“KEPEMIMPINAN”
NIM : 7201142001
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas Critical Journal Review (CJR) tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dibuatnya tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan dan untuk menambah
wawasan baik dar penulis maupun pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu
Rahmadansyah SE, M.Acc selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan di
Universitas Negri Medan dan semua pihak teristimewa kepada orang tua yang telah memberikan
dorongan dan doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
memyelesaikannya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isis maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan wawasan
penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
tugas ini. Akhir kata penulis menhgarapkan semoga tugas ini banyak memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR....................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan CJR...............................................................................................
1.3 Manfaat CJR.............................................................................................................
BAB II RINGKASAN JURNAL.................................................................................
2.1 Jurnal Utama.............................................................................................................
2.2 Jurnal Pembanding...................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................
3.1 Kelebihan dan Kekurangn jurnal.............................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 3. Manfaat CJR
Sebagai mahasiswa Pendidikan Akuntansi jurnal-jurnal ini dirasa perlu untuk
dikritik sebab dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam membuat
laporan penelitian yang baik dan benar agar terhindar dari kesalahan dalam
melakukan penelitian terutama penelitian untuk penulisan skripsi serta sebagai
pegangan dalam menulis karya ilmiah yang nantinya diharapkan agar mahasiswa
dapat membuat jurnal penelitian yang sesuai dengan kaidah dan aturan yang
berlaku
Dalam kesempatan ini jurnal yang akan dikritik merupakan jurnal yang
berkaitan dengan Mata Kuliah Kepemimpinan. Adapun Identitas
jurnalyangakandikritikakandilampirkanpadapointIdentitasJurnal.Jurnal ini dirasa
perlu untuk dikritik karena secara tidak langsung akan mampu meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dari teori dan aplikasi hasil gagasan peneliti sehingga
dengan pengetahuan tersebut dapat menjadi inspirasi baru bagi mahasiswa sebagai
calon guru dalam menyurusun atau mendesain pembelajaran yang efektif nantinya.
IDENTITAS JURNAL
JURNAL UTAMA
Jurnal : EMBA
Tahun : 2013
JURNAL PEMBANDING
Pendekatan Konsep
Tahun : 2015
Tujuan utama pembangunan Negara Indonesia di bidang sumber daya manusia dewasa
ini adalah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan masyarakat Indonesia yang
sejahtera. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia
yang terus mengalami perubahan dengan menuntut setiap individu maupun kelompok harus
mampu meningkatkan kinerjanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara. Populasi terdiri dari 92 orang dengan menggunakan sampel jenuh.
Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,447
yang artinya gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan namun tidak
signifikan. Budaya organisasi signifikan artinya budaya organisasi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Secara simultan gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya
temuan dalam penelitian ini, sebaiknya gaya kepemimpinan yang ada di Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kompetisi dalam dunia bisnis saat ini menuntut setiap organisasi untuk melakukan
perubahan agar terus berkembang dan bertahan. Perubahan tersebut bisa dimulai dari individu
kemudian menjalar pada perubahan kelompok. Perubahan hendaklah dilakukan terlebih dahulu
oleh Pimpinan, karena pimpinan merupakan contoh dalam ogranisasi. Oleh sebab itu, organisasi
harus memiliki pemimpin yang tidak hanya sekedar memimpin, tapi juga mampu menggerakan
organisasinya untuk berubah. Kelangsungan hidup sebuah organisasi bergantung pada
pemimpinnya. Pemimpin menjadi salah satu indikator penentu keberhasilan dalam mencapai
tujuan organisasi. Pemimpin yang Reformis harus peka terhadap perubahan, mampu menganalisa
apa yang menjadi kelemahan dan kekuatan baik internal dan eksternal organisasinya, sehingga
mampu memecahkan masalah yang dihadapi, dan lebih meningkatkan kinerja karyawan dan
kinerja organisasi. Dalam segala situasi pemimpin memilki peran yang sangat penting.
Pemimpin merupakan simbol, panutan, pendorong sekaligus sumber pengaruh, yang dapat
mengarahkan berbagai kegiatan dan sumber daya guna mencapai tujuannya. Kemampuan untuk
menyatukan aspek-aspek manusia menjadi kesulitan tersendiri, dan hal tersebut merupakan salah
satu tugas dari seorang pemimpin.
Budaya organisasi juga memiliki peran yang cukup penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Budaya organisasi berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen organisasi,
menentukan identitas, suntikan energi, motivator, dan dapat dijadikan pedoman bagi anggota
organisasi. Budaya organisasi merupakan alat perekat yang mampu membuat kelompok
organisasi menjadi lebih dekat, yang dapat menjadi sebuah energi positif yang mampu
membawa organisasi ke arah yang lebih baik. Kepemimpinan dan budaya organisasi memiliki
hubungan yang sangat erat, karena setiap pimpinan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-
beda yang pada akhirnya dari situlah akan terbentuk budaya organisasi. Sehingga sering
dikatakan bahwa budaya organisasi mencerminkan kepemimpinan dalam organisasi tersebut,
perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang memiliki nilai yang sama. Objek penelitian
yaitu Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen. BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan
keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan visi yakni Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya untuk
mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Dan misi yaitu Menyelenggarakan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola
kepemerintahan yang baik dan bebas KKN, membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional
dan kompeten, menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi
presiden/pemerintah.
Fenomena yang terjadi di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012, dimana
sejak terjadi pergantian pimpinan kinerja karyawan mulai menurun. Hal tersebut terlihat dari
beberapa stakeholder yang mengeluh atas terlambatnya laporan hasil audit dari Perwakilan
BPKP Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi kepemimpinannya, pimpinan Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara kurang memberikan apresiasi, reward dalam bentuk finansial kepada
karyawan yang berprestasi dan memilik kinerja yang baik. Disamping itu, terjadi budaya
organisasi yang kurang seimbang. Dimana pada tahun 2012 warga Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara lebih fokus pada budaya transparansi atau peningkatan citra, sehingga budaya
yang lain mulai terabaikan.
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang menjelaskan hubungan sebab
akibat variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan melihat fenomena dan untuk mengukur pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi terhadap kinerja karyawan.
Tinjauan Pustaka
Kepemimpinan
Berdasarkan dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Budaya Organisasi
Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan
perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada
periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja
organisasi. (Gibson et al.,1996). Kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya
adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode waktu tertentu dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria lain yang ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama. (Soeprihanto, 2000). Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000). Berdasarkan dari
beberapa definisi diatas, kinerja karyawan dapat disimpulkan sebagai otuput atau hasil kerja
karyawan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil pengujian analisis regresi memperlihatkan bahwa Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya
terlahir dari pemimpinnya dan pemimpin mencerminkan budaya organisasinya. Ibarat dua sisi
mata uang dalam satu koin. Setiap pemimpin memiliki perangai yang berbeda-beda yang
nantinya akan menciptakan budaya yang mencerminkan kepribadiannya. Senada dengan apa
yang terjadi di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara. Dimana pemimpinnya menjunjung
tinggi nilai-nilai kedisiplinan sehingga mampu menjadikan dirinya sebagai change agent untuk
mempengaruhi karyawan dalam meningkatkan kedisiplinan yakni penegakan hukuman disiplin
karyawan melalui budaya birokrasi. Disamping itu pemimpin sangat dekat dengan para
karyawan, turut menciptakan suasana yang nyaman dan akrab dalam bekerja sehingga karyawan
menjadikan dirinya teladan dalam membangun budaya suportif yang tercermin dari rasa
kekeluargaan yang cukup solid. Tak hanya menjadi change agent dan teladan dalam membangun
budaya birokratif dan suportif. Pimpinan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara menjadi
Pilot Project dalam pengembangan diri melalui sharing knowledge, berbagi pengalaman
pekerjaan, sehingga mampu mendorong para karyawan untuk lebih meningkatkan potensi yang
mereka miliki. Hal ini dicerminkan melalui budaya inovatif.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2012)
dalam jurnalnya Analisa Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Dosen dan Karyawan pada Universitas Paywatan Daha Kediri. Dimana penelitian
tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja karyawan.
Hasil analisis regresi membuktikan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang dianut oleh
orang-orang yang ada di dalam organisasi. Di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi utara, budaya
organisasi sangat dijunjung tinggi. Budaya organisasi sudah tertanam, bahkan mendarah daging
pada para karyawan, walaupun telah munculnya sebuah budaya yang bisa dikatan budaya yang
masih baru yaitu budaya transparansi atau peningkatan citra. Walaupun mereka fokus pada
budaya transparansi, namun mereka tetap mempertahankan keunggulan kompetitif mereka
melalui eksistensi dengan budaya yang lama. Budaya organisasi mampu menggerakkan nurani
dan pikiran untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Budaya Birokrasi dicerminkan melalui
penegakan hukuman disiplin karyawan, pembagian tugas dilakukan secara merata, yang sesuai
dengan standar dan kompetensi karyawan. Salah satu contoh di Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara, rata-rata karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai standar yang ditetapkan, itu
terjadi karena sudah menjadi budaya organisasi. Sehingga budaya tersebut mampu menjadi
motivator dalam diri para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Budaya Inovatif
diwujudkan dengan pemberian kesempatan kepada karyawan untuk berkarya dan
mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan formal maupun informal. Didukung
dengan Budaya Suportif melalui membangun komunikasi yang baik antar sesama karyawan, dan
adanya rasa kekeluargaan.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Maryani (2011) dalam jurnalnya berjudul
Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan serta Pengembangan Karyawan Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan pada Perusahaan Ritel di Sulawesi Selatan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh secara positif signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : Secara simultan,
gaya kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Secara parsial gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan namun
tidak signifikan. Secara parsial budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dapat dikemukakan saran yang dapat digunakan untuk
peneliti, akademisi, dan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan yang ada diperwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara sebaiknya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
saat ini.
2. Penelitian lain dapat dikembangkan dimasa mendatang dengan mengembangkan variabel lain
seperti motivasi kerja, organisasi pembelajar dan komitmen organisasi sebagai variabel
intervening.
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan suatu kerangka kerja konseptual
yang menggambarkan hubungan variabel-variabel kepemimpinan, budaya, strategi, dan kinerja.
Artikel ini mempresentasikan beberapa konsep teori dari Perilaku Organisasi, Budaya
Organisasi, Kepemimpinan, dan Manajemen Strategik. Akhirnya beberapa tujuan penelitian
yang mengamati tentang hubungan variabel-variabel kepemimpinan, budaya, strategi, dan
kinerja sangatlah diharapkan untuk mengembangkan tujuan penelitian.
PENDAHULUAN
Organisasi yang merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.
Organisasi terbagi pada dua kelompok besar berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
(1) Organisasi Sosial yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya
(2) Organisasi Bisnis yaitu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai/memperoleh
keuntungan.
Pendekatan lain untuk membedakan suatu bentuk organisasi (organisasi sosial dari
organisasi bisnis) adalah dari perkembangan organisasi itu berdasar pada fase
pengembangannya. Orgnisasi sosial cenderung mengikuti fase pertumbuhan organisasi yang di
kemukakan oleh Greiner, L. (1972), sebagaimana dijelaskan dalam buku Teori Organisasi
(Organization Theory) oleh Hatch, M. J. (1997: 173-177). Konsep teori 5 fase pertumbuhan
organisasi yang dikemukakan oleh Greiner sangatlah terkenal bagi para ilmuwan manajemen.
Konsep tersebut menjelaskan bahwa fase 1 mengawali bahwa organisasi itu ada dikarenakan
oleh kreatifitas beberapa individu yang ingin memiliki wadah bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Pada fase pertama ini, individu anggota organisasi dihadapkan pada suatu
kondisi yang kritis, kondisi antara organisasi terus ada (bisa terwujudkan) ataukah organisasi itu
tidak terwujudkan, atau organisasi tersebut melebur menjadi tidak ada (bubar), dimana krisis
tersebut ditandai dengan kondisi setiap individu dihadapkan pada pemilihan pimpinan, siapa
yang disepakati untuk menjadi pemimpin. Bila kesepakatan untuk memilih pimpinan telah
terwujudkan maka organisasi telah lolos dari fase kritis tersebut. Fase kedua ditandai dengan
pertumbuhan organisasi melalui arahan dari pemimpinnya, karena ada seorang pimpinan yang
telah disepakati bersama, semua kebijakan dari pemimpin merupakan arahan bagi anggotanya
dan kebijakan tersebut diikuti atau tersentralisir pada pusat pengelolaan dimana organisasi itu
berada. Bertambahnya waktu, organisasi semakin berkembang meluas, dari pusat kepengurusan
yang merupakan tempat lahirnya organisasi meluas ke wilayah, dan ke daerah-daerah yang
menjadi cabang kepengurusan organisasi. Akhirnya timbul krisis yang kedua bagi organisasi
tersebut yaitu krisis otonomi, suatu krisis dimana masing-masing wilayah menginginkan adanya
otonomi pengelolaan. Krisis yang kedua ini diatasi dengan kebijakan organisasi dalam bentuk
pendelegasian wewenang, dimana pada masing-masing wilayah ada seorang pemimpin yang
berperan sebagai wakil dari pimpinan pusat (delegasi dari pusat). Fase ketiga berakhir dengan
munculnya krisis dalam bentuk masing-masing daerah (Cabang Organisasi) ingin berjalan
sendiri-sendiri tanpa keterlibatan pusat (Krisis Pengendalian/Crisis of Control). Fase keempat
merupakan Fase Koordinasi, pada fase ini pertumbuhan organisasi ditandai dengan adanya
koordinasi antara pusat dan daerah; antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, ditujukan
untuk mengatasi krisis pengendalian. Krisis terjadi pada fase keempat dikarenakan terjadinya
ketidak samaan setiap daerah (wilayah/cabang) dalam melaksanakan program bersama, atau
terjadi kemacetan (kemandegan), birokrasi yang tinggi. Krisis pada fase keempat ini sering
disebut dengan krisis Red-tape (Hatch, M. J.,1997). Fase kelima, organisasi berkembang atas
dasar kolaborasi, dimaksudkan setiap pimpinan ada keterbukaan, yang berhasil menjelaskan
kunci keberhasilannya, bagi yang kurang berhasil ataupun belum berhasil membuka diri
menjelaskan permasalahan dan kesulitan yang dihadapinya. Fase kelima ini merupakan akhir
dari pertumbuhan organisasi. Berikutnya, apakah krisis organisasi sudah tidak ada?. Greiner
menjelaskan bahwa masih terjadi krisis yaitu kembali pada krisis yang pertama (krisis
kepemimpinan), atau yang kedua (krisis otonomi), atau yang ketiga (krisis pengedalian), atau
yang ke empat (red-tape), atau semua krisis bisa terjadi secara simultan yang sering kita sebut
dengan multi krisis. Dari konsep Greiner ini dapat diambil kesimpulan sementara bahwa setiap
orgnisasi itu tidak lepas dari permasalahan (krisis) yang dihadapi, tidak nampak adanya kematian
yang akan terjadi pada organisasi, dan yang ada hanyalah krisis. Model yang lain bagi fase
pertumbuhan organisasi adalah model dari Ichak Adizes (1988). Konsep pertumbuhan organsasi
oleh Ichak Adizes memang diperuntukkan bagi organisasi bisnis sebagaimana judul buku yang ia
tulis “Corporate Lifecycles: How and Why Corporations Grow and Die and What to do About
It”. Pada fase pertama disebut dengan Fase Courtship yaitu fase dimana organisasi dihadapkan
pada pengakuan hukum atas keberadaan organisasi. Organisasi bisnis akan bisa hidup manakala
organisasi bisnis memiliki keabsahan secara hukum (memiliki legalitas hukum).
Kepemimpinan
Budaya Organisasi
Budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga
tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar (Basic Assumption), kemudian Tingkatan Nilai
(Value), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar
itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa
diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi
ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value, Value itu dalam
hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest)
dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan
artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk
tehnologi, seni, atau sesuatu yang bisa didengar (Schein, 1991: 14) Budaya organisasi itu
merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan hidup
dalam organisasi, budaya organisasi itu cenderung untuk diwujudkan oleh anggota
organisasi (Brown, 1998: 34). Robbins, (2003: 525) menjelaskan bahwa budaya
organisasi itu merupakan suatu system nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota
organisasi, sehingga hal yang sedemikian tersebut bisa membedakan organisasi tersebut
dengan organisasi lainnya. System nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik sebagai
sari (essence) dari budaya organisasi, 7 karakteristik adalah:
1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana
para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko.
2. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para karyawan
diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada
rincian.
3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan
perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil.
4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan
manajemen memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang–orang anggota
organisasi itu.
5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja
diorganisir di sekitar tim – tim, bukannya individu – individu.
6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang – orang (anggota
organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai – santai.
7. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan di
pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Kinerja
Kinerja yang sering disebut dengan performance juga disebut result (Cash and Fischer, 1987)
yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Istlah yang lain adalah human
output yang dapat diukur dari productivity, absence, turnover, citizenship, dan satisfaction
(Robbins, 2003: 27). Kinerja pada individu juga disebut dengan job performance, work outcome,
task performance (Baron and Greenberg, 1990).
Organizational performance (Cash and Fischer, 1986) tersebut merupakan strategi (program)
dari setiap departemen sumberdaya manusia dan dari organisasi (Galpin and Murray, 1997 ). Ini
berarti result (kinerja) dipengaruhi oleh strategi organisasi. Sehubungan dengan strategy
ditentukan oleh pemimpin organisasi (7-S McKinsey pada Pearce and Robinson, 2003) dan
strategy dipengaruhi oleh budaya organisasi maka kinerja organisasi dipengaruhi pula oleh
pemimpin dan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Laporan hasil penelitian Latifah A.D.
dalam Kumpulan Hasil Penelitian Kepemimpinan dan Motivasi di Era Otonomi Daerah Propinsi
Kalimantan Timur oleh Armanu Thoyib (Eds. 2003), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat prestasi kerja karyawan melalui variabel
Tingkat Iklim Organisasi, artinya pemimpin memiliki peran membentuk iklim organisasi yang
lebih kondusif, dari iklim yang lebih kondusif itu terbentuk-lah tingkat prestasi kerja karyawan
yang lebih baik. Dalam studi yang lain, Emang Mering dalam Armanu Thoyib (Eds. 2003)
menegaskan bahwa gaya kepemimpinan para pimpinan daerah di era otonomi daerah adalah
memberdayakan bawahan mereka agar bawahan mampu meningkatkan produktivitas mereka
dalam mencapai tujuan pembangunan.
KESIMPULAN
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan artikel ini yang
memerlukan jawaban konseptual maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemimpinan,
Budaya Organisasi, dan Strategi berpengaruh terhadap Kinerja. Berdasar pada telaah teori dan
studi empiris maka kesimpulan artikel ini dapat dikemukakan lebih detil (lebih rinci) bahwa:
SARAN
Disarankan bahwa suatu tujuan penelitian untuk mengetest conceptual framework pada
organisasi bisnis manufaktur dan jasa sangat dianjurkan untuk meningkatkan sumbangan ilmu
khususnya pada Perilaku Organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Budaya organisasi adalah Pola asumsi dasar diciptakan atau dikembangkan oleh
kelompok tertentu saat mereka menyesuaikan diri dengan masalah-masalah eksternal dan
integrasi internal yang telah bekerja cukup baik serta dianggap berharga, dan karena itu diajarkan
pada anggota baru sebagai cara yang benar untuk menyadari, berpikir dan merasakan hubungan
dengan masalah tersebut. (Fred Luthans, 2006). Budaya itu adalah sistem makna dan keyakinan
bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan, sebagian besar cara mereka
bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar. (Robbins, 2007). Budaya organisasi
adalah pola kepercayaan, nilai, ritual, mitos para anggota suatu organisasi, yang mempengaruhi
perilaku semua individu dan kelompok di dalam organisasinya. (Harrison dan Stokes, 1992).
Dari berbagai definisi yag telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi merupakan nilai, anggapan, asumsi, sikap dan norma perilaku yang telah melembaga
kemudian mewujud dalam penampilan, sikap dan tindakan, sehingga menjadi identitas dari
organisasi tertentu.
Kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan
perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada
periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja
organisasi. (Gibson et al.,1996). Kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya
adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode waktu tertentu dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria lain yang ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama. (Soeprihanto, 2000). Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000).
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, kinerja karyawan dapat disimpulkan sebagai
otuput atau hasil kerja karyawan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai
tujuan organisasi
JURNAL UTAMA
JURNAL PEMBANDING
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis di dapatkan bahwa kedua jurnal bisa saling melengkapi satu
sama lain dan bisa dijadikan referensi untuk pembelajaran, namun jurnal utama lebih
baik dibandingkan dengan jurnal pembanding. Namun, bukan berarti jurnal
pembanding tidak baik untuk digunakan untuk sumber referensi, hanya saja banyak
terdapat kesalahan di dalam jurnal tersebut.
4.2 SARAN
Seharusnya dalam melakukan critical jurnal, menggunakan dua jurnal atau lebih
sebagai sumber referensi agar ilmu dan wawasan yang didapat lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL UTAMA
Cahyono, Ari. 2012. Analisa Pengaruh Kepemimpinan, motivasi, dan budaya organisasi
terhadap kinerja Dosen dan Karyawan di Universitas Pawyatan Daha Kediri. Jurnal Ilmu
Manajemen Revitalisasi Vol.1 Nomor 1.
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi, Edisis Kesepuluh. Penerbit : Andi Offset.
Gibson, Ivancevich, Bonnelly. 1996. Organisasi Perilaku Struktur Proses. Jillid I. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. Horrison R, and Stokes H. 1992. Diagnosing Organizational Culture. San
Fransisco : Jossey-Bass-Preiffer. Indriani, Etty. 2009. Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar
dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening. Jurnal SDM, STIE AUB Surakarta.
Jacob and Jacques. 2008. The Relationship Among Principal Leadership, School
Culture, and Student Achievment In Missouri Midle Schools. University of Missouri-Columbia.
Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2008. Organizational Behaviour, Eight Edition.
International Edition. McGraw-Hill/Irwin, New York.
Robbins, S. P. 2006. Teori Organisasi : Struktur Desain dan Aplikasi. Ahli Bahasa:
Yusuf Udaya. Jakarta : Arcan.
Robbins, S. P. and Mary Coulter. 2007. Management, Ninth Edition. International
Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
JURNAL PEMBANDING
Adizes, Ichak. 1988. Corporate Lifecycles: How and Why Corporations Grow and Die
and What to do About It. New Jersey: Prentice Hall.
Cash, W.H. and F.E. Fischer. 1987. Human Resource Planning. Dalam Famularo, J.J.,
Hand Book of Human Resources Administration (hlm 10.3-10.20). Singapore: Fong and Sons
Printers Pte Ltd.
Dubrin, A. J. 2001. Leadership: Research Findings, Practices, and Skills, Third Edition.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Erwin, Jane and PC. Douglas. 1996. It’s not difficult to change company culture,
Proquest, UMI, CD-ROM: Business Journal.
Galpin, T.J., and P. Murray. 1997. Connect Human Resource Strategy to the Business
Plan. Human Resource Magazine, March, 1997.
Hickman, C.R., and M.A. Silva. 1986. Creating Excellence: Managing Corporate
Culture, Strategy and Change in the New Age. Canada: New American Library.
Kotter, J.P. & Heskett, J.L. 1992. Corporate Culture and Performance. New York: The
Free Press.