Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INDIVIDU SYARAT MENGIKUTI UTS

SEJARAH DAN PERAN ATLET INDONESIA DI OLIMPIADE, PARALIMPIADE


DAN PON DARI MASA KE MASA

Dosen Pengampu :

Drs. Herman Tarigan, M.Pd

Disusun oleh :

MULIYONO

2113051019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SEJARAH DAN
PERAN ATLET INDONESIA DI OLIMPIADE, PARALIMPIADE DAN PON DARI
MASA KE MASA” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs.
Herman T, M.Pd dan Bapak Lungit, M.Pd pada mata kuliah Pengetahuan Umum Olahraga
(PUOR).Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sejara atlet
Indonesia Di Olimpiade, Paralimpiade dan PON Dari Masa Kemasa bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Herman T, M.Pd dan Bapak Lungit,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Umum Olahraga (PUOR) yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 29 Agustus 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Atlet adalah Individu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat tersendirilalu memiliki
pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta memiliki latar belakang kehidupan yang
mempengaruhi secara spesifik pada dirinya.Rusdianto (dalam Saputro, 2014).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa atlet adalah individu yang
terlatih, memiliki keunikan, dan juga memiliki bakat dalam bidang olahraga yang terlatih
dalam cabang olahraga.

Sejarah mencatat secara umum olahraga telah meresap dalam kehidupan sosial agama
terutama masa negara di Yunani dan Romawi.Di Yunani awalnya menjadi bagian dari
peribadatan. Beberapa peribadatan diadakan untuk memuja dewa-dewa, beberapa lagi
sebagai persembahan dalam suatu perayaan agama.

Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal penyelenggaraan olimpiade yaitu pesta olahraga
internasional.Awalnya olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno.Ketika acara olahraga
itu diadakan pertama kalinya, baru satu jenis pertandingan yang dilakukan, yaitu lari jarak
pendek.Hadiahnya berupa mahkota dan daun zaitun yang diletakkan di kepala setiap
pemenang lomba.

B. Tujuan Penulisan

● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Olimpiade dari masa ke masa?

● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa?

● Bagaimana sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa?

C. Manfaat Penulisan

● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Olimpiade dari masa ke masa
● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa

● Mengetahui sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa

BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah dan peran atlet Indonesia di Olimpiade dari masa ke masa

Setelah merdeka pada 1945, Presiden Soekarno langsung menegaskan olahraga harus
menjadi ajang eksistensi bangsa Indonesia.Olahraga dijadikan Bung Karno sebagai 'ruang
kebangsaan' di mata dunia yang sedang dikuliti perang.

Pada Januari 1947, Soekarno meresmikan Komite Olimpiade Republik Indonesia


(KORI) dengan Sri Sultan Hamengkubuwono sebagai ketua untuk berdiplomasi.Saat itu
target Soekarno Indonesia bisa tampil di Olimpiade 1948 di London, Inggris.

Untuk mendukung persiapan menuju Olimpiade 1948 diadakan Pekan Olahraga


Nasional (PON) edisi pertama di Solo pada Januari 1948.Sayang, karena saat itu
Indonesia diserang sekutu, PON diundur ke September 1948.Indonesia pun gagal
mengirim kontingen ke Olimpiade.

Begitu Sekutu angkat kaki, tekad tampil di Olimpiade kembali digelorakan.Salah


satunya dengan mengubah KORI menjadi Komite Olimpiade Indonesia pada 1950, juga
melebur Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan KOI pada 1951.

Diplomasi internasional pun dilangsungkan.Setelah beberapa korespondensi dan


kunjungan dilakukan, akhirnya KOI diakui sebagai anggota International Olympic
Committee (IOC) pada 11 Maret 1952.

