Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

“SEJARAH PON”

DISUSUN OLEH :

JUNITA TRISNAWATI PUTRI

(223501516013)

Dosen Pengampu :

Drs. R. Iwan Siswadijaya, M.Si.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Nasional 2022/2023


Kata Pengantar

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tugas Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Makalah yang berjudul “Sejarah PON”. Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. R. Iwan
Siswadijaya, M.Si. selaku dosen Matakuliah Olahraga/Seni yang telah memberikan tugas
Makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya yang bermanfaat bagi
saya.Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Robbal’ Alamin

Bekasi, 20 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................5
C. TUJUAN MAKALAH..................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. SEJARAH PON.............................................................................................................6
B. PERKEMBANGAN PON.............................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................................................16
SARAN................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 1948. Saat itu, ketika usia Republik Indonesia
menginjak tahun ketiga, harkat bangsa Indonesia seperti dilecehkan. Indonesia melalui PORI
(Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang dibentuk pada Januari 1946, berhasrat
mengikutsertakan atlet-atletnya berlaga pada Olimpiade 1948 London. Namun, panitia
Olimpiade London menolak keikutsertaan atlet-atlet Indonesia dengan alasan mereka belum
diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet
yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia
tersebut. Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh
pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London.

Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan
kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai
paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir
di London dengan membawa nama Indonesia. Sebenarnya, baik Indonesia maupun Inggris
mengusung isu politik pada kasus ini. Indonesia berharap mendapat pengakuan dunia sebagai
negara merdeka, sebaliknya Inggris sebagai sekutu Belanda berusaha menahan pengakuan
itu. Paspor Indonesia tidak diakui oleh pemerintah Inggris. Atlet-atlet Indonesia
diperbolehkan masuk London apabila mereka memakai paspor Belanda. Tentu saja
penolakan itu menyakitkan bangsa Indonesia sehingga muncul rasa kebangsaan yang
menggebu. Kehadiran atlet-atlet Indonesia pada Olimpiade ke-14 itu untuk mengibarkan Dwi
Warna Sangsaka Merah Putih.

Masalah itu kemudian dibahas dalam konferensi darurat PORI di Solo pada 1 Mei
1948 . Pada konferensi itu akhirnya para pengurus PORI sepakat untuk mengadakan Pekan
Olahraga, seperti yang pernah diadakan ISI (Ikatan Sport Indonesia) pada tahun 1938 yang
dikenal dengan nama "ISI Sportweek" atau Pekan Olahraga ISI. Kemudian, Solo atau
Surakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena dipandang sebagai kota dengan
fasilitas olahraga terlengkap. Akhirnya, PON pertama pun terselenggara pada 9 s.d. 12
September 1948. Satu hal yang harus dicatat bahwa PON pertama lahir karena semangat
kebangsaan yang menggebu.
B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana Sejarah PON


2. Bagaimana perkembangan PON

C. Tujuan makalah

Adapun tujuan makalah yang dilakukan, sesuai dengan rumusan masalah yang
dikemukakan adalah :

1. Untuk mengetahui Sejarah PON


2. Dan juga untuk mengetahui Perkembangan PON hingga saat ini
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah PON

PON I adalah PON pertama Indonesia yang diadakan di Kota Praja Surakarta pada 9–12
September 1948. Tanggal pembukaannya, 9 September, kemudian diperingati setiap
tahunnya sebagai Hari Olahraga Nasional.Pekan Olahraga Nasional I ini diikuti oleh sekitar
600 atlet yang bertanding pada 9 cabang olahraga yang memperebutkan sebanyak 108
medali. Pesertanya bukan pada tingkat provinsi melainkan pada tingkat Kota dan
Karesidenan, sebanyak 13 partisipan ikut serta. Juaranya adalah Karesidenan Surakarta
dengan total medali sebanyak 36 medali. Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik
Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat ini menjadi KONI - mempersiapkan
para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun
1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak kesulitan.
PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi
anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim
tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.
Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada
waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada
saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet
Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat
diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan
membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana
kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi
topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.

Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus
besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang diharapkan
semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan
berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada saat itu PORI ingin
menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938 (yang
terkenal dengan nama ISI Sportweek atau Pekan Olahraga ISI). Dilihat dari penyediaan
sarana olahraga, pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan
adanya

stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada saat itu Stadion
Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik di Indonesia. Selain itu
seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi
bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota
penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) pada tanggal 8 sampai dengan 12
September 1948. Selain itu PON I juga membawa misi untuk menunjukkan kepada dunia
luar bahwa bangsa Indonesia dalam keadaan daerahnya dipersempit akibat Perjanjian
Renville, masih dapat membuktikan sanggup mengadakan acara olahraga dengan skala
nasional.

B. Perkembangan PON
 PON PERTAMA – 1948

Menurut keputusan PORI tahun 1948, PON akan diadakan setiap dua tahun dan PON
pertama berlangsung di Solo pada 8–12 September 1948. Artinya, hanya terdapat waktu
tiga bulan untuk mempersiapkan pelaksanaan PON (Kompas, 8/9/1983). Walaupun
revolusi fisik masih berkecamuk, Belanda masih menguasai beberapa daerah di
Indonesia, pemerintah pusat yang berkedudukan di Yogyakarta mendukung sepenuhnya
dengan menyediakan biaya sebesar Rp 1.500 (Kompas, 14/8/1970). PON I didahului
dengan prosesi bendera dari Yogyakarta ke Solo pada tanggal 8 September 1948. Dua
buah bendera, Merah Putih dan PON, diserahkan oleh Presiden Soekarno kepada
rombongan pembawa bendera di Gedung Agung Yogyakarta (Kompas, 8/9/1983).

Rombongan pembawa bendera kemudian berbaris, berjalan kaki beranting menempuh


jarak 64 kilometer ke Solo. Mereka menyerahkan dua bendera tersebut kepada Ketua
Panitia PON di Solo, yakni Pangeran Surjohadimidjojo. Rombongan tiba pada tanggal 9
September 1948 pukul 08.30 di arena PON. Kedua bendera kemudian dikibarkan disertai
lagu “Indonesia Raya”. Dalam amanat pembukaan PON, 9 September 1948, Presiden
Soekarno menyatakan Kebanggaanya atas keikutsertaan para pahlawan dari daerah
pendudukan. Selain itu, Presiden mengharapkan bahwa selanjutnya PON bukan hanya
untuk menjadi pekan mengolah jasmani, tetapi pun hendaknya pula pekan mengolah
rohani (Kompas, 8/9/1983).

 PON KEDUA – 1951


Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-2 diselenggarakan 21-28 Oktober 1951 di Jakarta.
Mempertandingkan 18 cabang olah raga antara lain, Anggar, Angkat Besi, Atletik, Balap
Sepeda, Bola Basket, Bola Keranjang, Bola Voli, Bulutangkis, Hoki, Kasti, Menembak,
Pencak Silat, Polo Air, Renang, Rounders, Sepak Bola, Tenis dan Panahan. Pada PON
ke-2 ini Propinsi Jawa Barat berhasil keluar sebagai Juara Umum, di ikuti Jakarta Raya
dan Jawa Timur di posisi dua dan tiga.

 PON KETIGA – 1953


Het nieuwsblad voor Sumatra, 15-04-1952: ‘PON III kemungkinan akan
diselenggarakan di Medan pada bulan Juni atau Juli 1953 yang ditetapkan di Stadion
Jalan Radja. Rencana lokasi stadion ini berada di selatan dari pemakaman di jalan Radja
(sebelah kiri ke arah Tandjong Morawa) yang akan membangun stadion permanen, yang
diproyeksikan menelan biaya sekitar Rp 5 juta. Hal ini diumumkan oleh Mr GB Joshua,
ketua panitia PON, kemarin sore pada konferensi pers sehabis pembicaraan dengan
delegasi Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dengan panitia PON. Azis Saleh (bertindak
sekretaris Komite Olimpiade Indonesia) menjelaskan bahwa organisasi PON III
sepenuhnya keputusan panitia. KOI hanya menyediakan pedoman, semua keputusan akan
diambil oleh Bapak Joshua c.s. Bulan September 1953 adalah target untuk PON III
(seperti yang terjadi dengan PON I dan PON II), tetapi karena hujan di Sumatra Timur,
mereka berharap untuk menjaga festival olahraga di sini dua atau tiga bulan sebelumnya.
Sekretaris KOI ini menekankan tujuan PON melampaui olahraga itu sendiri, yakni
meningkatkan persatuan nasional merupakan faktor yang tidak kalah penting. Dengan
PON ribuan orang muda dari seluruh bagian negara akan bersama-sama dan mereka
melihat wilayah Indonesia, di mana mereka mungkin sebelumnya tidak pernah datang.

Di Jakarta sekitar 2500 atlet ambil bagian dalam PON II; jumlah peserta dalam PON
III mungkin akan melebihi 3.000. Mr GB Joshua menyatakan bahwa mereka diharapkan
50.000 orang, dan lebih dari 4.000 tamu dari tempat lain (atlet, pejabat, dll) yang
membutuhkan perumahan selama di Medan. Bagaimana cara di mana menyelesaikan
masalah perumahan, Mr. Joshua masih belum bisa memberikan informasi yang pasti.
Juga tentang anggaran dan cara bagaimana untuk mendapatkan dana yang diperlukan,
tidak ada rincian yang dapat diberitahu. Agaknya, secara total diperlukan sebanyak Rp 7
juta.

 PON KEEMPAT – 1957


Penunjukan Kota Makassar sebaga tuan rumah PON IV di tahun 1957 bukan hal
mudah sebab wilayah ini masih dalam keadaan belum aman. Pemerintah pusat
menjadikan Makassar sebagai tuan rumah pelaksana PON IV dengan tujuan untuk
menarik perhatian pemuda agar tidak terlibat ke dalam pemberontakan. Perayaan PON IV
dilaksanakan di Kota Makassar juga untuk melebur suasana ketegangan di kalangan
penduduk.

Penyelenggaraan PON IV di Kota Makassar telah diklaim sebagai perayaan olah raga
terakbar sepanjang periode tahun 1950an dimana tidak kurang dari delapan belas cabang
olahraga dipertandingkan serta sembilan belas daerah ikut serta berlomba. Pada PON IV
ini Jakarta Raya tampil sebagi juara umum sedangkan Sulawesi sebagai tuan rumah hanya
mampu meraih posisi ke tujuh.

 PON KELIMA – 1961


PON ke V dibuka oleh Sukarno pada Sabtu, 30 September 1961 pukul 10.05 di
Stadion Siliwangi. Diiring tembakan meriam 17 kali, pengibaran bendera pusaka, serta
defile bendera daerah masing-masing peserta. Yang mengharukan dan mula-mula masuk
adalah kontingen Irian Barat, yang waktu itu masih diduduki Belanda. Irian Barat
mengikuti PON dengan kekuatan 50 peserta (Berita Antara, 1 Oktober 2018).

Kontingen ini mendapatkan sambutan meriah dan tepuk tangan. Bung Karno
menyebut, PON ke V penting untuk membangun Nation Building. Pemerintah Jawa barat
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melibatkan masyarakat secara lebih luas,
misalnya saja  memajukan liburan sekolah di Jawa Barat untuk memberikan kesempatan
anak sekolah menonton PON.
 PON KEENAM 1965
Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional 4 tahunan yang
diikuti oleh semua daerah provinsi di Indonesia. PON Jakarta 1965 merupakan
penyelenggaraan PON ke-6 yang rencananya berlangsung dari tanggal 8 Oktober hingga
10 November 1965 dengan lokasi penyelenggaraan di komplek olahraga Gelora Bung
Karno Jakarta. PON 1965 dibatalkan pelaksanaannya dikarenakan situasi keamanan
nasional yang tidak memungkinkan pasca terjadinya peristiwa G 30 S/PKI pada tanggal 1
Oktober 1965. Sebelumnya banyak yang memperkirakan PON 1965 dapat berjalan
dengan sukses mengingat fasilitas dan sarana olahraga serta pendukungnya yang tersedia
sudah cukup lengkap dan pernah digunakan dalam Asian Games 1962 dan GANEFO
1963. Prestasi atlet Indonesia pun cukup baik di kedua ajang olahraga internasional
tersebut. 

 PON KETUJUH – 1969


PON ketujuh dilaksanakan Agustus sampai September 1969 dengan tuan rumah
Surabaya. Kota Surabaya waktu itu tidak memiliki fasilitas olahraga yang memadai. Oleh
karena itu juga butuh dana. Ada beberapa cara yang dilakukan pemerintah Jawa Timur.
Pada waktu itu panitia menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan dana.

Yang pertama, dengan menaikkan tarif angkutan umum sebesar Rp.15 waktu itu.
Selisih Rp15 masuk ke panitia PON. Kemudian menaikkan harga minyak tanah, bensin
dan rokok. Juga mengadakan semacam judi penjualan kupon namanya Lotto. Undian ini
bernama Lotere Totalisator (Lotto), sebuah undian yang berbau judi. Pro dan kontra pada
saat Mohammad Noer (Gubernur Jawa Timur), R. Soekotjo (Walikota Surabaya), M.
Jassin (Pangdam Brawijaya) dan Acub Zainal (Danrem Bhaskara) menggagas ide ini
untuk membuka lotre secara legal agar pelaksanaan PON bisa berjalan sukses.

 PON KEDELAPAN – 1973


Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional 4 tahunan yang
diikuti oleh semua daerah provinsi di Indonesia. PON 1973 menjadikan kembali Jakarta
sebagai tuan rumah setelah sebelumnya pada PON VI yang rencananya digelar di Jakarta
terpaksa dibatalkan karena adanya peristiwa G30S/PKI. PON 1973 merupakan
penyelenggaraan PON ke-8 dan berlangsung dari tanggal 4 sampai 15 Agustus 1973
dengan lokasi penyelenggaraan di komplek olahraga Gelora Senayan Jakarta.
Pembukaan PON 1973 dilakukan oleh Presiden Soeharto di Stadion Utama Senayan
(kini berubah namanya menjadi stadion Gelora Bung Karno) dan dihadiri kurang lebih
sekitar 100.000 penonton. PON 1973 diikuti oleh 4.587 atlet perwakilan dari 26 daerah
provinsi di seluruh Indonesia yang memperebutkan 312 medali emas dari 29 cabang
olahraga yang dipertandingkan. 

 PON KESEMBILAN – 1977


Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional empat tahunan yang
diikuti oleh semua daerah provinsi di Indonesia. PON 1977 merupakan penyelenggaraan
PON ke-9 dan berlangsung dari tanggal 23 Juli sampai 3 Agustus 1977 dengan lokasi
penyelenggaraan di kawasan komplek olahraga Gelora Senayan,  Jakarta.

Pembukaan PON 1977 dilakukan oleh Presiden Soeharto di Stadion Utama Senayan
(kini berubah namanya menjadi stadion Gelora Bung Karno) serta dihadiri oleh mantan
Wakil Presiden Moh. Hatta.  PON 1977 memperebutkan 148 medali emas dari 31 cabang
olahraga. PON 1977 diikuti oleh 2.352 atlet dan 514 official perwakilan dari 27 daerah
provinsi. Provinsi DKI Jakarta berhasil menjadi juara umum Sea Games 1977 setelah
merebut total sebanyak 148 media emas.

 PON KE SEPULUH – 1981


Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini menerima Pengurus Besar KONI yang
melaporkan persiapan penyelenggaraan PON X yang akan diadakan di Jakarta. Dalam
pertemuan itu, Kepala Negara menyarankan agar di masa-masa mendatang PON tetap
diselenggarakan di Jakarta saja, karena Jakarta telah memiliki sarana dan fasilitas yang
cukup memadai untuk olah raga jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang masih
harus membangun sarana-sarana baru untuk penyelenggaraaan PON. Presiden
mengharapkan juga bahwa penyelenggaraan PON hendaknya tidak sampai menghambat
kelancaran pembangunan.

 PON KE SEBELAS – 1985


Trooper pernah turut mengawal perjalanan api PON ke XI di tahun 1985. Dalam salah
satu Blog milik Kilo Delta Family dan YC1FT terlihat sosok Trooper SWB berwarna
putih muncul dalam beberapa foto. Tahun 1985 merupakan tahun-tahun awal kehadiran
Trooper di Indonesia sehingga pada saat penyelenggaraan pengiringan api PON XI
tersebut sudah dapat dipastikan Trooper ini masih dalam keadaan yang sempurna.

 PON KE DUA BELAS – 1989


Sumatra Utara bertekad mengakhiri puasa emas dari cabang sepak bola yang terakhir
kali diraih pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 1989 di Jakarta.Ini sudah tekad kami
dari awal dan peluang untuk mengakhiri puasa emas tersebut terbuka lebar setelah kita
berhasil melaju ke babak final, Tim sepak bola Sumut memastikan lolos ke final cabang
sepak bola setelah mengalahkan tim unggulan Papua dengan skor 2-0 pada babak
semifinal di Stadion Gol kemenangan anak asuh Rudi Saari ini tercipta melalui tendangan
keras Aidun Sastra Utami menit 37 dan Mohammad Irfan pada menit 72. Pada babak
final Rabu (19/9) Sumut akan menghadapi tim Kaltim yang di babak semifinal berhasil
mengalahkan Jawa Tengah dengan skor 2-1."Ini merupakan hasil luar biasa. Kita mampu
mengalahkan tim kuat Papua.

 PON KE TIGA BELAS – 1993


Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional 4 tahunan yang
diikuti oleh semua provinsi di Indonesia. PON Jakarta 1993 merupakan penyelenggaraan
PON ke-13 yang berlangsung dari tanggal 9-20 September 1993.

Upacara pembukaannya dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 September


1993 di Stadion Utama Senayan (kini berganti nama menjadi Stadion Gelora Bung
Karno) dan upacara penutupannya dilakukan oleh Wapres Try Sutrisno pada tanggal 20
September 1993 di tempat yang sama PON 1993 mempertandingkan 29 cabang olahraga
yakni anggar, atletik, angkat besi/ berat/ binaraga, bolabasket, boling, balap sepeda,
bolavoli , bulutangkis, dayung, gulat, hoki, karate, judo, layar, kempo, menembak,
panahan, pencak silat, renang/ loncat indah/ polo air, senam, sepakbola, sepak takraw, ski
air, sofbol, taekwondo, tenis, tenis meja, terjun payung dan tinju. Sementara jumlah
medali yang diperebutkan dalam PON 1993 adalah sebanyak 436 medali emas, 436
medali perak dan 545 perunggu.

 PON KE EMPAT BELAS – 1996


Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional 4 tahunan yang
diikuti oleh semua provinsi di Indonesia. PON Jakarta 1996 merupakan penyelenggaraan
PON ke-14 yang berlangsung dari tanggal 9-20 September 1996. PON ke-14 seharusnya
berlangsung pada tahun 1997 dimana PON ke-13 sebelumnya yang juga berlangsung di
Jakarta dilaksanakan pada tahun 1993. Namun dikarenakan pada tahun 1997 Indonesia
akan mengadakan Pemilu 1997 dan tuan rumah Sea Games ke-19 tahun 1997 maka
pemerintah akhirnya memutuskan memajukan penyelenggaraan PON ke-14 menjadi
tahun 1996.

Upacara pembukaan PON 1996 dilakukan oleh Presiden Soeharto di Stadion Utama
Senayan (kini berganti nama menjadi Stadion Gelora Bung Karno). Maskot dari PON
1996 adalah Mat Bondol yang diadaptasi dari salah satu fauna khas provinsi DKI Jakarta,
yakni burung elang bondol. 

 PON KE LIMA BELAS – 2000


Olahraga Sumatera Barat tengah diterpa berbagai cobaan jelang bergulirnya Pekan
Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat, September mendatang. Persoalan itu, mulai
dari Surat Edaran Mendagri terkait rangkap jabatan, hengkangnya sejumlah atlet potensial
sampai belum cairnya anggaran untuk persiapan PON. Kondisi ini jelas sangat merugikan
persiapan Sumbar jelang terjun di ajang olahraga multiiven empat tahunan tersebut. Jika
tiga persoalan itu dibiarkan berlarut, bukan tidak mungkin kegagalan Sumbar di PON
Jawa Timur pada tahun 2000 lalu kembali terulang, dimana Kontingen Sumbar tidak
membawa sekeping emaspun.

 PON KE ENAM BELAS – 2004


Berdasarkan SK Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 21 Februari 2003 yang direvisi
dengan SK Nomor 54 Tahun 2003 tanggal 23 Mei 2003 tentang Pokok-Pokok
Penyelenggaraan PON XVI-2004, PON XVI-2004 mempertandingkan 41 cabang
olahraga dengan 607 event dan SK Nomor 77 Tahun 2003
tentang PORCANAS mempertandingkan pula 8 cabang olahraga cacat dengan 422 event,
digelar di luar kota Palembang, karena masalah teknis tidak mungkin dapat dilaksanakan
di Palembang.

Pelaksanaan PON XVI-2004 dimulai pada tanggal 2 sampai dengan 14 September


2004 diikuti oleh 5660 orang atlet, 2830 orang ofisial, 1000 orang wasit dan 75
orang technical delegate, sedangkan PORCANAS dimulai tanggal 30 September sampai
dengan 4 Oktober 2004 diikuti 1000 orang atlet dan ofisial, 68 orang wasit dan 8
orang technical delegate.
 PON KE TUJUH BELAS – 2008
Jatim mampu mengoleksi sebanyak 14 medali emas, di antaranya dari bulutangkis,
panjat tebing, sepak takraw, ski air, dan pencak silat. Gubernur Jatim, Imam Utomo
menyebut keberhasilan Jatim merebut juara umum PON 2008 di luar dugaan, karena
sebelumnya hanya menargetkan posisi dua besar seperti empat tahun silam. "Saya tidak
menduga atlet-atlet Jatim mampu menunjukkan prestasi luar biasa di Kaltim. Gelar juara
umum sangat membanggakan bagi masyarakat Jatim," kata Imam Utomo. Ia mengatakan
keberhasilan Jatim menjadi juara PON kedua kalinya setelah tahun 2000 di Surabaya,
tidak lepas dari persiapan jangka panjang yang dilakukan. "Ini buah dari kerja keras
Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100 yang digelar sejak 2005. Yang
membanggakan lagi, Jatim juara umum di luar kandang," ucapnya. "Setiap hari saya
memantau perjuangan atlet dan saya sempat tidak percaya atlet-atlet Jatim mampu
berjaya di sejumlah cabang olahraga. Awalnya target minimal 100 emas terpenuhi,
ternyata mereka mampu mendulang lebih banyak emas lagi," ujar Imam Utomo.
Jumlah medali emas yang diraih Jatim pada PON ini, lebih baik dibanding yang diraih
atlet Jatim pada kejurnas prakualifikasi PON dengan perolehan sekitar 135 keping emas.
Pada kesempatan itu, Imam Utomo juga menjanjikan akan menambah jumlah bonus bagi
atlet Jatim yang sukses merebut medali, baik emas, perak maupun perunggu. Namun,
gubernur belum bersedia menyebutkan nilainya karena secepatnya akan dibahas dengan
DPRD Jatim.

 PON KE DELAPAN BELAS – 2012


Pemerintah Daerah Riau siap menggelar PON (Pekan Olahraga Nasional) XVIII pada
2012 dan Islamic Solidarity Games (ISG) III pada 2013. Gubernur Riau, Rusli Zainal,
mengatakan persiapan pembangunan tempat pertandingan (venue) sudah mencapai 68
persen. Ia menargetkan pembangunannya akan rampung pada triwulan pertama tahun
2012 nanti. "Triwulan pertama 2012 nanti, saya mentargetkan pembangunan sudah
selesai," kata Rusli kepada wartawan usai memaparkan persiapan Riau menghadapi PON
2012 dan ISG 2013 pada Rapat Anggota Komite Olimpiade Indonesia (KOI) 2011 di
Hotel Menara Peninsula.

Rusli menerangkan bahwa 2011 ini menjadi tahun terakhir pada tahap penyelesaian.
Ini sesuai rencana. Dan menurutnya, apa yang ditargetkan bisa terwujud karena
pelaksanaan pembangunan berjalan lancar. Menunjukkan progres yang baik sesuai
jadwal. Dari delapan venue yang disiapkan untuk PON 2012, sudah 86 persen mendekati
beres, tinggal stadion utama yang pekerjaannya baru 68 persen. Pembangunan Stadion
Utama berada di kampus Universitas Riau. Diperkirakan bakal menelan dana sekitar
Rp800 miliar. Stadion tersebut nantinya bisa menampung 40 ribu kursi. Sedangkan total
anggaran untuk pembangunan venue PON 2012 sendiri diperkirakan mencapai Rp3,9
triliun. Sumber pendanaan, kata Rusli berasal dari APBN, APBD, Pemerintah Kabupaten,
dan bantuan pihak ketiga. "Yang dominan dari APBN," ujarnya.

 PON KE SEMBILAN BELAS – 2016


Pesta olahraga terbesar di Indonesia, Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa
Barat telah usai. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla secara resmi menutup multievent ini
dalam Closing Ceremony PON XIX/2016 Jawa Barat di Stadion Gelora Bandung Lautan
Api (GBLA)Jawa Barat keluar sebagai Juara Umum dengan mengoleksi 531 medali (217
emas, 157 perak, dan 157 perunggu).

Dengan raihan ini Jawa Barat pun mencatat sejarah dan dengan meraih medali emas
terbanyak sepanjang PON digelar sejak 1951 lalu. Wakil Presiden Republik Indonesia
Muhammad Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya mengatakan Pekan Olahraga Nasional
(PON) menjadi lambang persatuan dan pembinaan kekuatan bangsa.

 PON KE DUA PULUH - 2020


Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua sudah resmi ditunda jadi tahun depan.
Paling tidak, ada empat alasan yang mendasari keputusan penundaan. Presiden RI Joko
Widodo secara resmi mengumumkan penundaan PON Papua jadi Oktober 2021.
Awalnya, PON Papua akan berlangsung 20 Oktober-2 November 2020. Tapi rencana itu
batal sebagai imbas pandemi COVID-19.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pekan Olahraga Nasional atau disingkat PON merupakan suatu event olahraga terbesar
dan event yang telah berlangsung sangat lama yaitu sejak tahun 1948. PON pertama kali
diselenggarakan di Kota Solo dengan maksud dan tujuan untuk menunjukan kepada dunia
luar bahwa bangsa Indonesia masih dapat membuktikan, sanggup menggalang persatuan
dan kesatuan bangsa, yang berbeda-beda suku dan agamanya, akan tetapi tetap bersatu
kokoh dalam Bhinneka Tunggal Ika. Pada saat ini PON dijadikan sebagai ajang adu bakat
antar atlet-atlet daerah. Selain itu juga, penyelenggaraan PON dapat dijadikan sebuah
keuntungan bagi daerah penyelenggara karena daerah penyelenggara secara tidak langsung
mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan atau memperkenalkan kekayaan dan
kebudayaan khas daerah tersebut kepada khalayak.

B. Saran

Penulis menyadari kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam makalah ini. Oleh


karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
untuk perbaikan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.facebook.com/ArsipNasionalRI/posts/pekan-olahraga-nasional-pon-ke-2-
diselenggarakan-21-28-oktober-1951-di-jakarta-m/1820981458065189

http://akhirmh.blogspot.com/2016/09/pon-iii-di-medan-adalah-pekan-olahraga.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pekan_Olahraga_Nasional_2004

Anda mungkin juga menyukai