Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
MULIYONO
2113051019
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SEJARAH DAN
PERAN ATLET INDONESIA DI OLIMPIADE, PARALIMPIADE DAN PON DARI
MASA KE MASA” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs.
Herman T, M.Pd dan Bapak Lungit, M.Pd pada mata kuliah Pengetahuan Umum Olahraga
(PUOR).Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sejara atlet
Indonesia Di Olimpiade, Paralimpiade dan PON Dari Masa Kemasa bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Herman T, M.Pd dan Bapak Lungit,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Umum Olahraga (PUOR) yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
Atlet adalah Individu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat tersendirilalu memiliki
pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta memiliki latar belakang kehidupan yang
mempengaruhi secara spesifik pada dirinya.Rusdianto (dalam Saputro, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa atlet adalah individu yang
terlatih, memiliki keunikan, dan juga memiliki bakat dalam bidang olahraga yang terlatih
dalam cabang olahraga.
Sejarah mencatat secara umum olahraga telah meresap dalam kehidupan sosial agama
terutama masa negara di Yunani dan Romawi.Di Yunani awalnya menjadi bagian dari
peribadatan. Beberapa peribadatan diadakan untuk memuja dewa-dewa, beberapa lagi
sebagai persembahan dalam suatu perayaan agama.
Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal penyelenggaraan olimpiade yaitu pesta olahraga
internasional.Awalnya olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno.Ketika acara olahraga
itu diadakan pertama kalinya, baru satu jenis pertandingan yang dilakukan, yaitu lari jarak
pendek.Hadiahnya berupa mahkota dan daun zaitun yang diletakkan di kepala setiap
pemenang lomba.
B. Tujuan Penulisan
● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Olimpiade dari masa ke masa?
● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa?
● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa?
C. Manfaat Penulisan
● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Olimpiade dari masa ke masa
● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa
● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah merdeka pada 1945, Presiden Soekarno langsung menegaskan olahraga harus
menjadi ajang eksistensi bangsa Indonesia.Olahraga dijadikan Bung Karno sebagai 'ruang
kebangsaan' di mata dunia yang sedang dikuliti perang.
Karena sudah resmi diakui dunia, Indonesia langsung mengirim kontingen untuk
Olimpiade 1952.Ketika itu Indonesia mengirim Thio Ging Hwie (angkat besi), Maram
Sudarmodjo (lompat tinggi), dan Habib Suharko (renang) beserta tiga pendamping.
Dalam debut ini Merah Putih tak meraih medali. Thio menempati posisi ke-8 angkat
besi kelas ringan, Sudarmodjo berada di peringkat ke-20 lompat tinggi, sedangkan Habib
tak lolos dari babak penyisihan renang gaya dada 200 meter putra.
Yang paling dikenang dari Olimpiade 1956 ini, tim sepak bola Indonesia yang
dipimpin Maulwi Saelan menahan tim Uni Soviet dengan skor 0-0. Sayang, pada laga
ulangan setelah 36 jam berselang Indonesia kalah 0-4.
Sama seperti edisi 1952 dan 1956, pada 1960 pun tak ada medali yang berhasil
diraih.Kontingen Indonesia yang sudah meraih dua medali perak dan empat perunggu di
Asian Games 1958 tak bisa berbicara banyak di pentas yang lebih tinggi.
Edisi berikutnya, Olimpiade 1964 di Tokyo, Indonesia absen. Hal ini merupakan
buntut panjang dari kiprah Indonesia sejak jadi tuan rumah Asian Games 1962.
Indonesia enggan mengundang Israel dan Taiwan saat menjadi tuan rumah Asian
Games 1962 di Jakarta. Dua negara ini tak diperkenankan Soekarno tampil di Asian
Games sebagai bentuk simpati Indonesia terhadap negara-negara Arab dan China.
Saat itu keputusan Soekarno itu kontroversial.Ada yang mendukung, tak sedikit pula
yang mengecam.Kesuksesan Indonesia meraih 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu di
Asian Games 1962, pun tak bisa dilanjutkan ke Olimpiade.
Kepalang basah sudah disanksi IOC, Soekarno membuat poros olahraga sendiri.
Bersama 51 negara dari Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa, Games of the New
Emerging Forces (GANEFO) dilaksanakan pada 10-22 November 1963.
Indonesia akhirnya kembali tampil di Olimpiade pada 1968 di Meksiko.Namun
jumlah kontingen Indonesia menyusut.Kali ini Indonesia hanya mengirim enam atlet,
terdiri dari atlet renang dan angkat besi.
Olimpiade 1968 adalah edisi pertama ketika Indonesia dipimpin Soeharto setelah
Soekarno lengser.Jumlah kontingen yang menurun ini tak lepas pula dari situasi politik
yang terjadi saat itu.
Pada Olimpiade 1972 di Munich, Jerman Barat, Indonesia kembali mengirim enam
atlet. Bedanya dengan edisi 1968, jumlah cabang olahraga yang diikuti lebih banyak,
yakni memanah, atletik, tinju, renang, dan angkat besi.
Empat tahun berikutnya, Olimpiade 1976, Indonesia mengirim tujuh atlet. Cabang
olahraga yang diikuti masih sama, tetapi jumlah atlet panahan bertambah dibanding edisi
sebelumnya: dari satu menjadi dua atlet
Setelah absen pada 1964, Indonesia kembali absen pada Olimpiade 1980.Indonesia
yang dipimpin Soeharto mengikuti jejak Amerika Serikat yang memboikot Olimpiade
Moskow, Uni Soviet.Pasalnya, Soviet menginvasi Afghanistan sejak 1979.
Empat tahun kemudian, Indonesia bisa mengirim 16 atlet ke Olimpiade 1984 yang
berlangsung di Los Angeles.
Namun dari enam cabang olahraga yang diikuti Indonesia: panahan, atletik, tinju,
menembak, renang, dan angkat besi, Indonesia belum juga mengakhiri mimpi meraih
medali Olimpiade. Torehan terbaik Indonesia hanya menembus semifinal lari 100 meter
putra lewat Mohamed Purnomo.
Setelah 36 tahun (sejak 1952) bendera Indonesia tak pernah berkibar di gelandang
pemenang, penantian terjawab di Olimpiade 1988 Seoul, Korea Selatan.Indonesia meraih
medali perak lewat nomor memanah beregu putri.
Trio srikandi yang menciptakan sejarah tersebut adalah Lilies Handayani,
Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani.Indonesia mengalahkan Amerika dalam
perebutan medali perak dengan menggunakan sembilan anak panah, poin 72.
Empat tahun berselang, mimpi meraih emas akhirnya bisa terbayarkan usai
bulutangkis dipertandingkan resmi di Olimpiade.Susy Susanti dan Alan Budikusuma
sukses meraih emas yang membuat mereka dikenal sebagai pengantin Olimpiade.
Tak hanya itu, capaian 2 emas 2 perak 1 perunggu di Olimpiade Barcelona 1992
merupakan torehan terbaik yang bisa dibukukan kontingen Indonesia hingga saat ini.
Setelah itu, Indonesia tak pernah absen meraih medali.Total sudah 32 medali yang
dikumpulkan Indonesia di Olimpiade, rinciannya, 7 emas, 13 perak, dan 12 perunggu.
Cabor bulutangkis jadi cabor andalan Indonesia dengan catatan 7 emas, 6 perak, dan 6
perunggu.Angkat besi mengoleksi 6 perak dan 6 perunggu, sedangkan panahan meraih
satu medali perak.
Kini di Olimpiade 2020 yang berlangsung 23 Juli hingga 11 Agustus 2021, kontingen
Indonesia siap tempur untuk meneruskan catatan sejarah di Olimpiade.
Indonesia pasang target untuk punya posisi finis lebih bagus dibandingkan posisi ke-
46 yang didapat di Olimpiade Rio de Janeiro. Bulutangkis, angkat besi, dan panahan
termasuk cabang olahraga yang diharapkan jadi tambang medali di Olimpiade kali ini.
Sebagaimana diketahui, Indonesia pertama kali ikut serta dalam gelaran bergengsi se
dunia itu pada tahun 1952.Ketika itu, Olimpiade musim panas ini digelar di Helsinki,
Finlandia.Dikutip dari laman resmi Olimpiade Tokyo 2020.
Ketika itu, hanya 3 atlet dari 3 cabang olahraga yang diturunkan yakni atletik, renang
dan angkat besi.Karena memang hanya mengirim 3 atlet saja, maka Indonesia pulang
tanpa membawa medali.
Indonesia baru berhasil meraih medali untuk pertama kalinya pada Olimpiade Seoul
di tahun 1988, melalui cabang olahraga panahan. Ketika itu, 3 srikandi bangsa, Kusuma
Wardhani, Lilies Handayani dan Nurfitriyana Saiman berhasil memboyong medali perak.
Bahkan, perjuangan ketiganya untuk bisa berlaga di kancah internasional dan meraih
medali pun dijadikan film oleh Imam Brotoseno pada tahun 2016 dengan judul “3
Srikandi”.
Sejak saat itu, dalam beberapa Olimpiade berikutnya, Indonesia selalu merebut
minimal 3 medali.Namun, cabang olahraga yang paling sering menyumbang medali
adalah bulutangkis, sehingga, Indonesia disebut memiliki ‘tradisi juara’ di tiap
Olimpiade.
Akan tetapi, saat Olimpiade London 2012, Indonesia harus merasakan paceklik
medali di bulutangkis.Sebab, tak ada satupun medali yang berhasil dibawa pulang dari
cabor bulutangkis. Ketika itu, hanya Eko Yuli Irawan yang merupakan atlet angkat berat
Indonesia saja yang berhasil memperoleh medali perunggu dengan total angkatan 62 kg.
Selanjutnya, diikuti oleh angkat besi dengan total 12 medali dan panahan dengan 1
medali. Pada perhelatan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang yang akan dibuka pada 23 Juli
ini, Indonesia mengirimkan 28 atletnya. Mereka sudah pasti siap bertanding dan akan
memberikan yang terbaik bagi bumi pertiwi.
2. Sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa
Indonesia pertama kali tercatat tampil dalam Paralimpiade pada 1976 di Toronto,
Kanada, dan sempat beberapa kali meraih medali meski tradisi tersebut sempat terputus.
"Pak Suharso diundang ke Belanda tahun 1962 untuk mengikuti olahraga ekshibisi
masyarakat difabel.Pak Harso ngirim, yang diketuai pak Pairan Manurung.Pulang dari
sana, itulah embrionya YPOC Indonesia," ucapnya menambahkan.
Atlet National Paralympic Committee (NPC) cabang olahraga balap kursi roda
Atletik Jaenal Aripin menjalani pemusatan latihan Pelatnas di Stadion UNS, Solo, Jawa
Tengah.ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHAAtlet-atlet yang akan bertanding di
Paralimpiade 2020 berlatih di Solo. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)
Berdasarkan akta notaris, nama BPOC resmi digunakan sejak 15 Desember 1993 atas
permintaan Departemen Sosial (sekarang Kementrian). Penggunaan nama 'yayasan'
dianggap tak tepat karena umumnya digunakan untuk perorangan
Nama BPOC lantas diubah lagi menjadi NPCI pada 2010. International Paralympics
Committee (IPC) sendiri telah meminta seluruh negara menggunakan kata 'paralympic'
untuk olahraga difabel lima tahun sebelumnya.
Pada 2005 itu BPOC masih tergabung di dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI). Perubahan nama baru bisa dilakukan pada 2010 setelah pemerintah turun tangan,
yakni lewat arahan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Olahraga difabel itu mulai diakui itu pas Paralimpiade 1988 di Korea Selatan, tetapi
kita di dalam negeri belum diakui.Kita mulai dapat perhatian serius pemerintah itu pas
2010, pas menteri olahraganya pak Andi Mallarangeng," kata Senny.
"Pak Andi yang meminta kami untuk segera keluar dari KONI, karena di undang-
undang memang kita [masyarakat difabel] itu sederajat.Bunyinya begitu.Jadilah pada 28
Juli 2010 kita berganti nama jadi NPC," ujarnya menjelaskan.
Pada edisi perdana keikutsertaan inilah Indonesia dua medali emas diraih. Emas
pertama disumbangkan Itria Dini dari nomor lempar lembing putra kategori F, dan
Syarifuddin dari nomor lawn bowls putra kategori E.
Senny mengatakan, wakil Indonesia bisa meraih emas dalam pesta olahraga tersebut
karena kontingen yang tampil belum banyak.Sudah begitu disiplin kategori perlombaan
juga belum ketat karena masih berupa ekshibisi.
"Pada tahun 1976 olahraganya masih ekshibisi.Tahun 1980 kita juga berangkat tapi
juga masih ekshibisi.Saat itu masih dalam tahap pengenalan olahraga difabel," kata
Senny.
"Kita berangkat dari negara yang mengundang.Saat itu pemerintah tidak ikut
campur.Kita cuma pamit ke negara.Kita diundang, dikasih tiket pulang-pergi.Depsos baru
ambil alih pada tahun 1980-an. Tahun pastinya saya lupa," ujar Senny.
Setelah meraih emas pada Paralimpiade 1980, capaian wakil Indonesia menurun di
keikutsertaan selanjutnya.
Seusai Paralimpiade Seoul yang secara resmi jadi bagian tak terpisahkan Olimpiade,
Indonesia kesulitan meraih medali. Ini tak lain karena jumlah pesaing makin banyak dan
olahraga difabel bukan rekreasi lagi.
Empat tahun berselang, Ni Nengah Widiasih yang tampil di angkat beban putri kelas
41 kg mempersembahkan perunggu dalam Paralimpiade Rio 2016.
Untuk Paralimpiade Tokyo 2020, NPC berharap bisa meraih medali emas. Kali
Indonesia berangkatkan 23 atlet atau jumlah terbesar dalam sejarah.Senny berharap
masyarakat Indonesia mendoakan atlet yang tampil seperti dukungan saat Olimpiade.
"Kami menargetkan minimal satu medali emas. Kami mengharap doa dan dukungan
masyarakat agar target ini tercapai. Kami juga ingin mengharumkan nama bangsa dalam
suasana kemerdekaan Indonesia yang ke-76," ucap Senny.
Paralimpiade 1976 digelar di Toronto, Kanada, pada 4-12 Agustus 1976. Indonesia
mengirimkan 12 atlet laki-laki di Paralimpiade 1976, Ajang ini diikuti 41 negara,
melibatkan 1.271 atlet yaitu 1.000 atlet laki-laki dan 271 perempuan.
Pada Paralimpiade 1976, Indonesia mengumpulkan enam medali, yaitu dua medali
emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu. Indonesia menempati peringkat 26
diklaseme akhir Paralimpiade 1976.
Paralimpiade 1980 akhirnya digelar di Arnhem, Belanda, pada 22 Juni - 1 Juli 1980,
diikuti 1.653 atlet dari 42 negara, mempertandingkan 590 nomor pertandingan dari 13
cabang olahraga.
Indonesia pada Paralimpiade 1980 mengirimkan 15 atlet putra, menurut data IPC.
Di Paralimpiade Arnheim, Indonesia meraih enam medali, yaitu dua medali emas dan
empat medali perunggu. Di klasemen akhir, Indonesia menempati peringkat 27.
Paralimpiade 1984 digelar pada 17 Juni - 1 Agustus 1984, diikuti 2.105 atlet dari 54
negara, mempertandingkan 975 nomor dari 18 cabang olahraga.
Indonesia memperoleh satu medali perak dan satu medali perunggu di Paralimpiade
1984. Kedua medali didapat dari cabang olahraga lawn bowls.
Paralimpiade Seoul 1984 digelar pada 16-25 Oktober 1988, diikuti 3.041 atlet dari
60 negara, mempertandingkan 733 nomor dari 18 cabang olahraga. Dua medali perak
Indonesia didapat dari cabang atletik.
Hadi Abdulaziz mendapatkan medali perak untuk nomor lompat tinggi, sementara
Soeparni mendapatkan medali perak dari nomor tolak peluru.
Paralimpiade 2016 digelar di RIo de Janeiro, Brasil, pada 7-18 September 2016.
Ada 4.327 atlet dari 160 negara berlaga dalam 528 nomor pertandingan dari 22 cabang
olahraga.
Adapun dari badminton, Leani Ratri Oktila mempersembahkan medali perak dari
nomor tunggal putri dan Dheva Anrimusthi dari nomor tunggal putra.Empat medali
perunggu dipersembahkan cabang olahraga atletik, tenis meja, dan badminton.
Saptoyoga Purnomo meraih medali perunggu dari cabang atletik nomor lari 100
meter putra, David Jacobs untuk tenis meja perorangan putra, Suryo Nugroho dari
badminton tunggal putra SL5, dan Fredy Setiawan dari badminton nomor tunggal putra
SL4.
3. Sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa
Tahun 2020 lalu seharusnya menjadi momen berbagai event olahraga akbar. Salah
satunya Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua yang akhirnya diputuskan diundur
hingga Oktober 2021. Nah, sambil menunggu PON XX/Papua digelar, ada baiknya Anda
mengetahui sejarah pekan olahraga nasional pertama sampai sekarang.
Di era modern seperti saat ini, PON dikenal sebagai ajang pembuktian atlet-atlet
daerah agar bisa dilirik untuk masuk ke pemusatan latihan nasional (Pelatnas). Sementara
itu bagi daerah yang menjadi tuan rumah, multiajang olahraga level tertinggi di Indonesia
ini juga kerap dijadikan media promosi potensi daerah, terutama dari segi pariwisata.
Semangat ini berbeda 180 derajat dari saat pertama kali PON diselenggarakan pada
1948. Ketika itu, pemerintah memutuskan menggelar PON dengan semangat membangun
persatuan di dalam masyarakat Indonesia sendiri, sekaligus sebagai bagian dari deklarasi
kedaulatan Indonesia di mata internasional.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1948, Pekan Olahraga Nasional sudah
digelar sebanyak 19 kali hampir di semua pulau di Indonesia. Secara keseluruhan, berikut
ini lokasi penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional pertama sampai sekarang.
PON I diikuti oleh 600 atlet dari 13 karesidenan dan mempertandingkan 9 cabang
olahraga, termasuk sepakbola. Hingga kini, tanggal 9 September dikenal sebagai Hari
Olahraga Nasional (Haornas).
Tahun 2021 akan mecatatkan sejarah baru dalam perjalanan Pekan Olahraga
Nasional pertama sampai sekarang. Untuk pertama kalinya, perhelatan multiajang
olahraga Indonesia ini akan digelar di tanah Papua, tepatnya di Kota Jayapura pada 2-13
Oktober 2021.
Semoga PON XX/Papua berjalan sukses dan dapat menjadi ajang olahraga yang
mengharumkan nama Indonesia di mata dunia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan adanya event bergengsi seperti Olimpiade, Paralimpiade, Pekan Olahraga
Nasional tersebut akan menjadi ajang bagi para atlet untuk menunjukan keahlian dibidang
mereka masing-masing. Dan dengan begitu akan membuat atlet tersebut termotivasi
untuk berlatih lebih giat agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat
membanggakan Negara atau daerah nya masing masing.
B. SARAN
Para atlet harus lebih termotivasi lagi untuk giat dalam berlatih agar dapat bersaing
dengan negara atau daerah lain dan mendapatkan hasil yang memuaskan, dan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan atau cidera pada saat dilapangan
sehingga para atlet dapat bermain dengan baik sehingga dapat memaksimalkan
kemampuan nya
DAFTAR PUSTAKA
o http://tamamijaya.blogspot.com/2016/09/sejarah-pekan-olahraga-nasional-
pon_50.html
o https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20210718011029-178-669071/
sejarah-perjalanan-indonesia-di-olimpiade
o https://sports.okezone.com/read/2021/07/22/43/2444504/sejarah-
keikutsertaan-indonesia-di-olimpiade-dari-hanya-kirim-3-atlet-sampai-
sabet-32-medali
o https://www.sehatq.com/artikel/pekan-olahraga-nasional-pertama-sampai-
sekarang-dan-kilas-baliknya