Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA
CRITICAL BOOK REPORT
PENDIDIKAN PANCASILA SKOR NILAI :

DOSEN PENGAMPU :
Putri sari m j silaban se, msi

DISUSUN OLEH :
NAMA : YOSUA HASIHOLAN SIHALOHO
NIM : 5213321008
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
kepada kita. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan pancasila berjudul
“ Critical Book Report “. Kami berterimakasih kepada dosen pengampu kami yang sudah
memberikan bimbingannya. Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan mengharapkan kritik dan saran dalam
tugas ini agar di lain waktu kami bisa memperbaiki dengan lebih baik lagi

Oleh karena itu “ Critical Book Report “ ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai
bahan acuan atau referensi dan mempermudah bagi para mahasiswa dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan pancasila dimana dapat memilih buku yang sesuai dengan topik yang
diberikan oleh ibu dosen dan akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang telah kami
kerjakan bisa menjadi bermanfaat bagi kami.

Medan, 8 September 2022

Yosua Hasiholan Sihaloho

5213321008
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi CBR……………………………………………………………………3
B. Tujuan CBR………………………………………………………………………….3
C. Manfaat CBR…………………………………………………………………………3
D. Indentitas Buku……………………………………………………………………….4

BAB II RINGKASAN BUKU……………………………………………………………….7-34

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan dan Kelemahan Buku…………………………………………………….35

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….36
B. Saran…………………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Critical Book Report adalah salah satu cara mengkritik suatu buku untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan suatu buku yang akan di kritik. Dalam kesempatan ini saya
mengkritik dua buku, yaitu buku pertama yang akan dikritik adalah buku karya Drs.
Halking M.Si., dkk yang berjudul “ Pendidikan Pancasila “ sedangkan buku kedua adalah
buku dari RISTEKDIKTI yang berjudul “ Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.

B. Tujuan CBR
Adapun tujuan Critical Book Report ini adalah untuk melatih daya pikir mahasiswa
dalam menilai buku dengan cara memberikan kritikan yang membangun, dan untuk
memenuhi tugas perkuliahan Pendidikan Pancasila

C. Manfaat CBR
Critical Book Report bermanfaat untuk menambah wawasan dan literatur penulis
mengenai pendidikan pancasila, baik untuk kehidupan sehari hari, bermasyarakat dan
bernegara guna merevitalisasi ilmu pendidikan pancasila dan berfungsi sebagai referensi
untuk pengembangan ilmu pendidika pancasila
D. Identitas Buku
Adapun sumber buku acuan yang dikritik adalah :
Buku 1

Judul Buku : Panduan Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Pancasila


Penulis : Drs. Halking, M.Si., dkk
Penerbit : Universitas Negeri Medan
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2022
ISBN :-

Buku 2

Judul Buku : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi


Penulis : RISTEKDIKTI
Penerbit : Universitas Negeri Medan
Hak Cipta : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-6470-01-0
BAB II
PEMBAHASAN
BAB 1 PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
A. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila
1. Dinamika Pendidikan Pancasila
Perubahan yang signifikan dalam metode pembudayaan/ pendidikan pancasila adalah
setelah Dekrit presiden 5 juli 1959. Pada 1960, diterbitkan buku oleh Departemen P dan
K, dengan judul Manusia dan Musyawarah Baru Indonesia ( Civics). Tidak lama sejak
lahirnya ketetapan MPR RI, Nomor II/MPR/1978, tentang pedoman penghayatan dan
pengalaman pancasila (P-4) atau Ekaprasetia Pancakarsa, P-4 tersebut kemudian
menjadi salah satu sumber materi pendidikan pancasila. Ditetapkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, bahwa mata kuliah wajib perguruan tinggi
beberapa universitas menggabungkan dalam materi pendidikan kewarganegaraan.
Penguatan keberadaan mata kuliah pancasila diperguruan tinggi ditegaskan dalam pasal
2 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan
Tinggi, menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah pendidikan pancasila wajib dimuat
dalam kurikulum perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut :
1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan pancasila, Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, negara kesatuan republik
indonesia, dan bhineka tunggal ika
2. Pasal 35 ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia.

Dengan demikian, pembuat undang undang menghendaki agar mata kuliah pendidikan
pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi (Nurwardani,
dkk., 2016).

2. Tantangan Pendidikan Pancasila


Abulgani menyatakan bahwa pancasila adalah leitmotive dan leitstar, dorongan
pokok dan bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya leitmotive dan leitstar pancasila,
kekuasaan negara akan menyeleweng. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan
itu harus dicegah dengan cara mendahulukan pancasila dasar filsafat dan dasar moral.
Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan
pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif.
Dilihat dari asal tantangannya, ada dua tantangannya yaitu dari faktor internal dan faktor
eksternal. Tantangannya dari faktor internal perguruan tinggi, misalnya faktor
ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi yang makin tajam (yang
menyebabkan kekurangtertarikan sebagai mahasiswa terhadap pendidikan pancasila).
Sedangkan faktor eksternal antara lain krisis keteladanan dari para elit politik dan
maraknya gaya hidup hedonistik didalam masyakarat
B. Pentingnya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Seiring perkembangan jaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend yang
semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian.Teknologi
informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia. Dapat
berdampak menguntungkan dan merugikan, berdampak menguntungkan apabila mampu
memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak
merugikan apabila terperdaya dengan pemanfaatan untuk kepentingan negatif, hal ini
berarti dampak teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan aspek
kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda.
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Berbagai
sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara
dibeberapa media elektronik, ironisnya menjadi jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), kekerasan, kejahatan seksual, perusakkan, perkelahian, massal, kehidupan yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain lain yang seringkali menjadi
topik hangat dan tidak henti hentinya untuk dibicarakan. Pengetahuan tentang kaidah moral
yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika etika disekolah sekolah saat ini semakin
ditinggalkan, sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut
berdampak pada perilaku seseorang.
Dalam menghadapi masalah yang begitu rumit dan komplek seperti diatas dibutuhkan
pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen
bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pencasila. Dengan
manajemen seperti ini diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal kemungkaran yang
terjadi saat ini. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi muda indonesia
agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan berakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan dan santun dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Karena karakter merupakan nilai nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian dan perbuatan berdasarkan norma norma agama,
hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat. Sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminal
seperti kasus korupsi dan lainnya
Urgensi pendidikan pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa
sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leistar) bagi
calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa diberbagai bidang dan tingkatan.
Selain itu, calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak mudah terpengaruh
oleh paham paham asing yang dapat mendorong untuk tidak dijalankannya nilai nilai
pancasila. Pentingnya pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah untuk menjawab
tantangan dunia dengan mempersiapkan warga negara yang mempunyai pengetahuan,
pemahaman, penghargaan, penghayatan, komitmen dan pola pengamalan pancasila
C. Kerangka Konseptual Pendidikan Pancasila
Pendidikan pancasila, sesuai dengan amanat undang undang nomor 12 tahun 2012 tentang
pendidikan tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara mandiri di
setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah pancasila berdiri sendiri
sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi, tujuan,
dan ruang lingkup antara pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, agar tidak terjadi
tumpang tindih antara kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap ada
hubungan interface dan saling terkait satu dengan yang lain. Fungsi pendidikan nansional
adalah mengembangkan 3 kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuannya adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
dalam arti penguasaan ilmu, teknologi, dan seni belumlah cukup, negara memiliki
kepentingan agar siapa pun warga negara mengenyam pendidikan di indonesia memiliki
karakter kebangsaan, konsern yang kuat untuk memajukan negara, peduli kepada bangsa
dan tanah airnya
D. Visi Dan Misi Pendidikan Pancasila
Visi pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah terwujudnya kepribadian sivitas
akademika yang bersumber pada nilai nilai pancasila.
Misi pendidikan pancasila di perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
➢ Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis)
➢ Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa, dan negara (misi psikososial)
➢ Membangun budaya ber-pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural)
➢ Mengkaji dan mengembangkan pendidikan pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik
E. Tujuan Dan Capaian Penyelenggaraan Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep, program, tata cara,
dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang Undang Dasar
Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi tujuan penyelenggaraan
pendidikan pancasila di perguruan tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa
Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, pasal 3, ayat (2) bahwa
kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan pancasila yang merupakan bagian
dari mata kuliah pengembangan kepribadian pengembangan kepribadian adalah menguasai
kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai
manusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa:
▪ Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati
nuraninya
▪ Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara cara pemecahannya :
▪ Agar mampu mengenali perubahan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan seni
▪ Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai nilai budaya bangsa untuk
mengalang persatuan indonesia.

Selanjutnya secara spesifik tujuan pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah :

▪ Memperkuat implementasi pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi


bangsa melalui revitalisasi nilai nilai dasar pancasila sebagai norma dasar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
▪ Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai nilai dasar pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara republik indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (living Pancasila)
▪ Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai nilai pancasila dan UUD NRI tahun 1945
▪ Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai nilai
ketuhanan, kemanusian, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan panacasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal bangsa indonesia
▪ Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat Madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa indonesia

Capaian Pembelajaran

Capaian pembelajaran dalam mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai


berikut :
1. Memiliki kemampuan analisis, berfikir rasiona, bersikap kritis dalam menghadapi
persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

2. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam mengenali masalah


masalah dan memberi solusi berdasarkan nilai nilai Pancasila

3. Mampu menjelaskan dasar dasar kebenaran bahwa pancasila adalah ideologi yang
sesuai bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka Tunggal Ika)

4. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai-nilai pancasila dalam realitas


kehidupan

5. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional pancasilais yang memiliki komitmen


atas kelangsungan hidup dan kejayaan negara kesatuan republik Indonesia

F. Mengali Sumber Historis Sosiologis Yuridis Dan Politik Pendidikan Pancasila

Dari segi objek materil pengayaan materi atau substansi mata kuliah pendidikan Pancasila
dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan historis, sosiologis,
dan politik ( Ristekdikti) sebagai berikut :

A. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih
bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang
bernama Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan " Historia Vitae Magistra". Yang bermakna "
sejarah memberikan kearifan. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah menjadi pendapat
umum (common sense) adalah sejarah merupakan guru kehidupan. Implikasi, pengayaan materi
perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap
remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa dikemudian hari. Melalui pendekatan ini mahasiswa
diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah
nasional maupun sejarah bangsa bangsa lainnya.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Soekanto (1982: 19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat
pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai nilai yang tertentu, melalui pendekatan sosiologis ini
anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan perubahan
sosial, dan masalah masalah sosial yang patut disiskapi secara Arif dengan menggunakan standar
nilai nilai yang mengacu kepada nilai nilai Pancasila

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Negera Republik Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan salah satu cirinya atau
istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintah berdasarkan hukum ( rule of law).
Pendekataan yuridis merupakan salah satu pendekataan utama dalam pengembangan atau
pengayaan materi mata kuliah pendidikan pancasila. Urgensi pendidikan yuridis ini adalah dalam
rangka menegakkan undang undang (law enforcement,) yang merupakan salah satu kewajiban
negara yang penting

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan pancasila adalah berasal dari fenomena
kehidupan politik bangsa indonesia. Tujuannya agar anda mampu mendiagnosa dan mampu
menformulsaki saran saran tentang upaya mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan
nilai nilai pancasila

BAB II Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

A. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


Pengertian pancasila dalam sejarah indonesia menunjukkan hal hal sebagai berikut :
➢ Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia ( The Founding
fathers).
➢ Nilai nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama kebudayaan, dan adat
istiadat
➢ Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.
Pentingnya pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal hal berikut:
• Betapa pun lemahnya pemerintah suatu rezim, tetapi pancasila tetap bertahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
• Betapapun ada upaya untuk mengganti pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi
terbukti pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Indonesia
• Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber dan
digali dari nilai nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan
berkembang dibumi Indonesia
• Kemukakan argumen anda tentang Pancasila sebagai pilihan terbaik bangsa
Indonesia. ( Direktorat jenderal Pembelajaran dan kemahasiswaan, 2016 : 69).

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Indonesia, secara garis besarnya
dapat dibagi dua masa yaitu, sejarah Pancasila prakemerdekaan dan sejarah Pancasila
pascakemerdekaan.

B. Sejarah Pancasila Prakemerdekaan

Sejarah merupakan guru kehidupan, sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua
bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita cita. Cita cita ideal sebagai landasan moralitas
bagi kebesaran bangsa tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran, kuat dan menegaknya
Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila terus berjaya sepanjang masa karena
ideologi Pancasila tidak hanya sekedar " confirm and deepen" identitas bangsa Indonesia
sepanjang masa.

1. Nilai nilai Pancasila dalam sejarah perjuangan bangsa

Menurut H.M Yamin berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: Pertama, zaman Kedua
tahap negara kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern, yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945

2. Perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajah

Kekayaan alam Indonesia dibuktikan dengan hasil buminya yang melimpah terutama
rempah rempah menyebabkan keinginan bangsa asing untuk masuk ke Indonesia. Bangsa
bangsa seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda juga membutuhkan rempah rempah
itu mulai berdatangan. Masuknya bangsa asing ini dipengaruhi oleh keruntuhan Majapahit
sebagai akibat dari perselisihan dan perang saudara yang berarti nilai nilai nasionalisme
sudah ditinggalkan.
Bangsa bangsa barat memperebutkan kemakmuran bumi Indonesia ini. Masa penjajahan
Belanda itu dijadikan tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita
citanya. Belanda menghadapi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin Pattimura
(1817), iman Bonjol di Minangkabau ( 1822-1837) Diponegoro Antasari dikalimantan
(1860) jelantik di Bali pada hakikatnya perlawanan terhadap Belanda itu terjadi hampir
setiap daerah di Indonesia. Akan tetapi perlawanan perlawanan secara fisik terjadi secara
sendiri sendiri di setiap daerah. Tidak adanya persatuan serta koordinasi dalam melakukan
perlawanan sehingga tidak berhasilnya bangsa Indonesia mengusir penjajah, bahkan
malam semakin memperkukuh kedudukan penjajah

C. Sejarah Pancasila Pascakemerdekaan


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan dikota Hiroshima oleh Amerika serikat
yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI berganti
nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Untuk merealisasikan tekat tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 untuk perundingan
antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung
singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo diruang makan laksamana Tadashi Maeda
tepatnya dijalan imam Bonjol No. 1. Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik
oleh Sayuti Melik. Isi proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan
semangat yang tertuang dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagam Jakarta berisi
gari garis pemberontakan melawan imperialisme- kapitalisme dan fasisme serta memuat dasar
pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh sidang
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, setelah terlebih
dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari kalimat " Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, diubah menjadi ketuhanan Yang Esa.
Dinamika Pancasila diawal kemerdekaan, pada awal awal masa kemerdekaan, tidak
banyak lagi pembicaraan mengenai Pancasila. Pancasila mulai dikenal kembali ketika
diterbitkan buku bertajuk Lahirnya Pancasila Bung Karno Menggembleng Dasar Negara
tahun 1947. Pada tahun 1949 terjadi perubahan konstitusi yakni UUD negara republik
indonesia yang diterapkan PPKI berubah menjadi konstitusi RIS.
BAB III Pancasila Sebagai Dasar Negara
A. Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi sendi ketatanegaraan pada negara
republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai nilai Pancasila.
Kosakata "dasar" dapat diartikan sebagai landasan atau fondasi yang berada di lapisan
paling bawah. Dalam konteks konstruksi, dasar yang berupa fondasi merupakan unsure
utama untuk menopang sebuah bangunan agar berdiri kokoh. Pancasila merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dan tumbuh berkembang serta digali dari dalam masyarakat
Indonesia, sehingga Pancasila memiliki kebenaran serta nasional bahwa Pancasila
merupakan sebuah ideologi dalam kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, Pancasila
bukanlah konsep pemikiran semata, melainkan sebuah perangkat tata nilai bentuk
diwujudkan sebagai panduan dalam berbagai segi kehidupan. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara sekaligus merupakan fungsi pokok dan utama daripada pancasila bersifat
yuridis- ketatanegaraan itu.
Dalam tulisan Mahfud MD (2007) menyatakan bahwa dari sisi hukum, Pancasila sebagai
dasar negara melahirkan kaidah kaidah penuntun hukum. Ada 4 kaidah penuntun hukum
yang mengalir dari Pancasila.
• Hukum indonesia yang dibuat haruslah bertujuan membangun dan menjamin
integrasi negara dan bangsa Indonesia
• Hukum Indonesia yang dibuat haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi
• Hukum indonesia yang dibuat haruslah ditujukan untuk membangun keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia
• Hukum Indonesia yang harus dibuatlah haruslah berdasarkan pada toleransi
beragama yang berkeadaban
B. Konsep Negara, Tujuan Negara, Konsep Dasar. Negara, Dan Urgensi Pancasila Sebagai
Dasar Negara
1. Konsep Negara
Menurut Diponolo (1975 : 23-25) Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu rakyat/umat
disuatu daerah tertentu. Diponolo menyimpulkan 3 (tiga) unsure yang menjadi syarat
mutlak bagi adanya negara yaitu
a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan
2. Tujuan Negara
Secara teoritis, Diponolo (1975: 112-156) menggambarkan intisari 5 teori tujuan negara,
yang disarikan sebagai berikut:
➢ Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
➢ Kemerdekaan
➢ Kekuatan, kekuasaan, dan kebesaran/keagungan
➢ Kepastian hidup, keamanan dan ketertiban
➢ Keadilan
Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut kalau disederhanakan dapat
digolongkan kedalam 2 aliran, yaitu:
a) Aliran liberal individualis
Aliran ini berpendapat bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan harus dicapai dengan
politik dan sistem ekonomi liberal melalui persaingan bebas
b) Aliran kolektivis atau sosialis
Aliran ini berpasangan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia hanya dapat
diwujudkan melalui politik dan sistem ekonomi terpimpin/totaliter.
3. Konsep Dasar Negara
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah grundnom (norma
dasar), rechtsidee ( cita hukum), staatsidee (cita negara), philisophische grondslag (dasar
filsafat negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara dalam pandang lain
menjelaskan bahwa dalam suatu negara yang merupakan kesatuan tatanan hukum, terdapat
suatu kaidah tertingg, yang kedudukannya lebih tinggi daripada undang undang dasar.
4. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan bahasa
belanda, philisophische grondslag bagi indonesia merdeka. Philisophische grondslag itulah
fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya
untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka.
Soekarno melukiskan urgensi pancasila bagi bangsa indonesia secara ringkas tetapi
meyakinkan sebagai berikut :
Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah, pancasila adalah satu alat
pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan
melenyapkan segala penyakit yang telah dilawan berpuluh-puluh tahun, yaitu terutama
imperialisme. Perjuangan suatu bangsa, perjuangan melawan imperialisme, perjuangan
mencapai kemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri sendiri.
Selanjutnya nurwardani, dkk. (2016 : 112) menjelaskan bahwa urgensi pancasila sebagai
dasar negara, yaitu:
- Agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan
- Agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai nilai pancasila
Dengan demikian, pada gilirannya nanti cita cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan dan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran
C. Hubungan Antara Pancasila Dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material. Dalam hubungan yang bersifat formal antara
Pancasila dengan pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat ditegaskan bahwa rumusan
pancasila sebagai dasar negara republik indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea ke empat. Menurut kaelan (2008: 91), Pembukaan
UUD NRI tahun 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental sehingga
terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu:
1) Sebagai dasarnya, karena pembukaan itulah yang memberikan faktor faktor mutlak
bagi adanya tertib hukum Indonesia.
2) Memasukkan dirinya didalam tertib hukum tertinggi. Adapun hubungan pancasila
dengan pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara material adalah menunjuk pada materi
pokok atau isi pembukaan yang tidak lain adalah Pancasila.
Dalam pandangan lain, Notonegoro menyimpulkan bahwa hubungan pancasila dengan
pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut
o Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai
staatsfundamentalnorm. Oleh karena itu, kedudukan pembukaan merupakan peraturan
hukum yang tertinggi di atas Undang-undangan dimulai dari pasal dalam UUD 1945
sampai dengan peraturan daerah sesuai dengan pembukaan UUD 1945
o . Pancasila merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Secara ilmiah akademis, pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm mempunyai hakikat kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
berubah bagi negara yang dibentuk dengan perkataan lain, jalan hukum tidak lagi dapat
diubah

BAB 1V Pancasila Sebagai Ideologi Negara

A. Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sebagai Ideologi


Istilah ideologi berasal dari kata "idea" dan "Logos". Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, ide ide dasar, cita cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, edois yang
berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita cita, yaitu cita
cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata.
Sedangkan Logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang
ide ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Berdasarkan
penjelasan di atas, ideologi mula-mula berarti: (1) “ilmu tentang (terjadinya) cita cita, gagasan
atau buah pikiran’, (2) kemedian diubah menjadi marxisme yang berarti pandangan hidup
yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam
bidang politil atau sosial (3) dalam sosiologi tentang ilmu ilmu, ideologi biasanya diartikan
sebagai pra-penilaian dari kesadaran yang timbul karena pengaruh lingkungan hidup (4) orang
menganut ideologi tertentu sebagai pandangan yang lebih sesuai dengan keinginan daripada
dengan kenyataan (5) ideologi adalah sistem dasar seseorang tentang nilai nilai dan tujuan
tujuan serta sarana sarana pokok untuk mencapainya
B. Fungsi Ideologi
Dalam teori-teori marxis dan marxian ideologi menunjuk pada setiap rangkaian ide dan nilai
yang memiliki fungsi sosial untuk memperkuat dan tatanan ekonomi tertentu dan dan dan
dijelaskan oleh fakta itu sendiri bukan oleh kebenaran atau kebaikan yang dikandung ini
kandungnya. Fungsi ideologi adalah untuk menetralkan status quo, dan untuk menampilkan
kondisi-kondisi sosial dalam berlaku saat itu sebagai ciri yang tak dapat hilang dari sifat
manusia ideologi memberikan dukungan untuk kekuasaan kelas dengan membujuk kelas kelas
yang tertindas untuk mengganti untuk menerima gambaran realitas yang menjadikan keadaan
subordinasi mereka sebagai hal yang "alami" karena yang dulu gih memiliki tiga fungsi utama
mengesahkan memistikkan dan menentramkan
C. Macam Macam Ideologi
Dalam usaha untuk memahami dasar negara Indonesia yakni Pancasila, akan lebih jelas jika
memahami ideologi ideologi bangsa bangsa lain. Menurut Sukarna (1981: 38) ada lima
ideologi besar yakni Ideologi Fasis, Komunisme, Liberal, Pancasila, dan Islam
Ada beberapa macam ideologi yang berkembang didunia saat ini diantaranya ideologi
fasisme, liberalisme, sosialisme, komunisme, ideologi Islam, termasuk ideologi negara kita
yaitu ideologi Pancasila. Untuk membandingkan ideologi Pancasila dengan ideologi besar di
dunia yang lain dapat menggunakan tolok ukur dari aspek politik hukum, ekonomi, agama,
pandangan terhadap individu dan masyarakat, dan ciri khas. Berikut ini pengertian dan ajaran
dari ideologi selain ideologi Pancasila.
1. Ideologi Fasisme
Menurut prof. Dr. William Eberstein (dalam Sukarna, 1981: 30) Fasisme ialah
pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu partai,
yang berwatak atau bercorak nasionalis, rasialis, militeristik, dan imperialis. Selanjutnya Prof.
Dr. William Eberstein (dalam Sukarna, 1981: 38-44) mengemukakan unsur unsur ajaran
fasisme sebagai berikut:
a. Tidak mempercayai pikiran (the distrust of reason)
Ajaran fasisme menyanggah atau memungkiri hasil hasil pikiran manusia. Iya menolak suatu
tradisi rasional dalam kebudayaan dan pandangan barat berakar dari kebudayaan Yunani,
ajaran monotheisme Yahudi dan ajaran Kristen. Secara psikologis, fasisme meletakkan dasar
kefanatikan dan dogmatis
b.Menyanggah persamaan dasar manusia (the Denial of basic human equality)
Dalam pandangan fasisme laki-laki Lebih tinggi derajatnya daripada wanita, serdadu lebih
tinggi dari pada sipil, anggota partai lebih tinggi dari pada pada bukan anggota partai, bahkan
yang menang dalam peperangan lebih mulia daripada yang dikalahkan. Jadi prinsip inequality
( ketidaksamaan) dalam ajaran fasisme didasarkan atas kekuatan.
C. Etika tingkah laku didasarkan atas kebohongan dan kekerasan (code of behaviour on lines
and violence)
Dalam pandangan fasis, politik ditandai dengan friend-enemy relations (hubungan sahabat
dan musuh). Dalam pandangan fasis, politik dimulai dan diakhiri dengan kemungkinan musuh
mendapat kemenangan atau kebiasaan secara total
d. Pemerintah dilakukan oleh golongan elite (government by elite)
Fasisme dimanapun juga akan menentang ajaran demokrasi bahwa rakyat bisa mengurus
atau memerintah dirinya sendiri. Fasisme berpendapat bahwa yang berhak dan dapat
memerintah ialah segolongan kecil dari pada penduduk (rakyat), yang mempunyai keturunan
yang baik, berpendidikan dan mempunyai status sosial
e. Totalirianisme (totaliterianism)
Totalirianisme di dalam fasisme, bukan saja di dalam sistim pemerintahan, tetapi segala
sektor kehidupan dalam masyarakat baik politik maupun non politik
f. Rasialisme dan imperialisme (racialism and imperialisme)
Dalam ideologi fascisme, imperialisme merupakan ajaran atau doktrin yang harus
dilakukan sebagai perwujudan daripada prinsip inequality
G. Oposisi terhadap hukum dan ketertiban internasional (oppsotion to international law and
order).
Penentangan terhadap hukum dan ketertiban internasional ini merupakan konsekwensi logis
dari pada ajaran fasisme tentang inequality, racialisme dan imperialisme dan peperangan.

Setiap organisasi internasional dari pada bangsa bangsa demokrasi menghendaki adanya
pemerintahan dilakukan dengan Persetujuan dari pada yang diperintah. Sedangkan dalam
fasisme menghendaki adanya pemerintah dengan kekerasan, oleh karena itu setiap lembaga
internasional yang mengatur hubungan internasional antara bangsa dan menegakkan hukum dan
ketertiban internasional akan merupakan gangguan bagi fasisme
2. Ideologi Komunisme
Yang dimaksud ideologi komunisme ialah sistim politik sosial ekonomi dan kebudayaan
berdasarkan ajaran marxisme-lenisme. Dengan demikian marxisme- lenisme meupakan sumber
pokok teoritis bagi pelaksanaan tujuan negara dan partai komunisme di dunia. Ajaran ajaran
stalin, mao tse-tung, dan tito adalah pelaksanaan ajaran ajaran marxisme leninisme dan
mempunyai pengaruh yang besar pula
3. Ideologi Liberal
Secara etimologis liberal berasal dari kata liber bahasa latin yang berarti free. Selanjutnya
liberal berarti tidak dibatasi atau tidak terikat oleh ajaran ajaran yang telah ada dalam filsafat
politik atau agama atau bebas dalam pendapat
Liberalisme menurut Huszar and Stevenson (dalam Sukarna, 1981: 59) bersumber dalam
politik kepada teori Jhon Locke (1632-1704) yang mengemukakan bahwa manusia itu diberi
oleh alam hak hak tertentu. Hal hal ini harus dijamin oleh suatu konstitusi dan dilindungi oleh
pemerintah
Pokok pokok ideologi liberal menurut Sukarna (1981-60-68) adalah:
➢ Percaya terhadap Tuhan sebagai pencipta
➢ Percaya terhadap persamaan dasar semua manusia
➢ Memperlakukan pemikiran orang lain secara sama
➢ Pemerintah dilakukan dengan persetujuan yang diperintah
➢ Pemerintah berlandaskan hukum
➢ Mementingkan individu
➢ Negara adalah alat
➢ Menolak dogmatisme
Jadi bisa dikatakan bahwa liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang negara,
ekonomi dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan dibidang budaya, hukum, ekonomi
dan tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat
dan kemampuan sebebas mungkin
4. Ideologi Islam
Ideologi adalah suatu sistem politik, sosial ekonomi dan kebudayaan berdasarkan
kepada hasil pemikiran manusia sendiri maka dapat dikatakan bahwa Islam bukan ideologi
karena agama Islam berdasarkan Al Qur'an yakni Wahyu Allah SWT.
5. Ideologi Pancasila
Sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan Gagasan dasar yang
berkenaan dengan kehidupan negara. Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep
mengenai wujud masyarakat yang diciptakan citakan, begitu juga dengan ideologi
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara membawakan nilai nilai tertentu digali
realitas sosial budaya bangsa Indonesia, oleh karena itu maka ideologi Pancasila
membawakan kekhasan tertentu yang membedakan dengan ideologi lain.

BAB V

A. Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang
berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang berarti
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi

B. Kesatuan Sila Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.


Elia M. awas (1979) memberikan definisi sistem adalah himpunan komponen atau subsistem
yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangka shrode dan voich dalam Tatang M. Amirin (1989) memberikan definisi sistem
dengan mengingat unsur-unsur penting yang ada dalam sistem yaitu:
❖ Himpunan bagian bagian
❖ Bagian bagian itu saling berkaitan
❖ Masing masing bagian Bekerja secara mandiri dan bersama sama
❖ Semuanya ditujukan pada pencapaian tujuan bersama atau tujuan sistem
❖ Terjadi di dalam lingkungan yang rumit dan kompleks.
Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan asas negara yang merdeka,
selain itu hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi
ciri ciri berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri kefilsafatan meliputi:
▪ Sistem filsafat harus Koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara rutin.
Pancasila sebagai sistem filsafat bagian bagiannya tidak saling bertentangan meskipun
berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan
tersendiri.
▪ Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam
yang sampai keinti mutlak persoalan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan tuhan dalam
kehidupan bermasyarakat
▪ Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah fikit hasil perenungan sebagai pra
anggapan sebagai titik awal yang kemudian menjadi pola dasar berdasarkan penalaran
logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.

BAB IV Pancasila Sebagai Sistem Etika

A. Pengertian Etika Dan Etika Politik Indonesia


Apa itu etika? Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etika atau moralitas. Dengan
demikian, maka istilah yang tepat adalah etiket pergaulan, etiket jurnalistik, etiket
kedokteran, dan lain lain. Etiket secara sederhana dapat diartikan sebagai aturan
kesusilaan/sopan santun. Seperti yang dijelaskan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (
Moeljono, dkk., 1988: 237) membedakan antara etiket dengan etika. Etiket tatacara dalam
masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Sedangkan
etika adalah a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak); b. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan c. nial
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Namun demikian,
ada beberapa perbedaan sangat penting antara etika dan etiket. Menurut Bertens, ada empat
perbedaannya yaitu sebagai berikut
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa
cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat. Artinya, cara yang diharapkan
serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu
kepada atasan, saya harus menyerahkan nya dengan menggunakan tangan kanan.
Dianggap melanggar etiket, bial orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Etika
menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Jika A, yang
berperkara di pengadilan, menyerahkan amplop yang berisi uang kepada B, seorang
hakim menangani perkara A dengan cara amat sopan ( antara lain dengan memakai
tangan kanan).
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, etiket tidak berlaku.
Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara makan atau berpakaian.
Dianggap melanggar etiket bila kita makan sambil berbunyi atau meletakkan kaki di atas
meja, dan sebagainya.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa aja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh yang jelas ada makan dengan tangan
atau bersendawa waktu makan. Lain halnya dengan etika. Etika jauh lebih absolute.
Jangan mencuri, jangan berbohong, jangan membunuh, merupakan prinsip prinsip etika
yang tidak bisa ditawar tawar atau mudah diberikan.
B. Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila pada hakikatnya adalah satu kesatuan nilai yang di dalamnya mengandung nilai
dasar yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi- kerakyatan, dan keadilan Nilai
nilai Pancasila itu merupakan pilihan pilihan nilai yang digunakan dasar atau landasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika berarti
pancasila merupakan kesatuan Sila Sila Pancasila, sila Sila Pancasila itu saling berhubungan,
saling kerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan utuh.
C. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika
Perlunya Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bertujuan untuk: (a). memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen
bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek b. menentukan
pokok pokok etika kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat; c. menjadi
kerangka acuan dan mengevaluasi pelaksanaan nilai nilai etika dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB VII Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan nilai


A. Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilm pengetahuan dan teknologi. Beberapa
terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran pancasila sebagai
rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasila sebagai
intellectual Bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai common denominator values
(muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu
Pentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran pancasila sebagai rambu rambu normatif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di Indonesia.
B. Ilmu Dalam Perspektif Historis
Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut decade waktu dan
menciptakan zamannya, dimulai dari zaman pra Yunani kuno, Yunani kuno, abad
pertengahan, Renaisans, zaman modern, dan masa kontermporer
1. Zaman Pra Yunani Kuno
Zaman pra Yunani kuno disebut juga zaman batu yang berkisar antara empat tahun sampai
20.000 tahun
Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan:
➢ Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman
➢ Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap
receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis
➢ Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi
➢ Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sinstesa
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan
2. Zaman Yunani Kuno

Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi memercayai mitologi mitologi

3. Zaman abad pertengahan


Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah
terkait dengan aktivitas keagamaan
4. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai dengan sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang
bebas dari dogma dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan
abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern
5. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak
zaman Renaissance
6. Zaman Kontemporer (abad ke 20 dan seterusnya)
Fisikawan termashur abad ke 20 adalah Albert Einstein. Disamping teori mengenai
fisika, teori alam semesta, dan lain lain maka zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih.
C. Pengertian Dan Ciri Ciri Ilmu
The liang Gie 1978 memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang
mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan sistematis.
Menurut The Liang Gie (1978) pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri ciri pokok:
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda bedakan pokok soalnya ke dalam bagian
bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian
bagian itu
5. Verikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga
D. Pilar Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu
Melalui teori relativitas dan kebenaran ilmu sekarang sudah berubah dan paradigma lama
dibangun fisika Newton yang ingin selalu membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah.
Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai
meskipun ilmu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodelogis l, sistematis, logis dan
empiris.
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar pilar nya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar pilar filosofis keilmuan.
Pengembangan ilmu menurut Iriyanto widisusenso (2009) dalam (Dikti, 2013) selalu dihadapkan
pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar ontologi (ontologi)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi)
o Aspek kuantitas: apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme, dualisme,
pluralisme)
o Aspek kualitas (mutu Sifat): bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
2. Pilar epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses sarana, dasar dasar kebenaran, sistem,
prosedur, strategi.
3. Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam setiap
penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu

Buku Pembanding
BAB I
A. Menelusuri Konsep Dan Urgensi Pendidikan Pancasila
Materi pendidikan Pancasila apa saja yang sudah Anda pelajari? Anda sudah pernah
mengenal pendidikan budi pekerti, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), pendidikan Pancasila
dan kewarganegaran (PPKn), dan lain-lain. Namun, apakah Anda sudah benar-benar
memahami nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut? Apa kesan
Anda setelah memperoleh pelajaranpelajaran yang terkait dengan nilai-nilai Pancasila
tersebut? Jawaban yang Anda ajukan mungkin berbeda satu dengan yang lainnya
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat sejak sebelum
Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu,
wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh
masyarakatnya, sebagai contoh:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,
2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas secara konkret dapat dibuktikan dalam
bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga negara atau wajib pajak. Alasannya jelas
bahwa gotong royong didasarkan atas semangat kebersamaan yang terwujud dalam semboyan
filosofi hidup bangsa Indonesia “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Konsekuensinya,
pihak yang mampu harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan menempatkan posisi
pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani kesenjangan. Pajak menjadi solusi untuk
kesenjangan tersebut
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
perlu diungkap berbagai permasalahan di negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya
mata kuliah pendidikan Pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan
Kesadaran perpajakan menjadi permasalahan utama bangsa, karena uang dari pajak
menjadi tulang punggung pembiayaan pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 %
penerimaan negara berasal dari pajak. Masalah yang muncul adalah masih banyak Wajib
Pajak Perorangan maupun badan (lembaga/instansi/perusahaan/dan lain-lain) yang
masih belum sadar dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan yang disampaikan
masih belum sesuai dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya dimiliki, bahkan
banyak kekayaannya yang disembunyikan. Masih banyak warga negara yang belum
terdaftar sebagai Wajib Pajak, tidak membayar pajak tetapi ikut menikmati fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah.
2. Masalah Korupsi
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di pusat maupun di
daerah. Transparency Internasional (TI) merilis situasi korupsi di 188 negara untuk tahun
2015. Berdasarkan data dari TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam
urutan negara paling korup di dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukan
adanya perilaku pejabat publik yang kurang sesuai dengan standar nilai/moral Pancasila.
Agar perilaku koruptif tersebut ke depan dapat makin direduksi, maka mata kuliah
pendidikan Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
mahasiswa merupakan kelompok elit intelektual generasi muda calon-calon pejabat
publik di kemudian hari. Sebenarnya, perilaku koruptif ini hanya dilakukan oleh
segelintir pejabat publik saja. Tetapi seperti kata peribahasa, karena nila setitik rusak
susu sebelanga. Hal inilah tantangan yang harus direspon bersama agar prinsip good
governance dapat terwujud dengan lebih baik di negara Indonesia
3. Masalah Lingkungan
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia. Namun dewasa ini, citra tersebut perlahan
mulai luntur seiring dengan banyaknya kasus pembakaran hutan, perambahan hutan
menjadi lahan pertanian, dan yang paling santer dibicarakan, yaitu beralihnya hutan
Indonesia menjadi perkebunan. Selain masalah hutan, masalah keseharian yang dihadapi
masyarakat Indonesia saat ini adalah sampah, pembangunan yang tidak memperhatikan
ANDAL dan AMDAL, polusi yang diakibatkan pabrik dan kendaraan yang semakin
banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kelestarian
lingkungan masih perlu ditingkatkan. Peningkatan kesadaran lingkungan tersebut juga
merupakan perhatian pendidikan Pancasila.
4. Masalah Dekadensi Moral
Dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme makin menggejala
dalam kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak
masyarakat, khususnya generasi muda. Fenomena dekadensi moral tersebut
terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media massa. Perhatikan
tontonan-tontonan yang disuguhkan dalam media siaran dewasa ini. Begitu banyak
tontonan yang bukan hanya mengajarkan kekerasan, melainkan juga perilaku tidak
bermoral seperti pengkhianatan dan perilaku pergaulan bebas. Bahkan, perilaku
kekerasan juga acapkali disuguhkan dalam sinetron-sinetron yang notabene menjadi
tontonan keluarga. Sungguh ironis, tayangan yang memperlihatkan perilaku kurang
terpuji justru menjadi tontonan yang paling disenangi. Hasilnya sudah dapat ditebak,
perilaku menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat.
Dengan memperhatikan masalah tersebut, maka pendidikan Pancasila sangat penting
untuk diajarkan pada berbagai jenjang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa tidak tercerabut
dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah
penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan
berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat
memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok
(leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar) (Abdulgani, 1979: 14). Urgensi
pendidikan Pancasila bagi mahasiswa sebagai calon pemegang tongkat estafet
kepemimpinan bangsa untuk berbagai bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak terpengaruh
oleh paham-paham asing yang negatif. Dengan demikian, urgensi pendidikan Pancasila
di perguruan tinggi dengan meminjam istilah Branson (1998), yaitu sebagai pembentuk
civic disposition yang dapat menjadi landasan untuk pengembangan civic knowledge
dan civic skills mahasiswa.
BAB II BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA
Pada bab ini, Anda akan dihantarkan untuk memahami arus sejarah bangsa Indonesia, terutama
terkait dengan sejarah perumusan Pancasila. Hal tersebut penting untuk diketahui karena
perumusan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia mengalami dinamika yang kaya dan penuh
tantangan. Perumusan Pancasila mulai dari sidang BPUPKI sampai pengesahan Pancasila sebagai
dasar negara dalam sidang PPKI, masih mengalami tantangan berupa “amnesia sejarah” (istilah
yang dipergunakan Habibie dalam pidato 1 Juni 2011).
Tahukah Anda, bahwa pada awal era reformasi 1998 muncul anggapan bahwa Pancasila sudah
tidak berlaku lagi karena sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini muncul karena pada
zaman Orde Baru sosialisasi Pancasila dilakukan melalui penataran P-4 yang sarat dengan nuansa
doktrin yang memihak kepada rezim yang berkuasa pada waktu itu. Bagaimana cara menghindari
kesalahpahaman atau sesat pikir yang menghinggapi sebagian generasi muda dewasa ini? Untuk
itu, Anda sebagai mahasiswa perlu mempelajari kembali sejarah perumusan Pancasila yang
dilaksanakan sebelum masa kemerdekaan. Selain itu, untuk memperluas wawasan Anda tentang
pentingnya nilai dasar dalam suatu negara, maka Anda harus melakukan aktivitas sebagai berikut.
BAB III BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA?
Pancasila sebagai dasar negara yang autentik termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti esensi
nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan sosial. Bangsa Indonesia semestinya telah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat sebagaimana yang dicita-citakan, tetapi dalam kenyataannya belum sesuai dengan
harapan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi muda, khususnya Anda sebagai kaum
intelektual, untuk berpartisipasi, berjuang mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila.
Oleh karena itu, pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai
nilainya bersifas nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai nilai tersebut merupakan
perwujudan dari aspirasi
BAB IV MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA
Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de
Tracy pada penghujung abad kedelapanbelas. Tracy menyebut ideologi sebagai science of ideas,
yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat
Perancis. Namun, Napoleon mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka,
yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan
ditemukan dalam kenyataan (Kaelan, 2003: 113). Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep
ideologi erat hubungannya dengan perjuangan pembebasan borjuis dari belenggu feodal dan
mencerminkan sikap pemikiran modern baru yang kritis. Niccolo Machiavelli (1460--1520)
merupakan pelopor yang membicarakan persoalan yang secara langsung berkaitan dengan
fenomena ideologi. Machiavelli mengamati praktik politik para pangeran, dan mengamati pula
tingkah laku manusia dalam politik, meskipun ia tidak menggunakan istilah “ideology” sama
sekali. Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas Machiavelli, yaitu agama, kekuasaan,
dan dominasi. Machiavelli melihat bahwa orang orang sezamannya lebih dahulu memperoleh
kebebasan, hal tersebut lantaran perbedaan yang terletak dalam pendidikan yang didasarkan pada
perbedaan konsepsi keagamaan.
BAB V MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran para
pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag. Perenungan
ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke
pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk menemukan Pancasila
sebagai sistem filsafat. Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses
yang berlangsung secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara
merupakan bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya.
Notonagoro, Soerjanto 140 Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk segelintir pemikir yang
menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu, akan dibahas
kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para tokoh yang bertitik
tolak dari teori-teori filsafat. Mengapa mahasiswa perlu memahami Pancasila secara filosofis?
Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk
berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar sebagaimana ciri-ciri
pemikiran filsafat. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai
kompetensi sebagai berikut. Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama
dan budaya; mengembangkan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai, responsif dan
proaktif; bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar prinsip musyawarah;
memahami dan menganalisis hakikat sila-sila Pancasila, serta mengaktualisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya sebagai paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku; mengelola hasil
kerja individu dan kelompok menjadi suatu gagasan tentang Pancasila yang hidup dalam tata
kehidupan Indonesia. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat Filsafat
merupakan awal dari ilmu pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai “Mother of Science”.
BAB VI Bagaimana Pancasila Menjadi Sistem Etika?
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang dihadapi bangsa
Indonesia sebagai berikut. Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia
sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, masih
terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat merusak semangat
toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan meluluhlantakkan semangat persatuan atau
mengancam disintegrasi bangsa. Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan
Yogyakarta, pada tahun 2013 yang lalu. Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya
dan miskin masih menandai kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima, ketidakadilan hukum yang
masih mewarnai proses peradilan di Indonesia, seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar
narkoba asal Australia Schapell Corby. Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersedia
membayar pajak dengan benar, seperti kasus penggelapan pajak oleh perusahaan, kasus panama
papers yang menghindari atau mengurangi pembayaran pajak. Kesemuanya itu memperlihatkan
pentingnya dan mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat
menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun,
diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut agar tidak terjebak
ke dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya, korupsi terjadi lantaran seorang pejabat diberi
hadiah oleh seseorang yang memerlukan bantuan atau jasa si pejabat agar urusannya lancar.
BAB VII Mengapa Pancasila Menjadi Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat
sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak
dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya iptek selalu berkembang dalam suatu ruang
budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama
sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak merugikan
umat manusia. Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa kebanyakan
orang sering mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan sehingga pandangan seseorang
tentang kebenaran terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya. Kuntowijoyo menegaskan bahwa
kebenaran itu bersifat non-cumulative (tidak bertambah) karena kebenaran itu tidak makin
berkembang dari waktu ke waktu. Adapun kemajuan itu bersifat cumulative (bertambah), artinya
kemajuan itu selalu berkembang dari waktu ke waktu. Agama, filsafat, dan kesenian termasuk
dalam kategori non-cumulative, sedangkan fisika, teknologi, kedokteran termasuk dalam kategori
cumulative (Kuntowijoyo, 2006: 4). Oleh karena itu, relasi iptek dan budaya merupakan persoalan
yang seringkali mengundang perdebatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keunggulan Buku
• Pada buku pertama dan kedua mengandung isi dan kalimat sama setiap namun, ada
perbedaan sedikit didalam kedua buku tersebut
• Dimana buku ini menurut saya dari segi warna dan sampul sudah menarik, karena
kebanyakan pembaca tertarik pada buku itu ialah melihat buku itu berwarna,
bergambar dan bagus untuk dibaca serta tulisan dalam bukunya pun bagus
• Materi yang tercantum dalam buku ini sudah lumayan lengkap dan sedikit lebih
rinci sehingga bisa dijadikan buku utama dalam pembelajaran
• Buku ini juga terlihat bagus dari sisi rangkuman, karena dalam buku ini dilampirkan
juga rangkuman dari setiap bab. Hal itu membuat pembaca yang menggunakan
buku dapat membaca rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang dibaca

Kelemahan Buku

• Pada buku pertama tidak dilampirkan ISBN berbeda pada buku kedua melampirkan
ISBN pada buku tersebut
• Adanya penjabaran materi yang terlalu panjang membuat siapa yang membaca terkadang
bosan dan ngantuk dikarenakan selain kalimat panjang adanya kalimat kalimat yang
kurang dimengerti
• Pada buku pertama tidak dilampirkan gambar pada setiap bab berbeda pada buku
pembandingnya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, didalam masyarakat indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya pancasila yang
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara tercantum dalam pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya

B. Saran
Diharapkan setelah membaca critical book report ini pembaca lebih mengerti tentang
pancasila dan menerapkannya di kehidupan sehari hari tidak hanya sekedar mengetahui
karna perlu rasanya kita mengembangkan nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1976. Pengembangan Pancasila di Indonesia. jakarta:
Yayasan Idayu

Al. Hakim, S. 2010 Media Pembelajaran Berbasis Pemberdayaan Nilai Pancasila (PNP).
Malang: Pemerintah perovinsi Jawa Timur dengan Universitas Negeri Malang

Ali, As'ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemerdekaan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995, Risalah Sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departeman
Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai