TOPIK:
OLAHRAGA DAN POLITIK (Bagian 1)
Jawablah Pertanyaan di bawah ini. Uraikan dengan Jelas. Gunakan Rujukan Modul Bahan Kuliah
Serta Perkaya dengan Sumber lainnya.
2. Karena banyak Politisi menjadikan olahraga atau salah satu induk organisasi cabang
olahraga tertentu sebagai batu loncatan untuk merebut kekuasaaan dengan dalil
“memajukan olahraga tersebut”. Tidak jarang, kita juga melihat atau menyaksikan
ketika para atlet yang meraih medali disambut oleh pejabat atau politisi demi
menaikkan citra mereka. Itu saja sudah menunjukkan tentang bagaimana olahraga
sudah terkontaminasi dengan politik.
3. • Munich 1972: Pembantaian Munich
Olimpiade 1972 dirusak oleh serangan teroris Palestina terhadap tim Israel. Pada
tanggal 5 September 1972, delapan teroris yang berafiliasi dengan organisasi Black
September kembali ke Desa Olimpiade dan membunuh dua anggota tim Israel.
Mereka menyandera sembilan orang lainnya, mencoba menawar 200 tawanan
Palestina. Setelah kebuntuan dengan kepolisian Jerman yang tidak mampu, para
teroris dapat mengatur transportasi untuk diri mereka sendiri dan para sandera ke
bandara terdekat. Ketika kepolisian Jerman gagal dalam upaya penyergapan mereka,
para teroris membunuh para sandera Israel. Polisi kemudian membunuh lima dari
delapan teroris Palestina; satu petugas polisi Jerman tewas.
Berlin terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade 1936 pada tahun 1931. Namun, ketika
tahun 1933 tiba, Partai Nazi berkuasa di Jerman. Usulan boikot Olimpiade Berlin
muncul di banyak negara Barat, yang dikejutkan oleh kebijakan rasis Jerman dan
pelanggaran hak asasi manusia. Namun, 49 negara yang menonton Olimpiade di
Berlin, negara yang paling banyak memainkan Olimpiade sejauh ini. Pemerintah
Jerman menggunakan sorotan internasional sebagai kesempatan untuk
menggambarkan negara itu sebagai negara yang ramah dan progresif sambil juga
menyediakan bahan bakar untuk propaganda superioritas Arya , yang secara khusus
dilarang oleh IOC.IOC juga mewajibkan pemerintah Jerman menerima atlet Yahudi
yang memenuhi syarat di tim mereka. Akibatnya, Helene Mayer mewakili Jerman
dalam olahraga anggar wanita. Pelari cepat pemecah Amerika memecahkan rekor
dan melompat jauh Jesse Owens, seorang Afrika-Amerika, memenangkan empat
medali emas. Banyak yang menganggap bahwa Owens sendirian menghancurkan
upaya Jerman untuk membuktikan superioritas Arya.
Pertama kali jadi tuan rumah Olimpiade, Australia malah menerima boikot dari
berbagai negara. Saat itu, Uni Soviet tengah menyerbu Hongaria untuk meredam
Revolusi Hongaria terhadap rezim Komunis. Belanda, Spanyol, dan Swiss
memutuskan menarik diri sebagai bentuk protes.
Saat tim nasional Uni Soviet dan Hongaria bertemu di semifinal cabang olahraga polo
air, tensi pun memanas. Hongaria memenangkan pertandingan 4-0. Pertandingan
polo air dihentikan lebih awal karena atlet Uni Soviet, Valentin Prokopov, memukul
atlet Hongaria, Ervin Zador, hingga berdarah! Insiden ini disebut “Blood in the
Water”.
China juga tidak berpartisipasi hingga Olimpiade Musim Dingin 1980 karena Taiwan
diizinkan ikut sebagai negara terpisah! Selain China, Mesir, Irak, dan Lebanon juga
mengecam Olimpiade 1956 dikarenakan Krisis Terusan Suez yang disebabkan oleh
invasi Inggris-Israel-Prancis di Mesir.
Akhirnya, Uni Soviet menjadi juara umum dengan 98 medali dari 17 cabang olahraga.
Di akhir Olimpiade, 3.314 atlet dari 72 negara bergabung dalam pawai penutup
bersama-sama, tidak terpisah menurut negaranya. Sebagai lambang persatuan,
praktik ini tetap diadakan hingga saat ini.
• Olimpiade Musim Panas 1976 di Kanada
Menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas pada 1976, Kanada mendapat
kecaman dari 40 negara, mayoritas negara benua Afrika. Saat itu, lebih dari 6.080
atlet dari 92 negara bersaing dalam 21 cabang olahraga
Saat tim rugbi All Black' dari Selandia Baru menyambangi Spring boks di Afrika
Selatan pada awal 1976, negara-negara Afrika melihat aksi tersebut sebagai
pelanggaran embargo olahraga internasional terhadap paham apartheid Afrika
Selatan. Akibatnya, 29 negara Afrika memboikot Olimpiade 1976 di Kanada.
Selain itu, Taiwan juga menarik diri dari ajang tersebut saat Kanada menolak untuk
mengizinkan negara tersebut bersaing dengan nama “Republik China”, karena sudah
keburu mengakui China sebagai “Republik Rakyat China”.
Uni Soviet menjadi juara umum dengan raihan 125 medali. Namun, Kanada rugi
bandar karena harus mengembalikan tiket dan dana hotel sebanyak 1 juta CA$.
5. GANEFO menegaskan bahwa politik tidak bisa dipisahkan dengan olahraga, hal ini
menentang doktrin Komite Olimpiade Internasional (KOI) yang memisahkan antara
politik dan olahraga. Indonesia berinisiatif mendirikan GANEFO setelah kecaman KOI
yang bermuatan politis pada Asian Games 1962, karena Indonesia tidak mengundang
Israel dan Taiwan dengan alasan simpati terhadap Tiongkok dan negara-negara Arab.
Aksi ini diprotes KOI karena Israel dan Taiwan merupakan anggota resmi KOI.
Akhirnya KOI menangguhkan keanggotaan Indonesia, dan Indonesia diskors untuk
mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo. Ini pertama kalinya KOI
menangguhkan keanggotaan suatu negara.
Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-IV tahun
1962 setelah berhasil mengungguli dua suara atas Karachi, ibukota Pakistan
(Adriyan, 2019: 14).
Kesuksesan Indonesia menggelar perayaan Asian Games IV di Jakarta tahun 1962
merupakan hasil dari proses yang panjang. Presiden Soekarno bersama seluruh
rakyat Indonesia telah menorehkan prestasi yang membanggakan sekaligus
mengharumkan nama bangsa Indonesia dikancah internasional. Walaupun terdapat
sedikit kendala atas keputusan Indonesia yang tidak mengijinkan negara Taiwan dan
Israel dalam kompetisi Asian Games IV sehingga menyebabkan terjadinya
perselisihan antara Indonesia dengan Asian Games Federation maupun International
Olympic Committee. Perselisihan ini akhirnya menyebabkan Indonesia mundur dari
keanggotaan IOC pada tanggal 13 Februari 1963.
Usaha Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas pada saat itu menemui
banyak kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu
belum diakui dan menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC), sehingga
para atlet yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam acara
olahraga sedunia tersebut. Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan
Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam
usaha menuju London. Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah
Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi
di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena
delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia.
Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota
pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada
konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.
Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota
pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang
diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang
direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo.
9. Minim Prestasi Olah Raga, Siantar Hanya Meraih 1 Medali Emas Dalam Pekan
Olahraga Provinsi
Kota Pematangsiantar tidak ketinggalan dalam mengikuti Pekan Olahraga Provinsi
(Porprovsu) Sumatera Utara (Sumut) tahun 2019 yang dilaksanakan di Kota Medan,
22- 29 Juni. Sebanyak 71 atlet ditambah 15 pelatih diberangkatkan Walikota
Pematangsiantar H Hefriansyah SE MM, dari Balai Kota Jalan Merdeka No 6, Jumat
(21/6/2019).Cabang olah raga yang diikuti kontingen dari kota Siantar yaitu
Drumband, Billiard,Taekwondo, Angkat Besi / Angkat Berat / Binaraga, Pencak Silat,
Karate, tenis meja, bola volly
Dalam pekan olah raga tersebut kota Pematangsiantar menduduki peringkat ke 18
dengan perolehan medali 1 Medali Emas dari cabang olah raga Drum band, Perak 7
Medali sedangkan Perunggu 13 Medali. Minimnya prestasi di Kota Pematangsiantar
diduga tidak adanya perhatian pemerintah kota Pematangsiantar terhadap olah
raga, apalagi saat ini Gedung Olah Raga ( GOR ) tidak dapat digunakan, dibiarkan
terlantar tanpa perawatan sehingga sudah bertahun tahun kondisinya sangat
memprihatinkan. Begitu juga dengan kondisi Stadion Sangnaualuh yang merupakan
kebanggaan masyarakat Kota Siantar juga dibiarkan terlantar sampai saat ini tidak
jelas arah dan tujuan pembangunannya dimana memakan biaya sampai miliaran
rupiah. KONI Pematangsiantar kurang berkoordinasi dengan pengurus dan pengcab
yang ada di kota Siantar. Contoh kecil Besaran dana yang diduga sekitar 400 juta,
Koni tidak pernah terbuka ke setiap pengcab dan tidak pernah turun dana ke
pengcab.
10. Konsep olahraga dan politik dapat memiliki beberapa implikasi terkait dengan
pengembangan olahraga. Berikut adalah beberapa implikasi tersebut:
11. https://youtu.be/iveNQQFBgBk