Anda di halaman 1dari 43

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : Drs. Elizon nainggolan M.Pd

SARI ARRIZQI ( 5191144010 )

NIZA SISPIAN ( 5191144008 )

NAOMI ( 5193344018 )

BETA MARIA (5193144014 )

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PENDIDIKAN S1 TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan karuniaNya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Review. Untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajiban kami dalam mata kuliah pendidikan
pancasila.

Semoga apa yang telah kami buat dapat bermanfaat pada kita semua, dengan tambahan
ilmu pengetahuan karena banyaknya membaca.

Dan kami penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, dan
kami mengucapkan banyak terimakasih atas arahan dan bimbingan dosen yang memegang mata
kuliah pendidikan pancasila. Semoga senantiasa Tuhan selalu meridhoi setiap usaha kita.

Medan, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………………………………………..
Rumusan Masalah………………………………………………………………..
Tujuan dan Manfaat Critical Book……………………………………………….
Identitas Buku……………………………………………………………………

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

Ringkasan Buku I…………………………………………………………………….

Ringkasan Buku II……………………………………………………………………

BAB III PEMBAHASAN

Kelebihan dan Kelemahan Buku …………………………………………………….

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakn kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian pancasila itu, perlu diusahakan
secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah saya ini ialah :


1. Untuk memenuhi salah satu tugas Critical Book Review dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
2. Untuk lebih mengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi, bentuk dalam
pelajaran Pendidikan Pancasila.
3. Untuk lebih menambah wawasan kami mengenai makna dari sebuah Pancasila.

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat makalah saya ini ialah :

1. Supaya kita dapat mengetahui sistem pengerjaan CBR dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
4. Supaya kita dapatmengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi, bentuk
dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.

D. IDENTITAS BUKU

1. Buku pertama

Judul buku: Pendidikan Pancasila

Pengarang: Drs. Ali Amran, S.H., M.H.

Penerbit: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Edisi : 1

ISBN: 978-602-425-045-4

Tahun terbit:2016

Tebal buku: 344 Halaman

Bahasa teks: Bahasa Indonesia

2. Buku kedua

Judul Buku : Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani

Penulis Buku : A.Ubaedillah dan Abdul Rozak

Penerbit : Kencana

Tahun Terbit : 2015


Jumlah Hal : 250 Halaman

ISBN : 979-3465-03-4

3. Buku ketiga

Judul Buku : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi

Penulis Buku : Tim Penyusun RISTEKDIKTI

Penerbit :Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Tahun Terbit : 2016

Jumlah Hal : vi + 242 Halaman

ISBN : 978-602-6470-01-0

BAB II
PEMBAHASAN ISI BUKU

BAB 1 Ringkasan buku pertama

A. Tujuan,Manfaat,dan Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila

1. Tujuan Pendidikan Pncasila

Secara umum Tujuan Utama pendidikan pancasila adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran berbangsa dan bernegara, sikap dan perilaku cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa,wawasan nusantara.

Tujuan pendidikan pancasila terkandung dalam tujuan pendidikan nasioal yaitu: meningkatkan
manusia yang kualitas, berimtak, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif.

2. Manfaat Pendidikan Pancasila

Melalui peendidikan pancasila mahasiswa dapat mengembangkan potensi dirinya,berpikir


rasional serta peduli dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara berdasarkan nilai-
nilai pancasila serta diupayakan dapat mengaktulisasikan nilai tersebut dalam berbagai macam
kehidupan.

3. Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila

Dasar pendidikan nasional mengandung makna-makna sebagai berikut:

a. Secara filosofis sistem pendidikan nasional merupakan keniscayaan dari sistem nilai yang
terkandung dalam pancasila.
b. Secara substantif-edukatif sistem pendidikan nasional harus bertujuan menghasilkan
manusia yang dewasa indonesia yang “beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab”
c. Secara sosio-politik, manusia dewasa indonesia yang “beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab”
d. Secara praktispedagogis dan andragogis, sistem nilai, yang terkandung dalam pancasila
itu, harus diwujudkan sebagai proses belajar anak dan orang dewasa sepanjang hayat
melalui proses belajar yang bersifat konsentris tentang pancasila (knowing pancasila).

B. Konsep Pendidikan Pancasila

Sila ketuhanan yang maha esa secara tegas melarang rakyat indonesia mencuri, tidak satupun
agama di muka bumi ini membenarkan pengikutnya melakukan pencurian, penipuan , manipulasi
terhadap oraang lain. Di indonesia pada akhir pemerintahan orde baru jutru korupsi sudah
merupakan perbuatan yang biasa dilakukan oleh pejabat publik sehingga menyebabkan
terjadinya krisis ekonomi yang menyengsarakan seluruh rakyat indonesia.

Bahwa pelaksanaan pendidikan pancasila di perguruan tinggi mengalami pasang surut karena
kebijakan penyelenggaraan pendidikan pancasila tidak diimplementasikan oleh perguruan tinggi
dengan baik, baik oleh perguruan tinggi negeri maupun swasta.

C. Dasar Pemikiran (perlunya) Pendidikan Pancasila

Dasar pemikiran tersebut antara lain:

1. Nilai-nilai perjuangan bangsa (semangat kebangsaan) telah mengalami pasang surut


sesuai dengan dinamika kehidupan dan telah mengalami penurunan sampai pada titik
krits;
2. Pengaruh globalisasi,pengaruh negara maju,dan pengaruh kekuatan lembaga-lembaga
internasional yang telah sering menimbulkan berbagai konflik kepentingan di kalangan
bangsa indonesia;
3. Pengaruh perembangan IPTEKS, khususnya teknologi informasi,komunikasi,dan
transportasi yang membuat dunia menjadi semakin transparan.
4. Pengaruh isu-isu/persoalan/permasalahan global (demokratisasi),HAM,dan lingkungan
hidup) yang sering dan telah memengaruhi kondisi nasional.

D. Sumber Historis,Sosiologis,dan Politis Pendidikan Pancasila

Sumber Historis pendidikan pancasila

Pendekatan historis adalah amat penting untuk belajar dari sejarah bangsa indonesia guna
mewujudkan kejayaan bangsa indonesia di kemudian hari. Melalui pendekatan historis ini
mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikma dari berbagai sejarah,baik sejarah
nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.

Dengan pendekatan historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk


berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program studi masing-masing

Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Soekarno menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologis suatu masyarakat pada suatu waktu
dan tempat memiliki nilai-nilai tertentu. Melalui penndekatan sosiologis ini juga diharapkan
dapat mengkaji struktur sosial,proses sosial,termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah-
masalah sosial yang patut disikaapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai pancasila
dasar negara.

Sumber Politik pendidikan pancasila

Pendapat budiarjo (1998) yang menyatakan sebagai berikut:

Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai,ide-ide,norma-norma,kepercayaan dan


keyakinan,suatu “weltanschaung”,yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.atas dasar
mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politiknya.

Dengan pendekatan politik ini mahasiswa diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik
dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
untuk mewujudkan politik yang sehat sehingga bisa memberikan kontribusi yang konstrukktif
dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis.

BAB 2 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

A. Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Pancasila baru mulai dirumuskan pada aman penjajahan jepang oleh para pejuang bangsa yang
ada dalam badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI). Dalam
sejarah bangsa indonesia sejak zaman jepang sampai sekarang ini kita mengenal bermacam-
macam rumusan pancasila yaitu:

1. Rumusan Moh. Yamin secara lisan


2. Rumusan Moh Yamin secara tertulis
3. Rumusan Prof. Soepomo
4. Rumusan Ir. Soekarno
5. Rumusan panitia 9: Piagam Jakarta
6. Rumusan dalam pembukaan UUD 1945
7. Rumusan dalam pembukaan konstitusi RIS 1949
8. Rumusan dalam pembukaan UUDS 1950

B. Sumber Historis,Sosiologis,dan Politis tentang pancasila dalam Sejarah Bangsa

Perumusan pancasila merupakan proses dialektika yang terjadi dalam sidang pertama badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI) ketika masuk dalam
pembahasan tentang dasar dari berdirinya negara indonesia.

Nilai-nilai ini dapat dilihat dari tiga sumber utama yaitu:

1. Sumber historis pancasila

Dilihat dari sejarah pancasila dasar negara dapat dikelompokkan ke dalam dua periode
yaitu periode sebelum dirumuskan dan periode setelah dirumuskan.
Periode Sebelum Dirumuskan

Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18
agustus 1945 oleh PPKI nilai-nilainya telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum bangsa indonesia mendirikan negara.

Periode Setelah Terumusan

Pancasila mulai dirumuskan pada masa sidang pertama BPUPKI tanggal 29 mei-1 juni
1945. Pada hari pertama sidang pertama BPUPKI Moh. Yamin mendapat kesempatan
menyampaikan pikiran-pikiran mengenai dasar negara republik indonesia

2. Sumber Sosiologis Pancasila


Sumber sosiologis pancasila dasar negara adalah nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan
serta nilai-nilai religius yang telah dilaksanakan dan diterapkan oleh rakyat indonesia
sebelum merdeka yang ditetapkan oleh para pejuang bangsa menjadi dasar negara setelah
bangsa indonesia berhasil mencapai kemerdekaan.
3. Sumber Politis Pancasila
Dalam sejarah bangsa indonesia sejak dirumuskannya pancasila pada tanggal 18 agustus
1945 semua kegiatan di wilayah indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Pancasila menjadi dasar dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.

C. Sejarah dan Proses Penggalian,Penyusunan,dan Perumusan Pancasila

Ketika para pendiri bangsa indonesaia sedang bersidang dalam sidang BPUPKI yang menjadi
momentum untuk pengkajian secara mendalam tentang persiapan kemerdekaan indonesia.

Dari aspek kesejahteraan, proses penggalian, penyusunan, dan perumusan pancasila dapat
dikategorisasikan ke dalam 7 periode sejarah, yaitu:

1. Masa sebelum kedatangan bangsa barat sampai keruntuhan negara kerajaan majapahit
tahun 1925;
2. Masa kedatangan bangsa barat;
3. Masa perjuangan melawan imperialisme belanda;
4. Bangkitnya kesadaran nasional menuju cita-cita indonesia merdeka dalam satu wadah
negara kesatuan;
5. Berakhirnya pemerintahan kolonialisme belanda di indonesia;
6. Tiga setengah tahun di bawah pemerintahan militer jepang;
7. Zaman kemerdekaan sampai sekarang.

BAB 3 Pancasila Dan Dasar Negara

.A. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Negara kesatuan republik indonesia merupakan sebuah negara yang berdiri di atas keberagaman.
Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan berdirinya sebuah negara. Pancasila
merupakan dasar negara kesatuan republik indonesia, hal ini termasuk dalam pembukaan UUD
NRI tahun 1945 alinea ke empat.

“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara indonesia yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan
rakyat, dengan berdasarkan kepada, ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusya-waratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu eadilan sosial bagi seluruh
indonesia”

B. Perlunya Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Negara kesatuan republik indonesia merupakan sebuah negara yang berdiri di atas keberagaman.
Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan berdirinya sebuah negara.

Bahwa tujuan utama dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negara republik indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara indonesia merupakan proses kristalisasi nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat nusantara yang bertransformasi menjadi bangsa indonesia, dan dalam
mewujudkan cita-cita negara kebangsaan indonesia yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia harus berdasarkan kepada nilai-nilai,ketuhanan,kemanusiaan,persatuan
(Nasionalisme), kerakyatan (musyawarah,hikmat dan kebijaksanaan).

C. Sumber Historis,Sosiologis,dan Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

1. Sumber Historis

Disepakatinya pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri bangsa karena dianggap
memiliki nilai-nilai kehidupan yang paling baik. Sumber historis pancasila dapat dilihat dari
sejarah masyarakat nusantara.

2. Sumber Sosiologis

Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara merupakan hasil philosophical consesus (konsesus
filsafat), karena membahas dan menyepakati suatu dasar filsafat negara dan political
consesus.

3. Sumber Politis

Pancasila merupakan wujud dari sikap politis bangsa indonesia dalam menentang berbagai
bentuk penindasan dari penjajahan. Sila-sila pancasila merupakan pernyataan yang jelas
bahwa:

Pertama, bangsa indonesia merupakan bangsa yang beragama yaitu mengakui nilai-nilai
ketuhanan,

Kedua, pancasila merupakan sebuah bangsa yang menjungjung tinggi kemanusiaan, dan
menentang segala bentuk penjajahan yang tidak sesuai.

Ketiga, pernyataan politis bahwa masyarakat nusantara telah bersatu menjadi bangsa
indonesia dan bersepakat mendirikan negara indonesia di atas berbagai perbedaan.

Keempat, bangsa indonesia menyatakan secara politis bahwa bangsa indonesia merupakan
bangsa yang menjungjung tinggi musyawarah yang penuh hikmat dan kebijaksanaan
Kelima, bangsa indonesia didirikan merupakan cita-cita bangsa indonesia untuk mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

BAB 4 Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

A. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) dan mulai berlaku pada tanggal 18
agustus 1945.

Dengan berlakunya pembukaan UUD 1945 maka berhentilah tertib hukum yang lama dan
timbullah tertib hukum indonesia. Tertib hukum merupakan keseluruhan peraturan-peraturan
hukum yang memenuhi 4 syarat, yaitu:

1. Ada kesatuan subjek yang mengadakan peraturan-peraturan hukum.


2. Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan peraturan-peraturan hukum
itu.
3. Ada kesatuan waktu dalam mana peraturan itu berlaku.
4. Ada kesatuan daerah dalam mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku (Notonagoro,
1974).

B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara Fundamental

Pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm) menurut ilmu hukum tata
negara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain:

1. Dari segi terjadinya:


Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai
penjelmaan kehendak pembentuknegara, untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuknya.
2. Dari segi isinya
Ditinjau dari segi isinya maka pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara
sebagai berikut:
a. Dasar tujuan negara
Dasar tujuan negara terdiri atas tujuan khusus maupun tujuan umum. Tujuan khusus
meliputi tujuan nasional bangsa indonesia untuk mewujudkan masyarakat indonesia
yang sejahtera dan cerdas sehingga nantinya tercipta suatu masyarakat yang adil dan
makmur.
b. Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar Negara
Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu undang-undang
dasar negara indonesia
c. Benntuk Negara
Yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan
rakyat
d. Dasar Filsafat negara (asas kerohanian negara)
Asas kerohanian yang terdapat dalam kalimat”... dengan berdasar kepada ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia”.

C. Isi dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Bagian isi pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea.

1. Alinea pertama
Alinea pertama dari undang-undang dasar 1945 berbunyi sebagai berikut:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.”
2. Alinea kedua
Alinea kedua dari undang-undang dasar 1945 berbunyi sebagai berikut:
“Dan perjuangan pergerakan indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka, bersatu, erdaulat, adil dan makmur.”
3. Alinea ketiga
Alinea ketiga undang-undang dasar 1945 berbunyi sebagai berikut:
“Atas berkat rahmat allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.”
4. Alinea Keempat
Alinea keempat dari undang-undang dasar 1945 berbunyi sebagai berikut:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara indonesia yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu
undang-undang dasar negara indonesia

BAB 5 Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945

A. Pengertian dan Istilah Hak Asasi Manusia

Menurut Mustafa Kamal Fasha (2002), bahwa yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-hak
dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah Swt.
Pendapaat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang
dibawa sejak lahir dan melekat dengan potensinyasebagai makhluk dan wakil tuhan (Cazali,
2004).

Istilah Hak Asasi Manusia telah ditemukan di Timur Tengah jauh sebelum barat
memperjuangkan hak asasi manusia dengan istilah “Al Huquuqul Insan”. Di barat istilah hak
asasi manusia dikenal dengan istilah “rights of man” untuk menggantikan “natural rights”.karena
istilah “rights of man” tidak mencakup “rights of women”, maka oleh Eleanor Roosevelt diganti
dengan istilah human rights yang lebih universal dan netral (Winarno, 2013).
B. Macam-Macam Hak Asasi Manusia

Secara garis besar hak-hak asasi manusia dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu hak-
hak asasi individu (personal rights) dan hak asasi kolektif atau masyarakat (community rights).

Dari kedua kelompok hak asasi manusia tersebut, dapat dibagi menjadi tujuan 7 macam sebagai
berikut:

1. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yaitu hak bagi setiap orang untuk bebas
menyampaikan pendapat, kebebasan memeluk agama,kebebasan bergerak dan lain
sebagainya selama tidak melanggar hak-hak orang lain.
2. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memperoleh sesuatu,
membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
atau rigts of legal quality.
4. Hak-hakk asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilu),hak mendirikan partai
politik, organisasi kemasyarakatan dan lain sebagainya.
5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and cultural rights yaitu hak bagi setiap
orang untuk mengikuti kegiatan sosial, memilih pendidikan dan memajukannya serta
mengembangkan kebudayaan.
6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
procedural rights.
7. Hak-hak asasi untuk membangun suatu negara atau rights to development yaitu ha bagi
setiap negara untuk membangun negaranya tanpa campur tangan negara lain.

C. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Perjuangan perlindungan terhadap hak asasi manusia telah ada sejak manusia ada di muka bumi
ini untuk melindungi hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah tuhan
yang maha esa. Hal ini dapat diketahui melalui sejarah para Nabi dan Rasul Allah Swt.mulai
nabi adam As. Sampai nabi dan rasul terakhir nabi muhammad Saw.
BAB 6 Pancsila Dan Sistem Filsafat

A. Pancasila Adalah Suatu Filsafat

Beberapa pendapat mengatakan bahwa pancasila adalah suatu filsafat. Meskipun dinyatakan
dalam bentuk yang berbeda-beda, tetapi tidak ada pertentangan antara suatu dengan yang lain.
Semua pendapat mengakui bahwa pancasila adalah suatu filsafat. Muh. Yamin (1962), misalnya,
menegaskan bahwa pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu sistem falsafah. Ajaran
pancasila adalah satu sintesa negara yang lahir daripada satu antitesa.

B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila dapaat dikatakan sebagai sistem filsafat, karena telah memenuhi persyaratan untuk
dapat disebut sebagai sistem filsafat.

Ada 5 syarat-syarat pancasila sebagai sistem filsafat ialah:

1. Adanya kesatuan dari kelima sila pancasila. Sila-sila dalam pancasila merupakan
rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak dapat dipisahkan karena tiap sila
mengandung empat sila yang lainnya.
2. Adanya keteraturan daripada sila-sila pancasila. Susunan sila-sila pancasila itu adalah
sistematis-hierarkis karena kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-
urutan yang bertingkat, di mana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam
rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat pindah-pindahan.
3. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain. Artinya adanya
ketergantungan antara sila yang satu dengan sila yang lain. Hal ini terlihat dari pemberian
makna terhadap satu sila akan terkait dengan sila yang lainnya.
4. Adanya kerja sama antara sila yang satu dengan sila yang lain. Kerja sama antara sila
yang satu dengan sila yang lain adalah mutlak dalam hubungan pancasila sebagai dasar
filsafat negara.
5. Adanya tujuan bersama yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar filsafat negara,
yaitu mewujudkan tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945.
C. sumber Historis Sosiologis dan Politis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sumber Historis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pembahasan sila-sila pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah masyarakat
indonesia sebagaai berikut.

a. Sila Ketuhanan yang maha esa


Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, masyarakat
nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal, yaitu sekitar 14
abad pengaruh hindu dan buddha 7 abad pengaruh islam, dan 4 abad pengaruh kristen,
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab
Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat indonesia dilahirkan dari perpaduan
pengalaman bangsa indonesia dalam menyejarah. Bangsa indonesia sejak dahulu dikenal
sebagai bangsa maritim telah menjajah ke berbagai penjuru nusantara, bahkan dunia.
c. Sila Persatuan Indonesia
Kebangsaan indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan
dan kesilaman, indonesia adalah bangsa majemuk paripurna yang menakjubkan karena
kemajemukan sosial,
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
memang merupakan fenomena baru di indonesia, yang muncul sebagai ikutan formasi
negara republik indonesia merdeka.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagiaan yang lebih berkobar ratusan
tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa indonesia.

Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sumber sosiologis pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami pancasila sebagai sistem filsafat yang
sudah dikenal masyarakat indonesia dalam bentuk pandangan hidup, way of life, yang terdapat
dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di indonesia.

Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami pancasila sebagai sitem filsafat
dengan teori-teori yang bersifat akademis.

Sumber Politis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat.
Sumber politis pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok.
Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum soekarno antara tahun 1958 dan 1959,

Kelompok kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang pancasila sebagai sistem filsafat
pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum soekarno antara tahun 1958 dan 1959,
tentang pembahasan sila-sila pancasila secara filosofis.

BAB 7 Pancasila Dan Etika Politik

A. Pengertian Etika dan Etika Politik Indonesia

Etika adalah suatu ilmu tentang perilaku atau moral manusia yang berhubungan dengan perilaku
baik atau perilaku buruk.

Etika politik merupakan salah satu bentuk filsafat praktis. Secara sederhana etika politik dapat
diartikan sebagai cabang etika yang mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
dalam menjalankan kehidupannya.

B. Pancasila Sebagai Sistem Etika

Pancasila merupakan suatu sistem karena pancasila memenuhi syarat disebut sebagai suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, pancasila merupakan suatu kesatuan yakni disebut sebagai
pancasila yang terdiri dari bagian-bagian silanya,
Pancasila sebagai sistem etika berarti pancasila merupakan kesatuan sila-sila pancasila, sila-sila
pancasila itu saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

C. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika

.perlunya pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bertujuan untuk:

(a) Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek
(b) Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
(c) Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Winarno, 2012).

BAB 8 Pancasila Dan Ideologi Nasional

A. Hakikat Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata “idea” dan “logos”. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa yunani, eidos yang bearti bentuk atau
idein yang berarti melihat.

Istilah ‘ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf prancis, Antoine Destutt de Tracy
pada tahun 1796 sewaktu revolusi prancis tengah menggelora (Cristenson,et.al., 1975).

B. Pancasila Sebagai Ideologi Negara (Nasional)

Ideologi berasal dari kata idein atau idea dan logia dalam bahasa yunani. Idein berarti melihat
sedangkan idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, pengertian dasar dan
cita-cita.

Ada pendapat beberapa pakar terkait pengertian ideologi sebagai berikut:


1. Padmo Wahjono mengartikan ideologi sebagai kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide
dasar;
2. Mubyarto mengartikan ideologi sebagai sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-
simbol sekelompok masyarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman
karya (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa;
3. M. Sastrapratedja mengartikan ideologi sebagai seperangkat gagasan atau pemikiran yang
berorientasi pada tindakan yang diorganisir suatu sistem teratur;

C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Dunia

Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia berkembang melalui suatu
proses yang cukup panjang. Pada awalnya secara kualitas bersumber dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa indonesia yaitu dalam adat istidat,

Ideologi pancasila berbeda dengan ideologi liberalisme, komunisme, sekularisme, dan


ideologi-ideologi keagamaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal sebagai
berikut:

1. Dalam sejarah kelahirannya pancasila digali dan nilai-nilai sosial budaya bangsa
indonesia, sehingga pancasila merupakan kristalisasi dan nilai-nilai sosial budaya bangsa
indonesia.
2. Ideologi pancasila mengarah kepada keseimbangan antara kepentingan kehidupan
duniawi dengan kehidupan akhirat, antara kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat.
3. Dalam bidang ekonomi, ideologi pancasila menghendaki kesejahteraan bersama dengan
mengakui hak-hak individu dan berasakan kekeluargaan. Liberalisme menuju kepada
kapitalism, komunisme berusaha mewujudkan sama rata, sama rasa.
4. Ideologi pancasila bersifat terbuka, sedangkan ideologi lain tertutup.
5. Ideologi pancasila melindungi semua penganut agama dan memberikan jaminan terhadap
agama yang bersangkutan untuk eksis dalam negara.
6. Ideologi pancasila berusaha mewujudkan masyarakat pancasila yaitu masyarakat yang
menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai pancasila, liberalisme melahirkan individualisme,
dan komunisme ingin mewujudkan masyarakat komunis.

BAB 9 Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Nasional

A. Pengertian Paradigma

Nomenklatur paradigma berasal dari bahasa latin, yakni kata para dan digma. Para berarti di
samping, di sebelah dan dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketif dan
ideai.

Heddy Shary Ahimasa Putra (2009) mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat konsep yang
berhubungan satu sama lain secara logis sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk
memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Esensinya gerakan reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan menuju kondisi serta keadaan
yang lebih baik. Secara etimologis reformasi berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara terminologi reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang bertujuan
mengatur ilang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.

Gerakan reformasi umumnya dilakukan berdasarkan pada suatu kerangka struktural tertentu,
dalam hal konteks indonesia kerangka struktural tersebut ialah pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara indonesia.

C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil dan makmur.

Ada 4 tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan
rincian sebagai berikut:
1. Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah indonesia
2. Tujuan negara hukum materiil dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional megandung suatu konsekuensi
bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus berdasar pada hakikat nilai
sila-sila pancasila yang didasari oleh ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok
negara.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Manusia indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik
bukan sekedar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik
harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar
moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.

BAB 10 Pancasila Dan Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

A. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pendapat Ir. Poedjowijatno dalam bukunya Tahu dan pengetahuan merinci syrat-syarat ilmiah
sebagai berikut:

1. Berobjek
Ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu objek forma dan objek materia.
Objek forma pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan pancasila,
atau dan sudut pandang apa pancasila itu dibahas. Pada hakikatnya pancasila dapat
dibahas dari berbagai macam sudut pandang, yaitu dari sudut pandang moral, dalam hal
ini terdapat bidang pembahasan moral pancasila; dari sudut pandang ekonomi,
Sedangkan objek materia pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran
pembahasan dan pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun non empiris.
2. Bermetode
Metode yaitu seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan
pancasila untuk mendapatkan suatu yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan
pancasila sangat tergantung pada karakteristik objek forma atau objek materia pancasila.
3. Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan ketuhanan, bahkan pancasila
itu sendiri dalam dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan,,
majemuk tunggal” yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti dan isi dari sila-sila
pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.

B. Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Penting perlunya pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
kehidupan bangsa indonesia hal-hal sebagai berikut:

Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih percepatan
pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu
mendapat perhatian yang serius.

Kedua, penjabaran sila-sila pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat menjadi
sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh pada cara
berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis.

Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai
digantikan dengan gaya hidup global, seperti sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup
bermewah-mewah,

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu

1. Sumber Historis Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia


Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan
bangsa indonesia. Mengingat para pendiri negara yang juga termasuk cerdik cendikia atau
intelektual bangsa indonesia pada masa itu mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk
membangun bangsa dan negara.

Sila-sila pancasila yang tercantum dalam pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas
merupakan bagian dari amanat para pendiri negara untuk mengangkat, meningkatkan
kesejahteraan dan memajukan kesejahteraan bangsa dalam arti penguatan perekonomian bangsa
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa
indonesia agar setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

2. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia

Sumber sosiologis pancasila sebagai dasar nilai pengembaangan iptek dapat ditemukan pada
sikap masyarakat yang sangat memerhatikan dimensi ketuhanan dan kemanusiaan sehingga
manakala iptek tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan, biasanya terjadi
penolakan.

Penolakan masyarakat atas rencana pembangunan pusat pembangkitlistrik tenaga nuklir di


semenanjung muria beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakaat terhadap PLTN di
semenanjung muria didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran pembangkit
tenaga listrik nuklir di Chernobyl Rusia beberapa puluh tahun yang lalu.

3. Sumber Politik Sebagai Dasar Nilai Pengebangan Ilmu di Indonesia

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada zaman orde lama belum secara eksplisit
dikemukakan, tetapi oleh soekarno dikaitkan langsung dengan dimensi kemanusiaan dan
hubungan antara ilmu dan amal.

Pidato soekarno pada akademi pembangunan nasional di yogyakarta, 18 maret 1962 menyatakan
sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pada, tetapi kataku tadi, lebih daripada
itu, dia lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar, dan yang dimaksud dengan
perkataan dasar yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting daripada ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan tetap adalah suatu syarat mutlak.

Ringkasan buku kedua

BAB 1

Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah pendidikan


nasional di Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi Pendidikan Kewarganegaraan dengan
bermacam komponennya telah banyak dilakukan pemerintah Republik Indonesia. Diantara
nama-nama tersebut antara lain; pelajaran civiccs (1957/1962), pendidikan kemasyarakatan yang
merupakan integrasi, sejarah ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan
Kewarganegaraan (1968/1969).

Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara


indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun
demikian, alih-alih mendidik bangsa menjadi warga negara lebih cerdas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan, khususnya sepanjang kekuasaan orde
baru, telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara
indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan dasar negara Pancasila, melalui tindakan dan
kebijakan paradoks penguasa Orde Baru.

Pancasila Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI), UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika
adalah harga mati bagi bangsa indonesia. Keempat pilar nasional ini harus bersinergi dengan
demokrasi yang sudah menjadi pilihan bagi gerakan reformasi.

Kemajemukan adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh Indonesia sebagai
sebuah bangsa yang besar. Pada saat yang sama kemajemukan juga tidak bileh menjadi pemicu
hilangnya rasa persatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara kesatuan..

BAB 2 PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI

Setelah Orde Baru berakhir pada 1998, ideologi negara Indonesia Pancasila seakan hilang
bersamaan dengan tamatnya pemerintahan Presiden Soeharto. Sepanjang kekuasaan orde baru,
Pancasila selalu hadir dalam setiap pidato kepala negara dan pejabat dibawahnya. Pendidikan
Pancasila digalakkan di berbagai tingkatan dan penataran dilakukan bagi pegawai pemerintah
dan masyarakat. Tiada hari tanpa Pendidikan Pancasila.

Suasana tersebut berubah total setelah gerakan reformasi muncul dan mengakhiri
kekuasaan panjang Orde baru. Pancasila tak lagi menjadi jagoan pembangunan. Pancasila untuk
beberapa saat hilang dari sambutan elit bangsa Indonesia, apalagi dari kalangan masyarakat.

Mengiringi gerakan reformasi dan demokratisasi, Indonesia tidak sepi dari ujian dan
ancaman disentigasi. Ujian setelah lengsernya Presiden Soeharto adalah lepasnya Timor-timor
dari genggaman Negara Republik Indonesia. Namun demikian,euforia demokrasi telah
mengubah secara signifikan Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka dan kritis.

Demokrasi saat ini masih dipahami kebanyakan masyarakat sebagai tiket murah untuk
melakukan atau bertindak melanggar hukum, menyuarakan hak dari kewajiban dan memaksakan
kehendak kelompok. Transisi demokrasi Indonesia masih diwarnai tindakan anarkis, baik antar
warga negara dengan negara maupun diantara negara dengan warga Negara.

BAB 3 IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional

Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak
dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian, proses pembentukan identitas
nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual
mengikuti perkembangan zaman.

Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah menunjukkan tatanan sosial masyarakat


Indonesia sudah berubah. Tindakan-tindakan anarkis atau perusakan fasilitas umum dibangun
dari uang rakyat. Semangat dan antusiasme keagamaan sebagaimana terlihat pada semaraknya
perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak sebanding lurus dengan angka tindakan korupsi
dikalangan birokrasi dan swasta yang masih tinggi. Sebuah kenyataan paradoks dari ungkapan-
ungkapan positif atas identitas bangsa Indonesia.

BAB 4 DEMOKRASI: TEORI DAN PRAKTIK

Apa itu Demokrasi?

Secara etimologis, kata demokrasi (dari kata yunani) adalah bentukan dari dua kata demos
(rakyat) dan cratein atau cratos ( kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos dan cratein
atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk
pemerintahan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui wakil dari mereka
melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.

Norma dan Pilar Demokrasi

Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. ia merupakan proses panjang melalui
pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan dukungan
demokratis adalah mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi ditunjukkan oleh sejumlah mana
demokrasi sebagai perinsip acuan hidup bersama antar warga negara dan antara warga negara
dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Namun demikian, pelaksanaan kehidupan bermasyarakat yang demokratis juga


membutuhkan peran serta pemerintah dan warga negara dan para wakilnya dan para wakilnya di
parlemen. Negara atau pemerintah tidak boleh berpangku tangan dalam hal menjaga
berlangsungnya perinsip dan pilar demokrasi agar tetap berjalan.

BAB 5 KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Pengertian Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituer yang berarti membentuk.
Dalam bahasa Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata yakni cume berarti “bersama
dengan” dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan
sesuatu”. Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas
dari UUD, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatu masyarakat.

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi Tujuannya adalah membatasi tindakan sewenang-wenang


pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. Dalam paham konstitusi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi : 1. Anatomi
kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hokum 2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia 3. Peradilan yang bebas dan mandiri 4. Pertanggung jawaban kepada rakyat sebagai
sandi utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat cakupan isi konstitusi diatas merupakan dasar
utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.

C. Sejarah Perkembangan Konstitusi Konstitusi sebagai suatu kerangka hidup politik telah lama
dikenal sejak zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum. Sejalan dengan
perjalanan waktu, pada masa Ke-kaisaran Roma pengertian konstitusi mengalami perubahan
makna yang memilki pengaruh cukup besar sampai abad pertengahan yang memberikan inspirasi
bagi tumbuhnya paham Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme. Selanjutnya pada abad VII
lahirlah Piagam Madinah atau konstitusi Madinah. Piagam Madinah dibentuk pada awal masa
Klasik Islam (622 M) meru- pakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah.

BAB 6 NEGARA,AGAMA DAN WARGA NEGARA

A.Pengertian Negara. Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state
(Inggris) staat (Belanda dan Jerman) atau etat(Perancis). Secara etimologi, Negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk
bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang brdaulat.

B. Tujuan Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan, Bertujuan menyelenggarakan


ketertiban hukum, Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum. Dalam konteks Negara
Indonesia, tujuan Negara adalah sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan UUD
1945.
C. Unsur – unsur Negara Ada tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. 1. Rakyat
Adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama sama
mendiami suatu wilayah tertentu. 2. Wilayah Adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena
tidak mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah
dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut dan sungai) dan udara.
3. Pemerintah Adalah alat kelengkapan Negara yang harus bertugas memimpin organisasi
Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah Negara. 4. Pengakuan Negara Lain
Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstitusif sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam pengakuan suatu Negara, yakni pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta
adanya Negara dan pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu Negara atas
dasar pertimbangan yuridis menurut hokum.

BAB 7 HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian HAM. Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodarti. HAM adalah
hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
HAM ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Menurut UU, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Perkembangan HAM di Indonesia Secara garis besar, perkembangan pemikiran HAM di


Indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode: sebelum kemerdekaan (1980-1945) dan sesudah
kemerdekaan . 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan
organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), SI (1911), Indische Partij (1912),
Partai Komunis Indonesia (1920), PI (1925) dan Partai Nasional Indonesia (1927). Puncak
perdebatan HAM yang dilontarkan oleh para tokoh pergerakan nasional, dalam siding BPUPKI
para tokoh nasional tersebut berdebat dan berunding merumuskan dasar-dasar ketatanegaraan
dan kelengkapan Negara yang menjamin hak dan kewajiban dan warga Negara yang hendak
diproklamirkan. Perjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat. 2. Peirode
Setelah Kemerdekaan a. Periode 1945 - 1950 Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa
dicirikan pada:  bidang sipil dan politik  bidang ekonomi, social dan budaya b. Periode
1950- 1959 Dikenal dengan masa demokrasi parlementer. c. Periode 1959 – 1966 .Masa
berakhirnya Demokrasi Liberal, digantikan oleh sistem Demokrasi Terpimpin. d. Periode
1966 – 1998 e. Periode Pasca – Orde Baru

BAB 8 OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NRGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA (NKRI)

A. Hakikat Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah pada dasarnya mempersoalkan pembagian
kewenangan kepada organ-organ penyelenggara Negara, sedangkan otonomi menyangkut hak
yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Batasan ini hanya menjelaskan proses
kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah, tetapi belum menjelaskan isi dan keluasan
kewenangan serta konsekuensi penyererahan kewenangan itu bagi badan-badan otonomi daerah.

B. Visi Otonomi Daerah Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan


mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi dan budaya. 1. Visi otonomi daerah di
bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis dan memelihara suatu mekanisme
pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban public. 2. Visi otonomi daerah
di bidang ekonomi mengandung makna bahwa harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan
ekonomi nasional di daerah, di pihak lain mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah
daerah mengembangkan kebijakan local kedaerahan untuk mengoptimalkan pendyagunaan
potensi ekonomi di daerahnya. 3. Visi otonomi daerah di bidang social dan budaya mengandung
pengertian bahwa otonomi daerah harus diarahakan pada pengolaan, penciptaan dan
pemeliharaan integrasi dan harmoni social. Juga dapat memberikan nilai, tradisi, karya seni,
karya cipta, bahasa dan karya sastra local.
C. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia UU No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang
pemerintahan daerah pascaproklamasi kemerdekaan. Ditetapkannya undang-undang ini
merupakan hasil dari berbagai pertimbangan

tentang sejarah pemerinthan di masa kerajaan serta pada masa pemerintah colonial. Dalam
undang-undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten dan kota.
Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun
belum ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan kepada daerah.
Undang- undang ini kemudian diganti dengan UU No. 22 Tahun 1948 UU tersebut
berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis.

BAB 9 TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND
CLEAN GOVERNANCE)

A. Pengertian Good Governance.Di indonesia, substansi wacana good governance dapat


dipadankan dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Dalam prakriknya,
pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efesien, jujur, transparan dan
bertanggung jawab juga berarti baik dalam proses maupun hasil-hasilnya. Faktor lain yang tak
kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika produktivitas bersinergi dengan
peningkatan indicator kemampuan ekonomi rakyat, baik dalam aspek produktivitas, daya beli,
maupun kesejahteraan spiritualnya. Sebagai sebuah paradigm pengelolaan lembaga Negara dapat
terwujud secara maksimal jika ditopang oleh unsur saling terkait yakni Negara, Masyarakat
Madani serta Sektor Swasta.

B. Prinsip-prinsip Pokok Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan Sembilan aspek


fundamental (asas) dalam good governance: 1. Parisipasi Adalah bentuk keikutsertaan warga
masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah. 2. Penegakan Hukum Pengelolaan pemerintahan yang professional harus didukung
oleh penegakan hokum yang berwibawa. Tanpa kepastian dan aturan hokum, proses politik tidak
akan berjalan dan tertata dengan baik. Komitmen pemerintah untuk menegakkan hokum yang
mengandung unsurunsur: a.Supermasi hokum, b. Kepastian hokum
Ringkasan buku ketiga

BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Pentingnya urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan


mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar)
bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa di berbagai bidang dan tingkatan.
Selain itu, agar calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak mudah terpengaruh
oleh pahampaham asing yang dapat mendorong untuk tidak dijalankannya nilai-nilai Pancasila.
Pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk menjawab tantangan dunia
dengan mempersiapkan warga negara yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, penghargaan,
penghayatan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Hal tersebut ditujukan untuk
melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti pembangunan dan pemegang estafet
kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan negara,
lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan profesi lainnya yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

BAB II BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA?

Pada bab kedua ini, membahas sejarah perumusan Pancasila. Bahasan ini penting agar
mengetahui dan memahami proses terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara. Tujuannya
adalah agar dapat menjelaskan proses dirumuskannya Pancasila sehingga terhindar dari
anggapan bahwa Pancasila merupakan produk rezim Orde Baru. Pembahasan pada bab kedua
ini, diawali dengan penelusuran tentang konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
BAB III BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA?

Bab ketiga membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pokok bahasan ini
mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan antara Pancasila dan Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945, implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan
negara, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Pada bab ini,
mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan pentingnya Pancasila sebagai dasar
negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan
bernegara.

BAB 4 PANCASILA MENJADI MENJADI IDEOLOGI NEGARA?

Ideologi merupakan seprangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

A. Menulusuri Konsep Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara


1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Istilah ideologi berasal dari kata Idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita,
dan logos yang berarti ilmu. Ideologis secara etimologis artinya ilmu tentang ide-ide (the scince
of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013:60-61).

Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destut de Tracy
pada penghujung abad kedelapan belas. Tracy menyebut ideologi sebagai Science of Ideas, yaitu
suatu program yangdiharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat
perancis.

BAB 5 MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?

A. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


1. Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objektivus dan Genetivus Subjektivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang dibarat. Pancasila sebagai genetivus-subjektivus, artinya Nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk
menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis dan landasan
aksieologis. Ontologi menurut pandangan Bakker adalah ilmu yang paling universal karena
objeknya meliputi segala-galanya (ekstensif) dan menurut segala aspeknya (intesif).

Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara universal
berlaku pula bagi substansi infrahuman, manusia dan Tuhan. Kelima sila Pancasila menurut
Bakker menunjukkan dan mengandaikan kemandirian masing-masing, tetapi menekankan
kesatuan yang mendasar dan ketrkaitan dalam relasi-relasi. Landasan ontologis Pancasila artinya
sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan rasion d’etre sila-sila Pancasia sebagai dasar filosofis
negara Indonesia.

BAB 6 BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA?

Pancasila dikaji sebagai sistem etika yang meliputi: pengertian etika, etika Pancasila,
Pancasila sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan lingkungan, dekadensi
moral, dan lain-lain. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia untuk bersikap dan bertingkah laku. Pancasila
sebagai sistem etika dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Buku

1. Dimana Buku ini menurut saya dari segi warna dan sampul sudah menarik, karena
kebanyakan pembaca tertarik pada buku itu ialah ketika ia melihat buku itu bewarna,
bergambar dan bagus untuk dibaca serta tulisan dalam buku nya pun bagus.
2. Buku ini juga terlihat bagus dari sisi Rangkuman, karena dalam buku ini dilampirkam
juga rangkuman dari setiap bab. Hal itu membuat pembaca yang menggunakan buku ini
dapat membaca rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang dibaca.
3. Buku ini juga dilengkapi link-link atau website di setiap gambar yang ditampilkan di
setiap bab. Itu sebabnya buku ini sudah terjamin mutu nya karena melampirkan website.
4. Materi yang tercantum dalam buku ini sudah lumayan lengkap dan sedikit lebih rinci
sehingga bisa dijadikan buku utama dalam pembelajaran.

3.2 Kelemahan Buku

1. Menurut saya, buku ini sudah sempurna Cuma bagi saya buku ini terlalu banyak
melampirkan dan menyuruh peserta didik / Mahasiswa yang menggunakan buku harus
extra dalam mengerjakan tugas rutin di setiap sub-bab maupun di akhir bab.
2. Adanya penjabaran materi yang terlalu pangjang membuat siapa yang membaca
terkadang bosan dan ngantuk dikarenakan selain kalimat panjang adanya kalimat-kalimat
yang kurang dimengerti.
3. Menurut saya buku ini susah ditemukan atau diperjual belikan sebagai bahan ajar ataupun
buku pegangan Mahasiswa, karena kebanyakan buku yang ada di kalangan Mahasiswa
biasanya dari diktat yang diberi oleh Dosen per tiap mata kuliah.

BAB III

PEMBAHASAN

Buku pertama

A. Kelebihan

 Pada buku pendidikan pancasila Drs. Ali Amran, S.H., M.H. dijelaskan dengan rinci hal-
hal yang bersangkutan dengan pancasila
 Dalam buku Drs. Halking, M.Si.,dkk dijelaskan tentang mengenai pendekatan
pembelajaran mengenai pancasila
 Dan pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H pembahasannya lebih fokus terhadap budaya
dan nilai dalam pancasila.
 Di dalam buku Drs. Halking, M.Si.,dkk terdapat sistem penugasan dalam mata kuliah
pendidikan pancasila.
 Halaman yang terdapat pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H banyak terdiri dari 10 bab,
yang berarti memberikan pemahaman yang lebih banyak tentang pancasila dan
penjelasan mengenai materi yang ada di buku sangatlah jelas.
 Pada buku Drs. Halking, M.Si.,dkk menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya
pancasila sebagai etika dan dasar nilai pengembangan ilmu.
 Pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H, terdapat bab yang lebih banyak, yang dimana
buku ini memberikan pembahasan yang lebih banyak terhadap pancasila.

B. Kekurangan
 pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H terlalu banyak halaman yang diberikan pada buku
ini, sehingga membuat para pembaca menjadi malas untuk membacanya.
 Di dalam buku Drs. Halking, M.Si.,dkk ini pembahasan tentang pancasila tidak begitu
luas.
 Di dalam buku Drs. Halking, M.Si.,dkk lebih mengarah kepada pengerjaan-pengerjaan
tugas-tugas perkuliahan, dan penjelasan buku hanya memaparkan sebagian besar
pembahasan tentang pancasila.
 Pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H kurangnya contoh-contoh yang diberikan dalam
setiap bab pembahasan.
 pada buku Drs. Ali Amran, S.H., M.H gambar-gambar yang ditampilkan kurang jelas.
 Di dalam buku Drs. Halking, M.Si.,dkk tidaklah terdapat tabel-tabel yang mendukung
penjelasannya.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa saya paparkan ialah :

1. Bab pertama, diawali dengan latar belakang pendidikan Pancasila; kebijakan


nasional pembangunan bangsa dan karakter; landasan hukum pendidikan Pancasila;
kerangka konseptual pendidikan Pancasila; visi dan misi; tujuan pendidikan Pancasila;
desain mata kuliah; kompetensi inti dan kompetensi dasar. Pada bagian pengantar ini,
mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan perjalanan pendidikan
Pancasila di Indonesia.
2. Bab kedua, membahas Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia. Pokok bahasan
ini mengkaji dinamika Pancasila pada era pra kemerdekaan, awal kemerdekaan, Orde
Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Pada bagian ini, mahasiswa akan dihantarkan untuk
memahami arus sejarah bangsa Indonesia, terutama terkait dengan sejarah perumusan
Pancasila. Hal tersebut penting untuk diketahui karena perumusan Pancasila dalam
sejarah bangsa Indonesia mengalami dinamika yang kaya dan penuh tantangan.
3. Bab ketiga, membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pokok bahasan ini
mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan antara Pancasila dan
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, penjabaran Pancasila dalam
pasal-pasal UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, implementasi Pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya
dan hankam. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan
pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara
Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara.
4. Bab keempat, dibahas tentang kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara. Pokok
bahasan ini mengkaji Pengertian dan Sejarah Ideologi, Pancasila dan Ideologi Dunia,
Pancasila dan Agama. Bahasan ini sangat penting karena ideologi merupakan
seperangkat sistem yang diyakini setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
5. Bab kelima, mengkaji pengertian filsafat, filsafat Pancasila, hakikat sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide philosofische grondslag.
Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang
menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi
sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu
momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.
6. Bab keenam, Pancasila dikaji sebagai sistem etika yang meliputi: pengertian etika, etika
Pancasila, Pancasila sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan
lingkungan, dekadensi moral, dan lain-lain. Pancasila sebagai sistem etika di samping
merupakan way of life bangsa Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang
disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia
untuk bersikap dan bertingkah laku.
7. Bab ketujuh, membahas dan mengkaji Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu, yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
ebagai dasar pengembangan ilmu. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
dewasa ini, mencapai kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan
yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang
melingkupinya artinya iptek selalu berkembang dalam suatu ruang budaya.

Saran

Adapun saran saya menganai buku ini ialah :


1. Bagi Mahasiswa/Pelajar, Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasilais
juga harus terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang penting
berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika,
aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga mahasiswa
memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan dekadensi moral
dalam kehidupan bangsa Indonesia.
2. Bagi Para Pengajar (Guru, Dosen, Ataupun PPL/PPG), bahwasanya buku ini sangat
cocok digunakan sebagai materi pendukung ketika pembelajaran berlangsung. Karena
buku ini sangat lengkap materinya, dimana dijabarkan semua mulai dari konsep, definisi,
gambar, menurut para ahli dan sejarah. Dan buku ini juga sangat cocok digunakan
sebagai pendukung pemaparan materi di kelas dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.
3. Bagi Pembaca, buku ini sangat cocok dibaca-baca atau untuk sebagai pendukung
referensi tambahan tugas. Karena biasanya pembaca jauh lebih tertarik membaca buku
ketika ada tugas yang disuruh oleh Guru / Dosen untuk mencari pendukung referensi
buku lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ubadeillah dan Abdul,2015.pancasila,demokrasi,HAM,dan masyarakat


madani,Kencana,Jakarta.

Tim Penyusun RISTEKDIKTI, 2016. “Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi”.


Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai