Jawaban
education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
Bukan sesuatu yang mudah bagi Soekarno untuk memutuskan Indonesia sebagai tuan
rumah Ganefo. Apalagi waktu itu negeri ini tidak memiliki sarana olahraga yang
memadai. Soekarno berani membangun sebuah kompleks olahraga, di kawasan
Senayan. Pada 8 Februari 1960, Soekarno menancapkan tiang pancang Stadion
Utama Senayan menandai dimulainya pembangunan stadion sepakbola yang kelak
akan menjadi yang terbesar di Asia.
Pembangunan stadion Senayan ini menjadi puncak dari perayaan politik mercu suar
Soekarno. Kompleks Olahraga Senayan memang ide Soekarno. Proyek besar itu
dimulai pada 1958 dan fase pertama pembangunannya tuntas pada 1962, sehingga
bisa dipakai untuk penyelenggaraan Asian Games IV. Uni Soviet memberikan
pinjaman lunak senilai US$ 12,5 juta untuk pembangunan ini.
Yang diselesaikan pertama kali adalah stadion renang (selesai Juni 1961),
berkapasitas 8.000 penonton. Kemudian pada Desember 1961, selesai pula stadion
tenis yang berkapasitas 5.200 penonton. Pada Desember 1961 pula, stadion madya
dengan kapasitas 20.000 penonton juga selesai dibangun. Istora Senayan yang
berkapasitas 10.000 penonton selesai pada Mei 1962, yang kemudian digunakan
untuk pertandingan Piala Thomas.
Stadion sepakbola yang kini bernama Stadion Utama Gelora Bung Karno yang
berkapasitas 100.000 penonton selesai dibangun pada Juni 1962.
Permainan pengurus olahraga di zaman Orba, yaitu dengan sistem instruksi dan
birokrasi, telah membuat perkembangan olahraga Indonesia menjadi terhambat.
Pasalnya, pengurus olahraga seperti itu bukanlah dari orang yang memiliki hobi,
profesional, atau mau berkorban untuk olahraga. Kondisi Ini menciptakan iklim yang
tidak sehat, sehingga orang sangat bergantung pada pemerintah semata, sementara
kesejahteraan atlet tidak diperhatikan.
Saat memasuki era reformasi, sistem instruksi dan birokrasi tidak berjalan lagi dan
membuat dunia olahraga kita berjalan di tempat. Kita membutuhkan pengurus
olahraga yang berjiwa olahraga, bukan pengurus yang minta diurus sehingga
menimbulkan urusan.
Kini, setelah 10 tahun negara berada di era reformasi, seluruh aspek di keolahragaan
Indonesia akan diperhatikan di bawah payung hukum Undang Undang (UU) Sistem
Keolahragaan Nasional. UU ini bisa diibaratkan sebagai bangunan sebuah rumah
yang memiliki pondasi yang kuat.
Jika kembali ke era Soekarno, di mana saat itu ada semangat nasionalis yang tinggi
dari para atlet, pengurus, pembina, dan pemerintah, seharusnya kita yang hidup di era
reformasi ini merasa malu. Untuk itu, marilah sama-sama kita bercermin pada mereka
yang berjuang di era Soekarno. Ingat, sang juara tidak muncul tiba-tiba. Sang juara
pasti melalui proses pembinaan sejak usia belia. Di balik sang juara pasti ada
pembina, pengurus, dan pelatih, yang ikhlas bekerja untuk bangsa dan negara demi
olahraga.
3. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan
kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994. Akibatnya sebagian besar guru
menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya
dianggap sama.
Pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya harus tersusun rapi dalam sebuah program
yang sistematis dan berkelanjutan. Program tersebut diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kebugaran dan menambah tabungan
gerak. Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek
sebagai berikut:
Berikan kesempatan yang lebih luas dan merata sehingga semua semua siswa
merasakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran secara adil.
Kesempatan yang diberikan kepada setiap siswa harus sama sehingga mereka tidak
merasa di bedakan dengan siswa lain. Program yang diterapkan jangan memberikan
kesempatan yang lebih pada siswa yang mampu melakukan karena hal tersebut dapat
menimbulkan rasa kurang percaya diri pada siswa yang belum mampu melakukan.
Kesempatan yang ada diusahakan agar siswa memanfaatkannya dengan baik sehingga
penyusunan program yang baik sangat diperlukan oleh guru dalam pelaksanaannya
agar kesempatan yang diberikan tidak di gunakan dengan percuma oleh siswa.