Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN MENURUT HADIST

Dosen Pengampu
Dr. Salamuddin, M.A

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam

Disusun Oleh:
Wahyu Nur Ramadhani Munthe (0332234027)
Siti Aisyah (0332234028)
Wan Anwar Fuadi (0332234005)

PROGRAM MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

‫ِبۡس ِم ٱِهَّلل ٱلَّر ۡح َٰم ِن ٱلَّر ِح يِم‬


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa shalawat dan salam kita hadiahkan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar
bagi seluruh alam semesta, semoga kita adalah umat yang mendapatkan syafaatnya di yaumil
akhir kelak, aamiin. Kami sangat bersyukur alhamdulillah karena dapat menyelesaikan
makalah yang menjadi tugas wajib mata kuliah Filsafat Manjemen Pendidikan Islam
dengan judul “Manajemen Pendidikan Menurut Hadist”. Yang bertujuan agar dapat
menjadi sumber wawasan dan khazanah pada materi terkait guna meningkatkan pengetahuan
bagi pembaca atau mahasiswa.

Jika ada kekurangan atau kesalahan saya mengharapkan kritik dan saran terhadap
pembuatan makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Medan, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Penegrtian Manajemen..............................................................................3
B. Manajemen Pendidikan.............................................................................5
C. Hadist-Hadist Tentang Manjemen Pendidikan..........................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen pendidikan adalah tolak ukur yang baik dalam dunia pendidikan, baik
mutu pendidikan, sangat tergantung pada manajemen banyak masalah yang terjadi di dunia
pendidikan karena tujuan dan kebijakan yang diambil oleh manajer dalam pendidikan tidak
akurat.1 Untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah, maka perlu dilakukan penelitian ke
arah itu agar pendidikan memiliki kualitas yang baik dan signifikan bagi kehidupan
masyarakat Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan
meningkatkan kurikulum, meningkatkan kualitas pendidik, menyediakan fasilitas dan
infrastruktur, meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan organisasi sekolah,
meningkatkan manajemen, pengawasan dan regulasi. Ini penting bagi pemerintah untuk
dilakukan, mengingat bahwa pendidikan terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia.

Manajemen baru pertama kali muncul secara ilmiah pada paruh kedua abad ke-19,
khususnya pada awal ekspansi negara industri. Namun, manajemen sebagai praktik telah ada
sejak awal masyarakat manusia. Abu Sinin menegaskan bahwa setelah Allah menurunkan
risalah-Nya kepada Muhammad SAW, nabi dan rasul akhir zaman, kepemimpinan Islam
mulai terbentuk. Teori manajemen Islam berakar pada teks Al-Qur'an dan tradisi Sunnah. 2

Meskipun sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW tidak secanggih sekarang,


namun sejarah menunjukkan bahwa ia cukup berhasil. Menurut M. Ahmad Abdul Jawwad,
keunggulan kepemimpinan Rasulullah dapat dikaitkan dengan enam faktor: 1) kapasitas
untuk menginspirasi tim, 2) motivasi langsung, 3) keterampilan komunikasi, 4) kapasitas
untuk mendelegasikan dan mendistribusikan tugas, 5) efektivitas rapat manajemen, dan 6)
penilaian kepemimpinan dan keterampilan.3

1
Saeful Kurniawan, “Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Islam Di Madrasah,” Al-Tanzim:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2017): 25–36.
2
Nurdyansyah Nurdyansyah, “Sumber daya dalam teknologi pendidikan,” Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, 2017, http://eprints.umsida.ac.id/1625/.
3
M. Fikri Haikal, “Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist,” Journal on
Education 5, no. 4 (2023): 11615–26.

1
Pengaruh Nabi Muhammad tersebut juga sangat terasa dalam aspek pendidikan. Para
sahabat sangat antusias dalam mengikuti pengajaran yang beliauberikan. Dikisahkan,
misalnya, ‘Umar ibn al-Khaththab yang tidak ingin tertinggal satu pengajian pun dari Nabi
sampai terpaksa bergiliran dengan tetangganya untuk menghadiri pengajian tersebut. Apabila
‘Umar hadir pada hari ini maka tetangganya hadir pada esok hari. Sesudah selesai pengajian,
yang hadir pada saat itu memberitahu tentang materi yang disampaikan Nabi. Demikian pula
sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa kharisma, wibawa dan pengaruh Nabi sangat besar di
mata sahabatnya.

Dalam ilmu manajemen modern, keberhasilan seorang pemimpin tidak lepas dari
kepiawannya dalam memanaj dan mengelola seluruh potensi anggotanya. Penyebaran agama
Islam yang begitu luas dengan berbasis pada literasi dan bukan keberhasilan Nabi dalam
mendorong para sahabat untuk belajar. Padahal sebelum masa kenabian, masyarakat Arab
dikenal sebagai masyarakat ummi yang tidak pandai baca tulis. Apabila keberhasilan
pemimpin sangat ditentukan dengan kemampuan menajerialnya maka tentunya keberhasilan
Nabi dalam bidang pengajara nmengandung unsur manajemen yang perlu diteliti sehingga
diketahui bagaimana beliau memanajnya. Makalah ini berusaha mengkaji prinsip manajemen
Pendidikan Nabi yang terdapat dalam berbagai riwayat dengan menyandingkannya pada
prinsip manajemen pendidikan modern.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager
yang artinya menangani. Manager diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola. Dari kata
tersebut muncul kata benda managemen, danmanager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan.4 Manajemen sendiri, dalam Kamus Bahasa Indonesia, diartikan
dengan ‘proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan atau penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.3 Menurut
Parker, pengertian manajemen ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orangorang.
Adapun pengertian manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untukmencapai tujuan secara
efektif dan efisien.5

Pada prinsipnya, dasar manajemen terdiri dari perencanaan (planning),


perorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling). Berikut
adalah penjelasan masing-masing prinsip manajemen tersebut.

Perencanaan menurut G.R. Terry adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta
dan menggunakan sejumlah asumsi mengenai masa dating dengan jalan menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukanuntuk mencapai hasil yang diinginkan. Louis
A. Allen mendefinisikan perencanaandengan menentukan serangkaian tindakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa
perencanaan merupakan pekerjaanmental untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur dan
programyang diperlukanuntuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan datang.5
Berdasarkandefinisi tersebut ada beberapa unsur dalam perencanaan: (1) sejumlah

4
Nana Suryapermana dan Ali Yakub, “Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Melalui
Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah,” An-Nidhom: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 01
(2016): 131–50.
5
Juhji Juhji dkk., “Pengertian, ruang lingkup manajemen, dan kepemimpinan pendidikan Islam,”
Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara 1, no. 2 (2020): 111–24.

3
kegiatanyangditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai, dan(4)
menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.6 Organisasi berasal dari bahasa Latin,
organum yang berarti alat, bagian, anggota badan. Menurut Handoko, pengorganisasian
adalah 1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi; 2) prosesperancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat
membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; 3) penugasan tanggung jawab tertentu; 4)
pendelegasianwewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugastugasnya. Menurut Sutarto, organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian kerja,
dan system kerja sama atau system social.7 Pengorganisasian berfungsi untuk mengisi staf
yang sesuai dengan tugas dan kedudukannya.

Ada beberapa prinsip yang digunakan dalam melakukan kegiatan pengorganisasian, di


antaranya adalah: (1) Prinsip perumusan tujuan secara jelas dan tepat; (2) Prinsip
departementalisasi dan pembagian kerja; (3) Prinsip pelimpahan wewenang; (4) Prinsip
kesatuan perintah; (5) Prinsip jenjang organisasi; (6) Prinsipkesinambungan dan
keseimbangan; (7) Prinsip kelenturan; (8) Prinsip koordinasi; (9) Prinsipsa rentangan
pengawasan.6

Penggerakan (actuating). Menurut G.R. Terry pengorganisasian ataupenggerakan


adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka dapat bekerjasama secara efisien. Menurut Manullang, pengorganisasian adalah suatu
proses pembagian pekerjaan, pembatasan tugas-tugasdan tanggung jawab serta wewenang
dan penetapan hubungan antar unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang dapat bekerja
bersama-sama se-efektif mungkinuntuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa pengorganisasian adalah perbuatan diferensiasi tugas-tugas dan jalinan hubungan kerja
dalam suatu organisasi.

Pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja
sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. G.R. Terry menjelaskan bahwa pengawasan
sebagai suatu proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-
perbaikan, sehingga pelaksaan sesuai denganrencana yaitu selaras dengan standar. Definisi

6
Hairul Hudaya, “Prinsip-prinsip manajemen pendidikan dalam Hadis,” Al-Banjari: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 2 (2014) hlm 23

4
GR. Terry menggambarkan bahwa pengawasan memiliki keterkaitan langsung dengan
perencanaan. Pengawasan baru dapat dilakukan bila telah ada perencanaan sebelumnya. 7

B. Manajemen Pendidikan

Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1),
dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.8

Apabila pengertian di atas dipahami dari aspek manajemen yang mencakuP prencana,
tindakan, dan hasil yang akan dicapai maka ungkapan ‘usaha sadar dan terencana’
menunjukkan adanya rencana melakukan usaha pendidikan dengan cara yang sadar. Tindakan
terencana tentunya diserta dengan proses pembelajaran berupa‘suasana belajar dan proses
pembelajaran’ yang kondusif dengan satu tujuan utama adalah peningkatan spiritual,
intelektual, emosinal, akhlak mulia, keahlian dan kebangsaan.

Ada banyak pengertian manajemen pendidikan yang diajukan para ahli, diantaranya
adalah bahwa manajemen pendidikan didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif danefisien. Yang lain
mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajeman


pendidikan merupakan sebuah upaya secara sadar dan terencana dalam mengelola sumber
daya manusia di bidang pendidikan. Apabila pengertian ini yang digunakanmaka bahasan
tentang praktik manajemen pendidikan kenabian diarahkan pada pelacakan tentang
kebijakan-kebijakan Nabi Saw. yang mengarah pada pengembangan sumber daya manusia
dalam bidang pendidikan melalui empat prinsip dasar manajemen, yakni: planning,
organizing, actuating dan controlling. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

7
Iin Meriza, “Pengawasan (Controling) Dalam Institusi Pendidikan,” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam, 2018, 37–46.
8
Desi Pristiwanti dkk., “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK) 4, no. 6
(2022): 11–15.

5
inti dari keempat prinsip manajemen tersebut, ringkasan berikut barangkali akan membantu
menggambarkannya.9

Planning - what

Organizing - who

Actuating - action

Controlling - check

C. Hadis-hadis Tentang Manajemen Pendidikan

Pada dasarnya, hadis tidak menyediakan bentuk operasional dan praktis mengenai
manajemen pendidikan. Namun demikian, prinsip-prinsip manajemen sebagaimana yang
dijelaskan para ahli tentang manajemen atau administrasi dapat dilacak semangat dan
prinsipnya dalam hadis dan praktik Nabi Saw. Hal ini dapat dipahami karena, meski Nabi
saw. menyatakan sebagai ‘guru’ bagi umat manusia namun beliau tidak diutus untuk
membangun dan mendirikan sekolah dengan manajemen seperti yang ada saat ini.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa ada empat prinsip dasar dalam manajeman atau
manajemen pendidikan, yakni: (1) Planning (perencanaan), (2) Organizing (mengorganisasi),
(3) Actuating (menggerakkan), (4) Controlling (mengawasi). Hadis berikut akan
mengemukakan keempat prinsip tersebut, meskipun barangkali: pertama, boleh jadi hadis ini
tidak menunjukkan secara eksplisit mengenai makna manajemen pendidikan namun
setidaknya memiliki esensi dan semangat yang sama. Kedua, apabila keempat prinsip
manajemen pendidikan tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait maka
dalam hadis atau praktik kenabian berikut hanyalah fragmen peristiwa yang terpisah antara
satu kasus dengan yang lainnya. Sehingga tidak bisa dikatakan sebagai manajemen
pendidikan murni dan utuh dalam dunia pendidikan. Berikut adalah praktik Nabi saw. terkait
manajemen pendidikan.

1. Planning

Pertanyaan mendasarnya adalah apa yang menjadi planning Nabi saw. berkenaan
dengan pendidikan setelah hijrah beliau ke Madinah? Sebelum datangny aIslam, bangsa
Arab dikenal dengan bangsa yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Data tentang

9
Agus Susanto, “Penerapan Prinsip POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controling,
Evaluation) dalam Pemberdayaan Masyarakat,” IN℡EKSIA-Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah 4, no. 2
(2022): 293–312.

6
keummian masyarakat Arab dapat diperoleh baik dari Alquran, hadis maupun sejarah.
Dalam Q.S. al-Jumu’ah/62 Ayat 2 misalnya, Alquran menggambarkan umminya
masyarakat Arab dengan:

‫ِفى اُاْلِّم ّيَن َرُسْو اًل ِّم ْنُهْم َيْتُلْو ا َع َلْيِهْم ٰا ٰي ِته َو ُيَزِّك ْيِهْم َو ُيَعِّلُم ُهُم اْلِكٰت َب َو اْلِح ْك َم َة َوِاْن َك اُنْو ا ِم ْن‬ ‫ُهَو اَّلِذْي َبَعَث‬
‫ُّمِبْيٍۙن‬ ‫َقْبُل َلِفْي َض ٰل ٍل‬

Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan merekadan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.10

Kata ‘al-ummi’ menurut para mufassir berarti tidak dapat membaca dan menulis
atau dapat membaca tetapi tidak bisa menulis. Makna tersebut dipertegas dengan hadis
Nabi yang memaknainya dengan ‘tidak bisa menulis dan berhitung. Riwayat al-Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, al-Nasa’I dan Ahmad, memuat hadis tentang hal itu.

‫َح َّد َثَنا َسِع يُد ْبُن َع ْم ٍرو َأَّنُه َسِمَع اْبَن ُع َم َر َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َعْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل ِإَّنا‬
‫ ُأَّم ٌة ُأِّم َّيٌة اَل َنْكُتُب َو اَل َنْح ُسُب الَّش ْهُر َهَك َذ ا َو َهَك َذ ا َيْعِني َم َّر ًة ِتْسَعًة َو ِع ْش ِريَن َو َم َّر ًة َثاَل ِثَيَن‬.

Artinya: Diriwayatkan dari Sa’id ibn ‘Amr bahwa ia mendengar Ibn ‘Umar r.a.
dari Nabi Saw. bersabda: ‘Kami umat yang ummi, tidak dapat menulis dan menghitung.
Satu bulan adalah begini, begini, yakni kadang 29 dan terkadang 30 hari.11

Data sejarah juga menunjukkan bahwa masyarakat Madinah di mana pemerintah


Islam awal dibangun merupakan masyarakat yang buta huruf, yakni tida kdapat
membaca atau menulis. Ahmad Amin, misalnya, menyatakan bahwa Ketika Islam lahir,
kalangan kaum Quraish yang bisa menulis hanya berjumlah 17 orang. Sedang di
kalangan perempuan jumlah lebih sedikit lagi. Apabila kondisi suku Quraish yang
berada di wilayah Hijaz yang terkenal pandai dalam berdagang hanya terdapat 17 orang
yang pandai membaca menulis maka wajar apabila kabilah di luar mereka lebih sedikit
lagi yang bisa membaca dan menulis. Meski mayoritas masyarakat Arab berada dalam
keadaan ummi, menurut Ibn Hajar, bukan berarti bahwa di antara mereka tidak ada yang
10
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: PT. Citra Mulia Agung,
2021), hlm. 526
11
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-
Ju’fi, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1442), hlm. 1-53.

7
bisa sama sekali menulis atau menghitung. Hanya saja jumlah mereka yang bisa menulis
sangat sedikit.

Kondisi mayoritas masyarakat yang buta huruf ini tentunya tidak mendukung
bagi kemajuan dan perkembangan pemerintahan Islam yang baru ditegakkan di Madinah
serta menghambat penyebaran ajaran Islam.

Menurut Ahmad Amin, ada beberapa alasan mengapa membaca dan menulis
menjadi penting bagi umat Islam saat itu. Pertama, penyebaran agama Islam memerlukan
para pembaca dan penulis. Ketika ayat Alquran ditulis maka merekayang pandai
membaca akan membacakan kepada yang tidak bisa membaca. Kedua, Islam
menyebarkan ajaran-ajaran yang ada pada masa Nabi sebelumnya kepada masyarakat
Arab. Selain itu, Islam juga menjelaskan hukum tentang nikah, talak, aturan hidup
bermasyarakat dan ekonomi. Ketiga, menurut penulis, pemerintahan Islam yang baru
perlu melakukan kontak dengan para penguasa di luar Arab baik dalam kerangka
mengenalkan Islam maupun menginformasikan hadirnya pemerintahan baru di Arab
sehingga memerlukan sekretaris yang handal untukmenulis, membaca atau menjawab
surat-surat yang dikirimkan para penguasake negara Islam. Keempat, Alquran yang
diturunkan kepada Nabi saw. tidak hanya dihafal tetapi juga beliau ingin agar ayat
tersebut ditulis oleh para sahabat khusus penulis Alquran. Saat pertama datang ke
Madinah, orang pertama yang diminta Rasul menulis adalah Ubay ibn Ka’ab al-Anshari
dan jika ia tidak datang beliau akan memanggil Zayd ibn Tsabit al-Anshari.

Dengan kondisi ini, menurut penulis, planning utama dan mendesak yang akan
dilakukan Nabi saw. berkenaan dengan pemerintah baru Islam adalah terkait persoalan
pendidikan terutama pengentasan buta huruf di kalangan sahabat. Ada beberapa langkah
yang diambil Nabi saw. berkenaan dengan hal tersebut. Pertama, menjadikan pengajaran
membaca dan menulis sebagai bagian bentuk tebusan bagi tawanan perang terutama
tawanan perang Badar. Ibn Sa’ad, misalnya, memuat peristiwa tersebut dalam riwayat
berikut:

- ‫ َأَسَر َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َأْخ َبَر َنا ِإْسَر اِئيُل َعْن َج اِبٍر َعْن َعاِم ٍر َقاَل‬. ‫َأْخ َبَر َنا اْلَفْض ُل ْبُن ُد َك ْيٍن‬
‫ َو َك اَن َأْه ُل َم َّك َة َيْكُتُبوَن َو َأْه ُل اْلَم ِد يَنِة ال‬. ‫ َو َك اَن ُيَفاِد ي ِبِهْم َع َلى َقْد ِر َأْمَو اِلِهْم‬.‫َيْو َم َبْد ٍر َسْبِع يَن َأِس يًر ا‬
‫ َفِإَذ ا َح َذُقوا َفُهَو‬. ‫ َفَم ْن َلْم َيُك ْن َلُه ِفَداٌء َد َفَع ِإَلْيِه َعَش َر َة ِغ ْلَم اٍن ِم ْن ِغ ْلَم اِن اْلَم ِد يَنِة َفَعَّلَم ُهْم‬. ‫َيْكُتُبوَن‬
‫ِفَد اُؤ ُه‬

8
Artinya: Dari ‘Amir berkata: Rasulullah saw. menawan 70 orang tawanan
perang Badar dan mereka dapat menebus berdasarkan harta yang dimiliki. Selain itu,
orang-orang Makkah pandai menulis sedang orang Madinah tidak pandai. Makasiapa
yang tidak dapat menebus dirinya dengan uang dapat menggantinya dengan
mengajarkan 10 anak Madinah hingga mereka pandai.12

Kedua, Nabi saw. memerintahkan sahabat tertentu, seperti Zayd ibn Tsabit untuk
mempelajari bahasa Ibrani/Yahudi dan bahasa Suryani. Penjelasan lebih lanjut mengenai
hal ini akan diuraikan pada bahasan berikut.

Perintah dan doroangan Nabi saw. untuk belajar membaca dan menulis pada
akhirnya menghasilkan banyak sahabat yang pandai membaca dan menulis. Pada perang
Yamamah tahun 12 H, atau dua tahun setelah wafatnya Rasulullah, dimana terjadi
peperangan melawan mereka yang murtad pengikut Musailamah al-Kazzab, misalnya,
dinyatakan bahwa sebanyak 70 orang penghafal dan pembaca (al-qurra) Alquran
terbunuh bahkan sebagian menyebutkan berjumlah 500 orang.27 Kata ‘alqurra’ tersebut
dipahami sebagai mereka yang mampu membaca.

Meski penulis belum menemukan data berapa jumlah sahabat yang mampu
membaca dan menulis di akhir masa kenabian sebagai bagian dari Gerakan pementasan
buta huruf, informasi mereka yang terbunuh pada perang Yamamah di atas setidaknya
menunjukkan adanya peningkatan jumlah mereka yang mampu membaca dan menulis di
kalangan sahabat. Pengajaran membaca dan menulis menjadi pondasi bagi
perkembangan pemerintahan Islam dan kemajuan peradaban Muslim selanjutnya
sehingga tepat apabila Nabi saw. menjadikannya salah satu planning utama saat awal
membangun pemerintahan Islam. Dengan keberhasilan program tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa Nabi saw. menjadi pelopor Gerakan pemberantasan buta huruf
pertama dalam sejarah peradaban dunia. Dan yang terpenting adalah bahwa dalam
kerangka menjalankan dan mendukung roda. pemerintahan Islam, Nabi saw. memiliki
planning yang jelas dalam bidang pendidikan.

2. Organizing (mengorganisasi)

Mengorganisasi dipahami oleh para ahli manajemen sebagai menempatkan orang


tertentu pada posisi dan jabatan yang tepat sehingga tujuan dan target organisasi dapat

12
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassah Ar-Risalah,
1421), hlm.1-15.

9
tercapai. Dalam praktiknya, Nabi sering melakukan prinsip tersebut. Dalam dunia
pendidikan, misalnya, beliau memerintahkan Zaid ibn Tsabit untukbelajar bahasa Ibrani,
bahasanya umat Yahudi, dan bahasa Suryani dan tidak memerintahkan sahabat lainnya.
Padahal pada saat itu sudah ada beberapa orang sahabat yang pandai membaca dan
menulis yang masuk dalam jajaran para penulis wahyu. Namun demikian, Nabi saw.
hanya memilih Zayd ibn Tsabit dan tidak yang lain. Dalam keputusannya tersebut, Nabi
saw. tidak keliru karena Zayd mampu mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani dalam 7
hari dan sebagian riwayat setengah bulan. Riwayat dan hadis berikut menunjukkan hal
itu.

‫ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َعْن َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت‬، ‫ َعْن َثاِبِت ْبِن ُع َبْيٍد‬، ‫ َأْخ َبَر َنا اَألْع َم ُش‬، ‫َأْخ َبَر َنا َيْح َيى ْبُن ِع يَس ى الَّر ْم ِلُّي‬
‫ َفَهْل َتْس َتِط يُع َأْن‬، ‫ ِإَّنُه َيْأِتيِني ُكُتٌب ِم ْن ُأَناٍس َال ُأِح ُّب َأْن َيْقَر َأَها َأَح ٌد‬: ‫ِلي َرُس وُل ِهللا َص َّلى هللا َع َليه وَس َّلم‬
‫ َفَتَعَّلْم ُتَها ِفي َسْبَع َعْش َر َة َلْيَلًة‬: ‫ َنَعْم َقاَل‬: ‫ َأْو َقاَل الُّسْر َياِنَّيِة ؟ َفُقْلُت‬، ‫َتَعَّلَم ِكَتاَب اْلِع ْبَر اِنَّيِة‬..

Artinya: Dari Zayd ibn Tsabit berkata: Rasulullah saw. berkata kepadaku: ‘Telah
datang kepadaku surat dari masyarakat luar dan aku tidak suka seorang pun
membacanya maka bisakah kamu mempelajari bahasa Ibrani atau Suryani (Siria)? Zayd
menjawab: ‘Ya’. Ia lalu mengatakan: ‘Saya mampu mempelajarinya dalam 7 malam.

Dalam riwayat al-Tirmizi, misalnya, dinyatakan:

‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن ُح ْج ٍر َأْخ َبَر َنا َعْبُد الَّرْح َمِن ْبُن َأِبي الِّزَناِد َعْن َأِبيِه َعْن َخ اِرَج َة ْبِن َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت َعْن َأِبيِه‬
‫َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت َقاَل َأَم َر ِني َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َأَتَعَّلَم َلُه َك ِلَم اٍت ِم ْن ِكَتاِب َيُهوَد َقاَل ِإِّني َو ِهَّللا‬
‫َم ا آَم ُن َيُهوَد َع َلى ِكَتاِبي َقاَل َفَم ا َم َّر ِبي ِنْص ُف َشْه ٍر َح َّتى َتَعَّلْم ُتُه َلُه َقاَل َفَلَّم ا َتَعَّلْم ُتُه َك اَن ِإَذ ا َكَتَب ِإَلى‬
‫َيُهوَد َكَتْبُت ِإَلْيِهْم َوِإَذ ا َكَتُبوا ِإَلْيِه َقَر ْأُت َلُه ِكَتاَبُهْم َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا َح ِد يٌث َح َس ٌن َصِح يٌح َو َقْد ُر ِوَي ِم ْن‬
‫َغ ْيِر َهَذ ا اْلَو ْج ِه َعْن َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت َر َو اُه اَأْلْع َم ُش َعْن َثاِبِت ْبِن ُع َبْيٍد اَأْلْنَص اِرِّي َعْن َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت َقاَل‬
‫َأَم َرِني َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َأَتَعَّلَم الُّسْر َياِنَّيَة‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr] telah mengabarkan
kepada kami [Abdurrahman bin Abu Az Zinad] dari [Ayahnya] dari [Kharijah bin Zaid
bin Tsabit] dari ayahnya yaitu [Zaid bin Tsabit] ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memerintahkanku mempelajari bahasa orang-orang Yahudi untuk
beliau, beliau bersabda: "Demi Allah, aku tidak percaya Yahudi atas suratku." Zaid
berkata; "Setengah bulan berlalu hingga aku dapat menguasainya untuk beliau." Saat
aku mengusainya, apabila beliau hendak mengirim surat kepada orang-orang Yahudi,

10
aku menulisnya kepada mereka dan apabila mereka mengirim surat kepada beliau, maka
aku membacakan surat mereka untuk beliau." Abu Isa berkata; Hadits ini shahih.
Diriwayatkan melalui sanad lain dari Zaid bin Tsabit. Diriwayatkan oleh [Al A'masy]
dari [Tsabit bin Ubaid Al Anshari] dari [Zaid bin Tsabit] ia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkanku untuk mempelajari bahasa Suryani."13

Dalam hal ini, Rasulullah tidak hanya memerintahkan sahabatnya untuk


mempelajari ilmu syari’ah yang diambil dari Alquran dan hadis namun memerintahkan
juga untuk mengkaji ilmu yang mendatangkan manfaat bagi kaum Muslim secara umum.
Selain itu, perintah Nabi kepada Zayd ini disesuaikan dengan kemampuan dan kecakapan
Zayd. Pada waktu pertama kali Nabi sampai di Madinah beliau mendengar Zayd ibn
Tsabit hafal lebih dari sepuluh ayat padahal ia masih kecil dan Nabi kagum dengan
kemampuan Zayd tersebut sehingga beliau memerintahkannya untuk mempelajari bahasa
Ibrani.

Fakta ini menunjukkan bahwa Nabi saw. mengetahui potensi yang dimiliki
masing-masing sahabat dan menempatkan mereka sesuai dengan bakat, potensi dan
kemampuannya. Penempatan seseorang berdasarkan kemampuannya ini menunjukkan
bahwa Nabi saw. adalah seorang manajer dan organisatoris ulung yang tidak hanya
menempatkan sahabat pada tempat yang tepat namun apa yang menjadi tujuan organisasi
dapat tercapai sangat baik.

Ada kasus lain yang menunjukkan bahwa Nabi memahami betul potensi sahabat
beliau dalam kepemimpinan dan menempatkannya pada tempat yang tepat demi
tercapainya apa yang menjadi tujuan organisasi. Dalam kasus Abu Dzar yang meminta
jabatan kepada Nabi namun beliau tidak memberikannya dengan alas an bahwa Abu
Dzar tidak berkompeten dalam hal itu. Hadis tersebut berbunyi:

‫َح َّد َثَنا َعْبُد اْلَم ِلِك ْبُن ُش َعْيِب ْبِن الَّلْيِث َح َّد َثِني َأِبي ُش َعْيُب ْبُن الَّلْيِث َح َّد َثِني الَّلْيُث ْبُن َسْعٍد َح َّد َثِني َيِزيُد ْبُن‬
‫َأِبي َح ِبيٍب َعْن َبْك ِر ْبِن َع ْمٍرو َعْن اْلَح اِرِث ْبِن َيِزيَد اْلَح ْض َرِم ِّي َعْن اْبِن ُح َج ْيَر َة اَأْلْك َبِر َعْن َأِبي َذ ٍّر َقاَل ُقْلُت‬
‫َيا َرُس وَل ِهَّللا َأاَل َتْس َتْعِم ُلِني َقاَل َفَض َرَب ِبَيِدِه َع َلى َم ْنِكِبي ُثَّم َقاَل َيا َأَبا َذ ٍّر ِإَّنَك َضِع يٌف َوِإَّنَها َأَم اَنُة َوِإَّنَها‬
‫َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِخ ْز ٌي َو َنَداَم ٌة ِإاَّل َم ْن َأَخ َذ َها ِبَح ِّقَها َو َأَّدى اَّلِذ ي َع َلْيِه ِفيَه‬

13
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adl-Dlahhak At-Tarmidzi Abu ‘Isa, Al-Jami’ Al-Kabir
Sunan At-Tarmidzi, (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islamiy, 1998), hlm 1-52.

11
Artinya: Dari Abu Dzar ia berkata, saya berkata: ‘Wahai Rasulullah mengapa
engkau tidak angkat aku sebagai pejabatmu. Lalu Nabi menepuk pundaknya seraya
bersabda: ‘Wahai Abu Dzar, kamu orangnya lemah sedang jabatan adalah amanah
yang menjadi kehinaan dan penyesalan di hari kiamat kecuali bagi mereka yang
mendudukinya secara benar (tepat) dan menjalankannya dengan benar.

Menurut al-Nawawi, hadis ini menunjukkan bahwa kehinaan dan penyesalanakan


menimpa mereka yang tidak memiliki kompetensi dalam memimpin atau mereka yang
berkompeten namun tidak dapat berlaku adil maka pada hari kiamat dihinakan dan
menyesalinya. Namun bagi mereka yang mampu mengemban kepemimpinan dan berlaku
adil dalam menjalankannya maka ini merupakan kemuliaan yang besar sebagaimana
yang termuat dalam hadis bahwa mereka termasuk tujuh orang yang mendapat
perlindungan di hari kiamat.

Bagaimana sesungguhnya profil Abu Dzar sehingga Nabi saw. Menolaknya


menjadi pejabat pemerintah? Dalam hadis dan kitab-kitab sejarah disebutkan bahwa Abu
Dzar dikenal sebagai seorang pemberani dalam mengungkapkan dan mengatakan
kebenaran meskipun nyawa menjadi taruhannya. Keberanian AbuDzar tergambar dalam
banyak riwayat, berikut:

Pertama, ia termasuk orang yang pertama masuk Islam dan menyatakan


keislamannya secara terbuka di depan Ka’bah sehingga dipukul banyak orang sampai
jatuh dan diselamatkan ‘Abbas. Perbuatan tersebut ia ulangi kembali esok harinyadan
mendapat perlakuan yang sama.
Kedua, ia tetap memberi fatwa meski telah dilarang oleh penguasa. Diriwayatkan,
ketika Abu Dzar ditanya oleh seseorang: ‘Bukankah Amir alMu’minin melarangmu
untuk memberi fatwa? Abu Dzar lantas menjawab: ‘Demi Allah, sekiranya kalian
meletakkan pedang di tenggorokanku agar aku tidakmengucapkan apa yang ku dengar
dari Rasulullah niscaya ku akan mengatakansebelum pedang itu menembus leherku’.
Ketiga, ia diasingkan oleh Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan ke daerah Rabadzah
disebabkan berselisih dengan Mu’awiyah mengenai ayat "wa alladzina yaknizuna
aldzahaba" (al-Bara’ah ayat 34).
Berbagai rekam jejak peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Abu Dzar
merupakan seorang sahabat pemberani dan tidak merasa takut meski berseberangan
pendapat dengan pemimpin dan siap menanggung resiko yang besar atas sikapnya itu.
12
Sikap ini menunjukkan bukti akan keberanian dan keteguhan Abu Dzar dalam
mengemukakan pendapat meski menanggung resiko besar. Keberanian ini tentunya
merupakan modal penting bagi seseorang untuk menjadi pemimpin. Namun demikian,
Nabi tetap tidak memberinya jabatan tertentu dalam pemerintahan.

Menurut al-Qurthubi, sebagaimana dikutip Ibn al-Allan dalamDalil alFalihin,


kelemahan Abu Dzar terletak pada kepribadiannya yang cenderung kepadahidup asketik
(zuhud) dan kurang memperhatikan urusan duniawi. Atas dasar ini, Rasulullah saw.
menasehatinya agar tidak meminta jabatan tersebut.37 Dengan kecenderungan asketis
tersebut barangkali Nabi saw. menilai jabatan pemerintahan tidak coock untuk Abu Dzar
sehingga beliau menolak memberinya jabatan meskipunia seorang yang taat dan kuat
keislamannya.

Beragam kebijakan Nabi saw. tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang
organisatoris ulung yang memahami seluruh potensi, bakat dan kemampuan sahabatnya
sehingga menempatkan mereka pada posisi dan kedudukan yangtepat demi tercapainya
tujuan organisasi. Sikap Nabi saw. tersebut terangkum dalam satuucapan beliau berikut:

‫« ِإَذ اُض يِّـَعِت اَألَم اَنُة‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ‫ َقاَل َقاَل َرُس وُل ِهَّللا‬- ‫ رضى اهللا عنه‬- ‫َعْن َأبِى ُهَر يْـَر َة‬
‫ َفانْـَتِظ ِر الَّساَع َة‬، ‫ َقاَل َك ْيَف ِإَض اَعتُـَها َيا َرُس وَل ِهَّللا َقاَل « ِإَذ ا ُأْسِنَد اَألْم ُر ِإلَى َغ يِر َأْه ِلِه‬. ‫َفانْـَتِظ ِر الَّساَع َة‬
»

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: ‘Apabila
sifat amanah sudah hilang maka tunggulah kiamat akan datang’ kemudian Rasul
ditanya: ‘Bagaimana hilangnya?’ Rasul saw. menjawab: ‘Apabila satu urusan
disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat akan
datang(kehancurannya).

Kata ‘al-amr’ pada hadis di atas mencakup semua hal terkait agama, seperti,
khilafah, kepemimpinan, hakim dan majlis fatwa dan lainnya. Dengan mengangkat orang
yang tidak ahli agama dan tidak amanah atau mengangkat mereka yangmembantu
berbuat zalim dan kejahatan. Dengan demikian, pemimpin telahmenghilangkan sifat
amanah yang telah Allah wajibkan sehingga orang khianat dipercaya dan orang yang
jujur berkhianat. Ini terjadi apabila orang bodoh menguasai dan orang benar tidak

13
mampu melaksanakan satu urusan. Hadis di atas ingin menyatakan bahwa segala urusan
harus diserahkan kepada ahlinya.

Berbagai kebijakan dan sabda Nabi saw. di atas menunjukkan beliau memiliki
kemampuan memimpin dan mengorganisasi serta mengelola potensi sahabat denganbaik.
Berdasarkan potensi tersebut beliau menempatkan sahabatnya pada posisi yangsesuai
dengan bakatnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

3. Actuating (menggerakkan)

Dalam manajemen, actuating dipahami sebagai kemampuan seorang pemimpin


menggerakkan bawahan, pengikut atau anggotanya untuk berbuat dan melakukan sesuatu
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi. Kemampuan ini mendorong para
pengikut bergerak dan berbuat sesuai dengan keinginan pemimpin dan tujuan organisasi. 14
Dalam dunia pendidikan, kemampuan Nabi saw. dalam menggerakkan sahabatnya
tergambar dengan jelas ketika sekelompok perempuan meminta Nabi saw. untuk
mengajarkan kepada mereka ilmu pengetahuan. Hadis berikut mengungkapkan hal
tersebut.

‫ فاجعل لنا‬.‫ يا رسول هللا ذهب الرجال بحديثك‬:‫ جاءت امرأة إلى رسول هللا فقالت‬:‫عن أبي سعيد قال‬
‫ في مكان كذا وكذا‬،‫ “اجتمعن في يوم كذا وكذا‬:‫ فقال‬.‫من نفسك يوما نأتيك فيه تعلمنا مما علمك هللا‬
‫ ” ما منكن امرأة تقدم بين يديها من‬:‫ فاجتمعن فأتاهن رسول هللا فعلمهن مما علمه هللا ثم قال‬.“
‫”ولدها ثالثة إال كان لها حجابا من النار‬

Artinya: Dari Abu Sa’id al-Khudri menceritakan bahwa perempuan datang


kepadaRasulullah saw. dan berkata wahai Rasulullah, kaum lelaki telah datang untuk
mendapatkan hadis darimu, maka tentukan olehmu bagi kami satu waktu yang kami
datang dan engkau mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah. Nabi saw. lalu bersabda:
‘Berkumpullah kalian pada hari A dan di tempat B. Mereka dan mendatanginya untuk
mengajarkan ajaran ilahiah kepada mereka. Beliau bersabda: ‘Siapa saja dari kalian para
wanita yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya maka anak tersebut dapat menjadi
penghalang baginya dari api neraka.15

14
Rosalina Ginting dan Titik Haryati, “Kepemimpinan dan konteks peningkatan mutu pendidikan,”
CIVIS: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan 2, no. 2 (2012), hlm 22
15
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassah Ar-Risalah,
1421), hlm.1-15.

14
Dalam menjelaskan hadis tersebut, para pensyarah hanya melihat pada aspeka
jaran agama dengan menyatakan perlunya mengharapkan ridha Allah ketikaditinggal
mati oleh anaknya. Sebagian lainnya menjelaskan bahwa sabar danmengharap ridha
Allah SWT menjadi syarat utama bagi pemberian syafaat terhadap orangtua yang
ditinggal mati anaknya.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, ada beberapa hal yang dapat dicatat pada
hadis di atas dan kurang mendapat perhatian dari para ulama hadis terkait kedudukan
perempuan dalam menuntut ilmu. Pertama, kaum perempuan menuntut hak yang sama
dengan laki-laki dalam bidang pendidikan. Kedua, Rasulullah memberikan apresiasi
yang besar terhadap keinginan perempuan dengan memberikan waktu beliau untuk
mengajarkan ajaran agama kepada perempuan. Ketiga, materi yang disampaikan
merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan kepentingan perempuan yakni terkait
dengan anak. Apa yang mendorong para perempuan bersemangat untuk menuntut ilmu
sebagaimana kaum laki-laki? Padahal masa jahiliah belum lama berlalu dimana lakilaki
memegang semua peran dalam sebuah suku sedang perempuan tidak mendapat
penghargaan, ditinggalkan dan diabaikan hak-hak hidupnya. Jika bukan karena .
dorongan, semangat dan peluang yang diberikan Rasul kepada mereka tentunya mereka
tidak akan menuntut hak yang sama dengan para laki-laki dalam menuntut ilmu. Hasil
dari pendidikan Rasul ini adalah lahirnya perempuan yang terlibat aktif dalam berbagai
bidang kehidupan masyarakat Muslim. ‘Aisyah, isteri Nabi saw. sendiri dikenal sebagai
ahli hadis dan hukum Islam. Pada generasi yang berbeda, jugalahir ahli hukum di
kalangan perempuan seperti Nafisah dan Syuhdah. Bukan hanya perempuan yang belajar
dari mereka tetapi juga terdapat sekelompok laki-laki yang menimba ilmu dari mereka.
Inilah buah manis dari pendidikan yang ditanamkan Nabi saw. kepada kaum perempuan.

4. Controlling

Mengontrol dengan cara menguji untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak
didik terhadap materi yang disampaikan guru merupakan bagian penting dalam
pengajaran. Selain itu, anak didik mempertanyakan apa yang belum dipahaminya dari
materi yang diajarkan guru termasuk bagian pengajaran yang juga tidak kalah
pentingnya.16 Dalam hal ini terdapat riwayat dimana ‘Aisyah mempertanyakan
kepadaNabi saw. apa yang tidak ia pahami dari perkataan beliau. Hadis tersebut berbunyi:
16
Indayana Febriani Tanjung, “Guru dan strategi inkuiri dalam pembelajaran biologi,” Jurnal
Tarbiyah 23, no. 1 (2016), http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/111.

15
‫َح َّد َثَنا َسِع يُد ْبُن َأِبي َم ْر َيَم َقاَل َأْخ َبَر َنا َناِفُع ْبُن ُع َم َر َقاَل َح َّد َثِني اْبُن َأِبي ُم َلْيَك َة َأَّن َعاِئَش َة َز ْو َج الَّنِبِّي َص َّلى‬
‫ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَنْت اَل َتْس َم ُع َشْيًئا اَل َتْع ِر ُفُه ِإاَّل َر اَج َعْت ِفيِه َح َّتى َتْع ِرَفُه َو َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َقاَل َم ْن ُح وِس َب ُع ِّذ َب َقاَلْت َعاِئَش ُة َفُقْلُت َأَو َلْيَس َيُقوُل ُهَّللا َتَعاَلى { َفَسْو َف ُيَح اَسُب ِحَس اًبا َيِس يًر ا } َقاَلْت‬
‫َفَقاَل ِإَّنَم ا َذ ِلِك اْلَعْر ُض َو َلِكْن َم ْن ُنوِقَش اْلِحَس اَب َيْه لَك‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu Maryam] berkata, telah
mengabarkan kepada kami [Nafi' bin Umar] berkata, telah menceritakan kepadaku
[Ibnu Abu Mulaikah] bahwa [Aisyah] istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah
mendengar sesuatu yang tidak dia mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam sampai dia mengerti, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda: "Siapa yang dihisab berarti dia disiksa" Aisyah berkata: maka aku
bertanya kepada Nabi: "Bukankah Allah Ta'ala berfirman: "Kelak dia akan dihisab
dengan hisab yang ringan" Aisyah berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya yang dimaksud itu adalah pemaparan (amalan). Akan tetapi
barangsiapa yang didebat hisabnya pasti celaka".17

Menurut Abu Lubabah, selain guru menjelaskan secara berulang materi yang
disampaikan kepada anak didik, hal terpenting dalam pembelajaran juga adalah meminta
mereka untuk menyebutkan ulang dan menguji sejauh mana hafalan dan penguasaan
mereka terhadap materi tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah meminta
mereka untuk mengajar atau unjuk kerja dan dapat juga dengan menguji materi yang
diajarkan.18

Dalam banyak kesempatan, tidak jarang Nabi bertanya kepada sahabatnya


tentang suatu hal yang ingin beliau jelaskan. Pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana pengetahuan sahabat mengenai materi yang akan beliau
sampaikan. Satu waktu Nabi saw., misalnya, bertanya tentang siapa orang yang bangkrut
dalam kehidupannya. Pertanyaan tersebut beliau lontarkan kepada parasahabat untuk
menunggu jawaban yang akan diberikan. Dalam beberapa riwayat, pertanyaan tersebut
kadang mereka jawab namun sering juga tidak. Di antara pertanyaan Nabi saw. tersebut
adalah siapa yang dimaksud dengan orang ‘muflis’. Hadis berikut menjelaskan peristiwa
pengujian Nabi saw. kepada sahabatnya.

17
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari
al-Ju’fi, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1442), hlm. 1-53.
18
Hudaya, “Prinsip-prinsip manajemen pendidikan dalam Hadis.”

16
‫ َع ِن اْلَعَالِء َعْن َأِبيِه َعْن َأبِىُهَر يْـَر َة‬- ‫ َو ُهَو اْبُن َج ْع َفٍر‬- ‫اْبُن َسِع يٍد َو َع ِلُّى ْبُن ُح ْج ٍر َقاَال َح َّدثَـَنا ِإسَم اِع يُل‬
‫ َقاُلوا اْلُم ْفِلُس ِفيَنا َم ْن َال ِدْر َهَم َلُه‬.» ‫ َقاَل « َأَتْدُروَن َم ا اْلُم ْفِلُس‬-‫صلى اهللا عليه وسلم‬- ‫َأَّن َرُس وَل ِهَّللا‬
‫ فَـَقاَل « ِإَّن اْلُم ْفِلَس ِم ْن ُأَّم تِى َيْأِتى يَـْو َم اْلِقَياَم ِة ِبَص َالٍة َو ِص َياٍم َو َزَك اٍة َو َيْأِتى َقْد َش َتَم َهَذ ا‬.َ‫َو َال َم َتاع‬
‫َو َقَذ َف َهَذ ا َو َأَك َل َم اَل َهَذ ا َو َس َفَك َد َم َهَذ ا َو َض َر َب َهَذ ا فَـيُـْع َطى َهَذ ا ِم ْن َح َس َناِتِه َو َهَذ ا ِم ْن َح َس َناِتِه َفِإْن‬
‫َفِنَيْت َح َس َناُتُه قَـْبَل َأْن يُـْقَض ى َم ا َع َلْيِه ُأِخ َذ ِم ْن َخ َطاَياُهْم َفُطِرَح ْت َع َلْيِه ثُم ُطِرَح فِى الَّناِر‬..
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: ‘Tahukan kalian
apaitual-muflis?’ Sahabat menjawab: ‘Orang yang muflis di antara kami adalah mereka
yang tidak memiliki uang (dirham) dan makanan. Beliau menjawab: ‘Orang yang muflis
di kalangan umatku adalah mereka yang ketika hari kiamat didatangkan salatnya,
puasanya, zakatnya dan kemudian didatangkan juga perbuatannya yang mencaci A,
menuduh B, memakan harta C, menumpahkan darah D, dan memukul E, lantas semua
kesalahan tersebut dibalas dengan kebaikan yang ada padanya dan jika seluruh
kebaikannya telah habis sebelum terlunasi semua kejahatannya maka kesalahan orang
lain itu akan diambil dan ditimpakan padanya kemudian ia dilemparkan ke dalam api
nerakan.

Menurut ‘Iyadh, hakikat khusus muflis adalah orang yang memiliki kebaikan
namun kebaikannya diberikan kepada orang lain seperti orang yang berhutang dan
hartanya diambil untuk membayar hutang-hutangnya. Hal ini karena orang beranggapan
bahwa yang bangkrut adalah mereka yang sedikit dan tidak memiliki harta. Padahal, itu
bukanlah hakikat muflis karena yang demikian itu dapat hilang dan terputus ketika
seseorang meninggal dan boleh jadi dapat hilang setelah berlalunya waktu dalam hidupnya
selanjutnya.19

Dalam menjelaskan hadis, para pensyarah tidak menghubungkannya dengan


konsep dan pemikiran pendidikan meski pada hadis tersebut mengandung pendidikan. Hal
ini disebabkan karena alam pemikiran dan masyarakat mereka saat itu lebih terfokus pada
unsur dan nilai-nilai keagamaan. Jika dilihat dari sudut pandang pendidikan terutama
aspek evaluasi, hadis tersebut menunjukkan bahwaNabi terkadang menguji pemahaman
sahabat mengenai sesuatu untuk mengetahui sejauh mana pandangan mereka tentang hal
tersebut. Apabila apa yang merekapahami ternyata tidak sesuai dengan apa yang dimaksud

19
Dicky Fahrezy Mulya, Jumawan Jasman, dan Asriany Asriany, “Metode Analisis Kebangkrutan
Perusahaan Otomotif Dengan Perspektif Ekonomi Islam,” Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 7, no.
01 (2023), hlm 12.

17
oleh Nabi saw. maka beliauakan menjelaskannya secara jelas sehingga mereka pun dapat
memahaminya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen pendidikan didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif danefisien. Yang lain mendefinisikan
manajemen pendidikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif,
efisien, mandiri, dan akuntabel.

Manajeman pendidikan merupakan sebuah upaya secara sadar dan terencana dalam
mengelola sumber daya manusia di bidang pendidikan. Pengertian ini yang digunakan
sebagai landasan tentang praktik manajemen pendidikan kenabian diarahkan pada pelacakan
tentang kebijakan-kebijakan Nabi Saw. yang mengarah pada pengembangan sumber daya
manusia dalam bidang pendidikan melalui empat prinsip dasar manajemen, yakni: planning,
organizing, actuating dan controlling. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
inti dari keempat prinsip manajemen tersebut, ringkasan berikut barangkali akan membantu
menggambarkannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Saeful Kurniawan, (2017),“Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Islam Di Madrasah,” Al-


Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2
Nurdyansyah Nurdyansyah, (2017), “Sumber daya dalam teknologi pendidikan,” Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, http://eprints.umsida.ac.id/1625/.
M. Fikri Haikal, (2023), “Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist,” Journal
on Education 5, no. 4.
Nana Suryapermana dan Ali Yakub, (2016),“Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Melalui
Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah,” An-Nidhom: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1, no. 01
Juhji Juhji dkk., (2020), “Pengertian, ruang lingkup manajemen, dan kepemimpinan pendidikan
Islam,” Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara 1, no. 2.
Hairul Hudaya, (2014), “Prinsip-prinsip manajemen pendidikan dalam Hadis,” Al-Banjari: Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 2.
Iin Meriza, (2018),“Pengawasan (Controling) Dalam Institusi Pendidikan,” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah
Prodi Pendidikan Agama Islam.
Desi Pristiwanti dkk., (2022), “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK) 4,
no. 6.
Agus Susanto, (2022) “Penerapan Prinsip POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controling,
Evaluation) dalam Pemberdayaan Masyarakat,” IN℡EKSIA-Jurnal Pengembangan Ilmu
Dakwah 4, no. 2.
Kementerian Agama Republik Indonesia, (2021), Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: PT. Citra Mulia
Agung.
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-
Ju’fi, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassah Ar-Risalah,
1421.
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adl-Dlahhak At-Tarmidzi Abu ‘Isa, Al-Jami’ Al-Kabir
Sunan At-Tarmidzi, (1998), (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islamiy.
Rosalina Ginting dan Titik Haryati, (2012), “Kepemimpinan dan konteks peningkatan mutu
pendidikan,” CIVIS: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan 2, no.
2.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (1421), Beirut: Muassah Ar-
Risalah.
Indayana Febriani Tanjung, (2016) “Guru dan strategi inkuiri dalam pembelajaran biologi,” Jurnal
Tarbiyah 23, no. 1.
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-
Ju’fi, Shahih Al-Bukhari (1442 h), Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

19
Dicky Fahrezy Mulya, Jumawan Jasman, dan Asriany Asriany, (2023) “Metode Analisis
Kebangkrutan Perusahaan Otomotif Dengan Perspektif Ekonomi Islam,” Ad-Deenar:
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 7, no. 01.

20

Anda mungkin juga menyukai