Anda di halaman 1dari 13

ISLAM DAN PELAPISAN SOSIAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : SOSIOLOGI

Dosen Pengampu : Dr. Sahrul, M.Ag.

Muhammad Al- Amin (0101191021)

M Iqbal Ihsani (0101192026)

Putri Anggria N.Rkt (0101193113)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (C)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN - SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Islam Pelapisan Sosial” dapat terselesaikan
dengan baik. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terimah kasih terhadap dosen mata kuliah
Sosiologi yaitu Bapak Dr. Sahrul, M.Ag. dan juga rekan-rekan yang terlibat didalamnya,
sehingga makalah ini dapat tersusun. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Meskipun telah berusaha dengan
segenap kemampuan namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah
yang kami buat dapat menambah wawasan pengetahuan bagi kita semua. Semoga dari
makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.

Medan, 17 November 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

1.2 Pelapisan (Stratifikasi) Sosial........................................................................................2


a. Pengertian pelapisan sosial..........................................................................................2

2.2 Konsep Teori-Teori Stratifikasi Sosial.........................................................................3


a. Teori Klasik Tentang Stratifikasi Sosial......................................................................3
b. Teori Modern Tentang Stratifikasi Sosial...................................................................4

2.3 Amal Dan Perbuatan ................................................................................................ 5

2.4 Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Al-Qur’an...........................................................6

a. Stratifikasi atas dasar pemilikan ekonomi...................................................................6


b. Stratifikasi atas dasar jenis kelamin dan hubungan kekerabatan................................6
c. Stratifikasi sosial atas dasar status sosial....................................................................6
d. Stratifikasi sosial atas dasar etnik atau ras..................................................................6
e. Stratifikasi atas dasar keagamaan...............................................................................7
f. Stratifikasi atas dasar pemilikan ilmu.........................................................................7
g. Stratifikasi atas dasar pekerjaan..................................................................................8
h. Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Ilmu Sosial.........................................................8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status sosial yang paling baik dan mulia, makhluk yang dinamakan manusia adalah
makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya, karena
manusia mempunyai status yang paling mulia dan terhormat dimuka bumi ini dibandingkan
dengan mahluk-makhluk yang lainnya, karena makhluk manusia telah diangkat oleh allah
sebagai khalifah di muka bumi ini. Ini berdasarkan firman allah dalam surah al-An’am: 165
artinya : “dan dialah menjadikan kamu sebagai khalifah dimuka bumi, dan dia telah
meninggikan sebagian kamu atas sebagian lainnya beberapa derajat, untuk menguji kamu
tentang karunianya kepada kamu”.

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat
adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-
unsur baku dalam sistem lapisan. Dan mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem
sosial. Ungkapan Selo Soemardjan dan Soermadi diatas, jika ditarik kedalam ruang lingkup
masyarakat islam, maka hal ini tidak bertentangan dengan kaedah dan norma-norma islam
itu sendiri. Didalam islam juga sering dibicarakan tentang status dan kedudukan, misalnya
bagaimana sebenarnya posisi Nabi dan Rasul sehingga ada dimuka bumi ini

Kata khalifah yangdimaksud dalam ayat tersebut berarti khalifa atau kepala negara
seperti zaman Abu bakar shiddiq, Umar bin khattab, Utsman bin affan dan Ali bin abu
tholib. Kata khalifah bisa juga berarti penguasa sebagai wakil Allah yang bertugas
memakmurkan bumi ini, dan bisa juga berarti suatu generasi yang menggantikan generasi
sebelumnya. Dari kata khalifah juga dapat ditarik suatu gambaran bahwa stratifikasi sosial
dalam islam sudah ada, misalnya bagaimana masyarakat islam dimadinah yang dibangun
oleh nabi Muhammad Saw. Dan pada ayat diatas juga disebutkan kriteria-kriteria orang
yang mulia dimuka bumi ini, maka hal ini menggambarkan suatu stratifikasi sosial dalam
islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 Pelapisan (Stratifikasi) Sosial


A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Terminologi stratifikasi sosial berasal dari kata stratum yang berarti lapisan; dan
socius yang berarti masyarakat. Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai perbedaan posisi
sosial individu-individu dalam masyarakat secara hierarkis. Pengertian stratifikasi sosial
dapat pula berupa pengelompokan masyarakat secara sosial, budaya, ekonomi atau politik
dalam lapisan-lapisan yang berjenjang. Dasar pembeda antara satu posisi sosial dengan
posisi lainnya berupa perbedaan ekonomi, kekayaan, status sosial, pekerjaan, kekuasaan,
dan sebagainya.1
Stratifikasi sosial memiliki sifat-sifat yaitu:
a. Universal tapi bervariasi (Macionis, 2008: 252). Ciri itu melekat dalam setiap
masyarakat; dalam arti bahwa stratifikasi sosial ada dalam setiap masyarakat. Walaupun
bersifat universal, stratifikasi sosial memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda-
beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Setiap masyarakat memiliki
keunikan, baik dalam hal jenis, jumlah jenjang, maupun tentang stratifikasi sosialnya.
Sebagai contoh, dalam sebuah masyarakat, posisi sosial anggota masyarakatnya
didasarkan pada posisi atau pemilikan ekonomi, sedangkan pada masyarakat lainnya
didasarkan pada kekuasaan.
b. Stratifikasi selalu ada pada waktu apapun dari masa ke masa, walaupun rentang, jenis,
tipe dan sebagainya mengalami perubahan-perubahan.

Stratifikasi sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi. Sebagai gambaran, orang
tua mewariskan posisi sosialnya kepada anak-anak mereka. Posisi sosial individu cenderung
sama dengan posisi sosial orang tuanya dalam suatu hierarki sosial. Namun ada
pengecualian manakala muncul individu-individu yang mengalami perubahan posisi sosial
dalam suatu hierarki sosial, yang dimaknai pula sebagai terjadinya mobilitas sosial.
Mobilitas sosial itu sendiri dapat bersifat naik maupun turun. Menurut Soerjono Soekanto,
bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarakat tersebut banyak, akan tetapi secara prinsipil

1
Indera Ratna Irawati Pattinasarani, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia,2016)

2
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam kelas yaitu yang
ekonomis, politis dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
2
Umumnya ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang
lainnya, dimana terjadi saling pengaruh mempengaruhi:

1. Terjadinya sistem lapisan masyarakat

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar sutu
tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian
keanggotaannya kerabat seorang kepada masyarakat, dan mungkin juga kasta dalam batas-
batas tertentu. Alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada masyarakat
yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan
pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah
(yang dianggap asli) dianggap sebagai orang yang menduduki lapisan tertinggi.

Hal ini juga dilihat pada masyarakat arab, seperti gerakan yang didirikan oleh Ahmad
syurkati lebih ditujukan pada imigran arab dari Hadrami, ini dimana meraka dibagi dalam
tiga kelas masyarakat. Yaitu: pertama, orang-orang biasa dan kelas bawah di Hadramaut,
termasuk pedagang kecil. Kedua, orang-orang terpelajar yang dengan bangga mendapat
gelar syekh dan dianggap sebagai pemimpin agama. Di hadramaut para syekh ini menyukai
posisi tinggi mereka. Ketiga, golongan sayid yang menganggap dirinya keturunan Basrah,
Ahmad al-Muhajir, yaitu cucu ketujuh dari cucu nabi Muhammad Saw. Yang bernama
husain. Sayid di hadramaut adalah wakil agama dan hukum. Mereka mengatur opini public
dan masyarakat memberi perhatian yang sangat tinggi kepada mereka.

2. Dasar lapisan masyarakat

Diantara lapisan atas dengan yang rendah, terdapat lapisanyang jumlahnya relative
banyak. Biasanya lapisan atas, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat komulatif
artinyamereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah,
kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
mengong-golongkan anggota masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

i. Ukuran kekayaan
j. Ukuran kekuasaan
k. Ukuran kehormatan
l. Ukuran ilmu pengetahuan

2
Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan bintang, 1976

3
2.2 Konsep Teori Stratifikasi Sosial

a. Teori Klasik Tentang Stratifikasi Sosial


Dalam teori Marx, stratifikasi sosial terjadi karena kesenjangan dalam relasi atau hubungan
kepemilikan alat-alat produksi atau adanya kesenjangan akses terhadap alat-alat produksi
dalam masyarakat. Stratifikasi sosial disebabkan oleh relasi individu-individu yang berbeda
terhadap alat produksi, baik sebagai pemilik alat produksi maupun sebagai tenaga kerja.
Marx mengkaji tiga bahasan utama mengenai stratifikasi sosial yaitu kelas, kepentingan
kelas, dan perjuangan kelas. 3
1. Kelas
Kelas dibangun atas dasar perbedaan posisi atau peran yang diisi oleh para individu dalam
skema produktif dalam masyarakat (Tumin 1967:4). Kondisi yang penting dalam
menentukan kelas adalah pemilikan atas alat-alat produksi. Pemilik tenaga kerja, pemilik
modal dan tuan tanah merupakan tiga kelas terbesar dalam masyarakat modern dari sudut
pandang pemilikan alat-alat produksi kapitalis (Dahrendorf dalam Tumin, 1970:4). Marx
membedakan antara Class in itself dan Class For Itself. Class in Itself adalah seperangkat
kondisi objektif yang mendefinisikan kelas, sedangkan Class of Itself adalah kesadaran
subjektif yang dimiliki oleh kelas (Bravermen dalam Crompton, 2008:31).
2. Kepentigan Kelas
Kekuatan-kekuatan yang menghasilkan pembentukan/formasi kelas adalah kepentingan
kelas (Class Interest) (Dahrendorf dalam Tumin, 1970: 7). Setiap kelas sosial bertindak
sesuai dengan kepentingannya, yang ditentukan oleh situasi yang objektifnya (Magnis-
Suseno, 2005:116). Substansi dari kepentingan kelas sejauh ini didasarkan pada posisi
ekonomi yang dimiliki oleh suatu kelas.

3. Perjuangan Kelas

Masyarakat, menurut Marx, terdiri dari keseimbangan kekuatan- kekuatan dialektis yang
mendorong perubahan sosial melalui tekanan dan perjuangan.
b. Teori Modern Tentang Stratifikasi Sosial
Menurut Wright, analisis kelas tidak hanya berusaha untuk memahami struktur kelas dan
pengaruh-pengaruhnya, tetapi juga bagaimana keterkaitan antara berbagai elemen dalam
masyarakat dan akibat-akibaat yang dihasilkannya dalam berbagai aspek kehidupan sosial.
Ia menegaskan bahwa dengan memahami kelas maka kita dapat menjelaskan dan

3
Ibid, Hlm. 2-5

4
melakukan prediksi mengenai kepentingan material manusia, pengalaman hidup, kondisi
kehidupan, penghasilan, kemampuan organisasional, keinginan untuk terlibat dalam
tindakan kolektif, orientasi politik, dan sebagainya (Wright, 1997).
Dalam sistem kapitalis modern, terdapat tiga dimensi penguasaan/control terhadap sumber
daya ekonomi, yaitu penguasaan/control atas investasi atau modal uang, alat-alat produksi
fisik (berupa tanah, pabrik, kantor) dan tenaga kerja (Wright, 1997).

2.3 Amal Dan Perbuatan


Dan katakanlah Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui
akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan. 4Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasulnya, agar beliau mengatakan
kepada kaum muslimin yang mau bertaubat dan membersihkan diri dari dosa-dosa dengan
cara bersedekah dan mengeluarkan zakat dan melakukan amal shaleh sebanyak
mungkin. 5Disamping itu, Allah juga memerintahkan kepada rasul-Nya agar menyampaikan
kepada umatnya, bahwa apabila mereka telah melakukan amal-amal shaleh tersebut maka
Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal-amal
tersebut.6Pada akhirnya mereka akan dikembalikan ke alam akhirat, dan akan diberikan
ganjaran/pahala yang baik di surga-Nya kelak. Ini berarti bahwa, manusia akan dinilai dari
seberapa jauh amal perbuatan baik atau buruk yang dilakukanya di masyaraakat, hal ini
menurut hemat penulis, selaras dengan teori peran yang melihat manusia dinilai berdasarkan
perannya masing-masing di lingkungannya. Dalam kajian sosiologi manusia akan dinilai
oleh kelompok masyarakat lainnya dari seberapa jauh mereka memiliki peran yang telah
dilakukan di dalam lingkungannya. Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban,
harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini
didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat
diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan
posisi sosial dan faktor-faktor lainnya. Sosiolog Robert Park dari Universitas Chicago
memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan
kekuatan-kekuatan individu-individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran
inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru,
4
QS. Al-Taubah [9]: 105
5
Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Lubab al-Tafsir min Ibn Kathir., Terjemah (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i,
2012), h.
6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 4. (Jakarta: Widya Cahaya: 2011), h. 201

5
mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung
pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat.

2.4 Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Al-Qur’an


Isyarat-isyarat mengenai stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat manusia dimuka
bumi ini cukup banyak disebutkan dalam Al Qur’an. Isyarat-isyarat yang dikemukakan Al
Qur’an tentang stratifikasi sosial ini dasarnya bermacam-macam; ada yang didasarkan pada
pemilikan ekonomi, jenis kelamin, status sosial, hubungan kekerabatan, etnik atau ras,
keagamaan, pemilikan ilmu, pekerjaan (amal shaleh) dan lain-lain.
Hal ini dapat dilihat pada penegasan beberapa ayat Al Qur’an berikut ini 7

a. Stratifikasi atas dasar pemilikan ekonomi atas surah An-Nahl ayat 71 :


“Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagaian yang lain dalam hal rezeki, tetapi
orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba
sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa
mereka mengingkari nikmat Allah?”

b. Stratifikasi atas dasar jenis kelamin dan hubungan kekerabatan Surah


An Nisa ayat 1:
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-nya kamu saling meminta dan (peliharahlah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

c. Stratifikasi sosial atas dasar status sosial Surah


Yunus ayat 2:
“Pantaskah manusia menjadi heran bahwa kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki
diantara mereka, “berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang
beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan.” Orang-orang
kafir berkata, “Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir.”

d. Stratifikasi sosial atas dasar etnik atau ras Surah


Al Hujurat ayat 13:

7
Ahmad Sarbani, Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Al Qur’an, (Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 11, 2008), Hal.
180-183

6
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, Maha teliti.”
e. Stratifikasi atas dasar keagamaan Surah
Ali Imran ayat 85:
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan dikahirat dia
termasuk orang yang rugi.”

f. Stratifikasi atas dasar pemilikan ilmu Surah


Al Muajadilah ayat 11:
“ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan
didalam majelis-majelis, “maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan
untukmu. Dan apabila dikagtakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
m. Stratifikasi atas dasar pekerjaan (amal shaleh)
Surah Al Bayyinah ayat 7:
“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-
baik makhluk.”

Kandungan ayat-ayat Al Qur’an diatas, secara tegas telah memberikan gambaran mengenai
bentuk-bentuk stratifikasi dalam kehidupan manusia. Bentuk-bentuk stratifikasi tersebut
antara lain:

1. Stratifikasi ekonomi : Kaya, miskin dan fakir.


2. Stratifikasi jenis kelamin: Laki-laki dan perempuan
3. Stratifikasi status sosial: Penguasa dan budak atau hamba sahaya
4. Stratifikasi keyakinan agama: Mu’min, kafir, dan Munafik
5. Stratifikasi ilmu: Alim dan Jahil
6. Stratifikasi pekerjaan: Shaleh (taqwa0 dan fasik.

7
g. Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Ilmu Sosial

Menurut teori ilmu sosial, bahwa hampir tidak ada suatu masyarakat yang tidak memiliki
semacam pembedaan tingkat (stratifikasi) individu menurut skala nilai tertentu. Munculnya
pembedaan ini sebenarnya dapat mengacu pada dasar apa saja, baik yang bersifat
pemberian; usia (age stratification), jenis kelamin (sex stratification), hubungan
kekerabatan, etnis (ethnic stratification), ras (racial stratification) atau pun yang bersifat
perolehan, seperti; keagamaan (religious stratification), pekerjaan (occupational
stratification) dan pemilikan ekonomi (economic stratification) 8

Pada masyarakat yang memiliki teknologi paling sederhana misalnya, pemburu yang
cakap dibedakan dari pemburu yang tidak cakap dan biasanya mendapat kehormatan khusus
dimasyarakat. Semakin kompleks teknologi akan semakin tinggispesialisasi dan akan sering
disebut sebagai ranking status. Dalam arti kata inilah hampir setiap orang mengenal istilah
“manusia pengejar status.”

8
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi UI, 1993), Hlm. 106-107

8
BAB III

KESIMPULAN

Pelapisan sosial atau lebih dikenal dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi berasal dari kat
Stratus yang artinya lapisan (berlapis-lapis). Sehingga stratifikasi sosial berarti “lapisan
masyarakat”.Suatu kiasaan untuk menggambarkan bahwa dalam tiap kelompokan terdapat
perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan rendah seolah-olah merupakan
lapisan yang bersap-sap dari atas ke bawah, kalau kita amati maka pada setiap masyarakat
(kelompok) pasti terdapat beberapa orang yang lebih dihoemati dari orang lain.

Sosial pelapisan (stratifikasi) dalam pandangan islam bersifat terbuka, siapapun bisa
menjadi siapapun tergantung dari apa yang benar-benar diusahakan terutama dalam
kehidupan bermasyarakat.

berbeda dengan stratifikasi yang ada di hindu, karena adanya tingkatan dalam masyarakatnya
yaitu sudra,waisya,ksatria, dan brahmana. Sudra adalah kaum miskin seperti buruh tani,
budak dan lain sebagainya.waisya adalah kaum pedagang, ksatria adalah para perajurit,
sedangkan brahmana adalah kaum para alim atau seperti kyai(dalam islam), dalam
masyarakat hindu tidak ada yang namanya naik derajat, semua faktor keturunan. Mereka
menerapkan stratifikasi tertutup. Gambarannya adalah para sudra tidak bisa menjadi waisya
dan waisya tidak bisa menjadi ksatria begitu seterusnya.Berbeda jauh sekali dengan islam
yang menyamaratakan setiap mahkluk yang ada kecuali di dasarkan pada usaha yang
berbeda-beda tadi yang membuat seorang individu lebih di hormati dari individu lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Indera Ratna Irawati Pattinasarani, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2016)

Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan bintang, 1976

Ibid, Hlm. 2-5


QS. Al-Taubah [9]: 105
Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Lubab al-Tafsir min Ibn Kathir., Terjemah (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2012), h.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 4. (Jakarta: Widya Cahaya: 2011), h.
201
Ahmad Sarbani, Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Al Qur’an, (Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4
No. 11, 2008), Hal. 180-183

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi UI, 1993),
Hlm. 106-107

10

Anda mungkin juga menyukai