Anda di halaman 1dari 3

Dasar-Dasar Gerak Atletik

Pertandingan atletik pada waktu itu hanya diperuntukkan


untuk kaum laki-laki saja dan wanita wanita mulai diperbolehkan
ikut pertandingan atletik di olympiade modern, 30 puluh tahun
kemudian, tahun 1928 di Amsterdam.

3. Atletik Indonesia Masa Penjajahan Belanda dan Jepang


Atletik di Indonesia disebarluaskan oleh bangsa Belanda
pada tahun 1930. Namun, penyebaran atletik ini masih terbatas
pada daerah atau kota-kota besar, seperti, Jakarta, Surabaya, dan
Bandung, sehingga masyarakat di daerah lain, khususnya pedesaan
atau perkampungan tidak banyak mengenalnya.
Terbatasnya penyebaran olahraga ini, karena bangsa Belanda
hanya mengenalkan atletik di kalangan anak-anak sekolah dan
kalangan militer dan bertujuan untuk pembinaan kebugaran
jasmani. Dan, ini pun hanya sebagai kelengkapan pendidikan.
Jadi, bukan untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi
olahraga atletik di Indonesia.
Organisasi atletik pertama di Indonesia didirikan pada tanggal
21 Juli 1917 dengan nama NIAU (Nederlands Indische Athletiek
Unie). Dengan berdirinya organisasi tersebut, maka setiap tahun
selalu diadakan pertandingan atletik. Salah satu atlet ternama pada
waktu itu adalah Noerbambang untuk nomor lari 100 m (10.8
det.), Soetantio Singgih untuk nomor lompat tinggi (1.80 m),
Harun Al Rasyid nomor lompat jauh (7.03 m).
Kegiatan olahraga mulai berkembang pada zaman pendudukan
Jepang di Indonesia dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945.
Jepang mewajibkan semua pegawai, pelajar, dan mahasiswa untuk
mengikuti gerakan senam setiap pagi melalui radio yang dikenal
dengan nama “Taiso”. Demikian juga dengan kegiatan atletik
mendapatkan perhatian dari pemerintah Jepang, khususnya

8 | Eddy Purnomo & Dapan


Pendahuluan

kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari kegiatan


setiap akhir tahun selalu ada perlombaan atletik untuk kalangan
pelajar dan mahasiswa.
Satu-satunya wadah untuk menampung semua kegiatan
olahraga yang sifatnya nasional pada waktu itu termasuk atletik,
didirikanlah organisasi olahraga yang bernama ISI (Ikatan Sport
Indonesia). Salah satu kegiatan pertama kali dilakukan oleh
ISI adalah pekan olahraga di lapangan IKADA (Ikatan Atletik
Djakarta) yang diikuti oleh atlet-atlet yang berasal dari pulau Jawa.
Atlet terkenal pada waktu itu, antara lain, Bram Matulessi untuk
nomor lempar lembing dan Sutrisno untuk Pancalomba.

4. Atletik Setelah Indonesia Merdeka


Keolahragaan di Indonesia semakin maju dan berkembang
setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada
tanggal 17 agustus 1945, meskipun situasi dan kondisi pada waktu
itu masih belum stabil dan belum mendukung. Tetapi semangat
bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dalam kegiatan
olahraga khususnya, tidak pernah padam. Hal ini terlihat dari
semangat para pelajar dan mahasiswa untuk tetap melakukan
latihan.
Pada bulan Januari 1946 diselenggarakan kongres untuk
menghidupkan kembali keolahragaan di Indonesia yang
berlangsung di Kota Solo. Dari hasil kongres tersebut lahirlah
PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) yang mewadahi
seluruh kegiatan keolahragaan di Indonesia. Langkah pertama
yang dilakukan oleh PORI untuk membangkitkan semangat
keolahragaan di Indonesia adalah menyelenggarakan PON I pada
tahun 1948 di kota Solo.

Eddy Purnomo & Dapan | 9


Dasar-Dasar Gerak Atletik

Tujuan diselenggarakannya PON I tahun 1948 adalah


mempersatukan seluruh kegiatan olahraga dalam suatu pertemuan
besar, juga sebagai latihan untuk menyelenggarakan olimpiade, jika
kelak mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional.
Bertitik tolak pada penyelenggaraan PON I di Solo, para
tokoh Atletik Indonesia berkumpul di Semarang pada tanggal 3
September 1950 untuk membentuk organisasi atletik Indonesia
yang menampung semua kegiatan atletik di seluruh Indonesia.
Organisasi ini bernama PASI (Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia).***

10 | Eddy Purnomo & Dapan

Anda mungkin juga menyukai