Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tasya Amanda Putri

Kelas : 12 IPS 2
Absen : 34
Mapel : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

“SEJARAH PERMAINAN BULU TANGKIS”

Sejarah Penemuan Bulu Tangkis

Ada dua pendapat yang beredar mengenai asal mula permainan bulu tangkis yakni di
Mesir Kuno (sekitar 2000 tahun yang lalu) dan dari daratan Tionghoa. Di daratan Tionghoa atau
Republik Rakyat Tiongkok, bulu tangkis berasal dari permainan rakyat setempat yang bernama
Jianzi. Namun pada permainan Jianzi tidak menggunakan raket tetapi hanya
kok (shuttlecock) saja. Adapun peraturan dasar dari permainan Jianzi ini sama halnya dengan
aturan permainan bulu tangkis yakni menjaga agar kok tidak jatuh menyentuh tanah/lantai
selama mungkin.
Kemudian pada zaman pertengahan di Inggris juga terdapat sebuah permainan tradisional
yang banyak dimainkan oleh anak-anak di negara tersebut yang bernama “Battledore and
Shuttlecock”. Permainan itu menggunakan tongkat dan menjaga kok tetap di udara tanpa boleh
menyentuh tanah/lantai yakni dengan cara dipukul terus-menerus selama mungkin.
Sementara di Indonesia, bulu tangkis mulai dikenal dikenal oleh masyarakat pada 1930-
an. Pada masa itu, cabang olahraga bulu tangkis ini bernaung dibawah perkumpulan yang diberi
nama Ikatan Sport Indonesia (ISI). Kemudian permainan bulu tangkis mulai ditinggalkan ketika
negara Indonesia menghadapi masa. Hingga pada akhirnya bulu tangkis ini kembali hidup ketika
Indonesia telah merdeka dan mulai berkembang pada tahun 1947.
Sejarah Perkembangan Bulu Tangkis di Dunia

Bulu tangkis atau yang sekarang lebih dikenal dunia dengan sebutan badminton mulai
berkembang dan dikenal oleh masyarakat dunia pada abad ke-17. Kata badminton sendiri berasal
dari sebuah nama tempat atau lebih tepatnya nama istana yang terletak di daerah Gloucester-
shire sekitar 200 kilometer sebelah barat kota London, Inggris yaitu “Badminton House”.
Mereka adalah keluarga Duke of Beafourt merupakan pemilik istana ini. Keluarga ini
sering mengadakan perlombaan bulu tangkis di kawasan istana. Pada mulanya mereka
mengadakan perlombaan yang sama dengan permainan Battledore and Shuttlecock yang beredar
di masyarakat Inggris pada umumnya. Namun kemudian anak-anak dari keluarga Duke of
Beafourt melakukan sedikit improvisasi pada permainan ini yaitu dengan memasang sebuah tali
di tengah-tengah antara area permainan kedua pemain yang bertanding. Tali inilah yang menjadi
cikal bakal tercipta net dalam permainan bulu tangkis.
Pada akhir tahun 1850-an permainan Battledore and Shuttlecock variasi baru ciptaan
keluarga Duke of Beafourt yakni dengan menggunakan tali berkembang pesat. Kemudian
puncaknya yaitu pada tahun 1960, melalui sebuah pamflet yang ditulis oleh Isaac Spraat. Dalam
pamflet ini Isaac Spraat menuliskan “Badminton Battledore a New Game”  dan pada pamflet
inilah revolusi baru dari permainan Battledore and Shuttlecock dan digunakannya istilah
Badminton sebagai nama baru dari permainan itu pertama kali diceritakan pada masyarakat luas.
Kemudian Badminton House dijadikan sebagai nama dunia/internasional dari bulu
tangkis, karena di istana inilah permainan bulutangkis pertama kalinya dimainkan oleh
masyarakat kalangan atas. Badminton House menjadi saksi sejarah dan tempat awal dikenalnya
bulu tangkis oleh seluruh dunia.
Organisasi Bulu Tangkis Dunia

Induk organisasi yang menaungi cabang olahraga bulutangkis untuk tingkat dunia
adalah International Badminton Federation (IBF). IBF pertama kali berdiri pada tahun 1934.
Ada 9 negara yang merupakan pelopor dari terbentuknya organisasi ini, yaitu :
1. Inggris
2. Irlandia
3. Skotlandia
4. Wales
5. Denmark
6. Belanda
7. Kanada
8. Selandia Baru
9. Perancis

Kemudian pada tahun 1936, India bergabung dalam organisasi ini sebagai afiliat. Pada
tanggal 24 September 2006 International Badminton Federation (IBF) berganti nama
menjadi  Badminton World Federation (BWF)  melalui pertemuan organisasi yakni Extraordinary
General Meeting yang diadakan di Spanyol. Keputusan ini diambil melalui pengambilan suara
terbanyak (voting) dan hasilnya sebanyak 206 delegasi yang hadir saat pertemuan itu sepakat
untuk pergantian nama tersebut.
Hingga saat ini Badminton World Federation (BWF)  telah berdiri selama 82 tahun dan telah
memiliki 186 negara anggota yang terdaftar. Kepengurusan BWF sendiri terdiri atas 5 tingkatan
kepengurusan, yaitu : Executive Board, BWF Council, BWF Committees, BWF Commissions,
dan Management Team.
Kantor pusat BWF berada di negara Malaysia, tepatnya di Gedung Amoda Unit 17.05 Lantai 17,
22 Jalan Imbi – 55100 Kuala Lumpur.
Sejarah Perkembangan Bulu Tangkis di Indonesia
Di Indonesia permainan bulu tangkis mulai
diperhitungkan dan berkembang ketika adanya
kesadaran dari pemerintah dan masyarakat bahwa
bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga
yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Sejak itulah mulai didirikan berbagai perkumpulan
yang menaungi olahraga bulu tangkis. Dan kemudian
mulai diselenggarakan berbagai perlombaan dan
kejuaraan tingkat daerah dan nasional.
Perkembangan nyata olahraga bulu tangkis di
Indonesia terjadi pada tahun 1948 yakni dengan
diadakan dan dimasukkannya bulu tangkis sebagai salah satu cabang olahraga yang yang
dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang diadakan di Surakarta (kini Solo).
Pekan Olahraga Nasional atau PON ini diikuti oleh berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Kemudian hal ini berlanjut dan semakin berkembang pada masa tahun 1950-an dengan mulai
diselenggarakannya berbagai perlombaan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti
Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi baik antar perkumpulan, kabupaten/kota, propinsi
hingga tingkat nasional.
Bulu tangkis Indonesia semakin berkembang pesat dengan kampanye yang disuarakan
oleh Presiden Indonesia saat itu yakni Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengkampanyekan
“Nation Building” yaitu gerakan untuk membangun bangsa, dan pelaku-pelaku olahraga
termasuk sebagai salah satu pemain utama dalam gerakan ini. Presiden Soekarno memberikan
pengarahan dan kobaran semangat pada pelaku-pelaku olahraga ini agar menjadikan olahraga
sebagai sarana untuk mengenalkan negara Indonesia ke hadapan dunia internasional dan
berjuang keras agar Indonesia mampu menciptakan sebuah prestasi di tingkat dunia.
Harapan dari Presiden Soekarno ini kemudian dituangkan dalam Kepres No. 263/1963
yang isinya menyangkut tentang upaya dan harapannya untuk mencanangkan Indonesia dapat
masuk dalam peringkat 10 besar tingkat dunia. Harapan dan impian Presiden Soekarno ini mulai
terjawab pada tahun 1958, yakni ketika Indonesia mengikuti ajang piala Thomas atau Thomas
Cup (untuk putra) yang diselenggarakan di Singapura. Pada awalnya pemain Indonesia
diremehkan oleh para pemain dari negara lain karena waktu itu adalah kali pertama Indonesia
mengikuti ajang tingkat internasional tersebut, dan merupakan tim yang tidak diperhitungkan.
Tim bulu tangkis Indonesia yang masih ‘anak bawang’ dalam kejuaraan tingkat
internasional dianggap tidak akan mampu bersaing dengan tim bulu tangkis terkuat pada masa
itu (tahun 1950-an) yakni Amerika, Malaysia, Denmark, Inggris dan Thailand. Namun pemain
dari tim bulu tangkis Indonesia mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Hal ini dibuktikan
dengan keberhasilan dua orang atlet bulu tangkis Indonesia dari kategori tunggal putra maju ke
babak final. Dan yang lebih membanggakan lagi, mereka menciptakan suatu keadaan dimana
kedua pemain yang bertanding di babak final berasal dari satu negara yakni Indonesia atau yang
dikenal dengan istilah “All Indonesian Final”.
Organisasi Bulut Tngkis Indonesia

Perkumpulan bulu tangkis pertama di Indonesia adalah Persatuan Olahraga Republik


Indonesia (PORI) yang berdiri pada tanggal 20 Januari 1947. Kantor pusat PORI berada di
Yogyakarta dan Tri Tjondrokusumo dilantik sebagai ketua PORI. Pada zaman pemerintahan
Belanda, perkumpulan bulu tangkis ini diberi nama Bataviasche Badminton Leaque (BBL) dan
kemudian dipecah menjadi Bataviasche Badminton Unie (BBU). Mayoritas anggota BBU adalah
rakyat keturunan Tionghoa, yang pada masa itu memiliki kesadaran nasional lebih tinggi jika
dibandingkan dengan rakyat pribumi Indonesia. Kemudian para anggota BBU ini merubah nama
organisasi mereka menjadi Persatuan Badminton Djakarta (Perbad) dan Tjoang Seng Tiang
dipilih sebagai ketua organisasi.
Pada tahun 1949, Perbad melakukan pertemuan dan jajak pendapat dengan beberapa
tokoh-tokoh dalam olahraga bulutangkis, yakni Sudirman Liem Soei Liong, E. Sumantri, Ramli
Rakin, Ang Bok Sun, dan Khow Dji Hoe. Pertemuan ini diadakan untuk membahas dan
menentukan langkah dalam rangka memperluas jangkauan organisasi ini hingga seluruh wilayah
negara Republik Indonesia. Pada tanggal 5 Mei 1951, Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia
atau yang lebih dikenal dengan PBSI resmi berdiri di Bandung. Adapun susunan pengurus PBSI
pada masa berdirinya, adalah sebagai berikut :
 Ketua Umum : A. Rochdi Partaatmadja
 Ketua I : Soedirman
 Ketua II : Tri Tjondrokoesoemo
 Sekretaris I : Amir
 Sekretaris II : E. Soemantri
 Bendahara I : Rachim
 Bendahara II : Liem Soei Liong
PBSI merupakan kepengurusan organisasi bulu tangkis Indonesia tingkat pusat. Dibawah
kepengurusan tingkat pusat ini terdapat dua kepengurusan lagi, yaitu : Pengda (Pengurus Daerah)
untuk tingkat propinsi dan Pengcab (Pengurus Cabang) untuk tingkat kota/kabupaten. Hingga
akhir bulan Agustus tahun 1977 telah tercatat sebanyak 26 Pengda dan 224 Pengcab yang
tersebar di seluruh Indonesia, dan terdapat lebih kurang 2000 perkumpulan dari seluruh wilayah
Indonesia terdaftar menjadi anggota PBSI. Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau PBSI
terdaftar secara resmi sebagai anggota IBF pada tahun 1953. Masa jabatan dari ketua umum
PBSI adalah selama 4 tahun

Anda mungkin juga menyukai