A. Latar Belakang
Perkembangan olahraga dan pendidikan jasmani di Indonesia dapat dikatakan sudah berkembang sebagaimana mestinya.
Perkembangan jaman yang semakain maju menuntut bangsa Indonesia untuk melakukan suatu perubahan termasuk
perubahan pada dunia olahraga dan pendidikan jasmani. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang ditujukan
untuk menyempurnakan apa yang sudah ada sebelumnya sesuai dengan kondisi pada masa tersebut. Perubahan yang disini
juga menyangkut perbuhan pada badan yang mengurusi perihal olahraga dan pendidikan jasmani.
Bangsa Indonesia telah banyak melakukan suatu perubahan di bidang olahraga dan pendidikan jasmaninya. Hal ini dapat kita
lihat pada sejarah olahraga dan oendidikan jasmani mulai dari ketika Indonesia merdeka sampai saat sekarang ini. Mulai dari
sistem, pemerintahan, dan badan-badan yang menangani bidang olahraga dan pendidikan jasmani. Perubahan tersebut
sudah tidak mengacu lagi pada hal yang dilakukan oleh penjajah bangsa Indonesia, tetapi telah merupakan perubahan yang
berasal dari pemikiran rakyat Indonesia sendiri.
Dengan perubahan yang dilakukan bangsa Indonesia pada olahraga dan pendidikan jasmani inilah yang akhirnya menjadikan
Indonesia dapat mengikuti perhelatan olahraga internasional seperti Olimpiade dan Asian Games. Disamping itu, Indonesia
juga telah mulai intensif dalam mengembangkan kemampuan para atlitnya. Indonesia pun akhirnya oleh negara lain
dipandang sebagai negara yang olaharaganya meningkat dengan pesat dan implikasinya, Indonesia dipercaya menjadi tuan
rumah Asian Games IV. Selain dapat menggelar event internasional, Indonesia juga telah mulai merintis event olahraga
tingkat nasional seperti PON (Pekan Olahraga Nasional yang mana ditujukan untuk mencari para atlit berprestasi yang akan
diikutsertakan pada event internasional.
• B. Rumusan Masalah
• C. Tujuan
• Dengan diproklamasikannya kemerdakaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pemerintahan sudah tidak lagi bergantung pada
pemerintahan yang diterapkan penjajahnya. Namun pemerintahan Indonesia sudah diselenggarakan oleh bangsa dan rakyat Indonesia sendiri.
Bangsa dan rakyat Indonesia sejak saat itu telah bebas dalm menentukan bentuk, isi, dan arah pemerintahan yang sesuai dengan kehendak dan
keinginan bangsa Indonesia sendiri. Demikian pula dalm bidang keolahragaan, bangsa Indonesia mulai menyusun rencanannya, kerena dapat
dimaklumi bahwa keadaan olahraga di Indonesia sejak masa penjajahan bergantung pada kehendak dan keinginan para penjajah.
• Dalam susunan pemerintahan atau Kabinet Republik Indonesia yang pertama yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 di Jakarta, terdapat
Kementerian Pendidikan dan Pengajaran. Kementerian ini bertindak sebagai wakil pemerintah yang bertugas untuk :
• 1. menyelenggarakan latihan-latihan fisik dikalangan pemuda Indonesia untuk mencapai dan memperoleh kondisi badan yang sehat dan bugar
guna memasuki angkatan perang secara besar-besaran.
• 2. mengusahakan rehabilitasi fisik dan mental bangsa Indonesia yang telah rusak selama masa penjajahan.
• Mengingat suasana pada waktu itu semakin panas dan kekacauan terjadi di seluruh kota Jakarta, maka pusat pemerintahan RI dipindah ke
Jogjakarta. Namun Jogjakarta tidak mampu menampung semua kementerian sehingga kota-kota di sekitarnya yang menampungnya.
Kementerian Pendidikan dan Pengajaran berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan sebagai akibat dari
terbentuknya Kabinet RI yang kedua pada tanggal 14 Nopember 1945. Dan dari kota inilah (Jogjakarta) Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan menyusun dan mengkoordinasi kembali kegiatan-kegiatan dengan membentuk inspeksi-inspeksi, termasuk di dalamnya yaitu
Inspeksi Pendidikan Jasmani.
A.
• B. PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia)
• Pada tahun 1947, GELORA dan DJAWA TENGO TAI IKU KAI pada waktu itu meleburkan diri bersama-sama menjadi Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI)
yang berkedudukan di Solo. PORI secara resmi adalah organisasi yag mengurus dan memimpin gerakan olahraga di Indonesia, yang pada bulan Januari 1947
mengadakan konggres darurat dan memilih Mr. Widodo Sastrodiningrat sebagai Ketua PORI. susunan pengurus PORI sebagai berikut :
• Ketua Umum : Mr. Widodo Sastrodiningrat
• Wakil Ketua Umum : Dr. Marto Husodo
• Sumali Prawirosoedirdjo
• Sekretaris I : Sutardi Hardjolukito
• Sekretaris II : Sumono
• Bendahara I : Siswosoedarmo
• Bendahara II : Maladi
• Anggota : Ny. Dr. E. Rusli Joemarsono
• Ketua Bagian Sepakbola : Maladi
• Ketua Bagian Basketball (sementara) : Tonny Wen
• Ketua Bagian Atletik : Soemali Prawirosoedirdjo
• Ketua Bagian Bola Keranjang : Mr. Roesli
• Ketua Bagian Panahan : S. P. Paku Alam
• Ketua Bagian Tennis : P. Sorjo Hamidjojo
• Ketua Bagian Bulutangkis : Sudjirin Tritjondrokoesoemo
• Ketua Bagian Pencak Silat : Mr. Wongsonegoro
• Ketua Bagian Gerak Jalan : Djuwadi
• Ketua Bagian Renang (semengara) : Soejadi
• Ketua Bagian Anggar/Menembak : Tjokroatmodjo
• Ketua Bagian Hockey : G. P. H. Bintoro
• Ketua Bagian Publikasi : Moh. Soepardi
• Pada malam peresmian PORI, Presiden Soekarno sekaligus melantik Komite Olympiade
Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tugas dari KORI
sendiri adalah menangani masalah keolahragaan yang ada kaitannya dengan Olimpiade.
• Dalam gerakan olahraga nasional ini, pihak pemerintah RI telah memberikan banyak
bantuan. PORI dan KORI dimasukkan dalam pengawasan Kementerian Pembangunan dan
Pemuda, serta kepada kedua organisasi tersebut diberikan subsidi sesuai dengan
kemampuan financial pemerintah pada masa itu. Berkat bantuan pemerintah, PORI dapat
mengembangkan organisasinya; antara lain :
• 1. membangun kembali cabang-cabang olahraga yang tersebar dan tercerai-berai.
• 2. membentuk induk organisasi cabang olahraga yang belum tersusun.
• 3. menerbitkan majalah “Prndidikan Jasmani” yang bersimbol obor menyala dan lima
gelang
• 4. Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional pertama.
• Semangat olahraga nasional pada waktu itu mulai berkembang dan menyala-nyala, maka dipandang perlu untuk memupuknya. Untuk maksud
tersebut, PORI mengadakan pertemuan di Solo pada tanggal 01 Mei 1948 dan memutuskan untuk mengadakan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Kemudian ditetapkan tempat dan waktu penyelengaraan PON I di Solo pada tanggal 8 – 12 September 1948. PON I tersebut merupakan pekan olahraga
yang sangat berkesan dan merupakan tonggak sejarah keolahragaan penting bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka. Selain itu, PON I juga disebut
sebagai PON Revolusi, PON Perjuangan, PON Penyebar Semangat, dan sekaligus PON persatuan.
• Bersamaan dengan PON I, diadakan pula Kongres PORI II yang hasil keputusannya antara lain, menjadikan PON sebagai peristiwa olahraga tradisional
yang akan diselenggarakan setiap dua tahun sekali, serta menetapkan tahun 1950 sebagai tahun penyelenggaraan PON II.
• Pada tanggal 19 Desember 1949, Belanda mengadakan agresinya lagi, tetapi atas perintah PBB diadakan gencatan senjata pada bulan Agustus 1949.
setelah keamanan negara pulih kembali pada akhir 1949 dan ketenangan bangsa Indonesia tercapai, maka gerakan olahraga yang terhenti itu digiatkan
dan dikembangkan lagi. Bekal konsep-konsep yang telah dirintis dan pengalaman yang telah dimilik, dijadikan titik tolak untuk mengembangkan
olahraga dan menetapakan sistem pembinaan keolahragaan Indonesia kedalam dua arah, yaitu :
• Disamping peningkatan kondisi fisik dan mental bangsa Indonesia, di masyarakat juga ditingkatkan mutu prestasi olahraga terutama di forum
internasional. Dengan pembinaan yang terus-menerus dan tekun, Indonesia kemudian dapat juga mengikuti Olimpiade XV di Helsinki pada tahun 1952,
Olimpiade XVI Melburne tahun 1956, dan Olimpiade XVII di Roma tahun 1960. Pada pelaksanaan Olimpiade XVIII di Tokyo tahun 1964, Indonesia tidak
ikut serta dikarenakan mendapat skorsing dari International Olympic Committee (IOC). Namun pada Olimpiade berikutnya sudah dapat mengikuti lagi
karena masa skorsing dari IOC telah habis. Selain itu, Indonesia telah pula dapat mengikuti kegiatan olahraga di Asia, antara lain Asian Games I tahun
1951, 1958, dan seterusnya.
• Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang peka terhadap perkembangan sekitarnya, turut tergugah pula untuk menggiatkan olahraga. Pada
permulaan tahun 1950, meskipun jumlah perguruan tinggi sangat terbatas, mahasiswa sudahmulai mengadakan pertandingan antar sesamanya, belum
meningkat sampai antar perguruan tinggi. Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) baru dapat terlaksana untuk pertama kalinya pada tanggal 20 Desember
1951 di Yogyakarta yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PDK). Kegiatan ini dapat terlaksana berkat adanya usaha yang gigih dan ulet
Dema Universitas Gajahmada (UGM) dalam rangka Dies Natalis UGM yang kedua sehingga biaya penyelenggaraan ditanggung oleh UGM dari subsidi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada POM I ini, pesertanya merupakan utusan kota-kota besar di pulau Jawa dan hanya mempertandingkan
enam cabang olahraga. Kegiatan POM berikutnya hanya sampai POM IX tahun 1971 di Palembang, Karena tidak diperkenankan oleh menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu, Syarif Thayeb, dengan pertimbangan perlu diadakan penghemetan di bidang ekonomi dalam rangka
bangsa Indonesia memulai program Repelita.
• Maju dan berkembanganya keolahragaan di Indonesia yang diakui oleh dunia luar menjadikan Indonesia diberi suatu kepercayaan oleh negara-negara
Asia untuk menyelenggarakan Asian Games IV tahun 1962. Sebelumnya pada tahun 1961 pemerintah membentuk Komando Gerakan Olahraga
(KOGOR) untuk menganti kedudukan dari PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) sebagai pengurus gerakan olahraga di Indonesia dengan
tujuan untuk menjamin berhasilnya Asian Games IV tahun 1962 yang diselenggarakan di Indonesia. Dan terbukti bahwa Indonesia telah sukses, baik
dalam penyelenggaraan maupun dalam hal meningkatkan prestasi atlitnya. Dalam KOGOR, baik panitia penyelenggara maupun atlitnya, dimasukkan
dalam training centre (Pemusatan latihan ) yang pada waktu itu merupakan hal baru bagi Indonesia
• F. DEPORA (Departemen Olahraga)
• Agar olahraga yang bertujuan untuk membangun bangsa dan manusia Indonesia baru dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka dengan
Keputusan Presiden (Keppres) No.94 tahun 1962 tanggal 7 Maret 1962 dibentuk Departemen Olahraga (Depora) serta menterinya Maladi. Dengan
debentuknya Depora, maka jawatan Pendidikan Jasmani yang ada pada waktu itu yang bertugas sebagai aparat pemerintahan, dilebur dan dimasukkan
ke dalam Depora. Tugas, wewenang, dan lapangan kerja Depora ditetapkan dalam Keppres No.131 tahun 1962 tanggal 9 April 1962, yang antara lain
tugas pokoknya mengatur, mengkoordinasi, membimbing, mengawasi, dan dimana perlu menyelenggarakan :
• 1. Semua kegiatan dan usaha olahraga di luar maupun di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi.
• 2. Pendidikan tenaga-tenaga ahli olahraga seperti guru, pelatih, dan lain-lain
• 3. pembangunan, penggunaan, dan pemeliharaan lapangan atau bangunan olahraga.
• 4. pengiriman olahragawan atau tim olahraga ke luar negeri dan mendatangakan atau mengunadang olahragawan atau tim dari luar negeri ke
Indonesia.
• 5. Persiapan dan penyelenggaraan Asian Games IV
• 6. Kegiatan dan usaha lain di bidang olahraga baik yang bersifat nasional maupun internasional.
• • 1967
• o Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967.
• o Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.
• o Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam
Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan
ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.
• • 2005
• o Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI
menjadi KON dan KOI.
• • 2007
• o Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.
• o KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan
menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KON.
• Pada masa tahun 1966, Depora dibubarkan dan tugasnya kemudian dilaksanakan oleh lembaga setingkat direktorat jendral (dirjen). Masih
suatu kemalangan lagi yang menimpa, yaitu pada tahun 1971, instansi pusat yang langsung menangani olahraga hanya berstatus direktorat
yang dibawahi oleh Dirjen Olahraga dan Pemuda, kemudian berubah menjadi Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga.
Perubahan ini berakibat berkurangnya daya operasional karena kurangnya dukungan organisasi, dana, dan sistem pembinaannya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079/O/1975 tanggal 17 April 1975, Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah dan Olahraga mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
• a. Tugas Pokok Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga
• Tugas pokok Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga ialah melaksanakan sebagian tugas pokok
Departemen di bidang pendidikan luar sekolah dan olah raga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh mentri
• Sementara itu, berdasarkan TAP MPR No.XIV tahun 1978 yang antara lain berbunyi “ Pendidikan dan kegiatan
olahraga ditingkatkan … “ maka Presiden Soeharto mencanagkan Panji Olahraga, disusul dengan pembentukan
Kelompok Kerja (POKJA) Olahraga oleh Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat. Dengan TAP MPR No.II tahun 1985,
pendidikan jasmani dan olahraga makin ditingkatkan pengelolaannya. Pemerintah memandang perlu
mengintensifkan pengelolaan olahraga. Dan sebagai jawabannya Presiden menerbitkan Keppres No.25 tahun 1983
tentang Menteri Negara, Pemuda, dan Olahraga (Menpora) beserta tugas pokok, fungsi, dan kedudukannya. Namun,
pada masa Reformasi tahun 2000, Kantor Menpora dibubarakan. Dan sebagai gantinya, instansi yang langsung
menangani olahraga saat ini dilaksanakan oleh lembaga setingkat direktorat jendral yaitu Direktorat Jendaral
Olahraga.
• BAB III
• PENUTUP
• A. Kesimpulan
• Dari penjalasan di atas dapat kami simpulkan bahwa setelah Indonesia merdeka bangsa Indonesia mulai berbenah
diri di segala bidang termasuk bidang olahraga dan pendidikan jasmani yang mana dengan melakukan perubahan
dan penyempurnaan pada pemerintahan, sistem keolahragaan, dan badan-badan olahraga untuk menunjang
keolahragaan dan pendidikan jasmani di Indonesia. Dengan perubahan tersebut Indonesia akhirnya dapat
mengikuti pertandingan olahraga tingkat internasional. Dan selain itu, Indonesia akhirnya dipercaya untuk
menggelar event internasional (Asian Games) serta pula menggelar event olahraga ditingakat nasional (PON). Dan
dari situlah muncul atlit-atlit yang mengharumkan nama negara Iindonesia.
• B. Saran
• Dari penjelasan diatas diharapkan bagi masyarakat Indonesia untuk sekedar mengetahui sejarah olahraga setelah
bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Banyak sekali pengetahuan yang muncul pada
perkembangan keolahragaan di Indonesia yang sangat berguna khususnya bagi dunia olahraga kita sehingga dapat
dijadikan suatu acuan untuk mengembangkan olahraga dan pendidikan jasmani di Indonesia. Selain itu, bagi dunia
pendidikan sejarah olahraga setelah bangsa Indonesia merdeka dapat digunakan sebagai pelajaran berharaga bagi
para pelajar khususnya dalam pelajaran pendidikan jasmani.