Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PROFESI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : Prof, Dr sahat siagian,,M.Pd
Try wahyu purnomo, S,Pd, M,Pd

Teachers Professionalism And The Challenge Of Education:


(Teachers Professionalism and The Challenge Of Education In A Global
Era, Sudrajat, 2017)

SARI ARRIZQI
5191144010

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PENDIDIKAN S1 TATA RIAS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat
megerjakan dan memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan yakni Review
Jurnal yang bernama Jurnal Teachers Professionalism And The Challenge Of
Education dengan judul artikel Teachers Professionalism and The Challenge Of
Education In A Global Era.
Tidak lupa pula saya sampaikan rasa terimakasih saya kepada dosen
pengampu yang mau mengajarkan saya bagaimana caranya membuat tugas
review jurnal ini, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya
yang mau berdiskusi dan menerima pertanyaan dan masukan dari saya mengenai
pembuatan review jurnal ini.

Pastilah ada hal-hal yang sedikit banyaknya mengandung sedikit


banyaknya manfaat direview jurnal saya ini. Karena itu saya berharap semoga
review jurnal ini memberikan manfaat itu kepada kita semua.
Reviewer juga menyadari bahwa didalam review jurnal yang saya buat
ini pastilah memiliki kekurangan, atau ada yang kurang bisa dipahami, untuk itu
saya sebagai reviewer memohon maaf yang sedalam-dalamnya. Reviewer
berharap semoga review jurnal ini bisa diterima untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu.

Medan, Maret 2020


Sari arrizqi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.Latar Belakang .....................................................................................................1
B.Tujuan CJR............................................................................................................1
C.Manfaat CJR..........................................................................................................1
D.Identifikasi Journal................................................................................................2
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL..................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................9
A.Kelebihan Jurnal....................................................................................................9
B.Kelemahan Jurnal..................................................................................................9
BAB IV PENUTUP............................................................................................................10
A.KESIMPULAN....................................................................................................10
B.SARAN.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa,
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat
beberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang
sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba
untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal
memiliki beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
organisasi yang memuat jurnal ilmiah; memiliki judul dan nama penulis serta alamat
email dan asal organisasi penulis, terdapat abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal,
introduction, metodologi yang dipakai sebelumnya dan metodologi yang diusulkan,
implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-
hal yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan
tujuan apa ynag ingin dicapai, mengungkapkan metode yang digunakan, subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan analisis data yang
digunakan, mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan
deskripsi secara singkat, jelas, dan padat serta menyimpulkan isi dari jurnal.

B. Tujuan Penulisan CJR


 Memahami dan menganalisis kelebihan dan kelemahan dari suatu jurnal.
 Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.

C. Manfaat CJR
Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang
terdapat dalam suatu jurnal.
D. Identitas Jurnal yang Direview
1. Judul Artikel : Teachers Professionalism and The Challenge Of Education In A
Global Era
2. Nama Journal : Teachers Professionalism and The Challenge Of Education
3. Edisi Terbit : 2017
4. Pengarang Artikel: Sudrajat
5. Penerbit : Muhammadiyah University of Cirebon
6. Kota Terbit : Cirebon
7. Nomor ISSN : 2540-7619
8. Alamat Situs : scholar.google.com/citations?user=yCvkR0EAAAAJ&hl=en

 Identitas Jurnal Pembanding 1


1. Judul Artikel : Profesionalitas Guru Seni Rupa SMP Negeri SeKabupaten Batang Tahun
2014
2. Nama Jurnal : Eduarts: Journal of Arts Education
3. Edisi Terbit : 2014
4. Pengarang Artikel : Ardian Setiaji
5. Penerbit : Universitas Negeri Semarang, Indonesia
6. Kota Terbit : Semarang
7. Nomor ISSN : 2252-6625
8. Alamat Situs : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduart
 Identitas Jurnal Pembanding 2
1. Judul Artikel : Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di SMA Kabupaten
Banjarnegara
2. Nama Jurnal : Eduarts: Journal of Visual Arts
3. Edisi Terbit : 2014
4. Pengarang Artikel : Ratna Puspitta
5. Penerbit : Universitas Negeri Semarang, Indonesia
6. Kota Terbit : Semarang
7. Nomor ISSN : 2252-7516
8. Alamat Situs : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/arty
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
 Jurnal Utama

Sikap profesional seorang guru sangat diperlukan untuk menghadapi pendidikan


di era global ini. Tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, memelihara,
membimbing dan membentuk kepribadian siswa. Kesalahan guru dalam memahami
profesi akan menghasilkan pergeseran fungsi guru secara perlahan. Hubungan antara
guru dan siswa yang saling membutuhkan berubah menjadi hubungan yang saling tidak
peduli, tidak bahagia dan membosankan. Profesionalisme guru ditentukan oleh perilaku,
kemauan dan kemampuan pada kondisi Perdana itu. Profesionalisasi harus dipandang
sebagai proses berkelanjutan, sehingga sikap dan guru profesional benar-benar terbentuk
dalam proses ini, pendidikan pra-jabatan, peningkatan pendidikan, termasuk dalam
pembinaannya dari organisasi profesional dan tempat kerja, masyarakat terhadap profesi
pelatihan guru, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru,
penghargaan, dll secara kolektif menentukan seseorang termasuk pengembangan
profesional guru. Artikel ini menyajikan ruang diskusi percobaan untuk pendidik, calon
pendidik, dan pihak terkait untuk lebih memahami, menerapkan, dan mengembangkan
sikap dan perilaku di dunia pendidikan melalui contoh yang baik dalam pikiran, ucapan,
dan tindakan.
Sebagai fenomena universal dan komparatif, modernisasi menurut Inkeles (1966)
dalam bukunya The Modernization of Man, modernisasi ditandai sejumlah tren,
termasuk: (1) menyetujui gagasan metode baru dan berani menguji metode dan teknik
baru, (2) kesiapan menyatakan pendapat, (3) berorientasi di masa sekarang dan masa
depan daripada di masa lalu, (4) menghargai ketepatan waktu, (5) perencanaan,
organisasi, dan efisiensi (6) melihat dunia sebagaimana bisa dalam perhitungan, (7)
keyakinan dalam sains dan teknologi, (8) melihat pentingnya keadilan yang adil.
Modernisasi yang stabil dicirikan oleh munculnya delapan kriteria secara kolektif dalam
sebuah institusi sosial. Bab kedelapan adalah sikap sekaligus semua elemen keyakinan
masyarakat, baik pribadi maupun institusional, termasuk pendidikan. Jadi, sebagai sebuah
institusi, pendidikan pada prinsipnya mengasumsikan mandat "etika masa depan".
Etika masa depan muncul dari dan dibentuk oleh kesadaran bahwa semua
manusia, sebagai individu dan kolektif akan menjalani sisa hidupnya di masa depan
bersama sesama makhluk hidup lain yang ada di Bumi. Ini berarti bahwa etika masa
depan menuntut manusia untuk tidak menghindari tanggung jawab atas konsekuensi
perbuatan apa pun yang telah dilakukannya di masa kini.
Etika masa depan sebagaimana disebutkan di atas tidak sama dengan etika di
masa depan; Etika etika masa depan adalah masa kini untuk masa depan. Karena di masa
depan, dengan tidak adanya etika masa depan sekarang, semuanya tertunda. Oleh karena
itu, dalam etika masa depan terdapat persyaratan agar manusia berani menjawab
tantangan terhadap kemampuan khas untuk mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai
kemanusiaan, dan menetapkan prioritas dalam suasana yang tidak menentu sehingga
generasi mendatang tidak menjadi korban dari suatu proses yang menjadi semakin tidak
dapat diatur pada waktu mereka di kemudian hari.
Guru adalah seseorang yang sangat dihormati karena memiliki peran yang sangat
besar dalam keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan pembelajar untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika
orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada waktu itu juga berharap orang tua
menentang guru, agar anaknya bisa berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005: 10).
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang
secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam hal ini, guru perlu memperhatikan siswa secara
individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, memelihara,
membimbing, dan membentuk kepribadian siswa untuk mempersiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia.
Pendidikan sangat erat dengan globalisasi. Di era globalisasi, menuju Indonesia
harus reformasi dalam pendidikan, yaitu dengan menciptakan sistem pendidikan yang
lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam
kehidupan komunitas global yang demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan
potensi secara alami dan kreatif dalam suasana kebebasan, kebersamaan, dan tanggung
jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang dapat memahami,
orang-orang dengan semua faktor yang dapat mendukung mencapai keberhasilan atau
penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan masyarakat. Ini salah
satunya ditentukan oleh sikap profesionalisme seorang guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesi akan menghasilkan pergeseran sebagai
fungsi guru secara perlahan. Pergeseran ini telah menyebabkan kedua pihak yang sama-
sama membawa minat dan kebutuhan berlayar, yaitu guru dan siswa, yang tidak lagi
saling membutuhkan. Akibatnya, suasana belajar sangat menjengkelkan, membosankan,
dan jauh dari suasana bahagia. Dari konflik ini demi konflik muncul sehingga pihak-
pihak di dalamnya mudah frustrasi kemudian dengan mudah melampiaskan kegugupan
dengan cara-cara yang tidak benar.
Mengembangkan Sikap Guru Profesional
Menurut para ahli, profesionalisme untuk menekankan penguasaan ilmu atau
kemampuan manajemen bersama dengan strategi pelaksanaannya. Profesionalisme bukan
hanya pengetahuan teknologi dan manajemen melainkan sikap, mengembangkan
profesionalisme lebih dari seorang teknisi tidak hanya memiliki keterampilan tinggi tetapi
memiliki perilaku yang diperlukan.
Syarat-syarat guru Indonesia Profesional harus dimiliki; (1) landasan sains yang
kuat sebagai perwujudan teknologi pada masyarakat dan ilmu masyarakat di abad ke-21;
(2) Penguasaan taktik profesi berdasarkan penelitian dan pendidikan Praksis yaitu
pendidikan sains sebagai praksis bukan hanya sekedar konsep belaka. Pendidikan adalah
proses yang terjadi di lapangan, serta penelitian ilmiah dan pendidikan, harus diarahkan
pada pendidikan masyarakat Praxis Indonesia; (3) pengembangan kemampuan
profesional berkelanjutan, profesi mengajar adalah profesi yang terus berkembang dan
berkesinambungan antara LPTK dengan pendidikan praktik.
Mengerdilkan profesi mengajar dan pendidikan karena pemutusan program
layanan pra-dan dalam-layanan karena pertimbangan birokrasi yang kaku atau
manajemen pendidikan lemah. Dengan persyaratan profesionalisme para guru ini, perlu
adanya paradigma baru untuk melahirkan profil profesional guru Indonesia di abad 21
yang merupakan era global, yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matang dan
berkembang; (2) penguasaan sains yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan
siswa untuk sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesional secara berkelanjutan.
Pengembangan profesional seorang guru menjadi perhatian global, karena guru
memiliki tugas dan peran bukan hanya untuk memberikan informasi-informasi sains dan
teknologi, tetapi juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan di era persaingan
yang hiper. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar dapat melakukan adaptasi
terhadap tantangan kehidupan serta desakan yang semakin besar dalam dirinya terutama
dalam menghadapi era global.
Memberdayakan peserta didik ini mencakup aspek kepribadian dari aspek
intelektual, terutama sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia yang menjadi
berat karena tidak hanya guru harus menyiapkan generasi muda yang memasuki era
global, tetapi harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun
sebagai profesional.
Faktor penyebab rendahnya sikap guru profesional dalam pendidikan kondisi
nasional kita bukanlah Flash di negara maju. Baik institusi maupun isinya masih
membutuhkan perhatian ekstra kepada Pemerintah atau publik. Dalam pendidikan formal,
di samping peserta majemuk mereka, lembaga yang cukup mapan, dan kepercayaan
masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat penggabungan benih unggul yang tumbuh
dan membutuhkan pembibitan yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalah
pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan
nasional khususnya dan kehidupan kita pada umumnya.
Guru adalah mungkin dalam pelaksanaan profesinya yang bertentangan dengan
hati nuraninya, karena ia mengerti bagaimana menjalankan profesinya tetapi karena tidak
sesuai dengan kehendak para pemilih atau instruksi atasan maka cara guru tidak dapat
diwujudkan secara nyata. tindakan. Guru selalu ikut campur. Kurangnya kemandirian
atau otonomi itulah yang mematikan profesi sebagai pendidik guru menjadi pemberi
instruksi. Bahkan sebagai guru instruktur tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain itu,
gerak ruang seorang guru selalu dikendalikan oleh perlunya membuat implementasi
rencana pembelajaran (RPP).
Bahkan, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima
tahun sebenarnya telah menemukan pola belajar itu sendiri. Dengan guru setiap kali ia
menuntut untuk mengajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). begitu
banyak guru waktu dan energi yang terbuang, yang seharusnya membuang-buang waktu
dan energi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya. Selain faktor-faktor di
atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru disebabkan antara
lain; (1) masih banyak guru yang tidak mempraktekkan profesinya secara keseluruhan.
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sampai saat membaca dan menulis untuk memperbaiki diri
Anda tidak; (2) belum adanya standar profesional guru sebagai tuntutan di negara maju;
(3) kemungkinan disebabkan oleh adanya Universitas swasta sebagai pengajar asal-
muasal Alumni pencetak sehingga tanpa memperhitungkan output di kemudian hari di
lapangan sehingga menyebabkan banyak guru bandel melawan etika profesi pelatihan
guru; (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk memeriksa seperti yang dipaksakan pada dosen di perguruan tinggi.
Akadum (1999) juga menunjukkan bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru; (1) masih banyak guru yang tidak mempraktekkan profesinya
secara total, (2) guru kepatuhan yang rentan dan rendah terhadap norma dan etika profesi
pelatihan guru, (3) pengakuan ilmu pendidikan dan pelatihan guru masih separuh hati
dari pembuatan dan pihak-pihak yang terlibat. Hal ini terbukti dari masih lemahnya
kekuatan pedagogi dan edukasi kelembagaan, (4) masih belum memuluskan perbedaan
pendapatnya tentang proporsi bahan ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih
belum berfungsi sebagai organisasi profesi PGRI berusaha untuk secara maksimal
meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI adalah politik yang
tidak patut disalahkan, terutama untuk menjadi kelompok penekan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun, di masa depan harus mulai mencari
profesionalisme PGRI dari anggotanya. Dengan melihat adanya faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, Pemerintah berupaya mencari alternatif
untuk meningkatkan profesi guru.
 Jurnal pembanding 1

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peran pendidikan menempati


kedudukan yang sangat penting. Agar tercipta pendidikan yang berkualitas, maka
dibutuhkan pula pendidik atau guru yang memiliki kompetensi yang profesional dalam
bidangnya masing-masing. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satu di antaranya adalah dengan
mengevaluasi kinerja guru dalam proses pendidikan.
Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru harus mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu
mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika, profesi, independen,
produktif, efektif, efisien, dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan
prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu dan teori yang sistematis, kewenangan
profesional, pengakuan masyarakat, dan Guru menjadi penopang penuh bagi pendidikan
di Indonesia. Namun, realita yang terjadi sekarang peran guru di Indonesia masih jauh
dari sasaran yang telah ditetapkan, banyak terjadi ketidaksesuaian antara rencana yang
telah direncanakan dengan implementasinya di lapangan. Peran guru saat ini dalam
memajukan pendidikan di Indonesia dirasa telah luntur, profesi guru saat ini bukan lagi
sebagai panggilan jiwa untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa, namun saat ini
profesi guru sudah menjadi tujuan ekonomi yang mana seseorang ingin berprofesi guru
sekarang lebih mengejar gaji yang menjadi tonggak peningkatan ekonomi bagi para guru
yang telah lulus sertifikasi, namun kebijakan pemerintah tersebut tidak diimbangi dengan
peningkatan kualitas kinerja guru di Indonesia.
 Jurnal Pembanding 2

Pendidikan dalam arti luas, memiliki makna sebagai pendidikan sepanjang zaman
(life long education). Artinya, dari sejak kelahiran sampai pada hari kematian, seluruh
kegiatan kehidupan manusia dapat dianggap sebagai kegiatan pendidikan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut penting
dikuasai oleh guru seni rupa, termasuk di SMA Kabupaen Banjarnegara, Hal ini penting
karena dikuasai oleh guru seni rupa, termasuk di SMA Kabupaten Banjarnegara memiliki
tugas besar dalam mengembangkan kemampuan siswa sesuai tujuan pendidikan seni
rupa.

kode etik yang regulatif (http://www.ktiguru.org/index.php/profesiguru).


BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Jurnal
 Jurnal utama lebih detail penjelasannya mengenai ke-profesionalan guru daripada jurnal
pembanding 1 dan 2.
 Jurnal utama peneliti banyak mencari sumber yang terpercaya hal ini terbukti dari
banyaknya judul buku pada daftar pustaka yang tertera di dalam jurnal.
 Bahasa yang mudah dimengerti, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami
jurnal. Kelengkapan jurnal yang lengkap, memudahkan pembaca dalam memahami hasil
penelitian.

B. Kelemahan Jurnal
 Dalam jurnal utama ini terdapat beberapa kata yang sulit dipahami maknanya.
 Dalam jurnal utama tidak dijelaskan secara terperinci metode penelitian, hasil dan
pembahasan sehingga membuat pembaca agak sulit memahami penelitian secara
keseluruhan penelitian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Melihat peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
pendidikan, terutama dalam menghadapi pendidikan di era global, maka eksistensi dan
peningkatan profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di era global
menuntut manajemen pendidikan modern dan profesional dengan nuansa pendidikan.
Penurunan pendidikan tidak disebabkan oleh kurangnya kemampuan tetapi oleh
kurikulum profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme
ditekankan pada penguasaan ilmu atau kemampuan manajemen bersama dengan strategi
implementasinya. Profesionalisme bukan hanya pengetahuan teknologi dan manajemen
melainkan sikap, pengembangan profesional lebih dari seorang teknisi tidak hanya
memiliki keterampilan tinggi tetapi memiliki perilaku yang diperlukan.
Guru profesional yang pada dasarnya ditentukan oleh sikap yang berarti pada
tingkat kematangan yang membutuhkan kemauan dan kemampuan, baik secara
intelektual maupun dalam kondisi prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses
yang berkelanjutan. Meningkatkan bisnis profesionalisme guru adalah tanggung jawab
bersama antara LPTK sebagai guru pencetak, Departemen Pendidikan Nasional sebagai
instansi yang membangun guru, guru-guru Persatuan Republik Indonesia dan masyarakat
luas. Oleh karena itu, pendidik, calon pengajar dan pihak terkait harus mulai memahami,
menerapkan, dan mengembangkan sikap dan perilaku di dunia pendidikan melalui contoh
yang baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan.
B. Saran

Penjabaran tentang Profesionalisme Guru ini, diharapkan kita dapat menjadi


seorang guru yang professional dan menjadi contoh atau suri teladan yang baik bagi
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat.2017.Teachers Professionalism and The Challenge Of Education In A Global
Era.Teachers Professionalism and The Challenge Of Education.Cirebon:
Muhammadiyah University of Cirebon
Puspita Ratna.2014.Profesionalitas Guru Seni Rupa SMP Negeri SeKabupaten Batang Tahun
2014. Eduarts: Journal of arts education.Semarang: Universitas Negeri Semarang
Setiaji Ardiana.2014.Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di SMA Kabupaten
Banjarnegara. Eduarts: Journal of Visual Arts.Semarang: Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai