Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ILMU FIQH

HUBUNGAN ILMU FIQH DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

H.Wawan Setiawan Abdillah,M.Ag

Disusun oleh:

Novi Novita paujiah (1198010149)


Rizal Septiyani Ashari (1198010178)
NurdiansyahAkbar(1198010153)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SUNAN GUNUNG JATI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ilmu merupakan pondasi luhur manusia dalam memperoleh tingkat derajat


yang lebih mulia dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tanpa ilmu manusia
bagaikan orang buta yang kehilangan tongkatnya. Mempelajari ilmu Fiqh menjadikan
sebuah sarana manusia dalam mencari sebuah titik terang di dalam kehidupan
manusia baik di dalam kegiatan ibadah kita sehari hari . ilmu Fiqh berlandasan Al-
Qur’an, hadist, As-Sunnah. Sehingga mengkaji Ilmu Fiqh menjadi kewajiban kita
demi menjalani kehidupan yang selaras dengan apa yang di perintahkan oleh Allah
SWT.

Ilmu fiqih memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Umat islam
bukanlah umat yang kacaubalau tanpa aturan tetapi umat islah adalah umat yang
berpedoman pada akidah dan syariat. Fiqih bisa dikatakan sebagai perangkat yang
mengatur peran peradabaan umat islam dengan hukum-hukum syariah. Sehingga
peran peradabaan yang dijalankan sesuai dengan yang dikehendaki oleh islam dan
yang diperintahkannya. Khususnya kita sebagai umat muslim dan muslimah, yang
harus menjalakan ibadah sesuai aturan yang telah ditentukan oleh syariat islam. Ilmu
fiqih tidak sekedar memberikan aturan-aturan hukum individual dan keluarga, namun
ia mencakup kehidupan sosial, politik, keuangan, internasional, dan seluruh bidang
lain. Pembahasanya akan lebih ringkas dan dijelaskan melalui makalah ini. Oleh
sebab itu ilmu fiqh mempunyai peran utama dalam berbagai bidang ilmu lainya. Dan
hubungan ilmu fiqih dengan ilmu lainnya sangat berkaitan penuh karena ilmu fiqh
termasuk salah satu ilmu yang dipelajari dalam agama islam.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. pengertianilmu fiqih?
2. Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu pengetahuan lainnya?
3. Perbedaanilmu fiqih dengan ilmu lainnnya?

1.3 tujuan penulisan


Adapun yang menjaditujuanpenulisanadalah :

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu fiqih.


2. Untuk mengetahui hubungan ilmu fiqih dengan ilmu lainnya.
3. Untuk mengetahui perbedaan ilmu fiqih dengan ilmu yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Fiqih

Fiqih menurut bahasa berasal dari kata yang berarti


“mengerti” atau faham. Sedangkan fiqh menurut istilah ialah mengetahui hukum-
hukum syara yang berkaitan dengan perbuatan/perilaku melalui dalil-dalilnya yang
terperinci. Fiqh adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad (penelitian) dan
memerlukan pemikiran serta perenungan. Fiqh secara semantik berarti mengetahui,
memahami, dan mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan. Sedangkan fiqh
menurut orang arab ialah pemahaman dan ilmu. Setelah islam datang kata fiqh
digunakan untuk ilmu agama karena tingkat kemuliannya dibanding ilmu-ilmu lain.
maka istilah fiqh pada generasi pertama awal islam adalah ilmu agama yang berkaitan
dengan Al-Qur’an dan hadits.

Fiqih didefinisikan oleh para ulama adalah ilmu yang mengatur kehidupan
individu insan muslim, masyarakat muslim, umat islam, dan negara islam dengan
hukum-hukum syariat. Yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan dirinya
dengan Allah SWT.sebagaimana dijelaskan oleh fiqih ibadah. Atau yang berkenaan
dengan seseorang dan anggota keluarganya, yaitu yang diterangkan oleh fiqih
keluarga berupa perkawinan. Untuk perkembangan terakhir kalinya arti fiqh
disempitkan lagi. Jadi, fiqh bisa dikatakan refleksi dari perkembangan kehidupan
masyrakat sesuain kondisi zaman, perubahan waktu, dan situasi setiap masyarakat
islam. Kegunaan ilmu fiqh sama pentingnya dengan ilmu lain. kegunaan kita akan
mengetahui aturan-aturan secara rinci mengenai kewajiban dalam tanggung jawab
manusia terhadap Allah SWT, mengetahui cara bersuci, jual beli, pidana, perdata, dan
sebagainya, serta yang terakhir kita akan mengetahui mana perbuatan yang wajib,
sunah,mubah,makruh, halal, haram, perbuatan yang sah dan batal, dan sebagainya.
Dalam reformasi hukum islam, Abdul Manan mengatakan bahwa pada hakikatnya
fiqh adalah sebagai berikut:

a. Ilmu yang menerangkan hukum syara dari setiap aktivitas mukallaf, baikyang
wajib, haram, makruh, mandub, maupun mubah.
b. Objek kajian fiqh adalah hal-hal yang bersifat amaliah.
c. Pengetahuan hukum syari’ah didasarkan pada dalil tafsili
d. Fiqh digali dan ditemukan melalui penalaran (nazhar) dan ta’amul yang
diistinbatkan dan ijtihad
e. Fiqh sebagai ilmu merupakan seperangkat cara kerja, cara berpikir,terutama
cara berpikir taksonomi dan cara berpikir logis untuk memahami kandungan
f. Fiqh adalah seperangkat norma yang mengatur hubungan antarmanusia dalam
hidup bermasyarakat.

Adapun dalil- dalil ilmu fiqih di tinjau dari

1. Ditinjau dari Segi Asalnya

a. Dalil naqli

Dalil naqli adalah dalil-dalil yang berasal dari sumber nash langsung yaitu Al-
qur’an dan Sunnah Rosul, atau hukum-hukum yang diwahyukan kepada para
Rosul Allah sebelum datangnya islam (Shar’u Man Qoblana). Dalil-dalil naqli ini
juga dapat dibenarkan secara rasional dan sesuai dengan perkembangan zaman.

b. Dalil aqli

Dalil aqli adalah dalil yang bukan berasal dari nash langsung, tetapi dengan
menggunakan akal pikiran, yaitu ijtihad. Dalil aqli bukanlah dalil yang sama sekali
terlepas dan tidak bersumber dari Al-qur’an ataupun Hadits. Namun merupakan
penjabaran dari Al-qur’an dan Hadits. Setidak-tidaknya, perinsip–perinsip
umumnya terdapat dalam Al-qur’an dan Hadits. Qiyas misalnya, merupakan dalil
aqli, tetapi jiga memiliki kaitan erat dengan dalil-dalil naqli, agar menjadi valid,
qiyas harus dibangun atas dasar hukum Al-qur’an dan Hadits.

2. Ditinjau dari Segi lingkupnya

a. Dalil kulli

Dalil kulli yaitu dalil yang mempunyai sifat keseluruhan dan tidak
menunjukkan kepada sesuatu persoalan tertentu dari perbuatan mukallaf.

b. Dalil juz’i atau tafsili

Dalil juz’I atau tafsili adalah dalil yang menunjukkan kepada suatu
persoalan dengan satu hukum tertentu.

3. Ditinjau dari Segi Daya Kekuatannya

Dalam Al-quran terhadap hukum-hukum adakalanya bersifat qathi’ dan


adakalanya bersifat zhanni.

a. Qathi’ yaitu lafal-lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa
dipahami makna lain darinya.

b. Zhanni yaitu lafal-lafal yang dalam Alquran mengandung pengertian lebih


dari satu dan memungkinkan untuk ditakwilkan.

Adapun Klasifikasi Sumber-Sumbur Hukum yaitu:

1. Al-qur’an

Al-qur’an adalah sumber hukum utama. Al-qur’an menurut bahasa arab qara’a yang
bearti membaca. Sedangkan Al-qur’an menurut istilah adalah kalamullah yang di
turunkan kepada nabi muhammad tertulis dalam mushaf bahasa arab,yang
disampaikan kepada kita dengan jalan mutawattir, bila bacaanya mengandung nilai
ibadah,dimulai dengan Al-fatihah sampai annas.
2. Al- sunnah

Kata sunah bsecara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu, baik yang perilaku
yang baik atau perilaku yang buruk”. Menurut istilah ushul fikih. Sunnah Rosulullah
seperti di kemukakan oleh Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib berarti segala perilaku
Rasulullah berhubungan dengan hukum, baik berupa ucapan (Sunnah qaulyyiah),
perbuatan (Sunnah fii’liyyah), atau pengakuan (Sunnah taqririyah).

3. Al-ijtihad

Mencurahkan segala kemampuan untuk mengali,menemukan hukum dari dall yang


masih memilih penjelasan. Dalil dalil yang bersifat zhonni yaitu segala aspek yang
berkaitan dengan hukum :persoalan hukum yang menjadi persoalan yang milik kajian
hukum islam.

4. Ijma’

Ijma’ secara etimonologi adalah sepakat.Adapun Ijma’ secara istilah kesepakatan


mujtahid setelah wafatnya Rasulullah Saw.

5. al- Qiyas

Qiyas menurut bahasa “mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk di ketahuai
adanya persamaan antara keduanya”.menurut istilah ushul fiqih seperti di kemukakan
oleh Wahbah az-Zuhaili adalah menghubungkan (menyamakan hukum Sesuatu yang
tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentun hukumnya karna
ada persamaan ‘iLLat antara keduanya.

6. Al-Istihsan

Istihsan yaitu “Perpindahan dari satu hukum yang telah ditetapkan oleh dalil syara
kepada hukum lain karena ada dalil syara yang mengharuskan perpindahan ini sesuai
dengan jiwa Syari’ah islam”.
7. Al-Maslahah al-Mursalah

Maslahah Mursalah yaitu “Memberikan hukum syara kepada sesuatu kasus yang
tidak terdapat dalam nash atau ijma’ atas dasar memelihara kemaslahat-an”.

8. Al-‘Urf

‘Urf adalah “Sikap, perbuatan, dan perkataan yang “biasa” dilakukan oleh
kebanyakan manusia atau oleh manusia seluruhnya”.

9. Al-Istishab

Asyaukani menta’rifkan istihab “Tetapnya sesuatu hukum selama tidak ada yang
mengubahnya”. Jadi, hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu terus berlaku
sampai ada dalil lain yang merubah hukum tersebut. Atau sebaliknya apa yang
ditetapkan pada masa lalu, terus demikian keadaannya sampai ada dalil yang
menetapkan hukumnya.

10. Syar’un man Qablana

Karena yang menurunkan syari’at samawi itu satu yaitu Allah SWT, maka syari’at
tersebut pada dasarnya adalah satu, meskipun kemudian Allah SWT telah
mengharamkan beberapa hal kepada sebagian kaum. Yahudi diharamkan untuk
memakan binatang-binatang yang berkuku, lemak sapi dan kambing.

Juga ditetapkan bahwa dosa tidak bisa dimaafkan kecuali dengan membunuh diri dan
pakaian yang kena najis tidak bisa jadi suci dengan dicuci kecuali dengan dipotong
kainnya. Selain itu juga bahwa bentuk dan cara-cara ibadah (hubungan manusia
dengan Allah berbeda dalam perincian meskipun intinya sama yaitu menyembah
Tuhan Yang Maha Esa (Tauhidullah)).

Oleh karena itu terdapat penghapusan terhadap sebagian hukum umat sebelum
lahirnya syari’at Islam. Dengan datangnya syari’at Islam, tidak semua hukum tersebut
dihapuskan. Sebagian hukum-hukum umat yang terdahulu tetap berlaku, seperti
qishash. Hukum tersebut, di kalangan umat Islam, dikenal sebagai syar’man qoblana,
yang secara harfiah berarti syari’at umat sebelum kita.

11. Madzhab Sahabi

Madzhab Sahabi ialah pendapat sahabat Rasulullah Saw, Tentang suatu kasus dimana
hukumnya tidak dijelaskan secara tegas dalam Alquran dan Sunnah.Sedangkan yang
dimaksud sahabat Rasulullah adalah setiap orang muslim yang hidup bergaul bersama
Rasulullah dalam waktu yang cukup lama serta menimba ilmu dari Rasulullah.

12. Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah

Sadz al-Dzari’ah banyak disebut di dalam kitab-kitab Malikiyah dan Hanabilah.


Walaupun demikian secara praktis kita dapatkan pula di dalam fiqh Hanafiah dan
Syafi’i.

Dzari’ah artinya washilah atau jalan yang menyampaikan kepada tujuan , yang
dimaksud dengan dzari’ah di sini adalah ialah jalan untk sampai kepada yang haram
atau kepada yang halal. Jalan atau cara menyampaikan kepada yang haram
hukumnya haram dan cara yang menyampaikan kepada yang halal hukumnya pun
halal dan apa yang menyampaikan kepada wajib hukumnya adalah wajib.

2.2 Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu pengetahuan lainnya.

Fiqh dalam arti luas termasuk ruang lingkup syariah. Oleh karena itu ilmu
mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu tauhid dan ilmu akhlak. Karena ilmu fiqh
dalam arti sempit merupakan produk ijtihad maka erat pula kaitanya dengan ilmu
sejarah islam dan sejarah hukum islam atau Tarikh al-tasyri’. Didalam ilmu fiqh
terdapat berbagai aliran atau mahzab. Guna mengetahui mana yang paling maslahat
untuk diterapkan, diperlukan Muqaranah al-madzahib atau ilmu perbandingan
mahzab. karena sesuatu ilmu berangkat dari falsafahnya, maka sudah tentu ilmu fiqh
erat kaitanya dengan falsafah Hukum Islam atau falsafah al-tasyri’. Diantara ajaran-
ajaran islam yang paling menonjol adalah perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Allah SWT telah menciptakan manusia kosong dari ilmu pengetahuan. Dengan
kemurahannya Allah memberikan manusia perangkat untuk mendapatkan ilmu dan
sarana-sarananya agar dapat belajar. Karena sesungguhnya ilmu didapatkan dengan
proses belajar dengan cara mendengar, penglihatan, pemikiran dan akal. Adapun
hubungan ilmu fiqih dengan ilmu lainya sebagai berikut:

2.2.1 Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu tauhid

Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan keesaan dan keyakinan kepada
Allah SWT. Ilmu tauhid menjadi sumber ilmu-ilmu keislaman, ilmu fiqh erat
kaitanya dengan ilmu tauhid karena sumber ilmu fiqh yang utama adalah Al-Qur’an
dan sunah Nabi SAW. Mengakui Al-Quran sebagai sumber hukum yang utama dan
paling utama, tidak lain, berangkat dari keimanan bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah
SWT. Dengan perantara Malaikat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusa-Nya.
Disini ilmu fiqh sudah memerukan keimanan kepada Allah SWT., keimanan kepada
para malaikat, keimanan kepada rosul, dan keimanan kepada kitab-kitab allah sebagai
wahyu-nya. Allah SWT berfirman dalam Q.S Muhammad ayat 19

Artinya: “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembah,Tuhan)


selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat kamu tinggal.”

Ketika islam datang, ajaran pertama yang disampaikan oleh Rasulullah setelah
fungsinya sebagai utusan-Nya adalah ajaran Tauhid yang mengesakan Tuhan.
Karena tujuan akhir ilmu fiqh adalah untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Didunia
dan akhirat, maka sudah pasti harus yakin pula akan adanya hari akhirat, yakni hari
pembalasan segala amal perbuatan manusia. Masalah-masalah yang berkaitan dengan
keimanan ini dibahas didalam ilmu tauhid.

Singkatnya hubungan ilmu fiqh dengan ilmu tauhid seperti hubungan antara sebuah
bangunan dan fondasinya. Ilmu tauhid merupakan fondasi yang kokoh, sedangkan
bangunan yang berdiri tegak dengan megah diatas fondasi yang kuat itu lah ilmu
fiqih.

2.2.2 Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu akhlak

Akhlak menurut asal katanya (menurut bahasa) kata “ Akhlak “ berasal dari kata
jamak bahasa Arab”Akhlaq”. Kata mufrodnya ialah”khulqu “ yang berarti :

a. sajiyyah = perangai

b. muruu-ah = budi

c. thab’u = tabiat

d. adaab = adab

jadi, ilmu akhlak merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusiasebagai
gejala yang tampak, meliputi penerapannya kepada manusiadan juga ilmu
pengetahuan , yang memberikan pengertian baik dan buruknya suatu perbuatan

Yang dinamakan ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan tentang pengertian baik
dan buruk atau jahat, meneragkan apa yang perlu ada didalam pergaulan umat
manusia, menjelaskan tujuan yang harus dicapai dalam semua tingkah lakunya, dan
cara melaksanakan apa yang harus ada itu.

Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu akhlak sangat berkaitan erat, meskipun
keduanya dibedakan. Tata cara berakhlak dengan baik dijelaskan dengan sangat rinci
dalam ilmu fiqih.Ilmu fiqih dan ilmu akhlak tidak bisa dipisahkan meskipun
keduanya berbeda. Pemisahan keduannya akan mengakibatkan kehilangan
keindahannya. Tanpa ilmu akhlak, ilmu fiqih hanyalah bangunan kosong, sunyi, dan
tidak membawa pada ketentraman dan ketenangan hati. Ilmu akhlak tanpa ilmu fiqih
dalam artinya yang luas akan menyimpang dari ketentuan- ketentuan syari’ah. Pada
gilirannya, penyimpangan-penyimpangan ini akan sulit untuk
dipertanggungjawabkan.

Ilmu akhlak memberi isi pada ilmu fiqih, sebaliknya ilmu fiqih memberikan kerangka
pengaturan lahir agar ilmu akhlak berjalan diatas rel yang telah ditentukan.

Ulama besar yaitu Imam al-Ghazali memiliki peran penting dalam usahanya
menggabungkan ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf, meskipun akhirnya tanpak
kecenderungannya terhadap ilmutasawuf lebih besar ilmu fiqih.

Dalam kitab Ta’lim Muta’alim menjelaskan tentang harus bagaimanakah akhlak kita
dalam keseharian. Dijelaskan dengan sangat rinci sehingga tata cara paling kecil
sekalipun. Contohnya seperti bagaimana akhlak manusia dengan masyarakat,akhlak
kita kepada orang tua,akhlak kita dengan manusia ramai, akhlak terhadap diri sendiri,
akhlak kita terhadap sahabat atau berteman, akhlak dengan pemimpin atau
pemerintah,akhlak kepada guru, dan lain-lain. semua aspek ini ada tata cara dan
hukumnya sangat jelas dalam ilmu fiqih. Gambaran lain tentang eratnya hubungan
fiqih dengan akhlak dijelaskan sebagai berikut:

Kita mendapat perintah dari Allah untuk melakukan sholat. Rasulullah SAW
bersabda:

“Hal pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT atas umatku adalah sholat lima
waktu. Hal pertama yang diangkat dari amalan-amalan mereka adalah sholat lima
waktu dan hal pertama yang dipertanyakan kepada mereka adalah sholat lima
waktu.”(Kanzul ‘ummal, jilid, hadits 18859)
Cara-cara sholat ditentukan dalam hadist, kemudian dibahas oleh para fiqaha tentang
rukun sholat, syarat-syarat sahnya sholat dan hukum-hukumnya yang diambil dan
difahami dari Al-Qur’an dan hadist-hadist yang banyak sekali sholat dan
berhubungan dengan sholat. Disamping itu kita diperintahkan untuk menerapkan
akhlak terpuji dalam beribadah, yaitu:

a. Khusuk dalam melaksanakan shalat

Kekhusukan sangat diperlukan dalam sholat. Karena, khusuk dalam


shalat berarti dapat memaksimalkan komunikasinya dengan Allah
SWT untuk mencapai dan menggapai ridho-Nya sebagai wujud rasa
syukur kepada-Nya yang telah menciptakan umat manusia,
memelihara dan memberi kesempatan untuk hidup dan menikmati
karunia-Nya.

b. Tidak riya dalam melaksanakan ibadah

Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mrncari


keridhaan Allah SWT akan tetapi untuk mencari pujian atau
kemasyuran di masyarakat.

c. Tidak melalaikan shalat.

Lalai berarti mengabaikan shalat, diantaranya adalah wudhu yang


tidak sempurna, gerakan shalat (rukuk, sujud dan lain-lain yang tidak
sempurna) , mengakhirkan shalat (tidak mengawalkannya) tanpa
alasan yang dapat diterima. Orang yang lalai dalam shalatnya maka ia
akan celaka seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam
surah Al-Maa’un ayat 4-6:
Artinya: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat Riya.”

2.2.3 Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu sejarah

Ilmu sejarah tidak lepas dari tiga dimensi ialah masa lalu, masa sekarang, dan
kemungkinan-kemungkinan pada masa yang akan datang(masa depan). Untuk
mempelajari dan meneliti bagaiman ilmu fiqh dimasa lalu sampai peluang-peluang
yang terjadi dimasa yang akan datang bisa ditelusuri dari sejarah islam dan sejarah
hukum islam. Masa lalu dan masa sekarangan memberikan gambaran dengan adanya
kumpulan data dan fakta. Data dan fakta ini dipelajari ataupun ditelusuri kebeneranya
kandungan maknanya sehingga diambillah benang merahnya yang merupakan
semangat ajaran islam pada umumnya dan semangat ilmu fiqh pada khusunya yang
terjadi sepanjang masa. Implementasi semangat ajaran islam akan berubah secara
bertahap sesuai kondisi masyarkat yang dihadapinya dengan tetap mengedepankan
metodelogi ilmu fiqh yaitu Ushul Fiqh dan kaidah-kaidah fiqhiyahnya. Dari sejarah
inilah kita dapat mengetahui naik turunya ilmu fiqh dalam proses implementasinya
dibebagai masyarakat islam.

2.2.4 Hubungan ilmu fiqih dengan muqaranat al-madzahib

Muqaranat al-madzahib (perbanadingan madzhab) ini lebih tepat disebut sebagai


cara mempelajari fiqih dengan membandingkan antara satu madhab ke madzhab yang
lain. tahapan-tahapannya pertama disebutkan permasalahannya dan hukum masalah
tersebut disetiap madzab. Kemudian, dikemukakan dalil-dalilnya dan cara ijtihad
yang mengakibatkanperbedaan hukum dari masing-masing madzhab. Selanjutnya,
dalil-dalil tersebut dianalisis dan ditelaah dari segala aspeknya yang berkaitan dari
penarikan hukum. Terakhir disimpulkan hukum yang paling tepat.

Cara tersebut akan memperluas wawasan tentang fiqih dan menambah cakrawala
pemikiran mengenai cara-cara yang ditempuh oleh para Imam Madzhab oleh dalam
ijtihadnya. Pada gilirannya kita akan memiliki sikap terbuka dalam menghadapi
para
perbedaapn pendapat ulama. Menghargai jasa dan karya para ulama. Sikap
keterbukaan ini sangat penting dalam menciptakan ukhuwwah Islamiyah dan
persatuan umat.

Mempelajari ilmu fiqih dengan cara muqaranah al-madzahib, akan mengetahui


mana pendapat para ulama yang lebih kuat dan yang lemah, bahkan tidak mustahil
akan timbul pendapat baru yang mendekatkan pendapat-pendapat yang ada serta
mengetahui mana diantara pendapat-pendapat tersebut yang paling maslahat untuk
diterapkan di masyarakat.

2.2.5 Hubungan ilmu fiqih dengan falsafah hukum

Ilmu fiqih erat kaitannya dengan falsafah hukum, khususnya falsafah hukum
islam, yaitu “ satu-satu falsafah tentang syari’ah islam yang membuahkan pengenlan,
pengetahuan, dan penghayatan terhadap makna, kegunaan kaidah-kaidah dan aturan
syariah untuk mengatur kehidupan syariah sehingga menggerakannya untuk
menggerakannya sebagai dasar didalam kebijaksanaan hidup”

Falsafah hukum islam menjelaskan tentang esensi dan rahasia-rahasia, makna,


hikmah, serta nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu fiqih sehingga kita
melaksanakan ketentuan-ketentuan islam disertai dengan pemahaman dan kesadaran
yang tinggi.Selain itu, dengan falsafah hukum kita bisa membedakan mana hukum
yang tetap dan berlaku sepanjang masa, yang mengarahkan kehidupan manusia
seluruhnya, serta mana hukum yang bisa merubah dan menjamin diperolehnya
keselamatan bagi manusia.

Dengan demikian, seseorang yang mempelajari ilmu fiqih bersamaan dengan falsafah
hukum akan memahami letak ketinggian dan keindahan ajaran islam sehingga
menimbulkan rasa cinta yang mendalam terhadap sumber tertinggi hukum yaitu Allah
SWT. Kepada sesama manusia, terhadap alam, dan lingkungan tempat dia hidup.

2.2.6 Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu hukum

Maksud ilmu hukum disini ialah ilmu hukum sistem Romawi dan sistem Hukum
Adat. Seperti sering terjadi, sistem hukum Islam dalam masyarakat bertemu dengan
sistem hukum Romawi dan atau sistem hukum Adat. Misalnya, di Indonesia hukum
Islam menghargai sistem hukum lain yang telah menjadi adat kebiasaan masyarakat,
selama tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dengan
tegas didalam hukum Islam. Tidak bertentangan dengan identitas hukum Islam.
Dalam kaitan ini dalam hukum Islam ada kaidah :

“Adat kebiasaan itu bisa ditetapkan sebagai hukum”

Dari kaidah tersebut menjelaskan bahwa hukum Islam tidak menganut sistem
tertutup yang menyebabkannya statis dan tidak memiliki dinamika, tetapi tidak juga
menganut sistem yang terbuka secara mutlak yang mengakibatkan hilangnya identitas
sebagai hukum Islam. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu ada hubungan
antara ilmu fiqih dengan ilmu hukum lainnya, terutama dalam mengamati peraturan-
peraturan manakah yang sama, sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum Islam
dan peraturan-peraturan manakah yang bertentangan. Hal ini sangat penting diketahui
dalam rangka penerapan hukum dilingkungan masyarakat tertentu.
Walaupun demikian perlu difahami perbedaan antara sistem hukum yang berfaham
kemasyarakatan (sistem hukum Romawi dan Adat) dengan sistem hukum berfaham
kewahyuan (sisten=m hukum Islam), perbedaan tersebut antara lain:

a. dalam sistem hukum faham kemasyarakatan, hukum merupakan


perseimbangan antara hak dan kewajiban yang dapat dipaksakan penuaiannya
oleh penguasa. Dalam sistem hukum kewahyuan, keseluruhan hukum tidak
hanya tidak dikukuhkan kepada hak, kewajiban dan paksaan pengokohnya,
akan tetapi juga kepada lima pengertian perhukuman, yaitu wajib, sunah,
jaiz(halal), makruh dan haram yang mengandung pujian, pemberian, celaan,
dan hukuman.

b. dalam sistem hukum kemasyarakatan, ada batas antara lingkungan hukum dan
lingkungan kesusilaan, meskipun ada sebagian dari lingkungan kesusilaan itu
yang ditarik kelingkungan hukum. Dalam sistem hukum kewahyuan tidak
dadakan batas lingkungan tersebut.

c. dalam sistem hukum faham kemasyarakatan, hukum agama hanya boleh


dijalankan oleh penguasa sebatas hukum tersebut telah dianggap hukum oleh
masyarakat. Apabila belum dapat diterima oleh masyarakat sebagai hukum,
maka hukum agama disederajatkan dengan kesusilaan. Sedangkan dalam
sistem hukum faham kewahyuan, hukum agama inilah yang paling utama
untuk dijalankan meskipun bertentangan dengan kemajuan manusia dalam
masyarakat atau bertentangan dengan corak, bentuk dan susunan masyarakat.

d. dalam sistem hukum faham kemasyarakatan, hukum itu hanya sebagian dari
ciptaan kebudayaan manusia, sehingga untuk setiap masyarakat mempunyai
hukumnya masing-masing sesuai dengan corak, bentuk, dan kebutuhan
masyarakat pada waktu itu .
dalam sistem hukum berdasarkaan faham kewahyuan, ada tiga sumber hukum antara
lain sumber hukum itu adalah Allah, sunnah nabi, dan ijtihad berpedoman kepada
Kitabullah dan Sunaturrasul. Oleh karena itu sistem hukum kewahyuan,ada prinsip-
prinsip hukum dan aturan yang berlaku untuk seluruh masyarakat manusia dan untuk
sepanjang waktu yang disebut dengan Fiqih Nabawi. Adapula Fiqih Ijtihad yang
dalam batas-batas tertentu bisa berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Fiqih Nabawi ialah hukum yang tegas dan ditarik langsung dari Al-Qur’an
atau Hadist. Sedangkan Fiqih Ijtihad adalah hukum yang dihasilkan dari ijtihad para
ulama.

Oleh karenanya, akan terjadi kesamaan diseluruh masyarakat muslim di dunia ini
dalam hal hukum-hukum yang ada dalam ruang lingkup Fiqh Nabawi. Kemungkinan
berbeda antara satu masyarakat Islam dengan masyarakat Islam lainnya dalam
hukum-hukum yang ada dalam ruang lingkup Fiqh Nabawi. Kemungkinan berbeda
antara satu masyarakat islam dengan masyarakat islam lainnya dalam hukum-hukum
ang telah ada dalam ruang lingkup Fiqh Ijtihadi bukn dalam hal prinsip. FIQH
Nabawi menjadi unsur pemersatu dunia muslim, sedangkan Fiqh Ijtihadi pemberi
warna yang beragam dalam dunia Islam.

Apabila hukum Islam bertemu dengan hukum positif yaitu hukum yang berlaku
dalam suatu masyarakat tertentu, pada waktu tertentu sering terjadi penyerapan
hukum Islam oleh hukum masyarakat tertentu. Atau pergeseran dari satu hukum yang
seharusnya berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Atau pergeseran dari satu
hukum yang seharusnya berlaku kepada hukum tersebut, bahkan diadakan
penangguhan pelaksanaanya. Hal serupa itu sangat tergantung kepada rasa keadilan
masyarakat dan kesadaran umum hukum masyarakat.

2.2.7 Hubungan ilmu fiqih dengan islam, iman, dan ihsan


Iman, islam dan ihsan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar utama aqidah, keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun islam. Sedangkan
rukun islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT.
Ibarat bangunan rumah, iman itu sebagai fondasinya. Islam sebagai tembok dan
bngunanya lainnya. Sedangkan ihsan adalah gentengnya atau atapnya. Jadi ketiganya
adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipihsakan. Iman adanya dihati, islam adanya
didalam amal perbuatan, sedangkan ihsan letaknya di hati dan amal perbuatan
anggota badan seluruhnya.

Untuk mempelajari ketiga ajaran agama tersebut pertama iman dipelajari melalui
ilmu tauhid yang menjelaskan trntang pokok-pokok keyakinan (aqidah). Kedua, islam
berupa pratek amallahirah di jelaskan diilmu fiqh, yaitu ilmu yang mengenal
perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah, sedangkan untuk mempelajari
ilmu ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu tasawuf namun aturan
berdasarkan ilmu fiqh.

2.3 Perbedaan ilmu fiqih dengan ilmu lainnnya


2.3.1 perbedaan ilmu fiqih dan ushul fiqih
Sebagaian ahli Ushul Fiqh berpendapat bahwa fiqh adalah hukum yang
berhubungan dengan perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya yang terinci.
Sedangkan objek Ushul Fiqh adalah metodologi penetapan hukum-hukum tersebut.
Kedua disiplin ilmu tersebut sama-sama membahas dalil-dalil syara’ akan tetapi
tinjauannya berbeda. Fiqh membahas dalil-dalil tersebut untuk menetapkan hukum-
hukum cabang yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Sedangkan Ushul Fiqh
meninjau dari segi penetapan hukum, klasifikasi argumentasi serta siatuasi dan
kondisi yang melatar belakangi dalil-dalil tersebut.
Jadi objek pembahasan Ushul Fiqh bermuaran pada hukum syara’ ditinjau
dari segi hakikatnya, kriteria, dan macam-macamnya. Hakim (Allah) dari segi dalil-
dalil yang menetapkan hukum, mahkum’alaih (orang yang dibebani hukum) dan cara
untuk antara objek Ushul Fiqh dan objek fiqh itu sendiri. Objek kajian Ushul Fiqh
adalah dalil-dalil, sedangkan objek fiqh adalah perbuatan seseorang yang telah
mukallaf ( telah dewasa dalam menjalankan hukum). Jika ahli Ushul Fiqh membahas
dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang bersifat umum,maka para ahli fiqh mengkaji
bagaimana dalil-dalil juz’i (partikular) dapat diterapkan pada peristiwa-peristiwa
yang khusus. Keduamya dikaji secara lebih dalam, para ulama kemudian
menyimpulkan bahwa antara kedua ilmu tersebut memiliki hubungan yang sangat
erat dan tidak bisa dipisahkan, diantaranya:
a. Ilmu fiqh menjadi asas terbentuknya ilmu Ushul Fiqh sebagai sebuah ilmu
tersendiri, terpisah dari ilmu lainnya.Semakin luasnya daerah pengusaha
islam, semakin kompleks pula permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu,
dibutuhkan perangkat kaidah untuk menafsirkan Al-qur’an dan As-Sunnah
sisi amaly, agar ajaran agama bisa diamalkan sebagai mana mestinya dengan
tafsiran para ulama yang berkompeten.
b. Fiqh dibangun diatas ilmu Ushul Fiqh sebagai proses jalan pemikiran untuk
menghasilkan produk fiqh.
c. Untuk mengetahui definisi ilmu Ushul Fiqh, maka kita harus mengetahui
definisi ilmu fiqh yang merupakan bagian dari kalimat murakkab ilmu Ushul
Fiqh.
d. Ilmu Ushul Fiqh merupakan sumber bagi ilmu fiqh. Para ahli Ushul sepakat,
bahwa sumber (istimdad)dari ilmu Ushul Fiqh adalah ilmu Aqidah, ilmu
arabbiyah, dan ilmu fiqh.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu fiqh adalah ilmu yang mengatur kehidupan individu insan muslim,
masyarakat muslim, umat islam, dan negara islam dengan hukum-hukum syariat.
Ataupun Fiqih bisa dikatakan sebagai perangkat yang mengatur peran peradabaan
umat islam dengan hukum-hukum syariah. Sehingga peran peradabaan yang
dijalankan sesuai dengan yang dikehendaki oleh islam dan yang
diperintahkannya.Ilmu fiqh juga berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu
tauhid, ilmu akhlak, ilmu sejarah, muqaranat al-madzhab, falsafah hukum islam, ilmu
hukum, islam, iman, dan ihsan.Ilmu ini masing-masing memiliki objeknya tersendiri
dengan saling melengkapi satu sama lain. dan menjadikan ilmu fiqh lebih menarik
kedudukanya sebagai ilmu islam.

3.2 saran

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
pembuat maupun pembaca dan mengerti isi dari makalah ini, memang makalah ini
jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

DR.YUSUF AL-QARADHAWI.2002. Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern.Jakarta : Gema Insan

Dr. H. AMIRUDIN. Drs., M.PD.I.2016.Pengatar Ilmu Fiqh.Bandung : Refika Aditama

Dr. Bahrudin.,M.Ag.2017. Ushul Fiqh. Bandung : CV Mimbar Pustaka

Drs. H. Kahar Masyur.1994. Membina Moral dan Akhlak

Djazuli, 2005. Ilmu Fiqh. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai