Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika pada era informasi dan komunikasi global seperti sekarang ini para jurnalis
mengkalim bahwa"juournalism touches life at all point",yang berarti jurnalistik menyentuh
setiap segi kehidupan. Maka para pakar di bidang psikologi pun serta Merta menegaskan
klaim yg hampir senada. "Tidak ada orang pada masa kini yg mengaku tidak mengenal
psikologi,(Rita L. Atkinson, introduction psikologi) menurut Rita dan teman temannya
psikologi telah meyentuh semua aspek kehidupan manusia. Seperti contoh : Bagaimana cara
orang tua mngasuh dan mengajari kita dam memengaruhi kita mengajari anak kita nanti

Lalu, banyak pertanyaan lagi mengapa orang mempelajari ihwal perilaku manusia?.
Perhatian dan minat sementara orang untuk mempelajari perilaku atau kodrat manusia hanya
digerakkan oleh dorongan dan rasa ingin tau. Yang lainya lagi lebih tertuju pada alasanalasan
yg lebih praktis dalam upaya memperoleh pengetahuan tentang perilaku,kodrat,tabiat,atau
pribadi manusia. Mereka menyakini bahwa masalah masalah sosial yang dibuat dan dialami
ini muncul oleh manusia dapat segera diatasi. Dengan bekal pengetahuan itu, mereka ingin
mengikis,Atau setidaknya mengurangi problem" sosial. Ada juga yang bertujuan untuk lebih
mengenal dirinya sendiri,mengenali iapa aku ini srbenarnya,dan dengan pengenalan ini,dia
berusaha untukenyesuaikan diri dengan orang lain. Mereka harus tau alasan orang berpikir
l,berperasaan,dan berbuat menurut caranya sendiri.

Bagaimanapun,psikologi dpat memberikan pengertian yg lebih baik mengenai sebab sebab


orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan dan memberikan pandangan untuk
menilai sikap dan reaksi yg kita lakukan sendiri.Singkatnya ,psikologi dibutuhkan oleh
mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersa orang lain. Serta
dibutuhkan oleh mereka yang dalam tugas dan jabatanya bersama orang lain

Dan bagaimana nantinya psikologi dan manusia merambah dunia teknologi terlebih dalam
aspek komunikasi. Apalagi nantinya psikologi ini akan menghadapii banyak orang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendekatan psikologi dan manusia?


2. Apa hubungan psikologi , dan ilmu komunikasi?
3. Bagaimana penguasaan psikologi , manusia dalam komunikasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pendekatan psikologi dan manusia.


2. Untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan ,dan ilmu komunikasi?

3. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai psikologi, manusia dan komunikasi?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan psikologi kepada manusia

Psikologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mencapai komunikasi yang efektif


dalam interaksi manusia. Memahami manusia menjadi suatu kemutlakan jika kita ingin
berhasil dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya atau berkomunikasi secara efektif.
Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui bagaimana psikologi memandang
manusia. Untuk menjawab hal itu, perlu memahami lima pendekatan atau teori psikologi
tentang manusia, yaitu:

1. Pendekatan Neurobiologis
2. Pendekatan Psikoanalisis
3. Pendekatan Perilaku (Behaviorisme)
4. Pendekatan Kognitif
5. Pendekatan Humanistis
Kelima pendekatan ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana cara pandang yang
berbeda tentang manusia dan akhirnya akan membawa kepada analisis yang berbeda tentang
perilaku manusia.

1.Pendekatan Neurobiologis

Pada dasarnya semua kejadian psikologis dikemudikan dengan cara-cara tertentu oleh
kegiatan otak dan sistem jaringan syaraf yang berkaitan dengan sistem tubuh yang lain. Salah
satu pendekatan studi mengenai manusia adalah usaha menghubungkan tindakan dengan
kejadian yang berlangsung di dalam tubuh terutama dalam otak atau susunan syaraf.
Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan
kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis. Konsepsi
psikologi mengenai manusia yang hanya berdasarkan neurobiologi kurang memadai untuk
menjelaskan perilaku manusia. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk
mengkaji fenomena-fenomena psikologi.

2. Pendekatan Psikoanalisis

Pendekatan psikoanalitis menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh


kepribadiannya atau personalitasnya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa Sigmund Freud sebagai
pelopor psikoanalitis menyatakan bahwa hampir semua kegiatan mental manusia tidak dapat
diketahui secara mudah, padahal kegiatan mental tersebut dapat mempengaruhi kegiatan
manusia. Freud becermin dari konsep konflik dan perilaku manusia yang juga diyakini oleh
paham Barat. Menurut konsepsi tersebut, raga manusia selalu diperebutkan oleh konflik dan
perjuangan antara yang baik dan yang buruk.Psikoanalisis diperkenalkan oleh Sigmund Freud
(1856-1939). Psikoanalisis adalah teknik psycho – therapeutic (psiko-terapetik). Berdasarkan
pengalaman terapi terhadap penderita gangguan jiwa yang disebut neurotic.

Dasar teori psikoanalisis adalah perilaku manusia ditentukan oleh insting bawaan
yang sebagian besar tidak disadari. Proses ketidaksadaran ini menurut Freud adalah proses
terpengaruhnya perilaku oleh pikiran, ketakutan atau keinginan-keinginan yang tidak disadari
oleh manusia. Freud percaya bahwa berbagai impuls (dorongan untuk berbuat sesuatu)
semasa masih anak-anak diusir dari kesadaran dan terpendam dalam ketidaksadaran.

Meskipun ada dalam ketidaksadaran, impuls-impuls ini masih mempengaruhi


perilaku.
Perwujudan impuls-impuls tidak sadar ini dapat berupa mimpi, keliru ucapan, sara dan
(tindakan-tindakan kecil yang tanpa disadari berulang seperti mata berkedip-kedip atau
menarik-narik kerah baju sendiri), dan gejala-gejala penyakit neurotic (penyakit syaraf).

Psikoanalisis memandang manusia sebagai “manusia yang berkeinginan” (Homo


Volens).Penjelasan yang lebih menyeluruh dan sistematis sehubungan dengan konflik di
dalam diri manusia tersebut telah dikembangkan oleh Sigmund Freud dan disebut sebagai
kerangka kerja psikoanalitis. Teorinya tersebut dikitkannya dengan adanya unsur dalam
susunan kepribadian manusia dalam kerangka ketidaksadaran. Freud mengatakan adanya tiga
unsur kepribadian manusia yang saling berhubungan sekaligus saling menimbulkan konflik.
Ketiga unsur tersebut, adalah id (das es), ego (dasich), dan superego (das uberich).

a. Id

Id (das es), merupakan salah satu unsur atau subsistem kepribadian yang berdasarkan
pada kesenangan (Pleasure). Id adalah penggerak utama keseluruhan perilaku manusia. Id
adalah kawah candradimuka yang penuh dengan keinginan yang memerlukan pemuasan
segera.

Dalam kegiatannya, id tidak terbelenggu oleh batasan-batasan etika, moral, logika,dan


lain-lain faktor. Sehingga sering kali ditemukan adanya perilaku baik dan buruk sekaligus
dalam waktu bersamaan (simultan). Id bekerja secara tidak rasional dan secara impulsif.Id
dimaksudkan sebagai nafsu yang memuat dorongan-dorongan biologis manusia. Id lah yang
mendorong kita untuk makan, minum, berhubungan seksual, dan dorongan-dorongan biologis
lainnya yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Dengan Id kita tidak peduli dengan
orang lain, lingkungan sekitar atau pada seluruh bentuk kenyataan hidup. Pokoknya, nafsu
biologis terpenuhi. Oleh karena itu, Id juga sangat egois, tidak mengenal moralitas dan
karenanya membuat manusia sama seperti hewan.Dalam Id terdapat dua insting yang
dominan, yaitu:

a) Libido  insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk melakukan kegiatan
agar tetap hidup (Eros).
b) Thanatos  insting merusak kepada kematian.

b. Ego

Ego mewakili gambaran tentang kenyataan-kenyataan fisik dan sosial. Ego


merupakan unsur yang berkaitan dengan alam kesadaran manusia. Ia memberikan gambaran
tentang apa yang mungkin dan tak mungkin terjadi. Ego merupakan gambaran logika tentang
apa yang patut dilakukan dan tidak patut, apa yang harus dan tidak harus dilakukan
sehubungan dengan desakan-desakan dari id. Ego dibentuk oleh pemahaman terhadap
lingkungannya, terutama dalam lingkungan keluarga dan lingkungan luar yang mengajarkan
tentang logika. Manusia tidak hidup sendirian dan lari dari realitas sosial. Kita berinteraksi
dengan orang lainnya dan pada saat itu pula kita akan terikat dengan sejumlah kesepakatan
dan aturan sosial

Contoh pemahaman:

Jika anda seorang karyawan, anda tidak dapat begitu saja memaki atasan, walaupun
atasan bertindak tidak adil. Pada saat itu anda harus melihat realitas bahwa kedudukan anda
sebagai karyawan lebih lemah dan power ada pada atasan. Biasanya teman-teman anda akan
menasehati dengan kata-kata “Sudahlah, jangan diteruskan nanti kamu akan rugi”.Kesadaran
akan realitas inilah yang dalam psikoanalisis disebut sebagai Ego. Ego bergerak atas prinsip
realitas. Prinsip realitas adalah suatu struktur kepribadian yang membawa manusia untuk
menjejak pada kenyataan sosial.Oleh sebab itu, Ego pulalah yang membuat keinginan-
keinginan kita terpenuhi.

Sebaliknya Id hanya akan menghasilkan sejumlah keinginan bukan memenuhinya. Sintesis


antara Id dan Ego melahirkan pertanyaan:

Sebenarnya mengapa kita harus memperhitungkan realitas?


Mengapa kita harus tunduk pada aturan sosial tertentu?
Mengapa kita tidak boleh begini dan tidak boleh begitu?
Mengapa kita tidak boleh dengan leluasa menyalurkan motif-motif biologis?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, psikoanalisis memperkenalkan Superego.

c. Super Ego

Super ego, yang merupakan alam ketidaksadaran manusia, menjadi gudang nilai-nilai
individu, termasuk moral, yang terbentuk sebagian besar oleh lingkungan luar dan juga
keluarga. Kita sering mengenalnya sebagai hati nurani (Conscience). Super ego berisi tentang
nilai-nilai baik dan buruk, boleh dan tidak, norma masyarakat, dan lain sebagainya. Dalam
operasionalnya, super ego sering bertentangan dengan Id. Id ingin melakukan apa yang
dirasakannya baik untuk kelangsungan hidup manusia, sedangkan super ego menginginkan
apa yang dirasakan benar.Pertentangan antara Id dan Super Ego menyebabkan Ego
melakukan kegiatan jalan tengah. Ego harus mengadakan kompromi dan berusaha
menyenangkan Id dan Super Ego.Hal ini merupakan salah satu mekanisme proses mental
yang berusaha memecahkan konflik antara keadaan psikologis manusia dan kenyataan yang
dihadapinya.

Superego dipandang sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang berupaya


mewujudkan keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural
masyarakat kita.Id melahirkan keinginan manusia untuk memiliki rumah mewah, mobil,
pasangan cantik atau ganteng, dan atribut-atribut kemewahan lainnya. Oleh karena posisi
memungkinkan, keinginan itu tidak diwujudkan dengan korupsi. Namun, dorongan
berkorupsi menjadi kuat karena banyak orang melakukannya.

Ego melihat realitas ini dan memberi kemungkinan kepada Id untuk merealisasikan
keinginannya. Namun, Superego memperingatkan bahwa korupsi tak boleh dilakukan. Oleh
karena nilai sosial dan kultural masih dipegang seperti itu, Ego pun menjadi bingung dan
frustasi. Boleh tidak korupsi dilakukan? Biasanya Ego akan melakukan distorsi realitas,
misalnya terpikir, si A yang terkenal idealis itu pun akhirnya korupsi juga.

3. Pendekatan Perilaku (Behaviorisme)

Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi


interpersonal, konsep diri, eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial, serta ganjaran dan
hukuman. Berbeda dengan psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari
keinginan bawah sadar mereka, behaviorisme menganalisis perilaku manusia hanya
berdasarkan perilaku yang tampak dan dapat diukur.Behaviorisme percaya bahwa perilaku
manusia merupakan hasil dari proses belajar (learning process). Manusia belajar dari
lingkungannya dan dari hasil belajar itulah manusia berperilaku. Oleh karena itu, manusia
dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Pendekatan ini berpendirian bahwa manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau
psikologis. Perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan dan dimotivasi oleh
kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.Konsekuensi dari
pandangan ini ialah manusia menjadi makhluk yang sangat dipengaruhi lingkungannya. Kita
akan mudah membentuk seseorang menjadi apa pun yang kita inginkan asal kita memiliki
lingkungan yang tepat dan cocok untuk mengubahnya. Behaviorisme disebut juga psikologi
Stimulus Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak mempertimbangkan pengalaman
kesadaran seseorang. Pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan
kesadaran penuh. Pendekatan Behavioristik memandang manusia sebagai manusia mesin
(Homo Mechanicus).

4. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif berasal dari teori psikologi dan ilmu pengetahuan perilaku
lainnya, dan cenderung bersifat individual. Psikologi adalah sumber utama dari teori-teori
kognitif dan perilaku manusia. Menurut Littlejohn (1992), teori tersebut membahas tentang
kaitan antara stimuli (S) yang berfungsi sebagai masukan (input) dan jawaban (response = R)
berupa perilaku yang berfungsi sebagai keluaran (output). Teori kognitif ini melihat
hubungan S - R yang berkaitan dengan pemrosesan informasi yang terjadi antara rangsangan
dan jawaban.

Teori kognitif ini melihat cara variabel-variabel terbentuknya kognitif yang


menyebabkan terbentuknya perilaku tertentu. Perilaku ini, menurut Miftah Thoha (1983),
tersusun secara teratur. Seseorang mengatur pengalamannya ke dalam kegiatan untuk
mengetahui (cognition) dan kemudian memasukkan ke dalam kognitifnya. Susunan ini akan
menentukan jawaban. Singkatnya, seseorang mengetahui adanya rangsangan, memprosesnya
ke dalam kognisi, dan menghasilkan suatu jawaban.

Psikologi kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimuli yang
pasif. Mental manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
bentuk-bentuk baru dan memilihnya ke dalam kategori-kategori.Kognisi adalah sebutan bagi
proses berbagai cara mentransformasikan masukan indrawi, membubuhi kode-kode pada
masukan ini, dan menyimpan kode-kode dalam ingatan serta mengambil kembali untuk
digunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan image, pemecahan masalah, ingatan dan
berpikir semuanya adalah istilah yang menggambarkan fase-fase hipotetik terjadinya kognisi.

Pendekatan kognitif juga menanggapi keresahaan orang ketika behaviorisme


(pendekatan S-R) tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang dapat berperilaku
berbeda dari lingkungannya, yakni karena ia memiliki motif pribadinya sendiri (self-
motivated). Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens).

Perilaku manusia harus dilihat dari konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar hasil
dari proses menanggapi stimulus yang diterimanya. Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam
suatu kelompok manusia akan terdapat sifat-sifat kelompok yang tidak dimiliki individu.
Salomon Asch kemudian memperkuat pendapat Lewin dengan studi eksperimennya yang
menyimpulkan bahwa penilaian kelompok (group judgement) berpengaruh pada
pembentukan kesan (impression formation).

Contoh sederhana, sebagai berikut:

Seseorang karyawan yang telah melakukan kesalahan (misalnya, pelanggaran


disiplin) dijatuhi hukuman berupa “penundaan kenaikan pangkatnya”. Hukuman tadi
menyebabkan ia memahami bahwa melakukan pelanggaran disiplin akan mengakibatkan
sesuatu yang tidak baik bagi dirinya. Hukuman tadi merupakan “stimulus” bagi dirinya yang
menyebabkan perubahan pada posisi “kognitif”, sehingga memberikan tindakan (respons)
untuk tidak lagi melakukan pelanggaran disiplin.
5. Pendekatan Humanistik

Pendekatan-pendekatan psikologi sebelumnya ternyata belum berhasil mengungkap


manusia secara keseluruhan. Manusia memang sering kali dipengaruhi oleh lingkungan
seperti yang dikatakan Behaviorisme, namun manusia juga mampu untuk bertindak berbeda
dengan lingkungan. Manusia juga sering kali menunjukkan naluri primitif yang seperti hewan
sebagaimana yang dinyatakan oleh Psikoanalisis, namun pada saat yang sama manusia
memiliki rasa peduli dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Manusia juga bisa terus
sibuk berfikir seperti yang dinyatakan oleh Psikologi Kognitif, namun pada saat yang sama
manusia juga ingin mengetahui dan diakui eksistensi dirinya, apa sebenarnya yang paling kita
dambakan dalam hidup ini.

Pendekatan Humanistik ini memandang manusia sebagai manusia bermain (Homo


Ludens). Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Tidak ada satu
manusia pun yang memiliki pengalaman yang sama.Pendekatan Humanistik berpendapat
bahwa manusia bukan sekedar wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya
mencari makna, baik makna kehidupannya, makna kehadiran di lingkungan, serta apa yang
dapat diberikan kepada lingkungan.Psikologi humanistis menekankan kreativitas, vitalitas
emosi, eutentisitas, dan pencarian makna diatas kepuasan materi. Pendekatan ini merupakan
penampakan sosial dari upaya kita untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana
jiwa yang bijak.

Psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia bebas untuk memilih dan


menentukan tindakannya sendiri. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri dan tidak dapat menyalahkan lingkungan, orang tua, atau yang lain atas
tindakannya. Konsepsi humanistik atas manusia ini berkembang dari ide filsuf eksistensialis
seperti Nietzshe dan Sartre. Pandangan ini menggaris-bawahi kualitas-kualitas manusia yang
membedakan manusia dari hewan, terutama dalam kebebasan berkehendak dan dorongan
untuk aktualisasi diri. Menurut pendekatan ini, motivasi utama seseorang ialah
kecenderungan untuk tumbuh dan mengaktualisasi diri.

Psikologi humanistik bertumpu pada tiga dasar pijakan, yaitu:


a) Keunikan manusia
b) Pentingnya nilai dan makna
c) Kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.

Jadi, pendekatan ini menilai manusia tidak digerakkan oleh kekuatan luar yang tidak dapat
dikontrolnya, tetapi manusia adalah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan
mampu mengubah dunia di sekelilingnya.Perhatian utama psikologi humanistik adalah
pengalaman subjektif perorangan. Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap dunianya lebih penting untuk diteliti daripada studi mengenai tindakannya.

B. Hubungan Psikologi Dan Ilmu Komunikasi


Banyak ilmuan dari berbagai disiplin memberikan sumbangan ilmu komunikasi, dari
bidang politik antara lain Halold D. Lasswell, Max weber, Carl I. Hovlang dan paul Lazarfeld
dari bidang psikologi, Wilbur schramn bidang Bahasa serta Shannon dan weaver dari bidang
matematika dan Teknik. Tidak mengherankan apabila banyak disiplin yang terlibat dalam
studi komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung.

Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai yang berdiri
sendirikemudian melakukan perkawinan dengan ilmmu ilmu lainya yang melahirkan
berbagai subdisilin , seperti komuniksi politik , sosiologi komunikasui massa, dan psikologi
komunikasi. Denga demikian psokologi komunikasi pun didefinisikan sebagai ilmu yang
berusaha menguraikan , meramalkan , dan mengendalikan peristiwa mental dsan behavioreal
dalam komunnikasi ‘(Rahmat, 1994:9)

Komunikasi menurut rahmat adalah peristiw social yang terjadi Ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba menganalisis social secara psikologi, membawa
kita pada psikologi social. Apabila ditanhakan letak psikologi komuniaksi, kita cenderung
melerttaknnya sebagai bagian dari psikolgi social . oleh karna itum, menurut jallaludin
rahmat, pendkatan psikolgi sosila juga merupaka pendekatan spikolodi komunikasi.

C. Penguasaan psikologi dan ilmu komunikasi

Penguasaan psiklogi terhadap manusia dan ilmu komuniksai sangat dlam kaitanya
termasuk dalam kehisupa sehari-hari. Hal ini dilihat dari beberapa pendekatan pendekatan
yang sudah banyak diterapkan. Contonya pendekatan behavioristik dalam kasus seoarang
yang berprestasi 80 persen dibentuk dari keluarga yang sehat dan lingakungan yang
mendukung dilihat dari setiap pharinya dijadwalkan untuk mengikuti less dari bakat dan
minatnya. Lagu dilihhat dari pendekatan psikoanalisis dalam masa pandemic yang
menyebabkan keyakinan , rasa takut dan keinginan yang tidak disadari oleh dari dampak
covid19.

Anda mungkin juga menyukai