Anda di halaman 1dari 25

MAkALAH

PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI ISLAM


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Dosen pengampu
Moh. Aziz Amrozi, S.Psi., M.Pd

Di susun oleh:
Rahmawati (200300808)
Muhammad Nur Huda (
Fajar (

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
PERIODE 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperkenankan buku itu dituliskan untuk
membantu para mahasiswa matakuliah Psikologi Komunikasi untuk memahami dan mendalami materi
yang dibahas dalam matakuliah tersebut.Penyusunan buku ini masih sangat membutuhkan perbaikan
dan penyesuaian dengan topik-topik terkini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan
maupun kritik demi perbaikan di masa yang akan datang.Selamat belajar.

Kediri, 25 Septembe 2021


PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi komunikasi merupakan salah satu cabang dari dua ilmu pengetahuan penting, yaitu ilmu
psikologi dan ilmu komunikasi. Psikologi merupakan ilmu yang telah berkembang lama, sedangkan
komunikasi merupakan cabang ilmu yang relatif baru berkembang. Salah satu cabang ilmu psikologi
yang membahas bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya disebut dengan psikologi
sosial. Psikologi sosial diambil alih menjadi salah satu cabang ilmu komunikasi dengan nama psikologi
komunikasi.

Mempelajari psikologi komunikasi sangat membantu kita dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain. Topik – topik yang menjadi perhatian cabang ilmu ini sangat bermanfaat dalam kehidupan
kita sehari – hari, seperti : bagaimana manusia berpikir dan bagaimana pikiran kita bekerja, bagaimana
membujuk orang, apa yang membuat kita seperti saat ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan definisi Psikologi Komunikasi secara umum?

2. Apa saja ruang lingkup psikologi komunikasi?

3. Bagaimana bentuk – bentuk psikologi komunikasi (komunikasi intra personal, komunikasi


interpersonal, komunikasi kelompok & organisasi, komunikasi massa) ?

4. Bagaimana sejarah tentang psikologi komunikasi?

C. TUJUAN

1. Memahami definisi psikologi komunikasi secara umum.


2. Memahami ruang lingkup psikologi komunikasi

3. Memahami bentuk – bentuk psikologi komunikasi seperti komunikasi intra personal, komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok & organisasi, komunikasi massa.

4. Mengerti sejarah psikologi komunikasi

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI PSIKOLOGI KOMUNIKASI

1. Apakah Psikologi Komunikasi itu?

Komunikasi sangat esensial buat pertumbuhan kepribadian manusia. Ahli-ahli ilmu sosial telah berkali-
kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi ekan menghambat perkembangan kepribadian
(Davis, 1940; Wasserman, 1924). Antropolog terkenal, Ashley Montagu (1967: 450), dengan tegas
menulis: “The most important agency through which the child learns to be human is communication,
verbal also nonverbal.”kedua, komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman
kesadaran manusia. Tidak mengherankan, bahwa komunikasi selalu menarik perhatian peneliti psikologi.

2. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi,
gelombang suara, tanda diantara tempat sistem atau organisme. Kata komunikasi sendiri digunakan
sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam
psikoterapi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada
peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara berbagai sistem
dalam diri organisme dan diantara organisme.

3. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi komunikasi: penerimaan stimuli secara indrawi, proses yang
mengantarai stimuli dan respon, prediksi respon, dan peneguhan respon. Psikologi melihat komunikasi
dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli
berbentuk orang, pesan, suara, warna.

B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI KOMUNIKASI

1. Komunikasi Intra Personal

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator
sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam
pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri
pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat
berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika
orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah
pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi
diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.Pemahaman diri pribadi
ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari
individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri
(self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

Namun, pada tahun 1992, sebuah bab dalam Komunikasi Yearbook # 15, berpendapat bahwa
“komunikasi intrapersonal” adalah sebuah konsep yang cacat. Bab ini pertama diperinci berbagai
definisi. Komunikasi intrapersonal, tampak, muncul dari serangkaian kejanggalan logis dan linguistik.
Pengertian tentang ‘communicaton intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak
melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual
(misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak
diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus,
sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat
diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal timbul dari
kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku
komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa
rekonstruksi proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari masyarakat
sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.

TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalma
hubungan dengan situasi sosial. Latar belakang timbulnya psikologi sosial berasal dari beberapa
pendapat, misalnya Gabriel Tarde mengatakan pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada
proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi social antar manusia.

Gustave Le Bon berpendapat bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa
massa yang masing-masing berlainan sifatnya. Sigmund Freud berbeda dengan Le Bon, ia berpendapat
bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja tidak
disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Pada tahun 1950 dan 1960
psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai di sebagian besar
universitas. Dasar mempelajari psikologi social bedasarkan potensi-potensi manusia dimana potensi ini
mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan. Potensi-potensi itu
antara lain :

1. Kemampuan menggunakan bahasa

2. Adanya sikap etik

3. Hidup dalam 3 dimensi

b. Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)


Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi),
kemudian masuk short-term-memory (STM) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam
long-term-memory (LTM). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.

Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori
ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung
cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.

Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada STM. STM hanya
mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan
memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk
mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.

Bila informasi dapat dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah yang umumnya disebut
sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Kita
dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan chunking, rehearsals, clustering, atau method of
loci.

c. Teori Aus

Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat bila
dilatih terus menerus. Namun menurut Hunt, makin sering mengingat, makin jelek kemampuan
mengingat. Dimana tidak selamanya waktu dapat mengauskan memori

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam Liliweri (1991, 112) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-
pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik
secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian
juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang
ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi,
sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang
memperhatikannya.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling
mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan
cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik
secara langsung.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Faktor-
faktor tersebut adalah :

1. Citra Diri (Self Image)

Citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui
hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang
yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu
komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung.Ternyata pada
saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.

3. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma sendiri
yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada
kaitannya juga dengan kedua faktor di atas.

4. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku
dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap
lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan
lingkungan yang lain.

5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam memilih kata-
kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi
berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman komunikasi juga
penerima.

6. Bahasa Badan

Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga merupakan
medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan
antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau
pernyataan.

4.Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Rakhmat (1988, 75) menyatakan dalam komunikasi interpersonal selain melibatkan dua orang yang
bertatap muka, ada beberapa aspek penting yang mendukung keberhasilan komunikasi interpersonal,
yaitu :

1. Rasa Percaya

2. Sikap Suportif

3. Sikap Terbuka

3. Komunikasi Kelompok & Organisasi

1. KOMUNIKASI KELOMPOK

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara
tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk
mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI KELOMPOK

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik
yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan
harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan
media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat
merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula
merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok
pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu
kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau
mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.

KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam
kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok.

a. Kelompok primer dan sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok
primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh
hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.

2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

6. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

b. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif.
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok
preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.

FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK

1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok
mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana
suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas
yang informal, santai dan menghibur.

2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal
maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun.

3. Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu
kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.

4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan
membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan
alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision
making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah
menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.

2. JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI

Yang dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu
orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai
dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan
beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi
umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya.
Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh
organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

Arus Komunikasi Organisasi

Pembahasan mengenai komunikasi dalam organisasi dalam bentuk arah arus informasinya sangat
penting. Komunikasi ke atas dan ke bawah (sering disebut vertikal) dan komunikasi lateral barangkali
merupakan yang paling penting. Di samping itu, kita akan melihat pada informasi samar dan juga pada
sebab dan akibat adanya kepadatan informasi.

4. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah suatu proses melalui mana komunikator-komunikator menggunakan media
untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus menerus menciptakan makna-makna serta
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai cara”
(DeFleur & McQuail, 1985, McQuail, 2000).

Karakteristik Komunikasi Massa

1. Ditujukan ke khalayak luas, heterogeen, tersebar, anonim serta tidak mengenal batas geografis dan
kultural.

2. Bersifat umum bukan perorangan.


3. Penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak yang luas dalam waktu
yang relatif singkat (messages multiplier)

4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah

5. Kegiatan komunikasi dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisir.

6. Kegiatan komunikasi dilakukan secara berkala tidak bersifat temporer.

7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan (sosial, ekonomi, politik, budaya, dll.)

KONSEP MASSA

Massa memiliki unsur-unsur penting, yaitu:

1. Terdiri dari sekelompok masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, yang menyebar dimana-mana
dan satu dengan lainnya tidak saling mengenal atau pernah bertemu atau berhubungan secara personal.

2. Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya. Misalnya
penonton RCTI dengan Anteve. Karenanya konsep massa dari segmentasi sulit diprediksi dengan angka-
angka pasti (akurat).

3. Karena jumlah yang besar maka massa juga sukar diorganisir. Jumlah massa yang besar itu cenderung
bergerak sendiri-sendiri berdasarkan sel-sel massa yang dapat dikendalikan oleh orang-orang dalam sel
itu. Gerakan-gerakan massa akan semakin besar apabila sel-sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan
kondisi sesaat yang terjadi di lapangan. Interaksi yang terjadi biasanya bersifat emosional.

4. Massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk kehidupan sosial
merefleksikan suatu kondisi masyarakat secara keseluruhan.

PROSES KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak orang yang bersifat kompleks dan rumit.
Menurut McQuail (1999) proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:

1. melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa
melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran atau pemberitaan
jumlahdan lingkupnya sangat luas dan besar.
2. proses komunikasi massa cenderung dilakukan melalui model satu arah yaitu dari komunikator
kepada komunikan atau media kepada khalayak. Interaksi yang terjadi sifatnya terbatas.

3. proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris antara komunikator dengan komunikan. Ini
menyebabkan komunikasi antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi
sensasi emosional sifatnya sementara dan tidak permanen.

4. proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal atau non pribadi dan anonim.

5. proses komunikasi massa juga berlangsung didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan di


masyarakat. Misalnya program akan ditentukan oleh apa yang dibutuhkan pemirsa. Dengan demikian
media massa juga ditentukan oleh rating yaitu ukuran di mana suatu program di jam yang sama di
tonton oleh sejumlah khalayak massa.

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

Robert K.Merton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata
(manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi
(latent function), yaitu fungsi tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam
masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

a) Fungsi pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap
aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial
maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, pemberitaan bahaya narkoba bagi
kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka
fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba.
Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai
dengan apa yang dilakukannya. Medai massa dapat memberi reward kepada masyarakat yang
bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun sebagainya akan memberikan
punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di
masyarakat
b) Fungsi social learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan
sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan
kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa itu dimaksukan agar
proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat
secara luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi
kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, di mana karena
sifatnya, maka fungsi paedogogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.

c) Fungsi penyampaian informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, emiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses
penyampaian informai kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari
institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi
informasi tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

d) Fungsi transformasi budaya

Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih dinamis
adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana difat-sifat budaya massa, maka
yang terpentin adalah komunikasi massa menjadi proses transormai budaya yang dilakukan bersama-
sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang dilakukan oleh media massa.

e) Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa
juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komuniasi massa menggunakan media
massa, adi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi
komunikasi massa.

Sejarah Psikologi Komunikasi Sebagai Ilmu

Dilihat dari sejarah perkembangannya, komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi.
Walaupun demikian komunikasi bukan subdisiplin dari pesikologi. Sebagai ilmu, komunikasi menembus
banyak disiplin ilmu. Sebagai gejala perilaku, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu,
antara lain sosiologi dan psikologi.

Dance (1967) mengartikan komunikasi sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang–
lambang verbal” ketika lambang–lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli kalau dilihat dari
psikologi behaviorisme (Rahamat, 2001: 3). Ditambahkan Raymond S. Ross (1974:b7) bahwa komunikasi
sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemeliharaan bersama lambang secara
kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri
arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber (idem).

Psikologi dan komunikasi tidak terlepas hubungannya. Dalam psikologi, stimuli mempunyai makna
yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem
organisme. Kata komunikasi dipergunakan sebagai proses, pesan, pengaruh, atau secara khusus sebagai
pesan penyampaian energi dari alat–alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan
informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai system, yang disebut dengan organisme.
Tetapi psikologi tidak hanya mengulas komunikasi diantara neuron. Psikologi mencoba menganalisis
seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan serta fakor–fakor
internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Misalnya komunikasi terapetik.

Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri
komunikan (komunikan di sini di artikan setiap peserta komunikasi), komunikasi memberikan
karakteristik manusia komunikan serta factor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi
perilaku komunikasinya. Akhirnya komunikasi boleh ditujukan: untukmemberikan informasi, menghibur
atau mempengaruhi. Yang ketiga, lazim dikenal komunikasi persuasive, amat erat kaitannya dengan
psikologi. Persuasive sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan
perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis. Ketika komunikasi dikenal sebagai proses
mempengaruhi orang lain, disiplin-disiplin lain menambah perhatian yang sama besarnya seperti
psikologi. Para ilmuan dengan berbagai latarbelakang ilmunya dilukiskan Goerge A. Miller sebagai
“participating in and contributing to one of the great intellectual adventures of the twentieth century”
(ikut serta dalam dan bersama-sama memberikan sumbangan pada salah satu petualangan intelektual
besar pada abad kedua puluh).

Bila berbagai disiplin mempelajari komunikasi, apa yang membedahkan pendekatan psikologi dengan
pendekatan yang lain? Adakah ciri khas pendekatan psikologi, sehingga kata “psikologi komunikasi”
dapat dipertanggungjawabkan? Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi: antropologi, biologi,
ekonomi, sosiologi, linguistic, psikologi, politik, matematik, engineering, neuofisiologi, filsafat dan
sebagainya (Budd dan Ruben, 1972 dalam Rahmat, 2001: 7). Yang agak menetap mempelajari
komunikasi adalah sosiologi, filsafat dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi social. Interaksi harus
didahului oleh kontak dan komunikasi. Karena itu setiap buku sosiologi menyinggung komunikasi. Dalam
dunia modern komunikasi bukan saja mendasari interaksi social. Teknologi komunikasi telah
berkembang begitu rupa sehingga tidak ada satu maqsyarakat modern yang mampu bertahan tanpa
komunikasi.

Filsafat sudah lama menaruh perhatian pada komunikasi, sejak kelompoh sophist yang menjual
retorika pada orang-orang Yunani. Aritoteles sendiri menulis De Arte Rhetorika. Tetapi filsafat tidak
melihat komunikasi sebagai alat untuk memperkokoh tujuan kelompok, seperti pandangan sosiologi.
Filsafat meneliti komunikasi secara kritis dan dialektis. Filsafat mempersoalkan apakah hakekat manusia
komunikan, dan bagaimana dia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di
alam semesta ini; apakah kemampuan berkomunikasi ditentukan oleh sifat-sifat jiwa manusia atau oleh
pengalaman; bagaimana proses komunikasi berlangsung sejak kognisi, ke afeksi, sampai perilaku;
apakah medium komunikasi merupakan factor sentral dalam proses penilaian manusia; dan sebagainya.
Bila sosiologi melihat posisi komunikasi sebagaiu integrator social, filsafat melihat posisi komunikasi
dalam hubungan timbale balik antara manuisa dengan alam semesta. Kaum fenomenologi misalnya
melihat objek pesan sebagai kesadaran dinamis. Pesan ditelaah dengan menghubungkannya pada
kondisi-kondisi empiris yang menjadi konteks pesan tersebut (Lanigan, 1979 dalam Rahmat, 2001: 8).

Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama mengarahkan
perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan
terjadinya perilaku itu. Bila sosiologi komunikasi pada interaksi social, filsafat pada hubungan manusia
dengan relaitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan.

Fisher menyebut empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi: penerimaan stimuli secara
indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal mediation
of stimuli), prediksi respons (prediction of respons), dan peneguhan respons (reinforcement of
rensponses). Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ
pengindraan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk orang, pesan, suara, warna-pokoknya segala hal
yang mempengaruhi kita. Ucapan, “Hai, apa kabar,” merupakan suatu stimuli yang terdiri dari berbagai
stimuli: pemandangan, suara, penciuman, dan sebagainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita-
dalam “kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil keswimpulan tentang proses
yang terjadi pada “kotak hitam” dari respon yang tampak. Kita mengetahui bahwa ia tersenym, tepuk
tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan
respons yang akan datang. Kita harus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respon individu
masa ini. Dari sinilah timbul perhatian pada gudang memori (memory storage) dan set (penghubung
masa lalu masa sekarang). Salah satu unsur sejarah respons adalah peneguhan. Peneguhan adalah
respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Bergera dan Lambert
menyebutnya feedback (umpan balik). Fisher tetap menyebutnya peneguhan saja (Fisher, 1978: 136-142
dalam Rahmat, 2001: 9).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan psikologi komunikasi tidak terlepas
dikontribusi disiplin ilmu lain terutama: filsafat, sosiologi, antropologi maupun psikologi itu sendiri.
Dengan kontribusi ilmu-ilmu tersebut lahirlah psikologi komunikasi sebagai ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan dan mengenadalikan peristiwa mental dan behavioural dalam komunikasi.

Teori yang mempangaruhi perkembangan psikologi komunikasi


Grand Theory

Grand Theory adalah teori besar, teori yang mempunyai cakupan secara luas, berlaku kapan, dimana
dan oleh siapa saja. Bersifat universal dan komonal (tidak hanya memiliki satu golongan saja). Adapun
yang dapat dikatakan sebagai grand teori dalam perkembangan ilmu komunikasi yang menyangkut
dengan perilaku manusia adalah:

1. Teori Piaget

Tentang tingkat-tingkat perkembangan intelegensi menurutnya ada empat tingkatan perkembangan


struktur kognitif yaitu:

- Intelegensi sensorismotor, terdapat pada anak berumur 0-1, 5/2 tahun. Kemampuan anak itu masih
terbatas pada penginderaan rangsangan-rangsangan dan memberikan reaksi-reaksi motoris yang
mekanistis.

- Representasi pada operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun dalam fase itu terjadi pembentukan simbol-
simbol untuk kelak memungkinkan anak itu berpikir. Sifat anak pada usia masih terpusat pada diri
sendiri (egosentris).

- Operasi konkrit terjadi pada usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak-anak tidak lagi egosentris, melainkan
banyak berorientasi keluar, kepada objek-objek yang kongkrit . ia aktif dan banyak bergerak, tetapi
perbuatan-perbuatannya selalu tidak dapat dilepaskan dari hal-hal yang kongkrit.

- Operasi format, terjadi antara 11-15 tahun, individu disini tidak lagi tertarik pada objek yang nyata atau
kongkrit ia mampu menyusun kesimpulan-kesimpulan dan hipotesa-hipotesa atas dasar simbol-simbol
semata-mata.

2. Teori Mc Dougall yang dikembangkan dengan teori instingnya.

Teori ini menyatakan bahwa insting adalah kecenderungan suatu tingkah laku tertentu dalam situasi
tertentu, kecenderungan tingkah laku mana tidak dipelajari sebelumnya melainkan sudah merupakan
bawaan sejak lahir. Pada manusia insting sudah banyak berkurang, tetap menurut Douglas insting ini
pada manusia masih jelas nampak emosi.
3. Teori Kognisi individu yang dikembangkan oleh David Krech.

Teori ini menyatakana bahwa kognisi seseorang bukan suatu cermin dunia fisik namun ia lebih
merupakan suatu bagian dari kepribadian yang didalamnya objek-objek yang terpilih kemudian memiliki
sewaktu peranan yang besar, kesemuannya itu ditangkap dalam proses terbentuknya kognisi. Setiap
organisasi kognisi memiliki dua faktor penentu utama yaitu faktor-faktor stimulus dan faktor-faktor
personal.

4. Teori tongkat adaptasi (Heros, 1999)

Menurutnya ada tiga tingkatan adaptasi yaitu : stimulus yang direspon merupakan pusat perhatian,
stimulus yang datang mendadak membentuk latar belakang menjadi pusat perhatian. Sisa-sisa
pengalaman yang lalu dengan stimulus yang serupa aakan menarik perhatian. Dengan demikian semua
stimulus memberikan batas hubungan tingkat adaptasi.

5. Teori kesimbangan dalam perubahan kognisi

Teori keseimbangan adalah suatu petunjuk keseimbangan yang berada dalam sistem kognisi kepada
yang lebih luas bahwa unsur-unsur dari sistem membentuk kesatuan yang tidak bertentangan dalam
interaksi.

6. Teori kohesivitas dalam kelompok (Scashore, 1954)

Kelompok yang lebih kecil rata-rata lebih kohesif daripada kelompok yang lebih besar. Begitu pula
jangkauannya (range). Kohesivitas kelompok yang lebih besar dari pada kelompok yang lebih besar.
Manusia lebih cenderung untuk merasa yang lebih sedikit.

7. Teori pembentukan kelompok (Loomes dan Beegle, 1950)


Menurutnya setiap kelompok dibentuk oleh salah satu faktor berikut ini:

- Ikatan pertalian keluarga

- Keanggotan kelompok sains

- Keanggotaan kelompok keagamaan

- Usia

- Jenis kelamin dan persamaan sikap

8. Teori peradaban manusia

Ibnu Khaldun perkembangan masyarakat mengacu kepada kaidah-kaidah sosial hanya dapat diketahui
apabila data yang dikumpulkan itu dilakukan analisis banding serta dicari korelasinya. Kewujudan
manusia dicirikan oleh kemajuan dan kejatuhan, malahan kemusnahan yang berulang kali. Peradaban
manusia dapat diumpamakan turun naiknya gelombang lautan atau kehidupan organ manusia yang
menempuh tahapan dari kelahiran anak-anak, dewasa, tua dan kematian (teori kebangkitan adab
keruntuhan peradaban).

Oswald Spengler: kewujudan manusia dicirikan oleh kemajuan dan kejatuhan malahan kemusnahan
yang berulang kali. Peradaban manusia dapat diumpakan turun naiknya gelombang lautan atau
kehidupan organ manusia yang menempuh tahapan dari kelahiran anak-anak, dewasa, tua dan
kematian. Suatu kebudayaan lahir pada suatu jiwa besar yang bangkit dari protospiritual, yaitu suatu
bentuk dari tanpa bentuk, dan suatu bentukan dari tanpa ikatan penderitaan. Budaya akan mati
manakala jiwa yang diaktualisasikan menurut jumlah kemungkinan penuh dalam bentukan orang-orang,
bahasa, dokma, seni, negara dan ilmu pengetahuan kembali kepada pratospiritual peradaban
(civilitation) adalah bagian terakhir dari perkembangan setiap kebudayaan (teori kebangkitan adab
keruntuhan peradaban)

9. Teori perkembangan masyarakat (Ferdinan Tonnies)


Perkembangan masyarakat atau sistem sosial sebagai perubanan linear dari kecil (sederhana) sampai
menjadi besar (kompleks). Atau dari Gemeinschaft ke gesellschaft. Masyarakat adalah karya cipta
manusia, yang merupakan usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi-relasi timbal balik
yang mantap. Semua relasi sosial itu adalah ciptaan kemauan manusia yang mendasari kemauan
masyarakat itu sendiri tediri dari dua jenis yaitu sweckwille atau arbitarywill, kemauan rasional yang
hendak mencapai suatu tujuan; dan tribewil atau essenstialwill, dorongan batin berupa perasaan. Dua
bentuk kemauan itu menjelaskan kelahiran dua jenis utama kelompok sosial dan relasi sosial yang
dinamakan gemeischaft dan gesellschaft.

10. Teori evolusi budaya (Jullian H. Stewart)

Budaya manusia itu berkembang menurut beberapa arah yang berbeda. Revolusi budaya tidak bersifat
unilinier, bahkan multilinier. Evolusi manusia bukanlah semata-mata biologi belaka, malahan merupakan
interaksi antara ciri-ciri fisik dan budaya, setiap ciri itu saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia itu
mempunyai upaya untuk menciptakan penyelesaian-penyelesaian yang rasional dalam kehidupan
mereka, terutama dalam alam dan masalah-masalaha teknis dan juga mereka berupaya untuk
mentransformasi penyelesaian tersebut kepada generasi berikut dan anggota lain dalam masyarakatnya
(teori neoevolusionis).

Middle Range Theory

Adalah teori tengah, teori ini didasarkan pada fakta sosial, teori ini lahir sebagai studi empirik (lapangan)
adapun yang tergolong dalam empirik (lapangan) ini adalah:

1. Expeclancy theory of motivation

Teori ini sepenuhnya bergantung pada harapan seseorang terhadap reward menyatakan bahwa motivasi
seseorang untuk mencapai sesuatu tergantung pada produk atau hasil kali estimasi seseorang tentang
taraf kemungkinan sukses apabila ia mengajarkan suatu itu dengan nilai yang akan diperoleh atas
kesuksesan tersebut
2. Achievement motivation theory (McCelland)

Suatu kecenderungan untuk mengatasi hambatan/peringatan menyelesaian tugas rumit melalui


kekuatan usaha.

3. Two factor theory; kepuasan manusia dalam bekerja

4. Teori penyimpangan; Teori differential association (Edwin H. Suterland) bersumber dari pergaulan
yang berbeda.

5. Teori Labeling (Edwin M. Lemert) seseorang menyimpang karena adanya proses labeling berupa
julukan, cap, etiket oleh masyarakat

6. Teori Merton: merupakan bantahan-bantahan teori di atas (yang hanya memandang sisi mikro)

7. Teori penularan (Le Bon)

Dalam suatu kerumuman tiap perasaan dan tindakan bersifat menular, hanya mengikuti naluri, tidak
rasional dan tidak mampu mengendalikan perilaku sendiri.

8. Teori konvergensi (Horton and Hunt)

Perilaku kerumunan muncul dari sejumlah orang yang mempunyai dorongan, maksud dan kebutuhan
serupa

9. Teori Malthus; jumlah penduduk berkembang menurut deret ukur, sementara jumlah makanan hanya
dapat ditingkatkan menurut deret hitung.

10. Teori transisi demografi; menyangkal teori Malthus

11. Teori Frustasi agresi; orang akan melakukan agresi manakala usaha mencapai kepuasannya
terhalangi. Jika agresinya tidak ditujukan pada pihak yang menghalangi.
12.Teori fakta sosial; teori fungsionalisme struktural (Robert K. Merton); menekankan pada kesatuan
dan menyebabkan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurutnya, masyarakatnya
suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam
keseimbagnan. Asumsi dasar; setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap lainnya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa komunikasi erat kaitannya
dengan psikologi, karena ketika seseorang komunikator berminat untuk menyampaikan pesan kepada
komunikan, maka dalam diri komunikator akan terjadi suatu proses. Dan psikologi menganalisa seluruh
bagian yang terlibat dalam komunikasi.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penyusunan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.Rakhmat,

J. (2008). Psikologi Komunikasi, http://perjalanandewi.wordpress.com/2012/04/17/psikologi-


komunikasi/#more-105, diakses pada 26 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai