Pembiayaan Syariah
Firdaus, SE., MM
Topics:
01
Permasalahan Pembiayaan
02
Alat Ukur Risiko Pembiayaan
03
NPF/NPL
04 Rasio Liquiditas
Permasalahan Pembiayaan
pembiayaan tersebut.
Alat Ukur Risiko Pembiayaan
NPF
Non Performing
Financing
Rasio
Liquiditas
Current Ratio
Quick Ratio
FDR/LDR
Dan Lainnya
NPF/NPL
(Non Performing Financing/Loan)
NPL dan NPF pada dasarnya sama
NPL : Istilah untuk lembaga keuangan Konvensional sementara NPF : Untuk
lembaga keuangan syariah
Karena Loan/kredit hanya digunakan di konvensional, sementara di syariah
menggunakan istilah Pembiayaan/Financing
Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara kredit yang tidak
dikembalikan lagi oleh si peminjamnya (kredit macet), dengan total kredit yang
disalurkan oleh lembaga keuangan ke masyarakat
Tingkat Kelancaran
Pembiayaan Syariah
Diragukan
Dalam Perhatian
Khusus Macet
Jenis-Jenis NPF/NPL
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal
5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan
Lembaga Keuangan yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang
diperolehnya
Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan tersebut
tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi
bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada lembaga keuangan tersebut
cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi lembaga keuangan,
Riyadi (2006:156).
Rasio Liquiditas
Rasio Liquiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya
Beberapa rasiolikuiditas adalah sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rumus untuk mencari rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Liquiditas
b. Rasio Cepat/Quick Ratio
Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek)
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Semakin besar rasio
ini, semakin baik bagi perusahaan karena aktiva lancar yang paling likuid dalam
perusahaan dapat menutupi utang lancar. Rumus untuk mencari rasio cepat adalah
sebagai berikut :
Rasio Liquiditas
Semakin tingggi rasio FDR maka kemampuan bank tersebut semakin baik yang
mengandung pengertian bahwa bank dapat mengelola fungsi intermediasi secara
optimal
Rasio Liquiditas
c. FDR (Financing Deposit Ratio)
Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK)
bank syariah yang disalurkan untuk pembiayaan. Menurut Kasmir (2010) FDR
adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan
Semakin tingggi rasio FDR maka kemampuan bank tersebut semakin baik yang
mengandung pengertian bahwa bank dapat mengelola fungsi intermediasi secara
optimal
Standar FDR menurut Peraturan Bank Indonesia adalah sebesar 80%-100%. Oleh
sebab itu, rasio FDR harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Rasio Liquiditas