Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REPORT

OLEH :
NAMA : ADINDA AULYA
NIM : 5223144020
KELAS : REG C
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. Zulkifli Matondang M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PEND. TATA RIAS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Swt atas karunia limpahan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga penyusunan Critical Journal Report
yang berjudul “KEPEMIMPINAN” ini dapat selesai dengan waktu yang
ditentukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kepemimpinan, selain itu
dengan disusunnya makalah ini juga dimaksudkan sebagai salah satu bahan
materi dalam mata kuliah Kepemimpinan.

Makalah yang sangat sederhana ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi


saya sendiri maupun bagi para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
Kepemimpinan. Tentunya saya sadari cjr ini sangat banyak kekurangannya, oleh
karena itu kami memohon kepada para pembaca dan dosen pembimbing untuk
memberikan tanggapan atau masukan yang sifatnya membangun agar CJR ini
menjadi lebih baik.

Demikian harapan saya, semoga tugas Critical Journal Report yang


berjudul “KEPEMIMPINAN” ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca dan penulis.

Medan, 6 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………...………………………………………3
BAB I
PENDAHULUAN……………...............………………..……............4
A.Latar Belakang…………………………………………..…..4
B.Tujuan……………………………......………………………4
C.Manfaat……………………………..………………………..4
BAB II
IDENTITAS JURNAL………………………………………………..5
A.Jurnal I……………………………………………….……....5
B.Jurnal II…………………………………………….....……...5
BAB III
RANGKUMAN……………………………………….......……..…….6
A.Jurnal I……………………………………………….……….6
B.Jurnal II………………………………………………….……10
BAB IV
REVIEW JURNAL…………….……………………………………..15
A.Kelebihan Jurnal…….……………………………………….15
B.Kekurangan Jurnal………….………………………………..15
BAB V
PENUTUP……………………..……………………..……………….16
A.Kesimpulan………………………………………………….16
B.Saran……………….………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA.…………………………….………………......17

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh
kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan paraanggotanya. Pemimpin
dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan juga tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga
memainkan perananpenting dalam membantu kelompok, individu untuk
mencapai tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukanaktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Kepemimpinan yang
diyakini salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi bawahan. Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses kepemimpinan
adalah perilaku pemimpin yang bersangkutan atau gaya pemimpin. Gaya
kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, danperilaku
organisasinya. Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama danbekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

B. TUJUAN
 Memahami isi jurnal dan merealisasikannya ke kehidupan nyata
 Mencerna isi jurnal secara detail
 Memahami isi jurnal sebagai pemahaman awal tentang menjadi seorang
pemimpin perempuan
 Memanfaatkan isi jurnal dalam kehidupan sehari hari

C. MANFAAT
 Memahami definisi kepemimpinan sebagai seorang wanita yang independent
 Menjadi pribadi yang mampu memimpin sebuah organisasi atau perusahaan
 Menambah pengetahuan sebagai seorang wanita yang mampu memimpin

4
BAB 2
IDENTITAS JURNAL

1. Judul Jurnal : Peran Kepemimpinan Wanita Di Era Modern


2. Nama Jurnal : Jurnal Keislaman, Sosial, Hukum Dan Pendidikan
3. Edisi Terbit : Mei 2020
4. Pengarang : Ica Putri Cahayaningsih
5. Penerbit : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Kota Terbit : Malang
7. Alamat Situs :
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/alyasini/article/view/3793/2
766

1. Judul Jurnal : Gaya Kepemimpinan Perempuan


2. Nama Jurnal : Jurnal Aspirasi Politik Islam
3. Edisi Terbit : 2015
4. Pengarang : Annisa Fitriani
5. Penerbit : UIN Raden Intan Lampung
6. Kota Terbit : Lampung
7. Alamat Situs : http://103.88.229.8/index.php/TAPIs/article/view/845/728

5
BAB 3
PEMBAHASAN

A. JURNAL 1
1) Kepemimpinan Perempuan Perspektif Gender Dan Psikologis
Kata gender adalah suatu konsep yang mengarah pada sistem peranan dan
relasi antar laki-laki dan perempuan yang masing-masing gender mempunyai
perbedaan biologis dilingkungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Secara
teknik operasional perspektif gender adalah cara pandang seseorang untuk
membedakan segala sesuatu yang bersifat normatif dan bilogis dengan suatu
produk sosial budaya dalam bentuk kesepakatan dan fleksibilitas yang dinamis.
Ketika rasional gender diangkat dan muncul dalam pikiran kita adalah gambaran
diskriminatif terhadap perempuan dan penghilangan hak-hak terhadap mereka.
Women’s Study Encyclopedia (dalam Umar, 1999) menjelaskan, gender adalah
suatu konsep kultural yang membuat pembedaan yaitu peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa gender bukan bermula dari perbedaan biologis laki-laki dan
perempuan. Kepemimpinan Perempuan Menurut Kanter (1976, hlm. 233-236)
bahwa ada empat faktor yang berpengaruh dalam kepemimpinan perempuan,
yaitu:
 The mother (keibuan). Pemimpin perempuan cenderung bersikap
sebagaimana layaknya seorang ibu, misalnya sewaktu anak sakit, sang ibu
akan menyediakan obat. Nantinya akan timbul asumsi bahwa pemimpin
perempuan mempunyai sifat simpatik, pendengar yang baik, dan mudah untuk
mencurahkan permasalahan.
 The pet (kesayangan). Pemimpin perempuan cenderung menjadi kesayangan
bagi bawahannya, sehingga bawahan akan lebih menjaganya. Dalam hal ini
karyawan akan menganggap pemimpin perempuan sebagai orang dekat,
sehingga tidak terdapat rasa canggung.
 The sex object (obyek seksual). Pemimpin perempuan cenderung menjadi
penyemangat kerja bagi karyawannya. Dalam hal ini, pemimpin perempuan
dianggap sebagai sebuah faktor yang memotivasi karyawan untuk bekerja
lebih giat, akan tetapi kemauan yang timbul dari karyawan untuk bekerja lebih
giat bukan karena perintah yang diberikan, tetapi karena ada dorongan dari
dalam.

6
 The iron maiden (wanita besi). Pemimpin perempuan cenderung bersikap
tegas dalam memimpin bawahannya, sehingga timbul kesan tegas. Sementara
menurut penelitian yang dilakukan oleh Krotz, beberapa keunggulan
kepemimpinan perempuan dibandingkan laki-laki, diantaranya yaitu:
1. Perempuan lebih cepat memotivasi kelompok dan bawahannya.
2. Perempuan lebih terbuka dan lebih dapat menerima masukan.
3. Perempuan lebih cepat tanggap terhadap bawahannya.
4. Perempuan lebih memiliki toleransi, sehingga lebih mudah mengantisipasi
adanya perbedaan.
5. Perempuan lebih cepat mengidentifikasi masalah dan akurat dalam
penyelesaiannya.
6. Perempuan lebih cepat mendefinisikan harapan kerja dan dalam menghasilkan
umpan balik.
2) Kepemimpinan Perempuan Perspektif Psikologis
Menurut Wirawan (2013) Struktur otak manusia terdiri dari otak kanan dan
otak kiri, setiap gender mempunyai perbedaan yaitu laki-laki mampu memproses
sesuatu lebih baik di otak kirinya sedangkan perempuan keduabelah otaknya
mempunyai kemampuan memproses yang sama. Perbedaan ini menjelaskan
mengapa laki-laki lebih kuat dalam aktivitas otak kirinya dan pendekatan
pemecahan masalah, sedangkan wanita menyelesaikan masalah lebih kreatif dan
lebih sadar menggunakan perasaan ketika berkomunikasi. Kondisi ini yang
menjadikan perempuan mampu bekerja dengan tuntutan yang ganda dalam waktu
bersamaan. Pada dasarnya semua orang mampu menjadikan dirinya seorang
pemimpin (leadership), begitu pula perempuan tidak semuanya lemah ia di
ibaratkan sebuah banguan yang kokoh dan merupakan fondasi yang berstruktur
kuat. Hal ini dapat dilihat dari perannya terhadap lingkungan kehidupan
bermasyarakat, dalam suatu pembangunan bukan hanya sebagai proses
pembangunannya saja, apabila kita melihat dari sudut pandang yang berlainan
bahkan sudah banyak kenyataannya peran seorang perempuan tradisional
dijadikan sebagai “cadangan” contohnya umur belia sudah diharuskan menikah
tanpa mengenyam pendidikan wajib, pada umumnya masyarakat yang masih
paguyuban (pedesaan).

7
3) Gaya dan Tipe Kepemimpinan Wanita
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku yang telah dirancang untuk mencapai tujuan organisasi individu
untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa,
gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku kata atau tindakan dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Yuki, 1989: 143-156). Ada suatu
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari
kepemimpinan, yaitu dengan memusatkan atau memberi perhatian pada apa yang
dilakukan oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan dengan gaya
kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang
pemimpin itu inginkan. Gaya kepemimpinan di dalam organisasi sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan dan memajukan lingkungan kerja yang
kondusif dan efisien untuk memotivasi para anggotanya sehingga diharapkan
akan menghasilkan produktivitas dan perkembangan yang tinggi. Gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku dari apa yang dipergunakan oleh
seseorang pemimpin pada saat mencoba mempengauhi perilaku anggota atau
bawahan (Annisa Fitriani, 2015). Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya atau
pola kepemimpinan yang sama untuk memimpin bawahan atau anggotanya.
Namun harus disesuaikan dengan karakter atau sifat kemampuan dalam tugas
setiap anggotanya. Pemimpin yang efektif dan cakap dalam menerapkan gaya
atau pola tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami
siapa bawahan yang telah dipimpinnya, bisa mengerti kekuatan dan kelemahan
anggotanya (P. Sondang Siagian, 1994).
Secara umum ada dua gaya kepemimpinan khas wanita yakni:
 Kepemimpinan maskulin-feminim
 Kepemimpinan transformasional-transaksional
Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling
komperehensif dan berpengaruh yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah
teori kepemimpinan transformasional dan transaksional. Teori kepemimpinan
transformasional merupakan kemampuan pemimpin untuk memberikan motivasi
dan inspirasi para anggota atau bawahan untuk mencapai tujuan yang lebih baik
daripada yang direncanakan (Bass, 2003).

8
4) Perbedaan Kepemimpinan Wanita dan laki-laki
Kemampuan dan hak kepemimpinan wanita menjadi perhatian utama bagi
masyarakat. Diskriminasi yang dilakukan masyarakat bagi kaum wanita sejak
pembebasan pada gelombang pertama tepatnya 1920-an hingga saat ini
membutuhkan perjuangan yang besar untuk mencapai kesetaraan gender,
persamaan hak serta kepercayaan untuk berada dalam tonggak sebuah pejuang.
Pada dasarnya, semua orang memiliki hak untuk menjadi seorang leader
(pemimpin). Adanya perbedaan gender antara pria dan wanita menyebabkan
adanya perbedaan dalam gaya kepemimpinan, gaya komunikasi, taktik serta
pengaruh dari keduanya. Karya popular yang diungkapkan oleh John Gray dan
Deborah Tannen (Mercant, 2012) menunjukkan bahwa pria memandang
percakapan sebagai cara untuk membangun dan mempertahankan statusnya serta
cenderung untuk mendominasi, sementara wanita lebih melihat tujuan
pembicaraan tersebut untuk membuat dan menumbuhkan ikatan yang menarik
dengan pihak lain dengan membicarakan topik masalah dan masalah yang mereka
hadapi bersama. Hal ini juga diungkapkan oleh Vadeveloo (dalam Tucunan,.dkk,
2014) bahwa efektivitas pemimpin dalam melakukan komunikasi dimana wanita
menggunakannya sebagai alat meningkatkan koneksi, memiliki pengaruh terhada
kinerja karyawan.

9
B. JURNAL 2
Pada perkembangan sekarang sudah banyak bermunculan perempuansebagai
pemimpin dalam berbagai bidang, sehingga perempuan mempunyai tugas
tambahan yaitu selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pemimpin.
Reformasi di Indonesia telah memberikan harapan yang besar bagikaum
perempuan yang selama ini terpasung dalam segala hal. Kebangkitan kaum
perempuan dalam era globalisasi pola kehidupan telah membawaperubahan
dalam perkembangan pembangunan. Pada masa saat ini, pada diri perempuan
melekat multi peran, tidak lagi terpaku pada peranan menjadi istri atau ibu
semata-mata, tetapi telah terorientasi pada pemanfaatan kualitas eksistensinya
selaku manusia. Gender menurut Doyle17 (1985) adalah konsep yang digunakan
untuk menggambarkan perbedaaan antara laki-laki dan perempuan secara social
budaya. Perbedaan ini mengacu kepada unsur emosional dan kejiwaan, sebagai
karakteristik social dimana hubungan laki-laki dan perempuan dikonstruksikan
sehingga berbeda antara tempat dan waktu, misalnya perempuan dikenal sebagai
mahkluk lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan sedangkan laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.Ciri-ciri tersebut merupakan sifat
yang dapat dipertukarkan karena ada juga laki-laki yang mempunyai sifat
emosioanal, lemah lembut, keibuan dan perempuan memiliki sifat kuat, rasional
serta perkasa. Akibatnya perbedaan ini menimbulkan ketidakadilan baik kaum
laki-laki dan kaum perempuan. Ketidakadilan yang dialami kaum perempuan
yang bersumber pada penandaan (stereotype) yang dilekatkan kepada mereka
banyak sekali. Diantaranya anggapan bahwa perempuan memiliki pembawaan
“emosional” sehingga perempuan tidak tepat tampil sebagai pemimpin atau
menjadi manajer. Hal ini mengakibatkan masih adanya diskriminasi dalam
masyarakat terhadap perempuan walaupun menurut undang-undang, perempuan
telah memperoleh hak yang sama dengan laki-laki dalam segala hal Gender
dengan gaya kepemimpinan Penelitian yang menghubungkan gender dengan
gaya kepemimpinan umumnya mengarah ke gaya kepemimpinan tertentuyang
terlihat khas perempuan.
Porter meneliti dengan mengaitkan masalah gender dan gaya kepemimpianan
dengan 2 aspek kepemimpinan yaitu
(1) dalam hal pengambilan keputusan berorientasi pada pemimpin yang
demokratik atau otokratik dan
(2) mempengaruhi bawahan, atasan dan rekan kerja dengan strategi kominakasi.
Peneilitian Parker21. menunjukkan bahwa remaja wanita Anglo-American
bersosialisasi cenderung dependent dan nurturing sedang remaja prianya

10
independent dan agresif. Dan juga memperlihatkan adanya perubahan sikap dan
nilai mereka tentang identitas seksual diantara beberapa budaya Amerika.
Parker22 dalam penelitiannya memperlihatkan perempuan Anglo-American
cenderung lebih bergaya transformasional sedangkan prianya transaksional yang
sependapat bahwa perempuan lebih demokratis dan partisipatif sedang pria lebih
otokratik dan direktif. Parker juga sependapat bahwa perempuan lebih
transformasoional dari pada transkasional. Tentang sensitive gender umumnya
penelitian menunjukkan perempuan African-American (black women) lebih
sensitive disbanding Anglo Amerika (white women). Penelitian menarik lainnya
bahwa perempuan African –american lebih merasakan diskrimasi dalam hal ras
disbanding diskriminasi gender.
 Tipe-tipe Gaya Kepemimpinan
Secara umum ada 2 (dua) gaya kepemimpianan khas perempuan yakni (1)
kepemimpinan maskulin-feminim dan (2) kepemimpinan transformasional-
transaksional Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang
palingkomprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori
kepemimpinantransformasional dan transaksional.
a) Kepemimpinan Tranformasional
Salah satu konsep kepemimpinan yang relevan dengan situasimasa kini
dimana perubahan terjadi sangat cepat dan menuntut setiaporganisasi untuk dapat
menyesuaikan diri adalah konsep kepemimpinantransformasional. Konsep ini
dikembangkan pertama kali oleh James McGregor Burns di tahun 1979 dan
disempurnakan oleh Bernard M. Bassdan Bruce J. Avolio pada tahun 1985
Kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yangmempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional Bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal
dan tanggap kepada pimpinannya. Bass dalam Gibson27mendefinisikan
kepemimpinantransformasional sebagai kemampuan sebagai kemampuan
untukmemberikan inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapaihasil-
hasil yang lebih daripada yang direncanakan secara orisinil danuntuk imbalan
internal.
 Kepemimpinan Wanita
Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam pembangunan bukan
hanya sebagai prosespembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur
kuat. Perjuangan akan figure R.A. Kartini dapatdirasakan dengan adanya
pergerakkan emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan
kinimulai dihargai dan disetarakan.Sejalan dengan gerakan emansipasi dan

11
gerakan kesetaraan gender yang intinya berusahamenuntut adanya persamaan hak
wanita dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi setahaptelah terjadi
pergeseran dalam mempersepsi tentang sosok wanita. Mereka tidak dipandang
lagi sebagaisosok lemah yang selalu berada pada garis belakang, namun mereka
bisa tampil di garis depan sebagaipemimpin yang sukses dalam berbagai sektor
kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum lakilaki.Wanita memiliki
kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak dalam karier,” Faktanya,
dalam berbagai organisasi saat ini, saatgaya kepemimpinan yang keras dan kaku
tidak lagi sesuai untuk karyawan, gaya kepemimpinan wanitayang komprehensif
serta nilai-nilai positif lainnya membuat mereka lebih cocok untuk menduduki
posisi puncak. Wanita dapat menjadi pemimpin bila dididik dengan cara berbeda
dan tidak melulu menganggapdiri mereka sebagai wanita melainkan bagian dari
sesama manusia. Dewasa ini, makin banyak wanita yang bekerja di bidang
pekerjaan laki-laki. Mereka tidak saja bisabertahan, namun juga sukses menjadi
pemimpin. Kaum wanita pun bisa menunjukkan dirinya sebagaimakhluk yang
luar biasa kuat dan berani, dan tidak kalah dari kaum pria. Secara esensial dalam
manajemen dan kepemimpinan pun pada dasarnya tidak akan jauh berbeda
dengan kaum pria. Beberapatokoh perempuan yang berhasil menjadi pemimpin,
Margareth Tatcher di Inggris yang dijuluki sebagai “SiWanita Besi”, Indira
Gandhi di India, Cory Aquino di Philipina. Emansipasi bukan diartikan
pertukaran fungsi karena seorang pemimpin wanita yang memahamiposisi
dirinya sebagai wanita jangan diartikan sebagai sebuah kelemahan melainkan
kekuatan & kecerdasan dalam menempatkan diri di rumah, dunia kerja, tempat
ibadah, dan lingkungan masyarakatsekitar. Peran sebagai wanita tidak dapat
digantikan oleh kaum pria, maka secara tidak langsungpemimpin wanita sudah
memiliki ekstra posisi yang tidak dapat digantikan. Dengan memberi kesempatan
dan menyemangati wanita untuk berperan sebagai pemimpin,pemerintah dan
organisasi dapat memperluas bakat yang ada,” Berdasarkan dari hasil penelitian
terdahulu, peneliti menemukan lima ciri yang banyak dimiliki oleh wanita
pemimpin:
1) Kemampuan untuk membujuk, wanita pemimpin umumnya lebih persuasif
bila dibandingkan denganpria, la cenderung lebih berambisi dibandingkan pria –
keberhasilannya dalam membujuk orang lain untuk berkata “ya” akan
meningkatkan egonya dan memberinya kepuasan. Meskipun demikian, saat
memaksakan kehendaknya, sisi sosial, feminin, dan sifat empatinya tidak akan
hilang,
2) Membuktikankritikan yang salah, mereka “belum bermuka tebal”, wanita
pemimpin memiliki tingkat kekuatan egoyang lebih rendah dibandingkan pria,
artinya mereka masih bisa

12
merasakan rasa sakit akibat penolakandan kritik. Namun, tingkat keberanian,
empat, keluwesan, dan keramahan yang tinggi membuat mereka cepat pulih,
belajar dari kesalahan, dan bergerak maju dengan sikap postif “akan saya
buktikan”,
3) Semangat kerja tim, wanita pemimpin yang hebat cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan secarakomprehensif saat harus menyelesaikan masalah dan
membuat keputusan. Mereka juga lebih fleksibel, penuh pertimbangan, dan
membantu stafnya. Bagaimanapun, wanita masih harus banyak belajar dari pria
dalam hal ketelitian saat memecahkan masalah dan membuat keputusan,
4) Sang pemimpin, wanitapemimpin yang hebat umumnya memiliki karisma
yang kuat, begitu juga pria. Mereka persuasif, percayadiri, serta berkemauan kuat
untuk menyelesaikan tugas dan energik,
5) Berani mengambil risiko, tidaklagi berada di wilayah yang aman, wanita
pemimpin pada dasarnya berani melanggar aturan danmengambil risiko, sama
seperti pria sekaligus memberi perhatian yang sama pada detail.
Merekaberspekulasi di luar batas-batas perusahaan, dan tidak sepenuhnya
menerima aturan struktural yang ada,seperti peraturan dan kebijakan perusahaan.
Wanita adalah mahluk yang mampu mengerjakan banyak hal (multi tasking) dan
seluruhnya bias dilakukan dengan konsentrasi yang sama. Ini tidak ditemui pada
lelaki yang kurang mampu menghadapikompleksitas masalah dan cenderung
memperbaikinya satu-satu, sementara perempuan ingin semua bias cepat selesai
dengan baik serta memahami masalah lebih prioritas agar solusi makin
cepat.Wanita juga mampu mengontrol emosinya. Dia tidak sembarangan
mengucurkan air mata ataumarah berlebihan di depan orang banyak.
Kepemimpinan seringkali membutuhkan figur seperti inisehingga dalam
mengambil keputusan lebih matang terutama soal kebijakan luar negeri.Karakter
alami, banyak wanita menyukai keindahan, kedamaian, ketenangan, dan
tentunyakondisi ini bisa menyejukkan hawa panas dunia tengah bergejolak
lantaran konflik di berbagai belahan bumi.Namun perlu diakui sentuhan Wanita
diperlukan agar pemerintah mempunyai banyak pertimbanganuntuk menentukan
kebijakan.
Pada dasarnya, wanita memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai
pemimpin. Merekacenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—
mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus.wanita juga memiliki bakat untuk
menjalin networking dan melakukan negosiasi. Demikian menurut Helen Fisher,
seorang penulis dan profesor di Rutgers University. Kemampuan-kemampuan itu
tentu saja tidak eksklusif hanya ada pada wanita. Namun ketimbang lakilaki,
kaum wanita yang cenderung lebih sering menunjukkan sifat-sifat

13
tersebut.Wanita juga bertanggung jawab dan suka mengatasi tantangan-tantangan
dalam pekerjaannya. Ada banyak tantangan yang dihadapi kaum wanita dalam
mendaki puncak karier di organisasi. Salah satu yang utama adalah faktor budaya.
Sejak jaman dahulu, wanita dan laki-laki telah melakukanpekerjaan yang
berbeda. Tugas-tugas yang mereka kerjakan membutuhkan keahlian yang
berbeda. Faktorbudaya ini juga mempengaruhi bagaimana cara wanita dan laki-
laki bertindak dan berpikir. Faktor budayaini juga terlihat dalam organisasi. Laki-
laki dituntut untuk bersikap tegas dalam memimpin. Tetapi ketika wanita
bersikap tegas, dia kerap disebut agresif. Kebanyakan pemimpin laki-lakijuga
mementor anak buahnya yang laki-laki. Masih jarang ada pemimpin laki-laki
yang mementor wanita. Dari contoh tersebut, termelihat bahwa masalah budaya
menjadi faktor utama dalam kemajuan perempuan Faktor lain yang menghambat
kemajuan perempuan adalah kurangnya kebijakan dalam organisasiyang
mendukung keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, khususnya bagi wanita
yang telah berkeluarga. Kendati demikian, sudah mulai banyak perusahaan yang
women-friendly. Perusahaan perusahaanitu memberikan kesempatan bagi wanita
untuk meniti kariernya, serta menghasilkan parawanita yang sukses dalam karier
dan keluarga. Mereka sadar bahwa memberikan kesempatan bagi wanita untuk
naik ke posisi kepemimpinan merupakan salah satu langkah strategis dan
humanis untuk memajukan organisasi. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
wanita untuk mengembangkan kariernya,yaitu:
1) Mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion.
2) Mencari mentor untuk membimbing ke posisipuncak.
3) Meningkatkan visibilitas dengan menunjukkan prestasi kerja.

14
BAB 4
REVIEW JURNAL

A. JURNAL 1
 KELEBIHAN JURNAL
✓ Menjelaskan dari awal tentang definisi singkat mengenai kepemimpinan
sebelum masuk ke bab yang akan di ulas
✓ Menjelaskan kepemimpinan wanita sebagai awal pembuka jurnal
✓ Mempunyai dasar hukum dan sejarah yang jelas tentang kepemimpinan
seorang wanita
✓ Mendukung wanita dan menyebutkan kelebihan serta kekurangan wanita
dalam memimpin sebuag grup atau organisasi tanpa menyudutkan pihak
manapun
✓ Informasi jurnal yang jelas dan lengkap

 KEKURANGAN JURNAL
o Ada beberapa kata yang terlalu berat, sulit dipahami oleh orang awam
o Jika tidak ada basic skill sebelum membaca jurnal ini, orang awam akan
sedikit kebingunan mengenai penjelasannya
o Bahasa berbelit, tidak jarang ada yang sulit dimengerti

B. JURNAL 2
 KELEBIHAN JURNAL
✓ Bahasa yang humble, gampang dimengerti
✓ Materi singkat, padat dan jelas
✓ Bahasa yang digunakan baku namun mudah dipelajari oleh orang awam
yang minim basic skill

 KEKURANGAN JURNAL
o Minim resource atau sejarah dasar kepemimpinan wanita yang terlalu jauh
pada awal jurnal, sehingga pembaca diawal bisa kebingunggan
o Banyak kesalahan pengetikkan kata, serta ejaan yang tidak baku
o Kurangnya informasi tentang jurnal

15
BAB 5
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang, baik individu maupun
kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-
rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama. Kedudukan wanita dan pria adalah saling mengisi satu
dengan yang lain, tidak ada yang superior. Karakteristik kepemimpinan wanita
dan pria dapat saling disinergikan menjadi kekuatan yangharmonis bagi
organisasi. Karena secara umum, gaya kepemimpinan lelaki dan wanita adalah
sama tetapi situasinya yang akan mungkin berbeda. Hasil penelitian-penelitian
masalah gender umumnya menunjukkan tidak banyak perbedaan gender dalam
hal organisasi. Namun jika gender dihubungkan dengan gaya kepemimpinan
terlihat adanya gaya tertentu khas perempuan, tapi bukan karena perbedaan jenis
kelamin, namun lebih pada factor karakteristik/tuntutan pekerjaan. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh karakteristik pekerjaan dengan gaya
kepemimpinan perempuan.

B. SARAN
Demikian Critical Journal Review kosmetika ini kami paparkan. Kami
menyadari bahwa CJR ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak terdapat
kesalahan kata yang kurang tepat dan pengetikkan yang kurang rapih. Untuk itu
kami sangat menerima kritik dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan para pembaca
cjr ini. Kami sangat berharap CJR ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta wawasan para pembaca. Kami akhiri CJR ini dengan
mengucapkan Terima Kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cahayaningsih, Ica Putri. "Peran Kepemimpinan Wanita di Era


Modern." Al Yasini: Jurnal Keislaman, Sosial, hukum dan Pendidikan
5.1 (2020): 168-181.
Link :
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/alyasini/article/vi
ew/3793
Fitriani, Annisa. "Gaya kepemimpinan perempuan." Jurnal Tapis:
Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 11.2 (2015): 1-22.
Link : http://103.88.229.8/index.php/TAPIs/article/view/845

17

Anda mungkin juga menyukai