
lain-lain, penyebab keberadaan yang lebih tinggi. tingkat morbiditas di antara wanita di Amerika
Serikat terkait dengan kemungkinan lebih banyak wanita bebas mencari pengobatan. 6 Dari hasil
penelitian sebelumnya bahwa karakteristik penderita kusta banyak jenis kelamin pria (55,9%). Kasus-
kasus kusta di Bombana masih sangat tinggi dibandingkan dengan kasus dunia. Penghapusan kusta
didefinisikan sebagai tawaran prevalensi infeksi untuk hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan
bahwa pendidikan penderita kusta di Bombana rendah. Hanya 6 orang (17,6%) yang memiliki tingkat
pendidikan SMP, itupun tidak melanjutkan hingga hari ini. Sebagian besar dari mereka hanya
memiliki pendidikan sekolah dasar 20 orang (58,8%). Padahal, ada yang tidak bersekolah yaitu 8
orang (23,6%). Pendidikan yang rendah pada pasien kusta di Bombana menyebabkan kurangnya
kesadaran mereka untuk memeriksa penyakit mereka sehingga mereka menunda diagnosis.
Akibatnya, semakin lama mereka semakin menular kepada orang-orang di sekitarnya.

tingkat pendidikan di Bombana dari waktu ke waktu meningkat, tetapi di daerah yang jauh dari kota,
tingkat pendidikan masih jauh lebih rendah. Masih banyak orang yang tidak bersekolah. Faktor
ekonomi dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan masyarakat pedesaan menjadi salah
satu penyebab penting masalah tersebut. 7 Pendidikan yang memadai akan berdampak positif pada
pencegahan kasus kusta

pengetahuan sebanyak 26 orang (76,5%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup 8
orang (23,5%). Rata-rata responden tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar tentang
karakteristik / gejala, penyebab, cara penularan, dan pencegahan kusta. Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan wawasan yang kurang dari responden. Tingkat pendidikan yang rendah
dipengaruhi oleh kurangnya pendapatan responden. Dalam kondisi tertentu pendidikan yang kurang
juga akan memberikan pandangan negatif tentang penderita kusta. 9 Penghasilan bulanan mereka
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, sehingga mereka tidak dapat
melanjutkan pendidikan tinggi

sumsi lain yang masih terjadi di masyarakat yang kurang berpengalaman tentang kusta adalah
karena kurangnya informasi tentang pencegahan dan pengendalian kusta yang baik dan benar di
pihak pelayanan kesehatan. Tetapi di sisi lain kadang-kadang acuh tak acuh terhadap konseling dan
pemberian obat secara rutin oleh petugas kesehatan
orang-orang di Bombana kebanyakan berpikir bahwa kusta bukanlah penyakit menular. Kebanyakan
dari mereka juga ada yang tidak mau minum obat karena dia menganggap dirinya hanya penyakit
kulit biasa karena alergi setelah makan makanan tertentu. Kurangnya informasi tentang penyakit
yang diterima oleh masyarakat melalui media, yang merupakan komunikasi satu arah, serta melalui
konseling masih kurang. Petugas kesehatan memberikan informasi tentang penyakit hanya kepada
seseorang yang telah terdaftar sebagai pasien, sedangkan masyarakat umum tidak memperoleh
informasi tersebut, sehingga komunitas bisnis untuk mengambil tindakan untuk mencegah kusta
masih sangat rendah, terutama dalam kegiatan menjaga lingkungan yang dapat mencegah
munculnya kusta

Kebersihan pribadi adalah tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kesejahteraan fisik
dan psikologis seseorang. Sebaliknya, kurangnya perawatan diri adalah suatu kondisi di mana
seseorang tidak dapat melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya sendiri. Lingkungan sekitar
juga memengaruhi derajat kesehatan seseorang sebagai tempat penyimpanan atau lemari pakaian,
tempat tidur, alat, mandi dan sebagainya. Kebersihan pribadi jika tidak didukung oleh kebersihan
lingkungan sekitar akan tetap berpotensi menularkan penyakit. 10 Oleh karena itu, lingkungan
kebersihan pribadi dapat dilakukan dengan membersihkan lemari, menggantung kasur atau tempat
tidur, memperhatikan kebersihan peralatan mandi, dan sebagainya.

tempat tersebut merupakan daerah yang dapat dikategorikan sebagai wilayah spesifik suatu daerah
seperti desa, kecamatan, kabupaten dan lain-lain. Hubungan antara penyakit dengan menunjukkan
faktor-faktor yang memiliki signifikansi sebagai penyebab penyakit yang berhubungan dengan lokasi
tempat tinggal pasien. 12 Studi lain yang dilakukan hubungan dengan kejadian karakteristik rumah
kusta di Puskesmas Kabupaten Kabupaten Pemalang nilai-nilai kepadatan perumahan yang diperoleh
untuk OR = 1,129. 13 Hubungan antara waktu dan penyakit adalah persyaratan dasar dalam analisis
epidemiologi. 14 Karena perubahan sesuai dengan waktu penyakit menunjukkan perubahan faktor
etiologi yang baik dalam waktu singkat, berkala dan sekuler.

laporan morbiditas akan sangat penting dalam epidemiologi karena didasarkan pada peristiwa nyata
dan tidak berdasarkan pada perkiraan atau perkiraan. Selain itu, pencatatan dan pelaporan
morbiditas dapat diketahui dari perubahan dalam insiden dan prevalensi penyakit sampai hasilnya
dapat digunakan untuk merencanakan dan mengelola masalah kesehatan. Strategi yang digunakan
untuk pengendalian penyakit dengan Koordinasi untuk kusta dan Penyakit di bawah Penghapusan
Sekretariat Pengawasan Kesehatan dari Kementerian Kesehatan terdiri dari deteksi dini dan
penanganan segera kasus untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah menjerit. Layanan
dan kemitraan terpadu mendukung tindakan untuk pengendalian penyakit. 15 Surveilans untuk
mencapai deteksi dini hanseniasis, untuk mencegah potensi jeritan dan bahwa program kesehatan
masyarakat di daerah yang paling terdampak harus dipaksa. 16 Pemerintah harus melakukan rutin
dalam mencegah penyebaran kusta. 17

Anda mungkin juga menyukai