Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JOURNAL (CJR)

KEPEMIMPINAN
Dosen Pengampu: Dr. Hariadi, M. Kes

Disusun Oleh:

MARSAULINA MANULLANG

6223311049

PJKR H

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran TUHAN YANG MAHA ESA karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya lah kami dapat mengerjakan
tugas Kritis ulasan jurnal. Dan juga jangan lupa saya berterima kasih kepada
Dosen mata kuliah kepemimpinan Saya sangat berharap tugas review jurnal kritis
ini dapat berguna dalam rangkamenambah wawasan serta pengetahuan kita.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis diharapkan.Semoga tugas
sederhana ini dapat dijangkau oleh siapapun yang berhasil.Sekiranya laporan yang
telah disusun dapat berguna bagi penulis maupun bagi orang yang sudah.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I .......................................................................................................................................

LATAR BELAKANG...............................................................................................................

TUJUAN CJR....................................................................................................................

MANFAAT CJR.................................................................................................................

IDENTITAS JURNAL.........................................................................................................

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL.............................................................................................

PENDAHULUAN..............................................................................................................

DESKRIPSI ISI..................................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................

PEMBAHASAN JURNAL.................................................................................................

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL.....................................................................

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................

KESIMPULAN..................................................................................................................

SARAN.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

BAB I

A. Latar Belakang
Critical journal review adalah penganalisisan, penilaian, dan pengevaluasian
mengenai keunggulan & kelemahan jurnal, bagaimana isi artikel tersebut bisa
mempengaruhi caraberpikir kita & menambah pemahaman kita. Melalui critical
jurnal review kita mengujipikiran pengarang/ penulis berdasarkan sudut pandang
kita berdasarkan pengetahuan &pengalaman yang kita miliki. Critical Journal
Review (CJR) sangat penting bagi kalanganpendidikan buat mahasiswa maupun
mahasiswi karena mengkritik suatumaka mahasiswa/mahasiswi ataupun jurnal si
pengkritik dapat mereview satu jurnal dan dapat melihat mana jurnal yang perlu
diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan berdasarkan dari
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut,setelah mengkritik
jurnal maka diharapkan mahasiswa/mahasiswi dapat membuatsuatu jurnal
karena sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk
digunakan dan sudah mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa
saja yangdiperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan CJR

Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah kepemimpinan dalam


dua jurnal yang berbeda serta untuk menyelesaikan tugas CJR kepemimpinan dan
menambah pengetahuan atau wawasan dalam mengkritisi suatu topik
permasalahan.

C. Manfaat CJR

- Untuk menambah wawasan tentang kepemimpinan.

- Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang pemimpin.

- Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam pemimpin.

D. IDENTITAS JURNAL

   Jurnal Utama (jurnal satu)

Judul Artikel : Model kepemimpinan berbasis kearifan lokal di Minangkabau dan


bugis
Nama Jurnal: Kepemimpinan

Edisi terbit : 03 Februari 2013

Pengarang Artikel : Mina Elfira

Penerbit : Universitas Indonesia

Kota Terbit : Jakarta

Alamat Situs : https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-03.pdf

  Jurnal Pembanding (Jurnal kedua)

Article Title: Application of Local Wisdom Values in the Leadership of the Camat at
the Tamalanrea District Office, Makassar City

Journal Name : Leadership

Published Edition : 2017

Article Author : Andi Wahyudi, Parakkasi Tjaija, Burhanuddin

Publisher : University of Muhammadiyah Makassar

City of Publication: Makassar

Site Address:

journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi/article/download/694/652

BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

 PENDAHULUAN
 JURNAL PERTAMA

Dalam diskusi “Meneladani misi profetik dalam kepemimpinan nasional” yang


diselenggarakan oleh Mega Institute pada tanggal 28 Februari 2012, Romo Franz
Magnis Suseno mengatakan bahwa saat ini Negara Indonesia membutuhkan
seorang pemimpin yang berani, bukan pemimpin yang loyo dan hanya turut
bersedih atas masalah rakyat tetapi tak memberikan solusi (Kompas, 2012: 1).
Kegalauan ahli filsafat dan tokoh agama ini merupakan lanjutan dari bentuk
keprihatinan dari berbagai kalangan masyarakat akan kondisi negara yang carut
marut. Misalnya, Jakarta Jakarta Post dalam tajuknya Sabtu 2 April 2010
mengatakan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang kompleks. Hal ini
disebabkan karena maraknya korupsi dan adanya konflik dengan berbagai latar
yang terus berlanjut. Sementara hukum, perangkat dan penegak hukum tidak
dapat dipercaya dan berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi ini disebabkan oleh
ketiadaan pemimpin yang dapat dijadikan contoh atau model teladan dalam
tindakan dan perbuatan. Padahal kehadiran pemimpin yang memiliki konsep dan
gaya yang menjadi teladan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Praktik model kepemimpinan yang ditemui sekarang ini berbasis pada model-
model yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Hal ini menimbulkan
kesan bahwa masyarakat Indonesia tidak mempunyai model untuk menata atau
memimpin suatu organisasi kelembagaan. Padahal jika dikaji secara mendalam,
kearifan lokal yang ada banyak mengajarkan mengenai model kepemimpinan.
Berbagai peribahasa yang tersebar di berbagai masyarakat Indonesia seperti di
Sumatra Barat, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan
mengandung berbagai model kepemimpinan yang dapat juga digunakan untuk
penataan organisasi modern. Kurangnya pengetahuan dan penghargaan terhadap
model kepemipinan yang terdapat dalam berbagai peribahasa di Indonesia telah
menyebabkan beberapa dampak buruk pada berbagai organisasi pemerintah dan
swasta. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai konflik yang terjadi seperti konflik
buruh dengan majikan yang berujung pada pemogokan, maraknya tindak korupsi
yang menghancurkan sendi-sendi etika dan moral, Pengelapan pajak dan
maraknya penyalahgunaan kekuasaan di berbagai badan publik, seperti Bank
Indonesia Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dan DPR juga mudah ditemukan.
Akibatnya konflik antar kepentingan, kasus korupsi dan kemiskinan menjadi
pemandangan yang dengan mudah didapatkan pada tayangan berbagai media.
Hal ini juga berkaitan dengan jati diri bangsa Indonesia yang belum memiliki
model kepemimpinan yang berakar pada budaya Indonesia sendiri, sehingga
menyebabkan munculnya syndrome inferior (merasa rendah diri) di kalangan
pengambil keputusan dan hilangnya kepercayaan pada budaya asli yang pada
akhirnya menyebabkan terkikisnya jati diri bangsa. Salah satu langkah upaya agar
jati diri bangsa tidak terkikis dirasakan perlu menggali sumber-sumber kearifan
lokal.

B. Landasan Teori: Kepemimpinan dan Analisis Wacana

Dalam melakukan analisis, makalah ini menggunakan beberapa teori yang terkait
dengan kepemimpinan dan analisis wacana. Robert Hellar (1999) mencatat hal
penting untuk menciptakan kepemimpinan yang efektif yaitu:

1. Mempunyai kemampuan memimpin tim guna mencapai kualitas dengan


cara terus menerus memperbaiki setiap proses dan produk;
2. Mempunyai kemampuan mempertahankan dan mengembangkan visi,
misi, nilai dan arah organisasi;
3. Mempunyai kemampuan menjamin bahwa staf termotivasi, terkendalikan
dengan baik dan diberdayakan untuk terus berkembang;
4. Mempunyai kemampuan menggunakan sumberdaya keuangan dan sumber
daya lainnya dengan efesien untuk mencapai tujuan organisasi;
5. Mempunyai kemampuan menjamin semua proses vital, termasuk
manajemen,

berjalan terus-menerus secara efektif.


Karena makalah ini melakukan analisis wacana maka dirasakan perlu untuk
mengutip pendapat Eriyanto dalam bukunya Analisis Wacana (2001) yang
mengatakan bahwa analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai
pemakaian bahasa. Pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung
diungkapkan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh
ia dinyatakan dengan memakai pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki
hubungan dengan pengalaman empiris. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah
tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan serta pengungkapan
jati diri dari orang yang berbicara.

C. Model Kepemimpinan dalam Peribahasa Minangkabau

Adat adalah terminologi yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk


hal-hal yang berkaitan dengan sejarah lisan mereka, yang berkenaan dengan asal
usul Alam Minangkabau, segala bentuk peribahasa dan petatah-petitih yang
memuat petunjuk dan aturan tentang pelaksanaan upacara-upacara, cara
bersikap dan relasi kekerabatan matrilineal. Sebagaimana adat melingkupi
keseluruhan masyarakat Minangkabau, adat juga membentuk sebuah ideologi
hegemoni yang melegitimasi dan menstruktur kehidupan seremonial dan politik
di suatu nagari. Adat merepresentasikan norma ideal dari berprilaku. Ungkapan
indak baradaik (tidak tahu adat), biasanya ditujukan kepada seseorang yang
bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan adat, dianggap sebagai sebuah bentuk
penghinaan yang terburuk. Di dalan kehidupan sehari hari, dianggap sebagai
urang nan indak tau adaik (orang yang tidak tahu dengan adat) bisa merusak
reputasi seseorang. Dapat dikatakan bahwa terminologi adat meliputi secara
garis besar segala bentuk persepsi masyarakat Minangkabau tentang budaya dan
kebiasaan mereka serta cara-cara mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
misalnya dalam kepemimpinan. Secara tradisional Minangkabau mengenal dua
model kepemimpinan, dikenal dengan istilah laras, yaitu laras Bodi Caniago dan
laras Koto Piliang. Perbedaan utama antara kedua model ini terkait dengan dasar
dan bentuk pemerintahannya. Pondasi sistem pemerintahan Laras Koto Piliang
didasarkan pada pepatah: “bapucuak bulek, titiak dari ateh (berpucuk bulat, titik
dari atas)”, dan bentuk pemerintahannya adalah “batanggo turun (bertangga
turun).” Sedangkan pondasi pemerintahan laras Bodi
Caniago adalah bajanjang naik (berjenjang naik).” Pepatah-pepatah tersebut
Prosiding 5th International Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and
Globalization” menjelaskan bahwa di Koto Piliang semua keputusan bermula dari
level ke atas ke level ke bawah (sistem demokrasi ‘top-down’). Dengan kata lain,
keputusan terakhir berada pada pemegang otoritas tertinggi yaitu pangulu pucuk
(penghulu tertinggi). Sedangkan laras Caniago menganut system demokrasi dari
bawah ke atas (sistem demokrasi bottom-up) yatu segala sesuatunya bermula dari
level yang terbawah, dan keputusan terakhir didasarkan pada azas “musyawarah
untuk mufakat” di antara para penghulu. Walaupun demikian kedua laras ini
tetap menganut aas demokrasi dalam musyawarah untuk mufakat sebagaimana
terlihat dari peribahasa-peribahasa Minangkabau mengenai kualitas pemimpin.

 JURNAL PEMBANDING

The current of globalization is so strong that we should anticipate it well. Where


in the midst of the onslaught of the invasion of the values of modernity, western-
style leadership sometimes makes us blind to progress so that we forget the
identity of the values of local wisdom that we have. In fact, the leadership of the
sub-district head who has an identity in accordance with the values of local
wisdom will not be less powerful. If the camat in carrying out his leadership is
able to properly apply the values of existing local wisdom, the problem of
bureaucratic pathology in leadership can be minimized as little as possible. Where
in the implementation of his leadership, the sub-district head must be based on
local wisdom values such as alempureng (honesty), amaccang (scholarship),
asitinajang (conformity), agettengeng (steadfastness), and reso (effort). The value
of alempureng in sub-district leadership can be seen from the trustworthy camat
leadership.

Trustworthy leadership is a form of legality or an indirect acknowledgment that


the sub-district head has qualified qualities in carrying out the organization's
divisions to achieve its goals. Trustworthy leadership can also be seen from the
sub-district head who is able to convey the mandate well. Whether it's a mandate
from his employees or a mandate that comes from the aspirations of the
community where the sub-district head works. The Camat Tamalanrea is a leader
who cares about the complaints of his employees. This is evidenced by the quick
response from the Camat Tamalanrea when his employees ask questions about
salaries that have not been disbursed. The Camat Tamalanrea immediately
contacted the relevant parties asking why the existing funds had not been
disbursed. So it can be said that the value of alempureng (honesty) is still firmly
held by the leadership of the Camat Tamalanrea in terms of trustworthy camat
leadership. As said by Siagian (2010: 48-73) that the leadership function must be
able to become a representative and spokesperson for the organization in
relations with parties outside the organization. In addition, the leadership of the
sub-district head who does not lie is the main sign that his leadership is weak
(honest) leadership.

The leadership of the sub-district head who does not lie can be seen from the
compatibility between the words and actions taken by the sub-district head in his
task of leading the sub-district. The Camat Tamalanrea is a leader who is
antipathy to the so-called lies in carrying out his leadership. Where the facts on
the ground also show this, namely clean Friday activities which are often attended
directly by the Camat Tamalanrea. This is in accordance with what was stated by
Rohim (in Collaboration: Journal of Public Administration, August 2015 Volume 1
Number 2 116 Elfira, 2013: 22) that government leaders who are said to be able
to improve the country are those who have honest thoughts. Even the camat
leadership in applying the values of alempureng (honesty) must be sincere in
every work he does. Where in carrying out an action the sub-district head in his
leadership acts from the bottom of his heart, not solely because of work
demands. Included in this is in achieving the targets of the Tamalanrea District
itself. In this case, the Camat Tamalanrea in carrying out his leadership has not
been sincere enough. This is indicated by what is done only because the
achievement of the target is not sincere in serving the community. The camat
leadership must also pay attention to the value of amaccang (scholarship) as the
value of local wisdom that must be adhered to. This can be judged from the
sincerity of a leader. Sincerity is needed by a sub-district head in carrying out his
leadership. Sincere leadership of the camat indicates that the sub-district is the
acca leader. A sincere sub-district head will certainly think positively about what
often happens in his work environment. Sincere sub-district leadership is able to
learn lessons from a problem that occurs so as to be able to fix it so that it
becomes better and as a preventive measure so that the same problem does not
happen again.

Sincerity in the leadership of the sub-district head can also be seen from the
aspect of how the sub-district head responds to the targets of the organization
that have not been achieved. Sub-district leadership who is sincere towards
organizational targets that have not been achieved will certainly bring benefits to
the development of ways to achieve these targets. Instead of acting rashly in
achieving these targets.

The Camat Tamalanrea in carrying out his leadership tries to be realistic about the
targets of the organization that have not been realized. In addition to being aware
of the fact that the target has not been realized properly, the Camat Tamalanrea
shows an acca attitude by remaining patient and motivating his employees while
maintaining the quality of their performance. This is also what the author found
as a result in the field where the Camat Tamalanrea in his leadership routinely
conveys evaluations related to the achievement of organizational performance
results at every routine apple on Monday. The camat leadership that is acca is a
reflection of a leader who is able to solve problems that always occur in the
organization. Camats who acca include in carrying out their leadership must be
able to have a quick response in dealing with problems that occur. The Camat
Tamalanrea in his leadership when he found a problem then immediately held a
deliberation in the meeting to mediate between the disputing parties so that the
problem could be resolved as quickly as possible. Facts within the Tamalanrea
District Office also show that the Tamalanrea Camat immediately responds to
problems by acting quickly due to disputes in their environment. Prudence is an
important attitude for the camat leadership in carrying out the values of
amaccang (scholarship). Careful performance of the camat leadership will also be
able to build strategic steps that are considerate in anticipating possible problems
that will arise. The leadership of the Camat Tamalanrea avoids rash actions that
will only harm themselves and the interests of the organization. Prior to
implementing the decision, it is reviewed carefully so that its strengths and
weaknesses can be seen. This then becomes the basis for consideration of the
analysis of the extent to which the decision will be implemented by the Camat
Tamalanrea in carrying out his leadership. Observations in the field also show this
fact where the Camat Tamalanrea carefully examines what his decision will be.

BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN JURNAL

Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan di atas di dapat beberapa


kesimpulan. Kesimpulan pertama peribahasa-peribahasa Minangkabau dan Bugis
yang dianalisis mengandung konsep-konsep yang komprehensif mengenai model
kepemimpinan yang dapat juga digunakan untuk penataan organisasi modern.
Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa peribahasa-peribahasa Minangkabau
dan Bugis, yang memuat beberapa prinsip dasar kepemimpinan politik manusia
Minangkabau dan Bugis, dapat menjadi sumber acuan dalam memimpin suatu
organisasi dengan model kepemimpinan khas Indonesia. Hasil analisis juga
menyimpulkan bahwa Model kepemimpinan sebagai bentuk manajemen modern
Indonesia yang berbasis pada kearifan lokal dalam bentuk peribahasa dari
Minangkabau dan Bugis dipraktekan secara tidak langsung melalui individu-
individu yang terlibat dalam struktur kepemimpinan di lembaga pemerintah di
Minangkabau dan Bugis. Kesimpulan teralhir dari analisis yang telah dilakukan
yaitu model kepemimpinan berbasis pada kearifan lokal dalam bentuk peribahasa
dari Minangkabau dan Bugis disesuaikan penerapannya dengan perkembangan
kondisi budaya sosial dan politik pada masyarakat Minangkabau dan Bugis.
Meskipun dalam konteks pemerintahan dan kepemimpinan telah banyak
mengadopsi petatah-petitih baik dari Minangkabau maupun Bugis yang ada, akan
tetapi implementasi dalam kehidupan bermasyarakat di dua daerah tersebut
tampaknya masih sangat kurang.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


 Kelebihan Jurnal Utama
 cara penulisan Jurnal menarik untuk dibaca
 buku ini banyak penjelasan dari para ahli tentang konsep kepemimpinan
modern dan gaya kepemimpinan.
 Dari aspek tata Bahasa, Jurnal ini mudah dimengerti.
 menjelaskan tentang berbagai organisasi yang memiliki pemimpin yang
akurat
 juga menjelaskan tentang cara atau strategi untuk menjadi pemimpin yang
lebih baik

 Kelemahan Jurnal Utama


 Jurnal ini terlalu mendalami tentang perilaku seseorang bahwa ini akan
mengungkit pada orang yang memiliki perilaku yang sama seperti yang
dijelaskan.
 Begitu banyak system kearifan lokal budaya tapi sayangnya tidak ada yang
peduli tentang itu bahkan tidak ada yang merespon.

 Advantages of Comparative Journal


 Judging from the aspect of the scope of the article content, the journals
reviewed were very interesting.
 From the aspect of layout and layout, as well as writing, including the use of
fonts, it is good. Layout and layout, the layout is neat. Easy-to-read font size
 From the aspect of the journal content, the journal describes a lot of what
leadership is, what are the leadership styles, the success factors of leaders,
etc. This journal is more about how to become a leader.
 From the grammatical aspect, the Journal can be understood well.
 Weaknesses of Comparative Journal
 Based on the whole journal, this journal is close to perfect. there are not
many shortcomings, among the shortcomings in this journal are too many
regional proverbs so it is a bit difficult to understand
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain


agar mau diarahkan untuk memcapai suatu tujuan. Dimana cara seorang
pemimpin itu juga merupakan hal yang perlu untuk mempengaruhi orang lain.
Untuk menjadi seorang pemimpin itu dia harus bisa memimpin dari lingkungan
yang kecil yaitu dirinya sendiri, keluarga, perusahaan hingga di linkungan yang
besar yaitu Negara. Pemimpin yang baik dalam kepemimpinannya mampu
membuat organisasi menjadi lebih maju dan baik dalam proses mencapai suatu
tujuan. Oleh sebab itu menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang berat dan
penuh tanggung jawab, tetapi akan mudah bila kita menerapkan sifat sifat dan
gaya gaya kepemimpinan yang baik.

SARAN

Diharapkan setelah membaca critical journal review ini pembaca lebih mengerti
tentang menjadi seorang pemimpin yang baik dan apa saja yang terkandung
didalamnya sehingga kita dapat memehami tentang teori sikap, perilaku dan gaya
menjadi seorang pemimpin yang baik dan betanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Basyar, Hamdan dan Fredy BL. Tobing. 2009. Kepemimpinan Nasional,
Demokratisasi, dan Tantangan Globalisasi, Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Elfira, Mina. 2013. Model Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal di


Minangkabau dan bugis, Jakarta: Universitas Indonesia.

Wahyudi, Andi dan Burhanuddin. 2017. Penerapan Nilai-Nilai Kearifal Lokal


Dalam

Kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar,


Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Anda mungkin juga menyukai