Dosen Pengampu :
1. IGA Sri Dhyanaputri, SKM.,MPH
2. Cok Dewi Widhya Hana Sundari, SKM.,M.Si.
Kelompok 3
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Paper Profesi,
Profesional, Profesionalisme Kode Etik” ini tepat pada waktunya Paper disusun untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Selain itu, Paper ini
bertujuan menambah wawasan tentang Profesi, Profesional, Profesionalisme Kode Etik bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu IGA Sri Dhyanaputri, SKM.,MPH, Cok Dewi Widhya Hana Sundari,
SKM.,M.Si. dan Bapak I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra, S.ST.,M.Si. selaku dosen
matakuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu-persatu, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.
Kami menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan paper ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam kode etik tenaga kesehatan
merupakan isu yang serius dan kompleks.
1.3 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Karakteristik Profesi
Menurut Lakshamana Roa dalam Assegaff (1985:19) yang dikutip dari media
online Media Kontroversi (2020), sebuah pekerjaan disebut profesi jika memenuhi
empat kriteria
1. kebebasan dalam pekerjaan itu;
2. panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu;
3. keahlian;
4. tanggung jawab yang terikat pada kode etik.
Syarat sebuah profesi diberikan oleh AECT (Association for Educational
Communication and Technology) dan dinyatakan Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia I pada tahun 1988. Keduanya memberikan beberapa syarat dalam
mendefinisikan suatu profesi, secara garis besar harus ada berikut ini.
4
melalui suatu proses pendidikan, di samping itu terdapat unsur semangat pengambilan
keputusan dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Dalam melakukan tugas profesi,
seorang profesional harus dapat bertindak objektif, yang artinya bebas dari rasa
sentimen, benci, malu, maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil
keputusan
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan tiga arti dari kata
profesional. Pertama, kata profesional merupakan kata sifat, yang berarti berkaitan
dengan profesi. Kedua, kata profesional diartikan dengan memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, misalnya pada kalimat “Ia adalah seorang juru masak
profesional”. Ketiga, profesional diartikan dengan mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya. Misalnya pertandingan tinju profesional.
Jika disimpulkan Profesional dapat diartikan sebagai orang yang melakukan
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu. Dengan mengandalkan
keterampilan dan keahlian terkait pekerjaan tersebut. Pelakunya pun memiliki
komitmen mendalam terhadap pekerjaan tersebut.
5
2.5 Prinsip Pokok Profesional
Prinsip-prinsip ini dipraktikkan dalam berbagai hal bahkan menjadi kebiasaan
dan sifat dari seorang profesional. Berikut beberapa prinsip yang erat kaitannya dengan
profesi dan para profesional.
1. Tanggung Jawab
Prinsip pertama dan merupakan prinsip pokok dari seorang profesional adalah
tanggung jawab. Prinsip tanggung jawab ini bisa dikatakan sebagai kewajiban. Hal
tersebut dapat terlihat ketika seorang profesional mampu bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya dari mulai hingga selesai. Selain itu, ia juga bertanggung jawab terhadap
dampak pekerjaan dan dampak dari profesi yang dijalankannya.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua ini menuntut para profesional untuk bersikap adil, dalam artian
mampu memenuhi hak dan kepentingan pihak tertentu. Ia mampu menjamin bahwa
tidak ada pihak yang dirugikan karena profesinya. Hal ini bisa dilihat ketika seseorang
tidak membeda-bedakan orang yang berkaitan dengan profesinya atau tidak melakukan
diskriminasi.
3. Otonomi
Maksud dari prinsip ini lebih ditujukan kepada pihak lain di luar para profesional,
untuk dapat memberikan kebebasan kepada mereka dalam menjalankan profesinya.
Dalam artian, mereka memiliki otonomi untuk menjalankan profesi dan menyelesaikan
tugasnya.
4. Integritas Moral
Prinsip terakhir adalah integritas moral, maksudnya seorang profesional adalah
seorang yang memiliki integritas moral tinggi. Hal tersebut tercermin dari kemampuan
mereka menjaga keluhuran profesinya, misalnya dengan patuh pada kode etik. Selain
itu juga pada tujuan kerja mereka untuk dapat bermanfaat bagi orang banyak.
