OLEH:
KELOMPOK I1 KELAS 3B
1.Anisa Asafitri Delica (201110042)
2.Erika Amelia (201110048)
3.Husnul Khatimah Fauziyah (201110053)
4.Mutiara Yanesa (201110060)
5.Riri Septiara (201110073)
DOSEN PEMBIMBING
1. DR.BURHAN MUSLIM,SKM,M.Si
2.R.FIRWANDRI MARZA,SKM,M.Kes
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan kepada
penulis intuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah etika provesi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah pendidikan budaya anti
korupsi di Poltekes Kemenkes Padang. Selain itu makalah ini kami juga berharap dapat
berguna dan menambah wawasan .
Penulis mengucapkan terima kasih karena tugas yang diberikan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan pengetahuan terkait bidang yang ditekuni penulis. Dan penulis juga
berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu proses dan berpartisipasi dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari betul makalah ini sangatlah jauh dari kata sepurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran teman-teman akan sangat membantu mengobarkan semangat kami untuk
membuat makalah selanjutnya.
KELOMPOK II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Profesi Kesehatan Lingkungan.........................................2
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku.....................................................................4.
2.2.1. Faktor predisposisi (predisposing factors) .........................................................4
2.2.2. Faktor pemungkin (enabling factor) ..................................................................5
2.3 Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku...........................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…....................................................................................................................16
3.2 Saran…..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess",yang
bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen".
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,[[teknik desainer, tenaga pendidik.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai
lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk
pertandingan tinju yang dilakukannya, sement olahraga tinju sendiri umumnya tidak
dianggap sebagai suatu profesi.
1.3 TUJUAN
1.Tujuan Khusus
2.Tujuan Umum
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Akhmad Tafsir seseorang di sebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria
sebagai berikut :
2
3. Profesi memiliki teori –teori yang baku secara universal
1. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik) tidak boleh sama
dengan pekerjaan yang di lakukan oleh profesi yang lain.
2. bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat (public
sevice) pekerjaan yang bersifat pengabdian lazimnya lebih banyak pengorbanannya
dari pada keuntungan ekonomi finansialnya.
3. Profesi harus mempunyai keterampilan khusus, yang tidak dimiliki oleh profesi yang
lain.
4. Profesi harus mempunyai sikap dan kpribadian yang khas, yang menandakan Profesi
itu berbeda dengan profesi yang lain.
5. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang akan berfungsi sebagai wadah
untuk menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.
6. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi para anggotanya yang
di kenal dengan nama kode etik profesi.
7. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan Profesi, yaitu organisasi yang bertugas
mengawasi perilaku para anggotanya dalam melaksakan tugasnya sehari- hari dan
memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat pelanggaran kode etik yang
dilakukan para anggotanya.
3
Tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu” kode etik profesi
untuk masing-masing bidang profesi. Tiga prinsip etika profesi yang paling kurang untuk
semua profesi pada umumnya.
1. Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu
bersikap bertanggung jawab dalam dua arah, yaitu :
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. .Terhadap dampak dari segi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya
3. Otonomi.
Dalam code of Professional Ethics (APA, 2003:4), suatu etika profesi menuntut memiliki
prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari kewajiban moral anggotanya yang berupa :
1. Respect for rights and dignity of the person, yaitu prinsip yang selalu menghormati
hak dan martabat manusia .
2. Competence, yaitu kemampuan atau keahlian yang sesuai dengan bidang kerja yang
ditekuni.
3. Responsibility, yaitu tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas.
4. Integrity, yaitu tidak terpisah-pisah antara hak dan kewajiban, selalu ada
keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban di setiap tugasnya.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku.
1. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari
4
oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007).
2. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan
mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-
komponen cognitive, affective danbehavior (dalam Linggasari, 2008).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima
(receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing),
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab atas segala
suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan
paling tinggi manurut Notoatmodjo(2011).
yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang,
peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut Notoatmodjo(2007).
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo (2004) dalam
Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu
5
1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk
kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam
individu (endogen), antara lain:
Jenis Ras Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda dengan
yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih (Kaukasia), ras kulit
hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
Jenis Kelamin Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan pertimbangan
rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan emosional.
Sifat Fisik Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
Sifat Kepribadian Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang
dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Perilaku
manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki
individu.
Bakat Pembawaan Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B.
Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu lebih sedikit
sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
Intelegensi Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh karena itu
kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang dalam
pengambilan keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu
yang memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan akan bertindak
lambat
a. Faktor Lingkungan
6
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam interkasi
manusia dengan lingkungan.
Usia Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga dalam menentukan
sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas responden akan cenderung mempunyai
perilaku yang positif dibandingkan umur yang dibawahnya. Menurut Hurlock (2008)
masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), masa
dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa akhir (>61 tahun). Menurut Santrock
(2003) dalam Apritasari (2018), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik
secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran sosial.Perkembangan sosial
masa dewasa awal adalah puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Pendidikan Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses
belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut
Notoatmodjo (2003), pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan
demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tepat dalam
menentukan perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan meningkatkan
derajat kesehatan.
Pekerjaan Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia dalam
menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan sesuatu serta
mendapatkan penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003).
Sedangkan menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu dan kadang cenderung menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan
kesehatan diri.
Agama Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam konstruksi
kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan
berperilaku individu.
Sosial Ekonomi Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial. Menurut Nasirotun
(2013) status sosial ekonomi adalah posisi dan kedudukan seseorang di masyarakat
berhubungan dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang
dimiliki. Menurut Sukirno (2006) pendapatan merupakan hasil yang diperoleh
7
penduduk atas kerjanya dalam satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan
atau tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap
individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya pendapatan
digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang
rendah cenderung tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang
memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja
mereka lebih baik dan maksimal.
Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban
manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu
sendiri.
2.Faktor-Faktor Lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf pusat, persepsi
dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
antara lain:
Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan tradisi dan
kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut seseorang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Azwar (1995), bahwa berbagai bentuk media
massa seperti : radio, televisi, majalah dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak
menerima informasi dari berbagai sumber maka akan meningkatkan pengetahuan
seseorang sehingga berperilaku ke arah yang baik.
Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan
baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan
8
2.3 Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku
Strategi Perubahan Perilaku Perubahan yang efektif tergantung individu yang terlibat,
tertarik, dan berupaya selalu untuk berkembang dan maju serta mempunyai suatu komitmen
untuk bekerja dan melaksanakannya. proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks
terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau
menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak
setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaannya.
a. Inforcement
Perubahan perilaku melalui perubahan yang dilakukan dengan paksaan, dan atau
menggunakan peraturan atau perundangan. model perubahan ini akan menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
b. Education Perubahan
perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau
penyuluhanpenyuluhan. Model perubahan akan menghasilkan perilaku yang langgeng,
tetapi memakan waktu lama
9
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku, dikelompokkan menjadi tiga:
Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik dan perubahan perilaku
cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan pikiran bahkan sering terjadi pada
individu tersebut. Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu bisa menerima informasi-
informasi yang mereka butuhkan, apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku.
Individu yang demikian cenderung memberontak dan bahkan mungkin cenderung berfikir
negatif terhadap pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan, meskipun perubahan
perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh karena itu cara perubahan perilaku ini
cenderung tidak efektif, contoh seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok
gigi sehabis makan dan sebelum tidur,awalnya anak tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena
paksaan dari orang tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan prilaku anak
tersebut, karena dipaksa oleh orang tuannya si anak menjadi mau melakukannya. Orang tua
yang menyuruh anaknya melakukan aborsi ,dan meminta bantuan kepada bidan. awalnya si
bidan tidak mau melakukan aborsi, tapi karena diberi imbalan yang begitu besar dan si bidan
dipaksa untuk mau melakukannya dan akhirnya ia mau melakukan aborsi. Seorang ibu yang
telah mempunyai banyak anak dengan jarak anak yang terlalu dekat. Lalu hamil lagi pada
usia 45 tahun, dan tenaga kesehatan menyarankan dan memaksa ibu tersebut untuk menjalani
program kb dan suaminya juga memaksa. Beberapa upaya telah dilakukan dan tenaga
kesehatan juga sudah mengatakan resiko hamil dan melahirkan pada usia tersebut agar si istri
mau KB tapi si ibu tersebut tidak mau karena si ibu berpendapat bahwa banyak anak banyak
10
rezeki tapi setelah mendengar pemberitahuan dari si bidan, si ibu jadi mau untuk menjadi
aseptor KB.
Bahasa
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula
alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
11
penghayatan ini cenderung dari pengalaman pribadi individu tersebut atau bahkan
mengadopsi dari pengalaman orang lain. Seseorang yang merasa perilaku tersebut pantas dan
harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan melakukan perubahan perilaku dalam
dirinya. Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang kurang peduli akan kebersihan rumahnya.
Suatu ketika anaknya menderita demam berdarah dan ini memmbuat ibu tersebut menyadari
bahwa perilakunya yang tidak mau peduli dengan kebersihan rumahnyalah yang membuat
anaknya menderita demam berdarah. Dan inilah yang membuat ibu tersebut sadar betapa
pentingnya menjaga kebersihan rumahnya agar kesehatan keluarga tetap terjaga. Seorang
bapak yang merupakan perokok aktif sejak usia muda menderita penyakit gangguan
pernafasan dan paru-paru. Setelah beberapa kali memeriksakan diri ke dokter dan dokter
tersebut meminta agar bapak tersebut untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak tersebut
tidak mempedulikan nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata penyakitnya
semakin parah dengan stadium lanjut. Kemudian bapak tersebut teringat kembali dengan
saran dokter untuk berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa dia
memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak tersebut mencoba untuk
berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan penyakitnya mulai berkurang.
5.Proses Perubahan Perilaku Proses perubahan perilaku telah banyak dijelaskan oleh
para ahli perilaku, menurut Roger (1962) yang mengembangkan teori dari Lewin (1951)
tentang 3 tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat
dalam perubahan dan lingkungan dimana perubahan tersebut dilaksanakan. Roger
menjelaskan 5 tahap dalam perubahan, yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan
penerimaan atau dikenal juga sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial and
Adoption). Menurut Roger E untuk mengadakan suatu perubahan perlu ada ada langkah yang
di tempuh seningga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkah-
langkah tersebut antara lain:
Tahap awarness Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti
bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran untuk
berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah. Maka tidak mungkin
tercipta suatu perubahan.
Tahap interest Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul
perasaan minat terhadap perubahan yang dikenal. Timbul minat yang
mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
12
Tahap evaluasi Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap suatu yang baru agar
tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan.
Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan
perubahan.
Tahap trial Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap suatu yang baru atau
hasil perubahan dengan harapan suatu yang baru dapat diketahui hasilnya
sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada dan memudahkan untuk diterima
oleh lingkungan.
Tahap adoption Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu
proses penerimaan terhadap suatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan
merasakan adanya manfaat dari suatu yang baru sehingga selalu
mempertahankan hasil perubahan.
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah
perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah perilaku:
1.Menyadari
2.Mengganti
13
keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah. Contoh : Dulu seorang bidan atau
perawat melakukan perawatan tali pusat dengan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau
alkohol. Kemudian bidan atau perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar
bayi terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based
maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan kemungkinan infeksi.
Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah
dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya
pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang
baik bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan
infeksi.
Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan membubuhi
tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan tali pusat tanpa
membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan
tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya.
Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding Attachment, ibu
cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan
agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasca persalinan yang melelahkan. Akan
tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong
persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini dilakukan
karena sangat penting terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera
setelah persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan
bayinya.
3.Mengintrospeksi
14
perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm. Dulu penghisapan
lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan membantu proses pernafasan bayi.
Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif. Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan
jiwa bayi bila tidak dilakukan dengan benar.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 Saran
2. Ilmu yang kita dapat bukan hanya sekedar di ketahui tapi dapat di terapkan dalam
kehidupan bermasyarakat
16