Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CRITICAL JURNAL REVIEW

“KEPEMIMPINAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V (LIMA)

GIDEON S.P. RAJAGUKGUK (4223331017)

REPELITA MANIHURUK (4223131007)

SUSMA AZURA RAY (4222431016)

MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAMPU : HAQIQI ANAAZLI NASUTION

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih, rahmat dan kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik tugas Critical
Jurnal Review ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan. Kami juga
berterimakasih kepada Bapak Haqiqi Anaazli Nasution selaku dosen pengampu mata
kuliah kepemimpinan yang sudah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga ka,I
dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review ini.

Tugas Critical Book Review ini disusun untuk berbagai harapan sehingga dapat
menambah wawasan kita tentang apa itu kepemimpinan. Dalam penulisan tugas ini kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam
materi. Oleh karena itu, kami meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan
materi, dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar kedepannya tugas Crtical Jurnal Review saya bias lebih baik untuk kedepannya lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga CJR kami bermanfaat bagi para
pembaca semua.

Medan, 29 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi Pentingnya CJR

Kritik jurnal adalah analisa terhadap suatu jurnal untuk mengamati atau menilai
baik buruknya sesuatu jurnal secara objektif. Kritical jurnal adalah kegiatan penganalisaan
dan pengevaluasian suatu jurnal dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman,
memperluas apresiasi atau menganalisis kelebihan dan kekurangan jurnal dan membantu
memperbaiki kesalahan pada jurnal agar tidak terjadi kekeliruan kembali. Kegiatan
mengkritik jurnal sangatlah penting mengingat bahwa pembaca dituntun untuk memahami
suatu jurnal yang lebih baik kedepannya. Apabila kegiatan ini tidak dilakukan, maka tidak
akan terjadi kemajuan literasi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Karena dari
kegiatan ini, kualitas jurnal yang baik dapat diketahui secara detail dan mendalam. Dalam
hal ini, pengkritik mengkritik dua buah jurnal yang berhubungan dengan Kepemimpinan.

B.Tujuan Penulisan Critical Jurnal Review

Adapun tujuannya yaitu :

1. Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan


2. Menambah pengetahuan tentang Kepemimpinan dan mempelajarinya agar terlatih
menjadi seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
membandingkan serta memberi kritik pada jurnal

C. Manfaat Penulisan CJR

Adapun manfaat pembuatan CJR yaitu :

1. Sebagai rujukan bagaimana menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari sumber bacaan
artikel yang benar dan relevan

2. Membuat kami menjadi lebih terasah dalam mengkritik sebuah jurnal


3. Untuk mengetahui lebih dalam serta cepat dalam memahami pengetahuan tentang
kepemimpinan

D. Identitas Jurnal yang Direview

a. Jurnal Utama

1. Judul Artikel : Peran Komunikasi Kepemimpinan dalam Membangun Relasi

2. Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Pendidikan

3. Edisi Terbit :-

4. Pengarang Artikel : Rita Anggorowati

5. Penerbit : Universitas Pendidikan Indonesia

6. Kota Terbit : Bandung, Jawa Barat

7. Nomor ISSN : 2541-4135

b. Jurnal Pembanding

1. Judul Artikel : Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Manajemen Pendidikan

2. Nama Jurnal : Educational Journal, General And Spesific Recearch

3. Edisi Terbit :-

4. Pengarang Artikel : M.Sahabuddin

5. Penerbit : STAI Rakha Amuntai

6. Kota Terbit : Kalimantan Selatan, Indonesia

7. Nomor ISSN :2808-5418


BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

A.Pendahuluan

Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah manajemen.


Manajemen yang baik adalah didukung oleh kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan
berdiri di atas dasar memercayai. Ketika kepercayaan diri rapuh, maka pemimpin akan
segera runtuh. Mirip dengan kepemimpinan yang berdiri dalam pendidikan atas dasar
kepercayaan. Oleh karena itu, hal yang paling mendasar dan paling penting ketika menjadi
seorang pemimpin adalah untuk menanamkan kepercayaan pada anggota atau bawahan
karena cara bahwa seorang pemimpin akan dihormati dan dihormati dalam suatu
organisasi. Penanaman rasa percaya pada kepemimpinan bawahan sipengaruhi oleh jenis
orang dan jenis gaya kepemimpinan tergantung pada orang tersebut.

B. Deskripsi Isi

Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai cara seorang dari seorang pemimpin


(leader) dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur seluruh unsur didalam suatu
kelompok atau organisasi untuk mencapai sebuah tujuan organisasi yang diinginkan
sehingga menghasilkan kinerja yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja berarti
tercapainya hasil kerja seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pemimpin
berfungsi untuk memandu, menuntun, membimbing, membangun motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin komunikasi yang baik dan mengarahkan anggotanya
pada sasaran yang ingin dituju. Seorang pemimpin harus terus menerus memperbaiki apa
yang kurang, terhadap diri dan organisasinya, agar mencapai tujuan organisasi.

Seperti yang diungkapkan Day dan Lord (dalam Robbins,19960) Menyatakan


bahwa tidak diragukan lagi bahwa suksesnya suatu organisasi, atau setiap kelompok dalam
suatu organisasi , sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan. Pemimpin yang sukses
adalah yang mampu mengantisipasi perubahan dan sekuat tenaga memanfaatkan
kesempatan, memotivasi untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, untuk
mengetahui komponen-komponen atau unsur-unsur kepemimpinan dan mekanisme dalam
pendidikan.
BAB III

PEMBAHASAN ANALISIS

A.Pembahasan Isi Jurnal

1. Buku Utama

Tema pembangunan pendidikan jangka panjang mengacu pada Undang-Undang


Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Tahun 2005-2025.

Kepemimpinan berbasis relasi atau kepemimpinan rasional hadir mengacu pada


model atau cara pandang kepemimpinan yang berfokus pada ide bahwa perilaku kita dalam
memimpin amat sangat berkaitan dengan kemampuan kita untuk menciptakan hubungan
positif dalam lingkungan sekolah dimanapun kita berada. Kepemimpinan berbasis relasi
dapat didefenisikan sebagai proses relasional orang-orang yang bersama-sama berusaha
mencapai perubahan atau membuat pebedaan untuk memberi manfaat bagi kebaikan
bersama. Filosofi kepemimpinan relasional bernilsi etis dan inklusif yang mengakui
beragam bakat anggota kelompok yang bertanggung jawab secara sosial dan setuju bahwa
mereka ingin bekerja keras dimana hubungan menjadi efektivitas kepemimpinan. Cunlife
& Eriksen (2011) berpendapat bahwa kepemimpinan relasional bukanlah teori atau model
kepemimpinan, tetapi mengacu pada pandangan intersubjektif teentang dunia untuk
menawarkan cara berpikir tentang siapa pemimpin yang terkait dengan orang lain, dan
bagaimana mereka dapat bekerja dengan orang lain dalam kompleksitas pengalaman.
Kepemimpinan rasional berarti mengenali sifat terjalin dari hubungsan kita dengan orang
lain. Mereka berpendapat bahwa pemimpin berbasis relasi memandang komunikasi bukan
hanya sebagai ekspresi atau sesuatu yang dipikirkan sebelumnya, tetapi juga sebagai
sesuatu yang muncul dan terbuka. Sebagai cara untuk mencari tahu apa yang bermakna dan
segala kemungkinan yang muncul sebagai akibat adanya komunikasi itu tersebut.
Sementara Uhl-Bien(2011) mengidentifikasikan kepemimpinan berbasis relasi
sebagai proses pengarug sosial melalui koordinasi yang muncul yaitu ( tatanan,sosial yang
berkembang) dan perubahan (misalnya, nilai-nilai baru, sikap, pendekatan, perilaku dan
ideologi) yang dibangun dan dikembangkan. Perspektif ini tidak membatasi kepemimpinan
yang berfokus pada gagasan bahwa efektivitas kepemimpinan berkaitan dengan
kemampuan pemimpin untuk menciptakan hubungan positif dalam organisasi. Sesuai
dengan namanya, kepemimpinan berbasis relasi melibatkan hubungan, atau koneksi antara
orang-orang. Kepemimpinan ini menegaskan bahwa kepemimpinan adalah proses
relasional sekelompok orang yang bersama-sama berusaha mencapai perubahan positif.
Model ini dibangun di atas lima elemen ini yaitu, Inklusif ( Inclusive), Memberdayakan
(Empowering), memiliki tujuan yang jelas (Purposeful), Etis(Ethical) dan Berorientasi
pada proses (Process Oriented).

Komponen kepemimpinan inklusif untuk model kepemimpinan berbasis relasi


mengacu pada semua siswa, staf atau anggota kelompok. Komponen ini membutuhkan
pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain. Dalam komponen ini,
sebagai seorang pemimpin, para Kepala Sekolah membutuhkan pemahaman
kewarganegaraan serta budaya, dan menekankan perlunya perspektif terbuka dan pikiran
terbuka. Para kepala sekolah perlu percaya dan menghargai perbedaan, keadilan dan
kesetaraan, dan gagasan bahwa semua anggota kelompok harus terlibat dan dihargai.
Memberdayakan orang lain adalah kualitas yang sangat penting ketika menyangkut
kesuksesan seorang pemimpin. Untuk memberdayakan orang lain, seorang pemimpin perlu
memberi mereka kemampuan untuk terlibat serta perasaan terlibat dalam pengambilan
keputusan kelompok. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan
relasional perlu memiliki kepedulian yang benar untuk pertumbuhan dan perkembangan
orang lain dan alat untuk mendorong pertumbuhan itu. Seorang pemimpin relasional tahu
persis untuk apa yang mereka kerjakan dalam kerangka memiliki tujuan yang jelas,.
Kegunaan dalam gaya kepemimpinan relasional kepemimpinan didefenisikan sebagai
memiliki komitmen individu untuk tujuan kelompok dan memiliki visi tentang hasil, tetapi
sepenuhnya melibatkan orang lain dalam proses pembangunan visi.

Dalam mempraktikkan perilaku etis berarti bahwa seorang pemimpin perlu


mendorong nilai-nilai dan standar moral. Nilai-nilai ini harus ditunjukkan dan
dipraktekkan dalam membuat keputusan untuk memodelkan perilaku yang harus diikuti
oleh seluruh kelompok. Orientasi proses berfokus pada bagaimana kelompok memutuskan
untuk berfungsi sebagai tim, termasuk bagaimana setiap orang tetap bersama,
berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan mencapai tujuan bersama. Pemimpin perlu
berorientasi pada proses dan mendorong kolaborasi ssera refleksi sepanjang proses. Maka,
menjadi jelas bahwa inti dari kepemimpinan berbasis relasi adalah bagaimana seorang
pemimpin membangun suatu hubungan yang baik yang didasari oleh cara berkomunukasi
yang baik dan efektif.

B. Komunikasi dan Kepemimpinan

Sistem pendidikan memiliki kecenderungan untuk beroperasi pada tiga ungkapan


yang saling terkait. Melihat kondisi pada tiap tingkatan tersebut, komunikasi yang efektif
dalam sistem pendidikan formal dipandang perlu untuk dilakukan diberbagai tingkat dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, tergantung pada pesan dan gagasan yang
dikomunikasikan. Komunikasi menjadi penting bagi seorang kepala sekolah, karena
sebagai pemimpin sekolah ia harus mampu menyelaraskan nilai-nilai yang ia percaya
dengan nilai-nilai organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam membuat sekolah
yang berkualitas. Kemampuan kepala sekolah dalam membangun relasi yang baik dengan
para guru, tenaga pendidik, orang tua serta siswa amatlah diperlukan. Namun, pada
kenyataannya masih terdapat jurang pemisah antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
keterbangunan relasi dalam lingkungan kerja.

Selama beberapa tahum terakhir komunikasi dipandang sebagai salah satu


keterampilan terpenting yang harus dimiliki setiap orang, termasuk pemimpin pendidikan.
Para pemimpin menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk berkomunikasi. Salah
satu temuan utama dari penelitian tentang komunikasi menunjukkan bahwa setiap hari
seorang manager menghabiskan 70 hingga 90 persen dari waktu mereka untuk
berkomunukasi dengan tim mereka dan orang lain ditempat kerja. Lebih jauh, komunikasi
yang efektif juga bertindak sebagai keuntungan bagi seorang pemimpin untuk memimpin
secara efektif. Hal ini terjadi karena salah satu poin kunci dalam menjadi pemimpin yang
baik adalah kepemimpinan untuk mengubah perasaan orang tentang diri mereka sendiri
dan mengilhami mereka untuk mencapai kinerja diluar harapan mereka sebelumnya-
konsep kepemimpinan transformasi.
Keberhasilan posisi kepemimpinan dan kemampuan seorang pemimpin yang
tangguh dalam membangun relasi berdasarkan cara ia komunikasi pada akhirnya nanti
akan berpengaruh pada peningkatan motivasi para guru dan staff yang bekerja dibawah
kepemimpinannya. Beberapa ahli komunikasi telah menyimpulkan 10 cara berkomunikasi
yang baik yang khususnya dapat diterapkan pada komunikator (pengirim pesan). Cara-cara
tersebut digabungkan dengan pemahaman dasar tentang komunikasi itu sendiri, akan dapat
memberikan landasan yang baik untuk mengembangkan dan menghadirkan keterampilan
komunikasi interpersonal yang efektif, yang dapat digunakan kepala sekolah ketika
berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan sekolah. Kesepuluh hal tersebut
adalah :

1. Kepala sekolah perlu mengklarifikasi ide-ide mereka sebelum berkomunikasi.


2. Kepala sekolah perlu memeriksa tujuan sebenarnya atas setiap hal yang
dikomunikasikan.
3. Kepala sekolah perlu mempertimbangkan pemahaman serta kondisi pihak-pihak
yang diajak berkomunikasi.
4. Kepala sekolah perlu berkonsultasi dengan orang yang tepat, dalam merencanakan
komunikasi.
5. Kepala sekolah harus berhati-hati, saat berkomunikasi, terutama dibagian nada,
intonasi, gesture, serta berfokus pada konten dasar pesan.
6. Kepala sekolah perlu proaktif dan fleksibel dalam menyempatkan pesan atau
mengapresiasi penerima.
7. Kepala sekolah perlu menindaklanjuti pesan yang mereka sampaikan.
8. Kepala sekolah perlu berkomunikasi secara konsisten.
9. Kepala sekolah perlu memastikan bahwa tindakan mereka mendukung kata-kata
mereka
10. Para pelaku perlu mencari tidak hanya untuk dipahami, tetapi juga untuk
memahami. Jadilah pendengar yang baik.
2. Buku pembanding

A. Kepemimpinan dalam Pendidikan

Sebagaimana dikemukakan oleh Handoko (2003) yang dikutip oleh Ir. Agustinius
Hermino,S.P,M.Pd dalam bukunya kepemimpinan pendidikan di era globalisasi pemimpin
bahwa pemimpin juga memainkan sarana pendidik dalam membantu bentuk organisasi,
atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Secara bahasa makna kepemimpinan itu
adalah kekuatan atau kualitas seorang pemimpin dalam mearahkan apa yang dipimpinnya
untuk mencapai tujuan. Para ilmuan mengemukakan terkait dengan misi dari
kepemimpinan diantaranya :

1. Mulyasa (2005;107) yang dikutip oleh Drs.Daryanto dalam bukunya kepala sekolah
dan sebagai pemimpin pelajaran, bahwa kepemimpinan diartikan sebagai kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap tercapainya tujuan
organisasi.
2. Hasibuan (2001:167) yang dikutip oleh Dr.Daryanto dalam bukunya kepala sekolah
sebagai pemimpin pembelajaran, bahwa kepemimpinan adalah seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan agar bekerja secara produktif untuk mewujudkan
tujuan organisasi ( Daryanto,2011)
3. Agustinus Hermino, S.P,M.Pd didalam bukunya Kepemimpinan pendidikan di era
globalisasi mengemukakan, bahwa kepemimpinan atau leadership dalam pengertian
umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,
mengontrol prilaku, perasaan, serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada
dibawah pengawasannya.

B. Prinsip-prinsip Kepemimpinan

Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Perorganisasian mengatakan seseorang


pemimpin dalam tim kaizen memfokuskan perhatiannya kepada manusia baru
kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab seorang pemimpin merupakan
kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip kepemimpinan kaizen menurut Bernes
dikemukakan dengan mempertimbangkan bahwa kaizen mengandung prinsip sebagai
berikut :
1. Mengadakan peningkatan secara terus menerus menjadi sifat alamiah, suatu tugas
dapat dilakukan secara sukses, maka kita pengalihan perhatian suatu yang baru,
keberhasilan bukanlah suatu hasil akhir dari suatu tugas, keberhasilan adalah suatu
langkah maju berikutnya.
2. Mengakui masalah secara terbuka, keterbukaan sebagai kekuatan yang bias
mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat, dan juga secepatnya
dapat mewujudkan kemampuan.
3. Mempromasikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan adalah
kekuasaan pribadi. Tetapi, bagi organisasi kaizen, ilmu adalah untuk saling
dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya adalah sumber efisiensi
yang besar.
4. Menciptakan tim kerja. Dalam organisasi kaizen tim adalah bahan bangunan dasar
yang membentuk struktur organisasi, masing-masing karyawan secara individual
memberikan sumbangan berupa reputasi akan di efesiensi, prestasi kerja dan
peningkatannya.
5. Memberikan proses hubungan kerja yang benar, mengembangkan disiplin pribadi
untuk menciptakan suasana harmonis dengan rekan sekerja didalam tim dan
prinsip-prinsip utama perusahaan, sehingga sifat-sifat individual yang terpenting
bias tetap terjaga (Baidan & Aziz, 2014)

Anda mungkin juga menyukai