6
1. Keterampilan (Skill)
Hal pertama yang dibutuhkan untuk menjadi profesional adalah keterampilan
(skill). Seseorang disebut sebagai profesional apabila ia terbukti sebagai orang yang
ahli di bidangnya. Tidak memandang bidang apa pun. Mulai dari bidang yang paling
sederhana hingga yang paling elite. Kemampuan seorang profesional bisa dilihat dari
keahliannya yang di atas rata-rata dari orang lain. Selain itu kemauan bekerja keras dan
pantang menyerah dalam memecahkan masalah serta selalu berinovasi merupakan
salah satu kelebihan yang dimiliki oleh seorang professional
2. Pengetahuan (Knowledge)
Hal pokok selanjutnya yang harus ada pada seorang profesional adalah
pengetahuan atau knowledge. Artinya, seseorang harus benar-benar menguasai atau
setidaknya memiliki wawasan atas ilmu yang berhubungan dengan bidangnya.
Biasanya seorang yang profesional akan selalu menambah ilmu yang mana tidak mudah
puas dengan pengetahuan yang dimilikinya saat ini.
3. Sikap (Attitude)
Sisi lain yang tidak kalah penting untuk seorang profesional adalah sikap (attitude).
Artinya, seseorang tersebut tidak sebatas pintar, tetapi juga mempunyai etika baik untuk
diterapkan di bidang masing-masing. Mampu bekerja baik mandiri maupun bekerja
secara kelompok, yang berarti dapat mengimbangi rekan kerja yang lainnya.
Melakukan sesuatu yang tidak semata hanya dilakukan karena uang, tetapi lebih
mengutamakan manfaat untuk bersama.
7
Secara sederhana, profesionalisme adalah cara berperilaku di tempat kerja yang
mewakili diri dan perusahaan dengan cara yang positif. Ini mencakup standar perilaku
yang mungkin diamanatkan dalam buku pegangan karyawan, seperti mematuhi kode
berpakaian tertentu, serta sifat-sifat yang lebih sulit dijabarkan tetapi tetap berharga
untuk menjadi profesional di tempat kerja. Profesionalisme bukan sekadar kriteria
dalam bentuk daftar persyaratan karena makna yang terkandung dalam profesionalisme
termasuk mewujudkan nilai-nilai perusahaan dan melayani sebagai perwakilan
perusahaan yang luar biasa. Profesionalisme adalah kemampuan melekat seseorang
untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka dan memberikan pekerjaan yang
berkualitas karena mereka terdorong untuk melakukannya. Profesionalisme juga
mencakup cara seorang karyawan berinteraksi dengan orang lain, termasuk rekan kerja,
pelanggan, dan supervisor. Profesionalisme termasuk berbicara dengan kolega dengan
sikap hormat, berperilaku dengan integritas dan sopan. Hal ini sangat penting di tempat
kerja karena menunjukkan bahwa kita tidak hanya peduli dengan karier kita, tetapi juga
menghormati kolega, dan ini akan sangat bermanfaat pada masa depan (Sukoco et al.,
2018)
8
5. Kelola waktu secara efisien
Tetapkan prioritas, tetapkan tujuan, dan buat rencana tindakan untuk memenuhi
tenggat waktu.
6. Tunjukkan integritas
Selalu bertanggung jawab atas pekerjaan dan tindakan dengan selalu
berperilaku etis
7. Memberikan keunggulan
Menghasilkan pekerjaan dan hasil yang mencerminkan rasa bangga dan
profesionalisme.
8. Jadilah pemecah masalah
Ketika mengalami masalah dan rintangan, luangkan waktu untuk memikirkan
beberapa solusi dan alternatif.
9. Berkomunikasi secara efektif
Berlatih keterampilan komunikasi profesional baik secara online maupun secara
langsung.
10. Mampu mengelola emosi
Belajar untuk mengelola emosi dan dapatkan kesadaran tentang pemicu
emosional diri sehingga dapat mengelola reaksi diri secara positif dan produktif.
Terima dan renungkan umpan balik untuk membantu saat belajar dan tumbuh.
11. Bangun relasi
Buat jaringan dengan kolega, pelanggan, dan klien untuk membangun
hubungan ramah profesional, bekerja dalam tim, dan berkolaborasi secara efektif.
9
nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan
rumusan norma moral manusia yangmengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi
tolok ukurperbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya
pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya. Setiap kode etik profesi selalu
dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi, lengkap, dalam bahasa yang baik,
sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Kode etik tidak mengatur
hak-hak anggota tetapi hanya kewajiban-kewajiban anggota (Syamsuddin & Pabbu,
2012).
10
2.11 Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang profesional agar tidak merusak etika profesi. Menurut Sumaryono
(1995) mengemukakan 3 hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi,
yaitu:
1. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
Kode etik profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan serta yang
tidak boleh dilakukan. Dalam artian kode etik profesi memberikan pedoman bagi
setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan sehingga para
profesional dapat menjalankan profesinya tanpa terjadinya suatu konflik sesama
profesional baik moral maupun material.
2. Sebagai sarana kontrol sosial.
Etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar
juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
Untuk mencegah terjadinya campur tangan pihak lain di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam dalam keanggotaan profesi, dapat dijelaskan bahwa
para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan (Amin, 2017).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang. sebuah pekerjaan disebut
profesi jika memenuhi empatkriteria : kebebasan dalam pekerjaan itu, panggilan dan
keterikatan dengan pekerjaan itu, keahlian, tanggung jawab yang terikat pada kode
etik.
2. Profesional dapat diartikan sebagai orang yang melakukan pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu. Dengan mengandalkan keterampilan dan keahlian
terkait pekerjaan tersebut. Pelakunya pun memiliki komitmen mendalam terhadap
pekerjaan tersebut. Ciri dari profesional yaitu memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang tinggi, memiliki kode etik. Prinsip pokok dari profesional yaitu tanggung jawab,
prinsip keadilan, otonomi, integritas moral. Adapun beberapa syarat umum
profesional yaitu keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), serta sikap
(attitude).
3. Secara sederhana, profesionalisme adalah cara berperilaku di tempat kerja yang
mewakili diri dan perusahaan dengan cara yang positif. Ini mencakup standar perilaku
yangmungkin diamanatkan dalam buku pegangan karyawan, seperti mematuhi kode
berpakaiantertentu, serta sifat-sifat yang lebih sulit dijabarkan tetapi tetap berharga
untuk menjadi profesional di tempat kerja. Produktif, mengembangkan citra
profesional merupakan salah satu cara pengimplementasian profesionalisme.
4. Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata
masyarakat. Salah satu tujuan dari kode etik profesi yaitu untuk menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi. Terdapat tiga hal pokok yang menjadi fungsi dari kode
etik profesi yaitu, sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik, sarana kontrol
sosial serta sebagai pencegah campur tangan dari pihak lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Y. (2017). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. In Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medis (p. 229).
Faizzah, I., Sari, C. F., Rahmawati, A. I., Diwanti, A. N., Nuraini, F. A., Ratnasari, F., ... &
Bariq, F. F. D. (2023). PENEGAKAN KODE ETIK TANGGUNG JAWAB
PROFESI TENAGA KESEHATAN. Jurnal Hukum dan HAM Wara Sains, 2(07),
526-531.
Sukoco, E. H., Sri, M., & Widiastuti, S. P. (2018). Prinsip Dasar Etika, Profesi,
danProfesionalisme Bidang Teknologi Informasi. In Pustaka.Ut.Ac.Id (pp. 1–37).
Syamsuddin, R., & Pabbu, A. (2012). KODE ETIK DAN HUKUM KESEHATAN
(Patawari(ed.)). Kedai Aksara.
Prihanto, J., Pakpahan, D. F., & Tarigan, D. P. (2022). Peran Kode Etik Untuk Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Kristen. Journal of Industrial
Engineering & Management Research, 3(3), 157-163.
Faizzah, I., Sari, C. F., Rahmawati, A. I., Diwanti, A. N., Nuraini, F. A., Ratnasari, F., ... &
13