Anda di halaman 1dari 33

MINI RISET

“Kepemimpinan IMKA UNIMED”

Nama / Nim :

Aldy Wahyu Putra / 5182230001

Benget J Silitonga / 5183230007

Martin R Parhusip / 5181230006

PebriKrisdionSaputra Padang / 5183230008

Dosen : Dr.EkaDaryanto,MT

Nama Mata Kuliah : Kepemimpinan

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Prodi Teknik Elektro (S-1)

Semester 1

2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya Mini
Riset ini dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini membahas mengenai
Kepemimpinan IMKA UNIMED, suatu materi yang seringkali dibahas dalam pelajaran
kepemimpinan.

Dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,Dimana tujuan kami membuat makalah berisikan tema tersebut adalah untuk
memperdalam pengertian serta pemahaman kita khususnya serta masyarakat umumnya yang
akan membaca makalah yang disusun ini. Dimana makalah ini menjadi tugas kami sebagai
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kepemimpinan.

Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini,

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Oleh sebab itu, penulis pada kesempatan ini
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat kedepannya saya ucapkan banyak
terima kasih.

Medan, 02November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A LatarBelakangMasalah
B IndentifikasiMasalah
C BatasanMasalah
D Rumusan Masalah

F Tujuan Survey

G Manfaat Survey

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE SURVEY

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VPENUTUP(KESIMPULAN)

A Kesimpulan

B Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, yang setiap sukunya mempunyai
karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara lain dalam hal kebiasaan, gaya
hidup, adat istiadat, dan keyakinan. Perbedaan karakteristik tersebut menjadi hal yang
menarik untuk dipelajari. Perbedaan itu dapat dilihat diantaranya ketika seorang siswa lulusan
Sekolah Menengah Atas (SMA) melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,
yaitu Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi merupakan salah satu tujuan bagi lulusan SMA
yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka yang ingin
kuliah akan menjadi calon mahasiswa di universitas yang sesuai dengan kriteria yang mereka
inginkan.
Salah satu suku yang dimaksud adalah suku Batak Karo. Suku Batak Karo merupakan
salah satu suku Batak. Suku Karo memiliki adat istiadat, moral, hukum, kekeluargaan yang
erat antar sesama suku. Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu
wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo), yaitu Kabupaten Karo. Suku ini juga
memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo.
Pembangunan suatu bangsa dan daerah sangat dipengaruhi oleh pemuda karena pemuda
merupakan motor penggerak dan pengawas proses pembangunan. Mengutip pendapat Bung
Karno: “Berikan aku 10 pemuda akan kuguncang Dunia.” Dari pendapat Bung Karno ini
dapat diartikan pemuda merupakan motor utama yang bisa mengubah dunia.
Untuk mendapatkan pengetahuan dalam rangka pembangunan maka pemuda/ pemudi
menimba ilmu ke Perguruan Tinggi. Dunia kampus identik dengan berbagai kegiatan extra
mahasiswa di luar kampus seperti organisasi mahasiswa. Banyak organisasi yang berdiri
dibangun oleh mahasiswa di kampus, baik yang organisasi extra dan intra. Setiap mahasiswa
Karo yang berasal dari universitas yang berbeda ini memiliki unit kegiatan yang diberi nama
IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo). Unit kegiatan ini adalah tempat berkumpulnya mahasiswa
Karo untuk membentuk suatu keluarga di daerah perantauan dan mempelajari lebih dalam
mengenai budaya Karo. Beberapa mahasiswa Karo aktif dalam unit kegiatan IMKA di
kampusnya karena mereka memiliki banyak teman yang ikut tergabung dengan kegitan ini
Mahasiswa Karo ada juga yang pasif dengan unit kegiatan ini karena tempat
berkumpulnya jauh dengan daerah tempat tinggalnya.
Beberapa kampus di Indonesia memiliki IMKA dan organisasi mahasiswa Karo lainnya.
Pada dasarnya IMKA mempunyai tujuan untuk menghimpun mahasiwa/ mahasiswi Karo
yang menimba ilmu yang jauh dari kampung halaman untuk bersatu dan melakukan berbagai
kegiatan membangun  taneh kemulihen (Taneh Karo Simalem) dan membentuk wadah ikatan
kekeluargaan untuk memajukan organisasi dalam rangka pelatihan karakter kepemimpinan,
mencinta budaya Karo serta peduli dan mau membangun kuta kemulihen.
IMKA seharusnya dapat menjadi motor penggerak pembangunan daerah Tanah Karo
(Kabupaten Langkat, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Karo, Kota Medan, Kota Binjai,
Simalungen Atas Sebagian besar Dairi, dan sebagian besar daerah Aceh Tenggara).
Kita sering sekali bingung memilih bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang
baik dalam memimpin sebuah organisasi. Misalnya dari segi memimpin, mengambil
keputusan, melakukan kebijakan- kebijakan dan perarturan yang dibuat dalam sebuah
organisasi serta gaya memimpin seseorag yang tepat sehingga organisasi berjalan lancar.
Oleh karena itu, penulis membuat sebuah Mini Research Pengaruh Gaya Kepemimpinan
terhadap Kinerja Anggota dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa Karo ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih gaya kepemimpinan yang cocok diterapkan dalam organisasi yang
ingin di pimpin atau pembaca bisa menjadi anggota yang mengetahui bagaimana seorang
ketua dalam memimpin sebuah organisasi.
B. Indentifikasi Masalah
1. Sejarah berdirinya ikatan Mahasiswa Karo Rudang Mayang
2. Program ikatan mahasiswa karo Rudang Mayang
3. Peranan Ikatan Mahasiswa Karo pada gaya kepemimpinan
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang akan dibahas, sehingga dalam hal ini mengharuskan
peneliti untuk membatasi masalah yang ada agar penulis ilmiah ini dapat lebih terarah sesuai
dengan tujuan dari penelitian dilakukan .Maka batasan masalah pada penelitian ini “Gaya
kepemimpinan dalam Ikatan Mahasiswa Karo”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap perkembangan organisasi rudang
mayang adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin
sebuah organisasi?
3. Apa yang seharusnya seorang pemimpin lakukan dalam mengkoordinasi kinerja
anggota didalam organisasi?

E. Tujuan Survey
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan survey ini adalah :
1. Menambah wawasan tentang gaya kepemimpinan seorang pemimpin organisasi dalam
memimpin organisasi.
2. Menguatkan kemampuan dalam melakukan analisis pengamatan terhadap gaya
kepemimpinnan seseorang.

F. Manfaat Survey
Hasil dari surveykecil ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Untuk mengetahui banyak hal tentang teori maupun penerapan tentang gaya
kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi.
2. Dapat mengetahui pengaruh gaya memimpin seorang pemimpin terhadap kinerja
anggota organisasi.
3. Dapat mengetahui bagaimana seorang pemimpin organisasi dalam mengkoordinasi
kinerja anggota organisasi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori kepemimpinan
1. Definisi kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan
pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan yang nyata yang menerminkan tujuan
bersamanya (Josheph C.Rost.,1993). “Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang
paling mudah diobserfasi,tetapi menjadi salah satu yang paling sulit untuk
dipahami”.Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah uang kompleks dan
sulit,karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks.
2. Karakteristik Kepemimpinan
1. Menyikapkan diri
2. Wawasan
3. Tanggung jawab pribadi
4. Agen perubahan
5. Pengembang
6. Pemegang saham
7. Ketrampilan mengatasi stres
8. Ekspresi
9. Menjinakan anomi organisasi
10. harmoni
3. Perbedaan Pemimpin dan Manajer
Kepemimpinan tidak dapat menggantikan peran manajemen , kepemimpinan harus
ditempatkan sebagai tambahan bagi fungsi manajemen.Manajemen tanpa kepemiminan
hanya akan menjadikan organisasi bersifat mekanistis dan kaku.Kepemimpinan tanpa
manajemen akan menjadikan organisasi tidak efektif dan kehilangan arah.Keduanya
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain.Perbedaan pemimpin dan
manajemen tersimpulkan satu persatu dibawah ini.
1. ARAH DAN TUJUAN
Manajemen lebih berfokus menciptakan rencana-rencana secara detail,jadwal-jadwal,
untuk tujuan yang khusus, kemudian mengalokasikan sumberdaya untuk
mencapainya.Kepemimpinan lebih banyak memandang pada horizon yang diperluas dan
menekankan hasil-hasil jangka panjang.
2. TUGAS DAN KEWAJIBAN
Manajemen mengorganisasikan sebuah struktur untuk mencapai rencana kerja,
menempatkan struktur tersebut dengan orang-orang yang cakap,mengembangkan kebijakan
dan sistem untuk mengarahkan karyawan,dan memonitor proses pernerapan rencana yang
telah dibuat.
Kepemimpinan lebih menekankan bagaimana mengkomunikasikan visi dan
mengembangkan budaya yang dimiliki bersama dan menyusun seperangkat nilai-nilai pokok
didalam organisasi yang menjadi pedoman untukmecapai tujuan tertiinggi organisasi.
3. HUBUNGAN DAN INTERAKSI
Jika manajer berpikir dan menemptkan diri mereka sebagai supervisor dan bos,pemimpin
sebaliknya menempatkan diri sebagai pelatih,fasilitator, akseletator dan pelayanan bagi
bawahan.
4. KUALITAS PERSONAL PEMIMPIN dan Manajer
Kepemimpinan mempunyai kualitas personal halus yang agak sulit dilihat,tetapi agak
sulit dilihat,tetapi sangat berpengaruh.kualitas-kualitasini termaksuk antusiame, integritas,
keberanian, dan kemanusiaa.
Sebaliknya,manajem menciptakan jarak emosional,lebih menuntut pemenuhan kebutuhan
kebutuhan sepihak dan pihak dan lebih banyak mendasarkan dari pada kekuasaan jabatan
tanpa kualitas pribadi yang tinggi.
5. HASIL YANG DIINGINKAN
Manajemen berfokus pada hasil-hasil jangka pendek dan hanya menekankan pemenuhan
untuk para pemegang saham semata.Kepemimpinan lebih menekankan pada
peruahan,selalu,menentang status quo dan memikirkan kesejahtraan anggota organisasi.
Manager sebagai seorang administrator dan pemimpin sebagai seorang inovator.
4. Kepemimpinan Formal Dan Informal
Kepemimpinan Formal adalah kepemimpinan yang memimpin organisasi formal
seperti perusahaan perusahaan, lembaga pemerintahan(eksekutif, legislatif, yudikatif),
organisasi militer,dan sebagainya. pemimpin formal ialahseseorang yang oleh
organisasi tertentu dipilih sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan
penangkapan resmi untuk memegang suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan
segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya,untuk mencapai sasaran
organisasi yang telah diciptakan.
Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dasarnya tidak dipilih
atau diangkat secara formal. Seseorang menjadi pemimpin informal kalau ia diakui
mempunyai keunggulan fisik, keunggulan psikologi, ilmu pengetahuan dan
keterampilan diakui oleh para anggota organisasi.

B. Konsep dan Nilai –Nilai Kepemimpinan etnik


1. Nilai Kekeluargaan
Dengan adanya sikap kekeluargaan sehingga menciptakan rasa kepedulian dan
kesatuan yang erat antara pemimpin dengan anggota.
2. Nilai Kesetaraan
Dengan adanya nilai kesetaraan sehingga dalam suatu organisasi tersebut tidak
membeda bedakan antara senior dengan junior dengan hal ini tidak akan ada
masalah dan kecangkungan dari diri junior kepada senior nya karna dianggap
semua setara dan sama .
3. Integritas dan Moralitas
Integritas menyangkut mutu, sifat dan kualitas yang menunjukan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewajiban dan kejujuran.
Moralitas menyangkut ahlak, budi pekerti , susila dan ajaran tentang baik buruk.
4. Visi pemimpin
Kepemimpinan seseorang pemimpin nyaris indentik dengan visi
kepemimpinannya visi adalah arah kemana organisasi dan orang-orang yang
dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin.
C. Teori Khas Karo

Rakut Sitelu

Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut sitelu atau daliken
sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga.
Arti rakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo.
Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo
yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:

1. kalimbubu
2. anak beru
3. senina
Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi isteri, anak beru keluarga yang
mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau
keluarga inti. dll

Tutur Siwaluh

Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan


penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:

1. puang kalimbubu
2. kalimbubu
3. senina
4. sembuyak
5. senina sipemeren
6. senina sepengalon/sedalanen
7. anak beru
8. anak beru menteri
Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-
kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang
dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang


2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini
dapat dikelompokkan lagi menjadi:
 Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri
kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal
dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka
Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan
adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-
bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
 Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang.
Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang.
Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai
darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.
 Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh
karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi
seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang
sama.
4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya
adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam
masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga,
dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).
5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini
didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang
bersaudara.
6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai
anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk
diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga
tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru
menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas:
 Anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling
tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya).
Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam
suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut
tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana
(sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan
pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
 Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat
mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh
baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga.
Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak
Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari
anak beru disebut juga bere-bere mama.
8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata
minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang
lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam
suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu
anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam
konteks upacara adat.

Aksara

Aksara yang digunakan di suku ini adalah Aksara Karo. Aksara ini adalah aksara kuno yang
dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas
sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.guna melengkapi cara penulisan perlu
dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek
Kebudayaan tradisional

Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, di antaranya tari tradisional:

 Piso Surit
 Lima Serangkai
 Tari Terang Bulan
 Tari Roti Manis
 Tari Tiga Sibolangit
Suku Karo juga memiliki drama tradisional yang disebut dengan Gundala-Gundala.

Kegiatan budaya

 Merdang merdem = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".


 Mahpah = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
 Mengket Rumah Mbaru - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru.
 Mbesur-mbesuri - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting.
 Ndilo Udan - memanggil hujan.
 Rebu-rebu - mirip pesta "kerja tahun".
 Ngumbung - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
 Erpangir Ku Lau - penyucian diri (untuk membuang sial).
 Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang
karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
 Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis
rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapi.
 Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari
keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
 Manok Sangkepi
 Maba Belo Selamber (MBS)
 Ngaloken Rawit - Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau
celurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) -
keponakan laki-laki.

Agama

Mayoritas penduduk Karo telah memeluk agama Kristen sekitar 70%


(mayoritas Protestan 90% dan 10% Katolik), dan Islam 25%. Sekitar 5% masih menganut
aliran kepercayaan lama yakni Pemena

Gereja yang didominasi suku Karo

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI)


Kontroversi

Banyak diantara orang Karo yang tidak ingin dirinya disebut sebagai bagian dari Batak.
Mereka berpendapat bahwa dari asal usul nenek moyang orang Karo saja sudah berbeda dari
suku Batak, selain itu budaya dan bahasa Karo juga diyakini berbeda dari Batak. Embel-
embel "Batak" diyakini mereka merupakan stereotip yang dimunculkan pada masa kolonial
Belanda, dimana suku bangsa non-Melayu dikategorikan sebagai suku Batak.[3]
Pernyataan tersebut memunculkan pro dan kontra dikalangan masyarakat, terutama di
masyarakat Suku Batak. Orang Batak mengatakan bahwa orang-orang Karo sebaiknya tidak
serta-merta menyatakan diri sebagai suku non-Batak, dikarenakan menurut mereka beberapa
marga Suku Karo masih ada keterkaitan dengan sebagian marga dari Batak Toba, seperti
marga Sitepu yang masih se-"trah" dengan marga Sitohang, atau marga Purba yang masih ada
kaitannya dengan marga Purba di Simalungun.

Tokoh Karo

Mendan P. Bangun

D. Kerangka Berpikir
Organisasi merupakan suatu jalan untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, organisasi yang merupakan wadah atau tempat
dilaksanakannya proses kepemimpinan diharapkan mampu menghasilkan tujuan yang
bermutu dan berkualitas .Untuk mewujudkan hal tersebut,organisasi akan menghadapi
berbagai permasalahan bukan hanya terdapat pada alat-alat pendukung organisasi
finansial dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut gaya kepemimpinan seorang
pemimpin serta tenaga anggota yang mengelolah organisasi .organisasi sebagai wadah seperti
dengan organisasi lainnya membutuhkan seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan
situasionalnya, karena di dalam sekolah terdapat pembagian tugas dan pembidangan
pekerjaan dengan menghimpun tugas ke dalam satu kelompok atau unit kerja.
Pengelompokan itu menghasilkan struktur organisasi yang terdiri dari berbagai unit kerja
yang masing-masing membutuhkan kegiatan bersama dan kerjasama secara terencana sesuai
dengan tujuan organisasi. Adanya perbedaan tingkat kematangan diantara tenaga pendidik
dansituasi serta lingkungan yang terus berubah membutuhkan perlakuan atau tindakan yang
berbeda dari pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.pemimpin dituntut untuk
mengaplikasikan gaya yang berbeda sesuai dengan situasi dan keadaan yang terjadi pada saat
itu. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu membaca dan menganalisa situasi dan
bawahannya agar menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai. Dengan demikian, pemimpin
akan mengetahui kapan harus menerapkan gaya atau perilaku yang beriorentasi pada tugas
dan kapan harus beriorentasi pada bawahan sehingga tujuan organisasi tercapai dan
kepemimpinan berjalan dengan efektif. Gaya kepemimpimpinan situasional pemimpin
merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Semakin
tinggi pengetahuan dan keterampilan pemimpin menganalisa situasi dan keadaan tenaga
pendidik, pengaplikasian gaya kepemimpinan akan semakin tepat sehingga berpengaruh
terhadap kinerja tenaga pendidik. Berdasarkan hukum sebab akibat yang menyatakan bahwa
setiap sebab pasti memiliki akibat. Karena hal tersebut, pemimpin yang menerapkan gaya
kepemimpinan situasional menjadi sebab atau variabel pengaruh (independen) terhadap
kinerja tenaga angota-anggota sebagai akibat atau disebut dengan variabel yang di pengaruhi
(dependen). Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mampunya seorang kepala sekolah
memilih perilaku atau gaya yang tepat dalam menjalankan kepemimpinannya akan
meningkatkan kinerja tenaga anggota Ikatan Mahasiswa Karo Fakultas Teknik. Pemimpin
yang efektif harus memiliki perilaku atau gaya kepemimpinan yang fleksibel, sesuai dengan
situasi dan keadaan bawahan yakni dengan menggunakan gaya kepemimpinan situasional.
Kombinasi antara situasidan kematangan bawahan yang dihadapi oleh pemimpin dengan
gaya kepemimpinan yang tepat akan mengefektifkan kepemimpinan pemimpin atau ketua
IMKA tersebut.

Ikatan Mahasiswa Karo Fakultas Teknik

Gaya-Gaya Kepemimpinan Kinerja Anggota


Situasional Ketua IMKA
-Kualitas kerja
Fakultas Teknik
-kuantitas kerja
1.Orientasi pada tugas
-motivasi kerja
2.Orientasi pada bawahan
-disiplin kerja
3.wewenang dan tanggung
-kerjasama
jawab
BAB III
METODE SURVEY
A. Tempat dan Waktu Survey
Survey ini telah dilaksanakan di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medanyang
beralamat di Jl. Willeam Iskandar Pasar V Medan 20222 di Kantintataboga. Waktu
pelaksanaan penelitian 02 November 2018.
B. Subjek dan Objek Survey
Subjek dalam survey ini adalah anggota organisasi Ikatan Mahasiswa Karo dari Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Medan sebanyak 110 orang. Objek penelitian ini adalah pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap perkembangan organisasi rudang mayang
C. Teknik Pengambilan Data
Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah observasi.
Observasi yang dilakukan merupakan wawancara dan pengamatan oleh peneliti terhadap
pengaruh gaya kepemimpinan dalam perkembangan organisasi rudang mayang
a. Pihak yang terkait dalam Penelitian
Pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah (1) Peneliti, (2) KetuaIkatan
Mahasiswa Karo UNIMED
b. Prosedur Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Tahap Awal
1) Menyusun instrumen penelitian
2) Menentukan lokasi dan waktu penelitian
3) Meminta izin kepada pihak untuk mengadakan penelitian
4) Menentukan populasi dan sampel
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Melakukan wawancara dengan anggota organisasi yang bersangkutan
c. Tahap Akhir Penelitian
1) Menganalisis data yang telah diperoleh
2) Menarik kesimpulan
D. Instrumen Survey
Dari hasilobservasi yang kami lakukanpadaIkatanMahasiswaKaro(IMKA)
E. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Paparan Data
Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam tabel.
2. Penarikan Kesimpulan
Penyimpulan data adalah proses pengambilan intisari dari data yang sudah
terorganisasikan tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat ataupun formula yang singkat
dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Penarikan kesimpulan untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap perkembangan organisasi rudang
mayang.
3.TemuanLapangan
Dengan metode kekeluargaan sehingga menciptakan kesuasanaan yang damai dan
tidak membanding-bandingkan dengan yang satu dan yang lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Survey
Survey ini telah dilaksanakan di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medanyang
beralamat di Jl. Willeam Iskandar Pasar V Medan 20222 di Kantintataboga.Waktu
pelaksanaan penelitian 02 November 2018.
 Mewawancarai Ketua IMKA Rudang Mayang UNIMED
Ketua IMKA Rudang Mayang UNIMED
Edi Suranta Ginting / Pendidikan Teknik Elektro / 2017

Wawancara Dengan Ketua IKMA Rudang Mayang UNIMED


Hasil Wawancara:
1.Sejarah Terbentuknya IMKA?
IMKA terbentuk dan disahkan pada 05-05-1994 setahun setelah IKIP didirikan,dulu nama
nya adalah Pemuda Pemudi Karo bukan IMKA sebelumnya,sejarah didirikan pertama
kali diunimed oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan dan setahun kemudian menyebar ke
fakultas lainnya,dan pada Tahun 2001 “Pemuda Pemudi Karo dirubah Menjadi
IMKA(IKATAN MAHASISWA/I KARO.
2.Menurut anda apa itu arti kepemimpinan?
Kepemimpinan itu menurut saya luas dan bisa dibilang suatu ketetapan,kepemimpinan
awal nya dari cara kita memimpin sebuah oraganisasi(wadah)jadi berdasarkan dari
landasan tersebut kita bisa bilang kepemimpinan itu adalah sebuah teknik mempersatukan
banyak orang untuk tujuan yang sama.
3.Kenapa anda ingin bisa memimpin /berani memimpin sebagai Ketua IMKA
Rudang Mayang dan teori suku karo?
Mungkin sebagai pemimpin ini bukan hal yang mudah penuh saingan beradu argumen
Sebagai pemimpin di IMKA Wajib saya harus tau teori-teori khas budaya,adat,tutur,dan
sopan santun yang ada disuku Karo.dan dalam memilih ketua harus melakukan rapat
umum dan Puji Tuhan saya terpilih.
4.Tujuan didirikan IMKA?
Kita sebagai orang berakademi bukan hanya itu saja sebaiknya harus memiliki
kebudayaan dan semuanya.Memperdidikan Mahasiswa dan Membudayakan Mahasiswa.
5.Bagaimana cara anda memimpin dan memkoordinator IMKA?
Ini hal sulit,dan untuk mengkoordinir mengadakan sebuah kegiatan yang bernuansa kita
itu menjadi akrab contohnya membuat GGA diadakan merujak setiap minggu ramah
tamah terhadap orang-orang karo dan dosen-dosen karo bukannya kalangan mahasiswa
bukan hanya memberikan tugas tapi harus ada pendekatan baik.
 Tanya & Jawab Anggota IMKA Rudang Mayang UNIMED

ANGGOTA IMKA RUDANG MAYANG UNIMED


1.Nilai-nilai kepemimpinanapa yang terdapat pada IMKA?
1.Nilai kekeluargaan
Pada nilai kekeluargaan dengan adanya IMKA setiap anggota merasa keluarga ada
didekatnya sehingga anggota itu saling melengkapi. .
2.Nilaikesetaraan
Menjaga batasan,Melakukan 3S,Yaitu:Senyum,Sapa,Sala
2.Gaya kepemimpinan di IMKA?
1.Mengayomisetiapanggota
2.PeduliterhadapsemuaanggotA
3.Melakukanpelayanan
3.Pengaruh IMKA bagi mahasiswa dan Ketuanya?
Dengan adanya IMKA mahasiswa dapat lebih berani mengeluarkan pendapat.IMKA
melakukan diskusi sehingga setiap anggota dapat berbaur dan lebih berani
mengeluarkan pendapat Merasa benar-benar menjadi keluarga,senior tidak harus
disegani namun harus dihormati.
4.Proses berdirinya IMKA di Fakultas teknik?
IMKA muncul dengan adanya keinginan membuat sebuah kelompok atau wadah yang
mengikat dengan sistem kekeluargaan dalam satu suku.
5.Cara mengkoordinasi pada setiap anggota?
1.Melakukan pendekatan
2.Mengamati setiap individu
3.ikut berbaur pada kegiatan IMKA
4.Memberikan contoh yang baik pada anggota

INSTRUMEN PERTANYAAN & JAWABAN ANGGOTA

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Nila-nilai kepemimpinanapa yang 1.Nilai kekeluargaan


terdapatpada IMKA 2.Nilai kesetaraan
2 Gaya kepemimpinan di IMKA 1.Mengayomi setiap anggota
2.Peduli terhadap semua anggota
3.Melakukan pelayanan
3 Pengaruh IMKA Dengan adanya IMKA mahasiswa dapat lebih
bagimahasiswadanKetuanya berani mengeluarkan pendapat.IMKA
melakukan diskusi sehingga setiap anggota
dapat berbaur dan lebih berani mengeluarkan
pendapat Merasa benar menjadi keluarga,
senior tidak harus disegani namun harus
dihormati.
4 Proses berdirinya IMKA di IMKA muncul dengan adanya keinginan
Fakultas teknik membuat sebuah kelompok atau wadah yang
mengikat dengan system kekeluargaan dalam
satu suku
5 Cara mengkoordinasi pada setiap 1.Melakukan pendekatan
anggota 2.Mengamati setiapindividu
3.ikut berbaurpadakegiatan IMKA
4.Memberikan contoh yang baikpadaanggota

B. Pembahasan
Pamahaman tentang esensialia kepemimpinan semakin diperkaya lagi oleh
pengalaman banyak orang yang dalam perjalanan hidupnya diberi atau memperoleh
kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan pemimpin ,baik pada tingkat rendah ,tingkat
menengah maupun pada tingakat puncak.

Mutu kepemimpinan dalam berbagai organisasi tersebut terlilhat antara lain dalam
kemampuan para pejabat pemimpin dalam organisasi untuk:

1.Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi organisasi,

2.Mengenali secara tepat berbagai bentuk kelemahan yang terdapat dalam organisasi,

3.Memanfaatkan berbagai peluang yang mungkin timbul,

4.Mendorong para bawahan sehingga bekerja dengan tingkt efisiensi ,efektivitas dan
produktivitas yang mendorong keberhasilan usaha.

Dua manifestasi utama tentang adanya presepsi yang seragam dalam kenyataan
tentang sentralnya peranan kepemimpinan dalam kehidupan organisasional ialah:

1.Kesediaan berbagai organisasi untuk memberikan balas jassa yang besar kepada para
pejabat pimpinan dalam organisasi.

2.Banyaknya program pengembangan eksekutif yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga


pendidikan

2.1 DIKOTOMI PANDANGAN TENTANG ASAL-USUL KEPEMIMPINAN

Jika dikatakan di muka bahwa hingga saat ini terjadi perdebatan yang sifatnya
perennial tentang asal usul seorang pemimpin yang efektif.Masing-masing kubu nampaknya
sangat gigih dalam membela pendirian dan pendapatnya.Di satu pihak ada yang berpendapat
bahwa “pemimpin dilahirkan”.Di kubu lain terdapat orang-orang yang berpendapat bahwa
“pemimpin dibentuk dan ditempa”.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di muka yang dewasa ini semakin
banyak didukung oleh penelitian ilmiah dan pengalaman empirik ialah bahwa seseorang
hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila:

a.Seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimipinan;

b.Bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan
kepemimpinan;

c.Ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan,baik
yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

2.2 KONSISTENSI GAYA KEPEMIMPINAN

Di satu pihak ada pendapat yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang
tidak berubah menghadapi situasi yang bagaimana pun.Jika seseorang ,misalnya pada
hakikatnya memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik,gaya kepemimpinannya pun akan
otokratik pula.

Penganut pada kubu lain berpendapat bahwa gaya kepemimpinan seseorang sangat
bersifat situasional.Dalam praktek pandangan ini berarti bahwa tidak ada seorang pemimpin
yang sangat konsisten menggunakan 1 gaya kepemimpinan tertentu terlepas dari situasi yang
dihadapinya.Artinya efektifitas kepemimpinan seseorang sangat tergantung pada
kemampuannya “membaca” situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gayanya dengan
situasi tersebut sedemikian rupa sehingga ia efektif menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya.

Menurut teori situasional,seorang pemimpin yang paling otokratik sekapi pun akan
memgubah gaya kepemimpinanya yang otokratik itu dengan yang lain ,misalnya demokratik
apabila situasi tertentu menuntutnya .Teori kepemimpinan yang situasional dalam arti bahwa
efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada dua hal,yaitu:

1.Pemilihan gaya kepemimpinan gaya kepemimpinan yang tepat dalam menghadapi situasi
tertentu,

2.Kematangan jiwa dan kematangan profesional para bawahan dalam wujud rasa tanggung
jawab menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik mungkin.
Ternyata perilaku seorang pemimpin didasarkan pada dua jenis orientasi yang
dimilikinya yaitu :

1.Orientasi kepemimpinan yang didasarkan pada peranannya selaku pemrakars astruktur tuga
syang harus dikerjakan oleh para bawahannya.

2.Orientasi kepemimpinan yang ditunjukan pada dua arah,yaitu produksi dan unsur manusia
dalam menggerakkan roda organisasi yang kini populer digambarkan denga apa yang disebut
dengan “kisi-kisi manajerial”.

2.3 TIPOLOGI KEPEMIMPINAN

Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara luas dkenal
dewasa ini,kiranya relevan untuk menekankan bahwa salah satu tesis utama buku ini ialah
bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bersifat “fixed”.Artinya,seseorang yang
menduduki jabatan pimpinan mempunayi kapasitas untuk “membaca” situasi yang
dihadapinya secara tepat.

Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang


secara luas dikenal dewasa ini,lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah:

1.Tipe yang otokratik

2.Tipe yang paternalistik

3.Tipe yang kharismatik

4.Tipe yang laissez faire,dan

5.Tipe yang demokratik

 Tipe Otokratik

Dalam tipe ini dikatakan bahwa kepemimpinan mengatakan bahwa seorang pimpinan
yang tergolong sebagai pimpinan yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang
dapat dipandang sebagai karakteristik yang negatif.

Dengan presepsi,nilai-nilai,sikap dan perilaku demikian seorang pemimpin yang otokratik


dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang :

a.menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya


b.dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan

c.bernada keras dalam pemberian perintah

d.menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.

 Tipe Yang Paternalistik

Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang


masih bersifat tradisional ,umunya di masyarakat yang agraris.Popularitas pemimpin yang
paternalistikkan oleh beberapa faktor,seperti:

a.kuatnya ikatan primordial

b. “extended family system”

c.kehidupan masyarakat yang komunalistik

d.peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat

e.masih dimungkinnya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat
dengan anggota masyarakat yang lain.

 Tipe Yang Kharismatik

Penampilan fisik bukan hanya ukuran yang berlaku umum karena ada pemimpinan
yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang jika hanya dilihat dari penampilan
fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik.Usia pun tidak selalu dapat
dijadikan ukuran.

 Tipe Yang Laissez Faire

Seperti halnya dengan tipe pemimpin yang kharismatik literatur tentang


kepemimpinan tidak banyak membahas tipe pemimpin yang laisez faire .Meskipun demikian
dapat dikatakan bahwa presepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya
sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya.

 Tipe Yang Demokratik


Memang umu diakui bahwa pemimpin yang demokratik tidak selalu merupakan
pemimpin yang paling efektif dalam kehidupan organisasional karena ada kalanya,dalam hal
bertindak dan mengambil keputusan ,bis aterjadi keterlambatan sebagai konsekuensi
keterlibatan para bawahan dalam proses pengamilan keputusan.

Tetapi dengan berbagai kelemahannya,pemimpin yang demokratik tetap dipndang


sebagai pemimpin terbaik karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangan-
kekurangannya.

Setelah membahas lima tipe pemimpin yang secara luas dikenal dewasa ini,usaha
pendalaman tentang efektivitas kepemimpinan seseorang dilanjutkan dengan pembahasan
tentang fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki,pembahasan yang menjadi fokus
analisis dalam Bab baerikut.

2.4 MODEL KEPEMIMPINAN BERDASARKAN TEORI SITUASIONAL

A. Model kuantinuum “otokratik-demokratik”


Seseorang pimpinan dengan gaya yang otokratik akan mengambil keputusan sendiri,
kemudian menyampaikan keputusan tersebut kepada para bawahannya yang pada gilirannya
diharapkan menjalankan keputusan tersebut. Mungkin cirri kepemimpinan yang menonjol
disini ialah ketegasan disertai oleh perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas tanpa
terlalu memperhitungkan unsure manusia pelaksana keputusan tersebut.
Sebaliknya, seorang pimpinan dengan gaya yang demokratik akan berbagi wewenang
pengambilan keputusan dengan para bawahannya dalam arti bahwa para bawahan
diikutsertakan dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dengan
memilih model dan teknik pengambilan keputusan yang mengundang partisipasi maksimal
dari para bawahan tersebut. Dengan gaya yang demokratik, ciri kepemimpinan yang
menonjol bukan lagi ketegasan, akan tetapi ciri lain umpamanya menjadi pendengar yang
baik dan perilaku manajerialnya pun bukan yang berorientasi kepada penyelesaian tugas
semata, melainkan juga memperhitungkan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan para
bawahan. Sesungguhnya, ciri-ciri kepemimpinan mana yang menonjol dan perilaku
pimpinan yang bagaimana perlu ditampilkan untuk mendukung gaya tertentu dalam
menghadapi situasi tertentu pula sangat bergantung pada apa yang ingin dicapai oleh
pimpinan yang bersangkutan.
B. Model “interaksi atasan-bawahan”
Model ini berkisar pada pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang sangat tergantung pada prestasi kerja para bawahannya. Artinya, efektivitas
kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara seorang pimpinan
dengan para bawahannya dan sampai sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku
pimpinan yang bersangkutan. Artinya gaya analisis yang digunakan menurut model ini
memusatkan perhatian pada tiga criteria situasional, yaitu:
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang.
Yang jadi sasaran adalah agar terjadi keseimbangan antara situasi yang dihadapi dengan
orientasi pimpinan yang kemudian tercermin dalam perilakunya.
Seorang pimpinan akan menjadi seseorang yang efektif apabila:
a. Hubungan atasan dan bawahan di kategorikan “baik”
b. Tugas yang harus dikerjakan oleh para bawahan disusun pada tingkat struktur yang
“tinggi”
c. Posisi kewenangan pimpinan yang bersangkutan tergolong”kuat”.
Sebaliknya situasi yang kurang menguntungkan bagi seorang pimpinan timbul apabila:
a. Para bawahan tidak atau kurang menghormati pimpinan
b. Tugas yang hendak dilaksanakan tidak terstruktur dengan kategori”tinggi” dan
prosedur yang ditempuh tidak atau kurang jelas sehingga sangat terbuka terhadap
persepsi dan interpretasi bawahan yang mungkin bersifat subjektif karena diwarnai
oleh kepentingan yang sempit.
c. Pimpinan berada pada posisi kewenangan yang lemah yang tidak memungkinkannya,
misalnya mengambil tindakan pendisiplinan terhadap mereka yang dalam
melaksanakan tugasnya tidak memenuhi berbagai standar, norma dan hasil pekerjaan
yang telah ditetapkan.
C. Teori Situasional
Teori ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tegantung pada dua
hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan
tingkat kematangan jiwa(kedewasaan) para bawahan yang dipimpin. Dua dimensi yang
digunakan dalam teori ini adalah perilaku seorang pimpinan yang berkaitan dengan tugas
kepemimpinannyadan hubungan atasan-bawahan. Gaya kepemimpinan yang timbul dapat
mengambil empat bentuk, yaitu:
a. Memberitahukan
b. “menjual”
c. Mengajak bawahan berperan serta
d. Melakukan pendelegasian.
D. Teori “jalan-tujuan”
Teori ini menekankan bahwa seorang pimpinan yang efektif adalah pimpinan yang
mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh oleh para bawahannya sehingga gerak maju
dari posisi sekarang ke posisi yang diinginkan di masa yang akan datang dapat berlangsung
dengan mulus.
Menurut teori ini, perilaku seorang pimpinan yang didambakan para bawahannya adalah
perilaku yang dipandang sebagai salah satu sumber kepuasan,baik untuk kepentingan dan
kebutuhan sekarang maupun demi masa depan yang lebih baik. Dalam arti bahwa perilaku
pimpinan tergantung pada kemampuannya menyelesaikan tugas yang dipercayakan
kepadanya dan kemampuan serta kesediaan pimpinan memberikan bimbingan, pengarahan,
dukungan dan imbalan yang diperlukan dalam meningkatkan prestasi kerja.
E. Model “pimpinan-peranserta bawahan”
Teori ini mengemukakan bahwa perilaku pimpinan di sesuaikan dengan struktur tugas
yang harus diselesaikan oleh para bawahannya.Satu syarat penting menurut teori ini, ialah
bahwa ada serangkaian ketentuan yang harus ditaatI Oleh para bawahan dalam menetukan
bentuk dan tingkat peran-serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Ditegaskan bahwa
bentuk dan tingkat peran-serta bawahan tersebut”didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan
masalah yang ingin di pecahkan melalui proses pengambilan keputusan tersebut. Model ini
mengkaitkan gaya kepemimpinan tertentu denga tujuh variable keadaan.

2.5 ANALISIS KEPEMIMPINAN BERDASARKAN TEORI PENERIMAAN


Penekanan kembali prinsip yang sangat mendasar di pandang relevan dengan dua
pertimbangan utama, yaitu:
1. Demikian elementernya pandangan tersebut sehingga tidak mustahil ia dilupakan.
Oleh para ilmuwan mungkin hal itu dilupakan karena disibukkan dengan usaha
mengembangkan teori kepemimpinan dengan berbagai modelnya dengan menyoroti
segi-segi tertentu seperti bakat, cirri-ciri, system nilai yang dianut, sikap, perilaku,
gaya dan sebagainya.
2. Dalam praktik efektivitas kepemimpinan seseorang terlihat dari tingkat
”kepengikutan” yang dapat ditumbuhkan dan dipeliharanya. Artinya, seseorang hanya
menjadi pemimpin dalam kenyataan apabila kepemimpinannya diakui dan diterima
oleh sekelompok orang yang menjadi “pengikutnya”.
A. Manusia Sebagai Makhluk Politik
Karena manusia merupakan makhluk politik, jelas ia mempuyai kepentingan di bidang
politik. Kepentingan tersebut pada umumnya tercermin dari keinginannya untuk turut serta
atau diikutsertakan dalam menentukan “nasibnya”.
Salah satu bukti keberhasilan meningkatkan efektivitas kepemimpinan ialah semakin
tingginya tigkat pengakuan dan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan orang yang
bersangkutan. Dalam kehidupan organisasional, wajar dan normal apabila berkeinginan agar
banyak factor yang memengaruhi perjalanan hidupnya yang dapat dikendalikannya. Para
ilmuwan menyebutnya “locus of control”. Bertitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki
kekuasaan dan pengaruh tertentu dirumuskan npo seseorang bertindak dan menunjukkan
perilaku tertentu tergantung pada persepsinya pada locus of controlnya. Semakin banyak
factor yang berpengaruh berada dalam dirinya, semakin besar pula kemampuannya
memperoleh lebih banyak kekuasaan dan pengaruh, yang berarti semakin terpenuhi
kepentingan “politiknya”.
B. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi
Artinya ia mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang bersifat kebendaan yang ingin
dipuaskannya. Dalam diri manusia terdapat keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Keinginan tersebut pada pendekatan yang sifatnya kuantitatif didorong oleh keinginan untuk
memiliki lebih banyak hal-hal yang bersifat kebendaan, sedangkan pendekatan kualitatif
terwujud dalam keinginan memiliki benda-benda tertentu dengan mutu yang semakin tinggi.
Tiga kelompok factor utama menetukan perilaku seseorang dalm kehidupan
organisasionalnya, yaitu:
a. Factor genetika, seperti usia, jenis kelamin, bakat, tingkat kecerdasan dan
sebagainya.
b. Suasana kerja dalam organisasi: tersedianya fasilitas kerja, upah dan gaji
c. Suasana lingkungan ekstern yang berpengaruh pada jalannya roda organisasi yang
bersangkutan
Implikasi bagi seorang pimpinan ialah bahwa mendalami factor genetika para bawahan
yang tercemin dalam perilaku, sikap dan tindak tanduknya merupakan hal ang penting karena
dengan demikian ia dapat menumbuhkan gaya kepemimpinan yang efektif. Efektivitas
seseorang dapat pula ditingkatkan dengan pemahaman tentang korelasi antara suasana kerja
dalam organisasi dengan produktivitas, tingkat kemangkiran, kepuasan dan kemungkinan
pindah kerja dikalangan para bawahannya.
C. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Secara naluriah manusia menyenangi kehidupan berkelompok. Semakin tinggi tingkat
kemajuan yang dicapai oleh manusia, semakin besar pula kebutuhan untuk membentuk
kelompok. Demikian besarnya kebutuhan itu hingga semakin modern seseorang semakin
banyak pula jenis organisasi yang dimasukinya sehingga manusia modern dikenal sebagai
manusia organisasional.
Pandangan yang tampak dewasa ini dalam teori pemuasan kebutuhan manusia sebagai
makhluk sosial salah satu implikasinya bagi penerimaan dan pengakuan terhadap
kepemimpinan seseorang ialah bahwa disamping berorientasi pada struktur tugas yang
memang harus diselesaikan, ia pun harus memiliki orientasi manusia yang tepat dengan
mengambil sikap bahwa betapapun rapinya penstrukturan tugas, tidak akan banyak artinya
dalam pencapaian tujuan tanpa adanya manusia untuk melaksanakannya.
D. Manusia Sebagai Individu
Disamping sebagai makhluk politik, ekonomi,social,manusia juga merupakan individu
dengan jati diri yang khas. Untuk dapat memperlakukan seseorang secara tepat, perlu
pemahaman tentang apa yang disebut sebagai variable bebas yang mebuat seseorang itu
sebagai insane dengan karakteristik yang khas sifatnya. Pemahamaan ini sangat penting
apabila dikaitkan dengan usaha seorang pemimpin untuk dapat meramalkan perilaku para
bawahannya dan dengan demikian menjadikannya sebagai anggota organisasi yang mampu
memberikan sumbangsih yang diharapkan padanya. Kemampuan seperti itu merupakan
refleksi efektivitas kepemimpinanya.
E. Implikasinya Bagi Pimpinan
Tingkat penerimaan bawahan terhadap pengakuan bagi kepemimpinan seseorang akan
semakin tinggi apabila pemimpin:
a. Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindak tanduknya
b. Tergolong sebagai pemimpin yang dasarnya demokratik tetapi sekaligus mampu
melakukan penyesuaian tertentu tergantung pada situasi yang dihadapinya
c. Menyadari benar makna dan hakikat keberadaannya sebagai pemimpin
d. Dalam hubungan atasan dan bawahan menyeimbangkan struktur tugas yang harus
dilakukan oleh bawahan dengan perhatian pada kepentingan sdan kebutuhan
bawahan.
e. Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan mempunya jati diri yang khas
f. Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal dan kesempatan memimpin
dengan sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal.
g. Dengan tetap menggunakan paradigm yang holistic dan integralistik, mampu
menentukan skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan
dan berbagai sasaran yang dicapai.
h. Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik secara tehadap
organisasi.
i. Memanfaatkan perkembangan yang terjadi di bidang IPTEK tanpa berinjak dari
orientasi manusia sebagai unsure terpenting dalam organisasi.
j. Menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan diri sendiri.

2.6 ASAS DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN


1. Pimpinan sebagai selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapai
tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak diluar
organisasi.
3. Pimpinan sebagai selaku komunikator yang efektif.
4. Mediator yang andal, khususnya dalam menangani situasi konflik.
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.

2.7 PIMPINAN SEBAGAI PENENTU ARAH


Pada gilirannya situasi kelangkaan yang selalu dihadapi oleh organisasi menuntut agar
seluruh komponen dan jajaran suatu organisasi bekerja sedemikian rupa sehingga dalam
penyelenggaraan berbagai kegiatan yang tidak terjadi pemborosan karena bila terjadi, apa lagi
pada skala besar dan terus-menerus, jalannya roda organisasi tidak akan mulus. Satu hal yang
sukar dipertanggung jawabkan, baik secara administratif maupun secara moral, apa lagi kalau
pemborosan itu merupakan hal yang disengaja. Dengan perkataan lain, arah yang hendak
ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan
pemampaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia itu. Arah yang dimaksud
tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang
bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam
organisasi tersebut.
Tergantung pada jenjang hirarki jabatan pimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam
suatu organisasi, keputusan yang diambil dalam organisasi dapat digolongkan sebagai:
a. Keputusan strategik
b. Keputusan yang bersifat taktik
c. Keputusan yang bersifat teknis
d. Keputusan operasional
Terlepas dari kategorisasi keputusan yang diambil, apakah pada kategori strategik,
taktis, teknis atau operasional, kesemuanya tergolong pada “penentu arah” dari
perjalanan yang hendak ditempuh oleh organisasi. Dengan demikian keseluruhan
keputusan yang diambil oleh semua tingkatan pimpinan dalam organisasi berperan
sebagai penentu satu arah yang dengan jelas memberi petunjuk tentang perjalanan
organisasi yang bersangkutan.
2.8 PIMPINAN SEBAGAI WAKIL DAN JURU BICARA ORGANISASI
Artinya, tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa
memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar organisasi yang
bersangkutan sendiri. Pada tingkat negara yang juga merupakan suatu organisasi
sekalipun, pemeliharaan hubungan itu sudah diterima sebagai keharusan mutlak, baik
pada tingkat regional maupun pada tingkat global dan menyangkut berbagai segi
kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, kepentingan pertahanan dan keamanan,
kepentingan politik dan bahkan juga kepentingan sosial budaya.
Kebijaksanaan dan kegiatan organisasi perlu dijelaskan kepada berbagai pihak tersebut
dengan maksud agar berbagai pihak itu mempunyai pengertian yang tepat tentang
kehidupan organisasional perusahaan yang bersangkutan. Pengertian yang tepat
diharapkan bermuara pada pemahaman dan pemberian dukungan yang diperlukan,
bertolak dari kepercayaan berbagai pihak tersebut terhadap kemampuan organisasi
memenuhi berbagai kepentingan yang diwakili oleh pihak-pihak yang berkepentingan
itu. Yang paling bertanggung jawab untuk berperan sebagai wakil dan juru bicara
perusahaan dalam hubungan dengan berbagai pihak tersebut adalah pimpinan
perusahaan.
Organisasi-organisasi politik pun tidak terlepas dari kemutlakan pemeliharaan
hubungan dengan berbagai pihak, seperti para anggota, simpatisan yang pandangan
politiknya senada atau sama dengan pandangan resmi organisasi politik yang
bersangkutan, yang biasanya dikenal dengan istilah”targetgroups” dan berbagai pihak
dikalangan pemerintahan. Karena pentingnya pemeliharaan hubungan demikian timbul
teori “hubungan masyarakat” yang mengatakan bahwa pada hakikatnya setiap anggota
organisasi sesungguhnya turut bertanggung jawab atas terpeliharanya hubungan yang
baik antara organisasi dengan masyakatnya dan tidak semata-mata merupakan
tanggung jawab para pejabat dan petugas di lingkungan satuan kerja yang
disebut”Hubungan Masyarakat”.
A. Temuan Lapangan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karna untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya
, tetapi banyak faktor.pemimpin yang berhasil hendaknya memilik beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yaang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat-sifatnya,atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinanan yang akan diterapkan.
Dari pembahasan diatas dapat diperoleh data informasi organisasi Ikatan Mahasiswa
Fakultas Teknik
Nama organisasi : Rudang Mayang
Jenis organisasi : non formal
Bentuk kepemimpinan : kepemimpinan kharismatik dan rasional
Gaya kepemimpinan : demokratis
System pengambilan keputusan : Musyawarah, mufakat, dan voting
B. Saran
Kami selaku anggota Kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan serta kekurangnan dalam laporan hasil wawancara ini. Selain untuk memenuhu
tugas kepemimpinan, Semoga laporan hasil wawancara ini dapat menjadi acuan,
pertiimbangan, serta motivasi dan koreski bagi kegiatan wawancara selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi,Irham.2014.Manajemen Kepemimpinan.Bandung:Alfabeta

Kartono, Kartini.2016.Pemimpin Dan Kepemimpinan.Jakarta:Rajawali Pers

Siagian,Sondang.2003.Teori Dan Praktek Kepemimpinan.Jakata:Pt Rineka Cipta


SafariaTriantoro. 2004. Kepeminpinan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Toha H.M.2015.Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta.Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai