OLEH:
NIM : 23320215
KELAS/SMSTR : F/1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia telah banyak melakukan suatu perubahan di bidang olahraga dan
pendidikan jasmaninya. Hal ini dapat kita lihat pada sejarah olahraga dan oendidikan jasmani
mulai dari ketika Indonesia merdeka sampai saat sekarang ini. Mulai dari sistem, pemerintahan,
dan badan-badan yang menangani bidang olahraga dan pendidikan jasmani. Perubahan tersebut
sudah tidak mengacu lagi pada hal yang dilakukan oleh penjajah bangsa Indonesia, tetapi telah
merupakan perubahan yang berasal dari pemikiran rakyat Indonesia sendiri.
Dengan perubahan yang dilakukan bangsa Indonesia pada olahraga dan pendidikan
jasmani inilah yang akhirnya menjadikan Indonesia dapat mengikuti perhelatan olahraga
internasional seperti Olimpiade dan Asian Games. Disamping itu, Indonesia juga telah mulai
intensif dalam mengembangkan kemampuan para atlitnya. Indonesia pun akhirnya oleh negara
lain dipandang sebagai negara yang olaharaganya meningkat dengan pesat dan implikasinya,
Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games IV. Selain dapat menggelar event
internasional, Indonesia juga telah mulai merintis event olahraga tingkat nasional seperti PON
(Pekan Olahraga Nasional yang mana ditujukan untuk mencari para atlit berprestasi yang akan
diikutsertakan pada event internasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAAN
Dalam susunan pemerintahan atau Kabinet Republik Indonesia yang pertama yang
dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 di Jakarta, terdapat Kementerian Pendidikan dan
Pengajaran. Kementerian ini bertindak sebagai wakil pemerintah yang bertugas untuk :
mengusahakan rehabilitasi fisik dan mental bangsa Indonesia yang telah rusak selama
masa penjajahan.
Mengingat suasana pada waktu itu semakin panas dan kekacauan terjadi di seluruh kota
Jakarta, maka pusat pemerintahan RI dipindah ke Jogjakarta. Namun Jogjakarta tidak mampu
menampung semua kementerian sehingga kota-kota di sekitarnya yang menampungnya.
Kementerian Pendidikan dan Pengajaran berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan sebagai akibat dari terbentuknya Kabinet RI yang kedua pada
tanggal 14 Nopember 1945. Dan dari kota inilah (Jogjakarta) Kementerian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan menyusun dan mengkoordinasi kembali kegiatan-kegiatan dengan
membentuk inspeksi-inspeksi, termasuk di dalamnya yaitu Inspeksi Pendidikan Jasmani.
B. PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia)
Pada tahun 1947, GELORA dan DJAWA TENGO TAI IKU KAI pada waktu itu
meleburkan diri bersama-sama menjadi Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang
berkedudukan di Solo. PORI secara resmi adalah organisasi yag mengurus dan memimpin
gerakan olahraga di Indonesia, yang pada bulan Januari 1947 mengadakan konggres darurat dan
memilih Mr. Widodo Sastrodiningrat sebagai Ketua PORI. susunan pengurus PORI sebagai
berikut :
Sumali Prawirosoedirdjo
Sekretaris II : Sumono
Bendahara I : Siswosoedarmo
Bendahara II : Maladi
Pada malam peresmian PORI, Presiden Soekarno sekaligus melantik Komite Olympiade
Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tugas dari
KORI sendiri adalah menangani masalah keolahragaan yang ada kaitannya dengan Olimpiade.
Dalam gerakan olahraga nasional ini, pihak pemerintah RI telah memberikan banyak
bantuan. PORI dan KORI dimasukkan dalam pengawasan Kementerian Pembangunan dan
Pemuda, serta kepada kedua organisasi tersebut diberikan subsidi sesuai dengan kemampuan
financial pemerintah pada masa itu. Berkat bantuan pemerintah, PORI dapat mengembangkan
organisasinya; antara lain :
menerbitkan majalah “Prndidikan Jasmani” yang bersimbol obor menyala dan lima
gelang
Semangat olahraga nasional pada waktu itu mulai berkembang dan menyala-nyala, maka
dipandang perlu untuk memupuknya. Untuk maksud tersebut, PORI mengadakan pertemuan di
Solo pada tanggal 01 Mei 1948 dan memutuskan untuk mengadakan Pekan Olahraga Nasional
(PON). Kemudian ditetapkan tempat dan waktu penyelengaraan PON I di Solo pada tanggal 8 –
12 September 1948. PON I tersebut merupakan pekan olahraga yang sangat berkesan dan
merupakan tonggak sejarah keolahragaan penting bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka.
Selain itu, PON I juga disebut sebagai PON Revolusi, PON Perjuangan, PON Penyebar
Semangat, dan sekaligus PON persatuan.
Bersamaan dengan PON I, diadakan pula Kongres PORI II yang hasil keputusannya
antara lain, menjadikan PON sebagai peristiwa olahraga tradisional yang akan diselenggarakan
setiap dua tahun sekali, serta menetapkan tahun 1950 sebagai tahun penyelenggaraan PON II.
Pada tanggal 19 Desember 1949, Belanda mengadakan agresinya lagi, tetapi atas perintah
PBB diadakan gencatan senjata pada bulan Agustus 1949. setelah keamanan negara pulih
kembali pada akhir 1949 dan ketenangan bangsa Indonesia tercapai, maka gerakan olahraga yang
terhenti itu digiatkan dan dikembangkan lagi. Bekal konsep-konsep yang telah dirintis dan
pengalaman yang telah dimilik, dijadikan titik tolak untuk mengembangkan olahraga dan
menetapakan sistem pembinaan keolahragaan Indonesia kedalam dua arah, yaitu :
Disamping peningkatan kondisi fisik dan mental bangsa Indonesia, di masyarakat juga
ditingkatkan mutu prestasi olahraga terutama di forum internasional. Dengan pembinaan yang
terus-menerus dan tekun, Indonesia kemudian dapat juga mengikuti Olimpiade XV di Helsinki
pada tahun 1952, Olimpiade XVI Melburne tahun 1956, dan Olimpiade XVII di Roma tahun
1960. Pada pelaksanaan Olimpiade XVIII di Tokyo tahun 1964, Indonesia tidak ikut serta
dikarenakan mendapat skorsing dari International Olympic Committee (IOC). Namun pada
Olimpiade berikutnya sudah dapat mengikuti lagi karena masa skorsing dari IOC telah habis.
Selain itu, Indonesia telah pula dapat mengikuti kegiatan olahraga di Asia, antara lain Asian
Games I tahun 1951, 1958, dan seterusnya.
Maju dan berkembanganya keolahragaan di Indonesia yang diakui oleh dunia luar
menjadikan Indonesia diberi suatu kepercayaan oleh negara-negara Asia untuk
menyelenggarakan Asian Games IV tahun 1962. Sebelumnya pada tahun 1961 pemerintah
membentuk Komando Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk menganti kedudukan dari PORI
(Persatuan Olahraga Republik Indonesia) sebagai pengurus gerakan olahraga di Indonesia
dengan tujuan untuk menjamin berhasilnya Asian Games IV tahun 1962 yang diselenggarakan di
Indonesia. Dan terbukti bahwa Indonesia telah sukses, baik dalam penyelenggaraan maupun
dalam hal meningkatkan prestasi atlitnya. Dalam KOGOR, baik panitia penyelenggara maupun
atlitnya, dimasukkan dalam training centre (Pemusatan latihan ) yang pada waktu itu merupakan
hal baru bagi Indonesia.
Agar olahraga yang bertujuan untuk membangun bangsa dan manusia Indonesia baru
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.94
tahun 1962 tanggal 7 Maret 1962 dibentuk Departemen Olahraga (Depora) serta menterinya
Maladi. Dengan debentuknya Depora, maka jawatan Pendidikan Jasmani yang ada pada waktu
itu yang bertugas sebagai aparat pemerintahan, dilebur dan dimasukkan ke dalam Depora. Tugas,
wewenang, dan lapangan kerja Depora ditetapkan dalam Keppres No.131 tahun 1962 tanggal 9
April 1962, yang antara lain tugas pokoknya mengatur, mengkoordinasi, membimbing,
mengawasi, dan dimana perlu menyelenggarakan :
1) Semua kegiatan dan usaha olahraga di luar maupun di lingkungan sekolah atau
perguruan tinggi.
4) pengiriman olahragawan atau tim olahraga ke luar negeri dan mendatangakan atau
mengunadang olahragawan atau tim dari luar negeri ke Indonesia.
Pada tahun 1964 Indonesia membentuk Dewan Olahraga Indonesia (DORI), sebagai
ganti dari KOGOR. Karena DORI ternyata tidak sesuai dengan kehendak masyarakat olahraga
Indonesia, maka pada tanggal 31 Desember 1966 secara resmi dibentuk Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI). Selanjutnya untuk meresmikan sebagai lembaga, diterbitkan
Keppres No.57 tahun 1967 tanggal 25 April 1967, antara lain menetapkan :
1) 1946
2) 1947
3) 1951
4) 1952
KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11
Maret.
5) 1959
6) 1961
7) 1962
8) 1964
9) 1965
10) 1966
Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun
1966 tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi
karena tidak didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.
Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri
Sultan Hamengkubuwono IX.
11) 1967
Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI
kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan
Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.
Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar.
Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional
(Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan
tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui
KONI sebagai NOC Indonesia.
12) 2005
Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.
13) 2007
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007
sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.
KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang
membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC
Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak
diubah menjadi KON.
Pada masa tahun 1966, Depora dibubarkan dan tugasnya kemudian dilaksanakan oleh
lembaga setingkat direktorat jendral (dirjen). Masih suatu kemalangan lagi yang menimpa, yaitu
pada tahun 1971, instansi pusat yang langsung menangani olahraga hanya berstatus direktorat
yang dibawahi oleh Dirjen Olahraga dan Pemuda, kemudian berubah menjadi Dirjen Pendidikan
Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Perubahan ini berakibat berkurangnya daya operasional
karena kurangnya dukungan organisasi, dana, dan sistem pembinaannya. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079/O/1975 tanggal 17 April 1975,
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga mempunyai tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut:
a. Tugas pokok Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga ialah
melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen di bidang pendidikan luar sekolah dan
olah raga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh mentri
Sementara itu, berdasarkan TAP MPR No.XIV tahun 1978 yang antara lain berbunyi“
Pendidikan dan kegiatan olahraga ditingkatkan … “ maka Presiden Soeharto mencanagkan Panji
Olahraga, disusul dengan pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Olahraga oleh Menko Bidang
Kesejahteraan Rakyat. Dengan TAP MPR No.II tahun 1985, pendidikan jasmani dan olahraga
makin ditingkatkan pengelolaannya. Pemerintah memandang perlu mengintensifkan pengelolaan
olahraga. Dan sebagai jawabannya Presiden menerbitkan Keppres No.25 tahun 1983 tentang
Menteri Negara, Pemuda, dan Olahraga (Menpora) beserta tugas pokok, fungsi, dan
kedudukannya. Namun, pada masa Reformasi tahun 2000, Kantor Menpora dibubarakan. Dan
sebagai gantinya, instansi yang langsung menangani olahraga saat ini dilaksanakan oleh lembaga
setingkat direktorat jendral yaitu Direktorat Jendaral Olahraga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjalasan di atas dapat kami simpulkan bahwa setelah Indonesia merdeka bangsa Indonesia
mulai berbenah diri di segala bidang termasuk bidang olahraga dan pendidikan jasmani yang mana
dengan melakukan perubahan dan penyempurnaan pada pemerintahan, sistem keolahragaan, dan badan-
badan olahraga untuk menunjang keolahragaan dan pendidikan jasmani di Indonesia. Dengan perubahan
tersebut Indonesia akhirnya dapat mengikuti pertandingan olahraga tingkat internasional. Dan selain itu,
Indonesia akhirnya dipercaya untuk menggelar event internasional (Asian Games) serta pula menggelar
event olahraga ditingakat nasional (PON). Dan dari situlah muncul atlit-atlit yang mengharumkan nama
negara Iindonesia.
B. Saran
Dari penjelasan diatas diharapkan bagi masyarakat Indonesia untuk sekedar mengetahui sejarah
olahraga setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Banyak sekali
pengetahuan yang muncul pada perkembangan keolahragaan di Indonesia yang sangat berguna khususnya
bagi dunia olahraga kita sehingga dapat dijadikan suatu acuan untuk mengembangkan olahraga dan
pendidikan jasmani di Indonesia. Selain itu, bagi dunia pendidikan sejarah olahraga setelah bangsa
Indonesia merdeka dapat digunakan sebagai pelajaran berharaga bagi para pelajar khususnya dalam
pelajaran pendidikan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyoko. 2003. Sejarah Olahraga dan Perkembangan Pendidikan Jasmani. Malang : Elang Emas.
http://www.JugaGuru.com
http://www.koni.or.id/indek.php/section/koni/chapter/histori/title/Sejarah
http://safarila.blogspot.com
http://deniawan.wordpress.com/2007/05/03/sejarah-lahirnya-pekan-olahraga-nasional-pertama/