“SEJARAH PON”
DISUSUN OLEH :
(223501516013)
Dosen Pengampu :
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tugas Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Makalah yang berjudul “Sejarah PON”. Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. R. Iwan
Siswadijaya, M.Si. selaku dosen Matakuliah Olahraga/Seni yang telah memberikan tugas
Makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya yang bermanfaat bagi
saya.Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Robbal’ Alamin
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................5
C. TUJUAN MAKALAH..................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. SEJARAH PON.............................................................................................................6
B. PERKEMBANGAN PON.............................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................................................16
SARAN................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 1948. Saat itu, ketika usia Republik Indonesia
menginjak tahun ketiga, harkat bangsa Indonesia seperti dilecehkan. Indonesia melalui PORI
(Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang dibentuk pada Januari 1946, berhasrat
mengikutsertakan atlet-atletnya berlaga pada Olimpiade 1948 London. Namun, panitia
Olimpiade London menolak keikutsertaan atlet-atlet Indonesia dengan alasan mereka belum
diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet
yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia
tersebut. Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh
pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London.
Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan
kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai
paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir
di London dengan membawa nama Indonesia. Sebenarnya, baik Indonesia maupun Inggris
mengusung isu politik pada kasus ini. Indonesia berharap mendapat pengakuan dunia sebagai
negara merdeka, sebaliknya Inggris sebagai sekutu Belanda berusaha menahan pengakuan
itu. Paspor Indonesia tidak diakui oleh pemerintah Inggris. Atlet-atlet Indonesia
diperbolehkan masuk London apabila mereka memakai paspor Belanda. Tentu saja
penolakan itu menyakitkan bangsa Indonesia sehingga muncul rasa kebangsaan yang
menggebu. Kehadiran atlet-atlet Indonesia pada Olimpiade ke-14 itu untuk mengibarkan Dwi
Warna Sangsaka Merah Putih.
Masalah itu kemudian dibahas dalam konferensi darurat PORI di Solo pada 1 Mei
1948 . Pada konferensi itu akhirnya para pengurus PORI sepakat untuk mengadakan Pekan
Olahraga, seperti yang pernah diadakan ISI (Ikatan Sport Indonesia) pada tahun 1938 yang
dikenal dengan nama "ISI Sportweek" atau Pekan Olahraga ISI. Kemudian, Solo atau
Surakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena dipandang sebagai kota dengan
fasilitas olahraga terlengkap. Akhirnya, PON pertama pun terselenggara pada 9 s.d. 12
September 1948. Satu hal yang harus dicatat bahwa PON pertama lahir karena semangat
kebangsaan yang menggebu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan makalah
Adapun tujuan makalah yang dilakukan, sesuai dengan rumusan masalah yang
dikemukakan adalah :
PEMBAHASAN
A. Sejarah PON
PON I adalah PON pertama Indonesia yang diadakan di Kota Praja Surakarta pada 9–12
September 1948. Tanggal pembukaannya, 9 September, kemudian diperingati setiap
tahunnya sebagai Hari Olahraga Nasional.Pekan Olahraga Nasional I ini diikuti oleh sekitar
600 atlet yang bertanding pada 9 cabang olahraga yang memperebutkan sebanyak 108
medali. Pesertanya bukan pada tingkat provinsi melainkan pada tingkat Kota dan
Karesidenan, sebanyak 13 partisipan ikut serta. Juaranya adalah Karesidenan Surakarta
dengan total medali sebanyak 36 medali. Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik
Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat ini menjadi KONI - mempersiapkan
para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun
1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak kesulitan.
PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi
anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim
tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.
Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada
waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada
saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet
Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat
diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan
membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana
kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi
topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.
Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus
besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang diharapkan
semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan
berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada saat itu PORI ingin
menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938 (yang
terkenal dengan nama ISI Sportweek atau Pekan Olahraga ISI). Dilihat dari penyediaan
sarana olahraga, pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan
adanya
stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada saat itu Stadion
Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik di Indonesia. Selain itu
seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi
bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota
penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) pada tanggal 8 sampai dengan 12
September 1948. Selain itu PON I juga membawa misi untuk menunjukkan kepada dunia
luar bahwa bangsa Indonesia dalam keadaan daerahnya dipersempit akibat Perjanjian
Renville, masih dapat membuktikan sanggup mengadakan acara olahraga dengan skala
nasional.
B. Perkembangan PON
PON PERTAMA – 1948
Menurut keputusan PORI tahun 1948, PON akan diadakan setiap dua tahun dan PON
pertama berlangsung di Solo pada 8–12 September 1948. Artinya, hanya terdapat waktu
tiga bulan untuk mempersiapkan pelaksanaan PON (Kompas, 8/9/1983). Walaupun
revolusi fisik masih berkecamuk, Belanda masih menguasai beberapa daerah di
Indonesia, pemerintah pusat yang berkedudukan di Yogyakarta mendukung sepenuhnya
dengan menyediakan biaya sebesar Rp 1.500 (Kompas, 14/8/1970). PON I didahului
dengan prosesi bendera dari Yogyakarta ke Solo pada tanggal 8 September 1948. Dua
buah bendera, Merah Putih dan PON, diserahkan oleh Presiden Soekarno kepada
rombongan pembawa bendera di Gedung Agung Yogyakarta (Kompas, 8/9/1983).
Di Jakarta sekitar 2500 atlet ambil bagian dalam PON II; jumlah peserta dalam PON
III mungkin akan melebihi 3.000. Mr GB Joshua menyatakan bahwa mereka diharapkan
50.000 orang, dan lebih dari 4.000 tamu dari tempat lain (atlet, pejabat, dll) yang
membutuhkan perumahan selama di Medan. Bagaimana cara di mana menyelesaikan
masalah perumahan, Mr. Joshua masih belum bisa memberikan informasi yang pasti.
Juga tentang anggaran dan cara bagaimana untuk mendapatkan dana yang diperlukan,
tidak ada rincian yang dapat diberitahu. Agaknya, secara total diperlukan sebanyak Rp 7
juta.
Penyelenggaraan PON IV di Kota Makassar telah diklaim sebagai perayaan olah raga
terakbar sepanjang periode tahun 1950an dimana tidak kurang dari delapan belas cabang
olahraga dipertandingkan serta sembilan belas daerah ikut serta berlomba. Pada PON IV
ini Jakarta Raya tampil sebagi juara umum sedangkan Sulawesi sebagai tuan rumah hanya
mampu meraih posisi ke tujuh.
Kontingen ini mendapatkan sambutan meriah dan tepuk tangan. Bung Karno
menyebut, PON ke V penting untuk membangun Nation Building. Pemerintah Jawa barat
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melibatkan masyarakat secara lebih luas,
misalnya saja memajukan liburan sekolah di Jawa Barat untuk memberikan kesempatan
anak sekolah menonton PON.
PON KEENAM 1965
Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional 4 tahunan yang
diikuti oleh semua daerah provinsi di Indonesia. PON Jakarta 1965 merupakan
penyelenggaraan PON ke-6 yang rencananya berlangsung dari tanggal 8 Oktober hingga
10 November 1965 dengan lokasi penyelenggaraan di komplek olahraga Gelora Bung
Karno Jakarta. PON 1965 dibatalkan pelaksanaannya dikarenakan situasi keamanan
nasional yang tidak memungkinkan pasca terjadinya peristiwa G 30 S/PKI pada tanggal 1
Oktober 1965. Sebelumnya banyak yang memperkirakan PON 1965 dapat berjalan
dengan sukses mengingat fasilitas dan sarana olahraga serta pendukungnya yang tersedia
sudah cukup lengkap dan pernah digunakan dalam Asian Games 1962 dan GANEFO
1963. Prestasi atlet Indonesia pun cukup baik di kedua ajang olahraga internasional
tersebut.
Yang pertama, dengan menaikkan tarif angkutan umum sebesar Rp.15 waktu itu.
Selisih Rp15 masuk ke panitia PON. Kemudian menaikkan harga minyak tanah, bensin
dan rokok. Juga mengadakan semacam judi penjualan kupon namanya Lotto. Undian ini
bernama Lotere Totalisator (Lotto), sebuah undian yang berbau judi. Pro dan kontra pada
saat Mohammad Noer (Gubernur Jawa Timur), R. Soekotjo (Walikota Surabaya), M.
Jassin (Pangdam Brawijaya) dan Acub Zainal (Danrem Bhaskara) menggagas ide ini
untuk membuka lotre secara legal agar pelaksanaan PON bisa berjalan sukses.
Pembukaan PON 1977 dilakukan oleh Presiden Soeharto di Stadion Utama Senayan
(kini berubah namanya menjadi stadion Gelora Bung Karno) serta dihadiri oleh mantan
Wakil Presiden Moh. Hatta. PON 1977 memperebutkan 148 medali emas dari 31 cabang
olahraga. PON 1977 diikuti oleh 2.352 atlet dan 514 official perwakilan dari 27 daerah
provinsi. Provinsi DKI Jakarta berhasil menjadi juara umum Sea Games 1977 setelah
merebut total sebanyak 148 media emas.
Upacara pembukaan PON 1996 dilakukan oleh Presiden Soeharto di Stadion Utama
Senayan (kini berganti nama menjadi Stadion Gelora Bung Karno). Maskot dari PON
1996 adalah Mat Bondol yang diadaptasi dari salah satu fauna khas provinsi DKI Jakarta,
yakni burung elang bondol.
Rusli menerangkan bahwa 2011 ini menjadi tahun terakhir pada tahap penyelesaian.
Ini sesuai rencana. Dan menurutnya, apa yang ditargetkan bisa terwujud karena
pelaksanaan pembangunan berjalan lancar. Menunjukkan progres yang baik sesuai
jadwal. Dari delapan venue yang disiapkan untuk PON 2012, sudah 86 persen mendekati
beres, tinggal stadion utama yang pekerjaannya baru 68 persen. Pembangunan Stadion
Utama berada di kampus Universitas Riau. Diperkirakan bakal menelan dana sekitar
Rp800 miliar. Stadion tersebut nantinya bisa menampung 40 ribu kursi. Sedangkan total
anggaran untuk pembangunan venue PON 2012 sendiri diperkirakan mencapai Rp3,9
triliun. Sumber pendanaan, kata Rusli berasal dari APBN, APBD, Pemerintah Kabupaten,
dan bantuan pihak ketiga. "Yang dominan dari APBN," ujarnya.
Dengan raihan ini Jawa Barat pun mencatat sejarah dan dengan meraih medali emas
terbanyak sepanjang PON digelar sejak 1951 lalu. Wakil Presiden Republik Indonesia
Muhammad Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya mengatakan Pekan Olahraga Nasional
(PON) menjadi lambang persatuan dan pembinaan kekuatan bangsa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pekan Olahraga Nasional atau disingkat PON merupakan suatu event olahraga terbesar
dan event yang telah berlangsung sangat lama yaitu sejak tahun 1948. PON pertama kali
diselenggarakan di Kota Solo dengan maksud dan tujuan untuk menunjukan kepada dunia
luar bahwa bangsa Indonesia masih dapat membuktikan, sanggup menggalang persatuan
dan kesatuan bangsa, yang berbeda-beda suku dan agamanya, akan tetapi tetap bersatu
kokoh dalam Bhinneka Tunggal Ika. Pada saat ini PON dijadikan sebagai ajang adu bakat
antar atlet-atlet daerah. Selain itu juga, penyelenggaraan PON dapat dijadikan sebuah
keuntungan bagi daerah penyelenggara karena daerah penyelenggara secara tidak langsung
mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan atau memperkenalkan kekayaan dan
kebudayaan khas daerah tersebut kepada khalayak.
B. Saran
https://www.facebook.com/ArsipNasionalRI/posts/pekan-olahraga-nasional-pon-ke-2-
diselenggarakan-21-28-oktober-1951-di-jakarta-m/1820981458065189
http://akhirmh.blogspot.com/2016/09/pon-iii-di-medan-adalah-pekan-olahraga.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pekan_Olahraga_Nasional_2004