Karena sudah resmi diakui dunia, Indonesia langsung mengirim kontingen untuk
Olimpiade 1952.Ketika itu Indonesia mengirim Thio Ging Hwie (angkat besi), Maram
Sudarmodjo (lompat tinggi), dan Habib Suharko (renang) beserta tiga pendamping.
Dalam debut ini Merah Putih tak meraih medali. Thio menempati posisi ke-8 angkat
besi kelas ringan, Sudarmodjo berada di peringkat ke-20 lompat tinggi, sedangkan Habib
tak lolos dari babak penyisihan renang gaya dada 200 meter putra.

Empat tahun berikutnya, Olimpiade 1956 di Melbourne Australia, Indonesia


mengirim 22 atlet. Rinciannya, 3 atletik, 1 menembak, 3 renang, 1 angkat besi, 1 anggar,
dan 13 pemain sepak bola. Dari enam cabang olahraga ini tak satu pun meraih medali.

Yang paling dikenang dari Olimpiade 1956 ini, tim sepak bola Indonesia yang
dipimpin Maulwi Saelan menahan tim Uni Soviet dengan skor 0-0. Sayang, pada laga
ulangan setelah 36 jam berselang Indonesia kalah 0-4.

Belum sukses di Australia, Indonesia berambisi meraih emas perdana di Olimpiade


1960 Roma, Italia.Kali ini jumlah cabang olahraga yang diikuti bertambah banyak, yakni
atletik, tinju, sepeda, anggar, berlayar, menembak, renang, dan angkat besi. Total
kontingen Indonesia berjumlah 22 atlet.

Sama seperti edisi 1952 dan 1956, pada 1960 pun tak ada medali yang berhasil
diraih.Kontingen Indonesia yang sudah meraih dua medali perak dan empat perunggu di
Asian Games 1958 tak bisa berbicara banyak di pentas yang lebih tinggi.

Edisi berikutnya, Olimpiade 1964 di Tokyo, Indonesia absen. Hal ini merupakan
buntut panjang dari kiprah Indonesia sejak jadi tuan rumah Asian Games 1962.

Indonesia enggan mengundang Israel dan Taiwan saat menjadi tuan rumah Asian
Games 1962 di Jakarta. Dua negara ini tak diperkenankan Soekarno tampil di Asian
Games sebagai bentuk simpati Indonesia terhadap negara-negara Arab dan China.

Saat itu keputusan Soekarno itu kontroversial.Ada yang mendukung, tak sedikit pula
yang mengecam.Kesuksesan Indonesia meraih 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu di
Asian Games 1962, pun tak bisa dilanjutkan ke Olimpiade.

Kepalang basah sudah disanksi IOC, Soekarno membuat poros olahraga sendiri.
Bersama 51 negara dari Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa, Games of the New
Emerging Forces (GANEFO) dilaksanakan pada 10-22 November 1963.
Indonesia akhirnya kembali tampil di Olimpiade pada 1968 di Meksiko.Namun
jumlah kontingen Indonesia menyusut.Kali ini Indonesia hanya mengirim enam atlet,
terdiri dari atlet renang dan angkat besi.

Olimpiade 1968 adalah edisi pertama ketika Indonesia dipimpin Soeharto setelah
Soekarno lengser.Jumlah kontingen yang menurun ini tak lepas pula dari situasi politik
yang terjadi saat itu.

Pada Olimpiade 1972 di Munich, Jerman Barat, Indonesia kembali mengirim enam
atlet. Bedanya dengan edisi 1968, jumlah cabang olahraga yang diikuti lebih banyak,
yakni memanah, atletik, tinju, renang, dan angkat besi.

Empat tahun berikutnya, Olimpiade 1976, Indonesia mengirim tujuh atlet. Cabang
olahraga yang diikuti masih sama, tetapi jumlah atlet panahan bertambah dibanding edisi
sebelumnya: dari satu menjadi dua atlet

Setelah absen pada 1964, Indonesia kembali absen pada Olimpiade 1980.Indonesia
yang dipimpin Soeharto mengikuti jejak Amerika Serikat yang memboikot Olimpiade
Moskow, Uni Soviet.Pasalnya, Soviet menginvasi Afghanistan sejak 1979.

Amerika mengultimatum Soviet agar menghentikan invasinya di Afganistan pada 20


Februari 1980, sebelum pukul 00.01 waktu Amerika. Karena Soviet tak melunak,
Amerika memutuskan memboikot Olimpiade yang kemudian diikuti 59 negara lain,
termasuk Indonesia.

Empat tahun kemudian, Indonesia bisa mengirim 16 atlet ke Olimpiade 1984 yang
berlangsung di Los Angeles.

Namun dari enam cabang olahraga yang diikuti Indonesia: panahan, atletik, tinju,
menembak, renang, dan angkat besi, Indonesia belum juga mengakhiri mimpi meraih
medali Olimpiade. Torehan terbaik Indonesia hanya menembus semifinal lari 100 meter
putra lewat Mohamed Purnomo.

Setelah 36 tahun (sejak 1952) bendera Indonesia tak pernah berkibar di gelandang
pemenang, penantian terjawab di Olimpiade 1988 Seoul, Korea Selatan.Indonesia meraih
medali perak lewat nomor memanah beregu putri.
Trio srikandi yang menciptakan sejarah tersebut adalah Lilies Handayani,
Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani.Indonesia mengalahkan Amerika dalam
perebutan medali perak dengan menggunakan sembilan anak panah, poin 72.

Empat tahun berselang, mimpi meraih emas akhirnya bisa terbayarkan usai
bulutangkis dipertandingkan resmi di Olimpiade.Susy Susanti dan Alan Budikusuma
sukses meraih emas yang membuat mereka dikenal sebagai pengantin Olimpiade.

Tak hanya itu, capaian 2 emas 2 perak 1 perunggu di Olimpiade Barcelona 1992
merupakan torehan terbaik yang bisa dibukukan kontingen Indonesia hingga saat ini.

Setelah itu, Indonesia tak pernah absen meraih medali.Total sudah 32 medali yang
dikumpulkan Indonesia di Olimpiade, rinciannya, 7 emas, 13 perak, dan 12 perunggu.

Cabor bulutangkis jadi cabor andalan Indonesia dengan catatan 7 emas, 6 perak, dan 6
perunggu.Angkat besi mengoleksi 6 perak dan 6 perunggu, sedangkan panahan meraih
satu medali perak.

Kini di Olimpiade 2020 yang berlangsung 23 Juli hingga 11 Agustus 2021, kontingen
Indonesia siap tempur untuk meneruskan catatan sejarah di Olimpiade.

Indonesia pasang target untuk punya posisi finis lebih bagus dibandingkan posisi ke-
46 yang didapat di Olimpiade Rio de Janeiro. Bulutangkis, angkat besi, dan panahan
termasuk cabang olahraga yang diharapkan jadi tambang medali di Olimpiade kali ini.

Sebagaimana diketahui, Indonesia pertama kali ikut serta dalam gelaran bergengsi se
dunia itu pada tahun 1952.Ketika itu, Olimpiade musim panas ini digelar di Helsinki,
Finlandia.Dikutip dari laman resmi Olimpiade Tokyo 2020.

Ketika itu, hanya 3 atlet dari 3 cabang olahraga yang diturunkan yakni atletik, renang
dan angkat besi.Karena memang hanya mengirim 3 atlet saja, maka Indonesia pulang
tanpa membawa medali.
Indonesia baru berhasil meraih medali untuk pertama kalinya pada Olimpiade Seoul
di tahun 1988, melalui cabang olahraga panahan. Ketika itu, 3 srikandi bangsa, Kusuma
Wardhani, Lilies Handayani dan Nurfitriyana Saiman berhasil memboyong medali perak.

Bahkan, perjuangan ketiganya untuk bisa berlaga di kancah internasional dan meraih
medali pun dijadikan film oleh Imam Brotoseno pada tahun 2016 dengan judul “3
Srikandi”.

Empat tahun berselang, tepatnya saat perhelatan Olimpiade Barcelona 1992,


Indonesia merebut 2 medali emas sekaligus di cabang olahraga bulutangkis melalui
nomor tunggal putri dan tunggal putra.Dua atlet tersebut adalah Susi Susanti dan Alan
Budikusuma.

Sejak saat itu, dalam beberapa Olimpiade berikutnya, Indonesia selalu merebut
minimal 3 medali.Namun, cabang olahraga yang paling sering menyumbang medali
adalah bulutangkis, sehingga, Indonesia disebut memiliki ‘tradisi juara’ di tiap
Olimpiade.

Akan tetapi, saat Olimpiade London 2012, Indonesia harus merasakan paceklik
medali di bulutangkis.Sebab, tak ada satupun medali yang berhasil dibawa pulang dari
cabor bulutangkis. Ketika itu, hanya Eko Yuli Irawan yang merupakan atlet angkat berat
Indonesia saja yang berhasil memperoleh medali perunggu dengan total angkatan 62 kg.

Jika ditotal, Indonesia sudah meraih 32 medali selama mengikuti ajang


Olimpiade.Rinciannya adalah 7 medali emas, 13 medali perak dan 12 medali
perunggu.Cabang olahraga bulutangkis merupakan mesin mendulang medali Indonesia,
dengan berhasil menyumbang 19 medali.

Selanjutnya, diikuti oleh angkat besi dengan total 12 medali dan panahan dengan 1
medali. Pada perhelatan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang yang akan dibuka pada 23 Juli
ini, Indonesia mengirimkan 28 atletnya. Mereka sudah pasti siap bertanding dan akan
memberikan yang terbaik bagi bumi pertiwi.
2. Sejarah dan peran atlet Indonesia di Paralimpiade dari masa ke masa

Indonesia pertama kali tercatat tampil dalam Paralimpiade pada 1976 di Toronto,
Kanada, dan sempat beberapa kali meraih medali meski tradisi tersebut sempat terputus.

Senny Marbun, Presiden National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) atau


Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (KPNI), mengisahkan sejarah olahraga difabel
Indonesia dimulai setelah masa perang mempertahankan kemerdekaan yakni pada 1956
atau 20 tahun sebelum keikutsertaan pertama di Paralimpiade.

Profesor Doktor Suharso menjadi bapak Paralimpiade Indonesia.Pada 1956 Suharso


diperintahkan Presiden Soekarno untuk mendirikan rumah sakit ortopedi.Pada 1962
Suharso mendapat undangan dari sebuah lembaga Belanda untuk mengikuti olahraga
ekshibisi masyarakat difabel.Suharso memutuskan mengirim beberapa wakil.Dari ajang
inilah awal mula olahraga difabel Indonesia tumbuh.

"Selesai perang, pak Suharso mendirikan rumah sakit ortopedi, maksudnya


menyambung kaki yang putus, tangan yang putus, mengoperasi polio.Jadi awalnya dari
pak Suharso mendirikan rumah sakit," kata Senny kepada CNNIndonesia.com.

"Pak Suharso diundang ke Belanda tahun 1962 untuk mengikuti olahraga ekshibisi
masyarakat difabel.Pak Harso ngirim, yang diketuai pak Pairan Manurung.Pulang dari
sana, itulah embrionya YPOC Indonesia," ucapnya menambahkan.

Atlet National Paralympic Committee (NPC) cabang olahraga balap kursi roda
Atletik Jaenal Aripin menjalani pemusatan latihan Pelatnas di Stadion UNS, Solo, Jawa
Tengah.ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHAAtlet-atlet yang akan bertanding di
Paralimpiade 2020 berlatih di Solo. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

YPOC merupakan singkatan dari Yayasan Pembina Olahraga Catat.Organisasi ini


resmi berdiri, sebagaimana akta notaris, pada 31 Oktober 1962.Lantas pada 1 November
1993 diputuskan berubah menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC).

Berdasarkan akta notaris, nama BPOC resmi digunakan sejak 15 Desember 1993 atas
permintaan Departemen Sosial (sekarang Kementrian). Penggunaan nama 'yayasan'
dianggap tak tepat karena umumnya digunakan untuk perorangan
Nama BPOC lantas diubah lagi menjadi NPCI pada 2010. International Paralympics
Committee (IPC) sendiri telah meminta seluruh negara menggunakan kata 'paralympic'
untuk olahraga difabel lima tahun sebelumnya.

Itu diputuskan dalam General Assembly IPC pada 18 November 2005.Pasalnya,


gerakan atau olahraga difabel setara dengan olahraga prestasi dan bukan lagi olahraga
rehabilitasi dan rekreasi.Namun untuk Indonesia belum bisa diterapkan.

Pada 2005 itu BPOC masih tergabung di dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI). Perubahan nama baru bisa dilakukan pada 2010 setelah pemerintah turun tangan,
yakni lewat arahan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

"Olahraga difabel itu mulai diakui itu pas Paralimpiade 1988 di Korea Selatan, tetapi
kita di dalam negeri belum diakui.Kita mulai dapat perhatian serius pemerintah itu pas
2010, pas menteri olahraganya pak Andi Mallarangeng," kata Senny.

"Pak Andi yang meminta kami untuk segera keluar dari KONI, karena di undang-
undang memang kita [masyarakat difabel] itu sederajat.Bunyinya begitu.Jadilah pada 28
Juli 2010 kita berganti nama jadi NPC," ujarnya menjelaskan.

Senny mengisahkan, saat tampil di Paralimpiade 1976, Indonesia hanya mengirim


beberapa orang wakil. Saat itu belum ada nama Paralimpiade. Indonesia bisa berangkat ke
Toronto, Kanada, karena diundang secara langsung oleh tuan rumah.

Pada edisi perdana keikutsertaan inilah Indonesia dua medali emas diraih. Emas
pertama disumbangkan Itria Dini dari nomor lempar lembing putra kategori F, dan
Syarifuddin dari nomor lawn bowls putra kategori E.

Indonesia kembali diundang ke Paralimpiade 1980 Belanda.Seperti edisi


sebelumnya, Indonesia meraih dua medali emas. Kali ini lewat Yan Soebiyanto lewat
nomor lawn bowls putra kategori E dan R.S. Arlen lewat nomor angkat besi putra -57kg
amputasi.

Senny mengatakan, wakil Indonesia bisa meraih emas dalam pesta olahraga tersebut
karena kontingen yang tampil belum banyak.Sudah begitu disiplin kategori perlombaan
juga belum ketat karena masih berupa ekshibisi.
"Pada tahun 1976 olahraganya masih ekshibisi.Tahun 1980 kita juga berangkat tapi
juga masih ekshibisi.Saat itu masih dalam tahap pengenalan olahraga difabel," kata
Senny.

"Kita berangkat dari negara yang mengundang.Saat itu pemerintah tidak ikut
campur.Kita cuma pamit ke negara.Kita diundang, dikasih tiket pulang-pergi.Depsos baru
ambil alih pada tahun 1980-an. Tahun pastinya saya lupa," ujar Senny.

Setelah meraih emas pada Paralimpiade 1980, capaian wakil Indonesia menurun di
keikutsertaan selanjutnya.

Seusai Paralimpiade Seoul yang secara resmi jadi bagian tak terpisahkan Olimpiade,
Indonesia kesulitan meraih medali. Ini tak lain karena jumlah pesaing makin banyak dan
olahraga difabel bukan rekreasi lagi.

Indonesia baru memecahkan kembali meraih medali pada Paralimpiade London


2012. Satu medali perunggu diraih David Jacobs lewat nomor tunggal putra tenis meja
kelas 10.

Empat tahun berselang, Ni Nengah Widiasih yang tampil di angkat beban putri kelas
41 kg mempersembahkan perunggu dalam Paralimpiade Rio 2016.

Untuk Paralimpiade Tokyo 2020, NPC berharap bisa meraih medali emas. Kali
Indonesia berangkatkan 23 atlet atau jumlah terbesar dalam sejarah.Senny berharap
masyarakat Indonesia mendoakan atlet yang tampil seperti dukungan saat Olimpiade.

"Kami menargetkan minimal satu medali emas. Kami mengharap doa dan dukungan
masyarakat agar target ini tercapai. Kami juga ingin mengharumkan nama bangsa dalam
suasana kemerdekaan Indonesia yang ke-76," ucap Senny.

Paralimpiade 1976 digelar di Toronto, Kanada, pada 4-12 Agustus 1976. Indonesia
mengirimkan 12 atlet laki-laki di Paralimpiade 1976, Ajang ini diikuti 41 negara,
melibatkan 1.271 atlet yaitu 1.000 atlet laki-laki dan 271 perempuan.

Pada Paralimpiade 1976, Indonesia mengumpulkan enam medali, yaitu dua medali
emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu. Indonesia menempati peringkat 26
diklaseme akhir Paralimpiade 1976.
Paralimpiade 1980 akhirnya digelar di Arnhem, Belanda, pada 22 Juni - 1 Juli 1980,
diikuti 1.653 atlet dari 42 negara, mempertandingkan 590 nomor pertandingan dari 13
cabang olahraga.

Indonesia pada Paralimpiade 1980 mengirimkan 15 atlet putra, menurut data IPC.
Di Paralimpiade Arnheim, Indonesia meraih enam medali, yaitu dua medali emas dan
empat medali perunggu. Di klasemen akhir, Indonesia menempati peringkat 27.

Paralimpiade 1984 digelar pada 17 Juni - 1 Agustus 1984, diikuti 2.105 atlet dari 54
negara, mempertandingkan 975 nomor dari 18 cabang olahraga.

Indonesia memperoleh satu medali perak dan satu medali perunggu di Paralimpiade
1984. Kedua medali didapat dari cabang olahraga lawn bowls.

Paralimpiade Seoul 1984 digelar pada 16-25 Oktober 1988, diikuti 3.041 atlet dari
60 negara, mempertandingkan 733 nomor dari 18 cabang olahraga. Dua medali perak
Indonesia didapat dari cabang atletik.

Hadi Abdulaziz mendapatkan medali perak untuk nomor lompat tinggi, sementara
Soeparni mendapatkan medali perak dari nomor tolak peluru.

Paralimpiade 2012 digelar di London, Inggris, pada 29 Agustus - 9 September 2012.


Ajang ini diikuti oleh 4.243 atlet dari 164 negara, mempertandingkan 503 nomor dari 20
cabang olahraga.

Paralimpiade 2016 digelar di RIo de Janeiro, Brasil, pada 7-18 September 2016.
Ada 4.327 atlet dari 160 negara berlaga dalam 528 nomor pertandingan dari 22 cabang
olahraga.

Indonesia mendapatkan satu medali perunggu pada Paralimpiade Rio de Janeiro


2016. Satu-satunya medali ini dipersembahkan Ni Nengah Widiasih dari cabang olahraga
angkat besi putri nomor 41 kilogram

Paralimpiade Tokyo 2020 digelar Tokyo, Jepang, pada 24 Agustus - 5 September


2021. Indonesia meraih sembilan medali, yaitu dua medali emas, tiga medali perak, dan
empat medali perunggu
Peraih medali emas badminton ganda putri adalah pasangan Leani Ratri Oktila dan
Khalimatus Sadiyah.Adapun medali emas badminton ganda campuran dipersembahkan
pasangan Hary Susanto dan Leani Ratri Oktila.

Tiga medali perak Paralimpiade Tokyo 2020 dipersembahkan cabang olahraga


angkat besi dan badminton.Ni Nengah Widiasih meraih medali perak untuk cabang
olahraga angkat besi nomor 41 kilogram.

Adapun dari badminton, Leani Ratri Oktila mempersembahkan medali perak dari
nomor tunggal putri dan Dheva Anrimusthi dari nomor tunggal putra.Empat medali
perunggu dipersembahkan cabang olahraga atletik, tenis meja, dan badminton.

Saptoyoga Purnomo meraih medali perunggu dari cabang atletik nomor lari 100
meter putra, David Jacobs untuk tenis meja perorangan putra, Suryo Nugroho dari
badminton tunggal putra SL5, dan Fredy Setiawan dari badminton nomor tunggal putra
SL4.
3. Sejarah dan peran atlet Indonesia di Pon dari masa ke masa

Pekan Olahraga Nasional (disingkat PON) adalah pesta olahraga nasional di


Indonesia yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di
Indonesia.

Tahun 2020 lalu seharusnya menjadi momen berbagai event olahraga akbar. Salah
satunya Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua yang akhirnya diputuskan diundur
hingga Oktober 2021. Nah, sambil menunggu PON XX/Papua digelar, ada baiknya Anda
mengetahui sejarah pekan olahraga nasional pertama sampai sekarang.

Di era modern seperti saat ini, PON dikenal sebagai ajang pembuktian atlet-atlet
daerah agar bisa dilirik untuk masuk ke pemusatan latihan nasional (Pelatnas). Sementara
itu bagi daerah yang menjadi tuan rumah, multiajang olahraga level tertinggi di Indonesia
ini juga kerap dijadikan media promosi potensi daerah, terutama dari segi pariwisata.

Semangat ini berbeda 180 derajat dari saat pertama kali PON diselenggarakan pada
1948. Ketika itu, pemerintah memutuskan menggelar PON dengan semangat membangun
persatuan di dalam masyarakat Indonesia sendiri, sekaligus sebagai bagian dari deklarasi
kedaulatan Indonesia di mata internasional.

Sejarah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional pertama sampai sekarang

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1948, Pekan Olahraga Nasional sudah
digelar sebanyak 19 kali hampir di semua pulau di Indonesia. Secara keseluruhan, berikut
ini lokasi penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional pertama sampai sekarang.

PON I - Solo, Jawa Tengah (9-12 September 1948)

PON II – Jakarta, DKI Jakarta (21 September - 28 Oktober 2951)

PON III – Medan, Sumatra Utara (20-27 September 1953)

PON IV – Makassar, Sulawesi Selatan (27 September - 6 Oktober 1957)

PON V – Bandung, Jawa Barat (23 September - 1 Oktober 1961)

PON VI – Jakarta, DKI Jakarta (8 Oktober – 10 November 1965)

PON VII – Surabaya, Jawa Timur (26 Agustus – 6 September 1969)


PON VIII – Jakarta, DKI Jakarta (4-15 Agustus 1973)

PON IX – Jakarta, DKI Jakarta (23 Juli – 3 Agustus 1977)

PON X – Jakarta, DKI Jakarta (19-30 September 1981)

PON XI – Jakarta, DKI Jakarta (9-20 September 1985)

PON XII – Jakarta, DKI Jakarta (18-28 Oktober 1989)

PON XIII – Jakarta, DKI Jakarta (9-19 September 1993)

PON XIV – Jakarta, DKI Jakarta (9-25 September 1996)

PON XV – Surabaya, Jawa Timur (19-30 Juni 2000)

PON XVI – Palembang, Sumatra Selatan (2-14 September 2004)

PON XVII – Samarinda, Kalimantan Timur (6-17 Juli 2008)

PON XVIII – Pekanbaru, Riau (9-20 September 2012)

PON XIX – Bandung, Jawa Barat (17-29 September 2016)

PON XX – Jayapura, Papua (2-13 Oktober 2021)

Pada setiap penyelenggaraannya, Pekan Olahraga Nasional pertama sampai sekarang


memiliki ciri khas masing-masing. Namun, artikel ini hanya akan dibahas mengenai
perhelatan PON I/Solo serta rencana PON XX/Papua mendatang.

Sejarah PON I/1948 Solo

Seperti disinggung sebelumnya, PON I/Solo yang diselenggarakan pada 1948


merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menegakkan kedaulatan Indonesia,
terutama di mata internasional. Perjuangan di balik terselenggaranya PON I juga sangat
berliku.

Awalnya, pemerintah berusaha memasukkan Indonesia sebagai salah satu peserta di


Olimpiade London 1948. Namun, permintaan ini ditolak oleh Komite Olimpiade karena
Indonesia belum terdaftar sebagai anggota PBB. Namun Indonesia tetap diundang sebagai
peninjau.

Meskipun demikian, delegasi Merah-Putih batal berangkat karena dipaksa


pemerintah Kolonial untuk menggunakan paspor Belanda. Sebagai jawaban atas blokade
Belanda ini, pemerintah pun berinisiatif membuat pesta olahraga sendiri di dalam negeri
pada 9-12 September yang kemudian dikenal sebagai Pekan Olahraga Nasional I.

PON I diikuti oleh 600 atlet dari 13 karesidenan dan mempertandingkan 9 cabang
olahraga, termasuk sepakbola. Hingga kini, tanggal 9 September dikenal sebagai Hari
Olahraga Nasional (Haornas).

PON XX/2021 Papua

Tahun 2021 akan mecatatkan sejarah baru dalam perjalanan Pekan Olahraga
Nasional pertama sampai sekarang. Untuk pertama kalinya, perhelatan multiajang
olahraga Indonesia ini akan digelar di tanah Papua, tepatnya di Kota Jayapura pada 2-13
Oktober 2021.

Sebanyak 37 cabang olahraga akan dipertandingkan, yang dibagi lagi menjadi 56


disiplin dan 679 nomor pertandingan. Tak kurang dari 6.442 atlet siap bertarung untuk
memperebutkan medali, di antaranya dari cabang olahraga sepak bola, akuatik, panahan,
wushu, dan lain-lain.

Semoga PON XX/Papua berjalan sukses dan dapat menjadi ajang olahraga yang
mengharumkan nama Indonesia di mata dunia

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan adanya event bergengsi seperti Olimpiade, Paralimpiade, Pekan Olahraga
Nasional tersebut akan menjadi ajang bagi para atlet untuk menunjukan keahlian dibidang
mereka masing-masing. Dan dengan begitu akan membuat atlet tersebut termotivasi
untuk berlatih lebih giat agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat
membanggakan Negara atau daerah nya masing masing.

B. SARAN

Para atlet harus lebih termotivasi lagi untuk giat dalam berlatih agar dapat bersaing
dengan negara atau daerah lain dan mendapatkan hasil yang memuaskan, dan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan atau cidera pada saat dilapangan
sehingga para atlet dapat bermain dengan baik sehingga dapat memaksimalkan
kemampuan nya
DAFTAR PUSTAKA

o http://tamamijaya.blogspot.com/2016/09/sejarah-pekan-olahraga-nasional-
pon_50.html

o https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20210718011029-178-669071/
sejarah-perjalanan-indonesia-di-olimpiade
o https://sports.okezone.com/read/2021/07/22/43/2444504/sejarah-
keikutsertaan-indonesia-di-olimpiade-dari-hanya-kirim-3-atlet-sampai-
sabet-32-medali
o https://www.sehatq.com/artikel/pekan-olahraga-nasional-pertama-sampai-
sekarang-dan-kilas-baliknya

Anda mungkin juga menyukai