Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu hal yang sering kali sulit dilakukan oleh seorang professional dalam bisnis
adalah menyeimbangkan antara idealism profesi dan tuntutan para pengusaha yang sering
mengesampingkan norma-norma etika demi tercapainya tujuan bisnis pada umumnya, yaitu
keuntungan. Kode etik dalam bisnis mengupayakan untuk mencegah terjadinya benturan-
benturan kepentingan yang akan merugikan beberapa pihak, walaupun masih dalam
himbauan, sebab berbeda dengan kaidah hukum yang dengan tegas akan memberikan sanksi
nyata bagi para pelanggannya secara hukum, sedangkan pelanggran kode etik belum
mempunyai sanksi yang dapat dilaksanakan. Hanya dengan kesadaran para pelaku bisnis,
kode etik akan ditaati bersama sehingga hal tersebut justru akan dapat melindungi bisnis yang
dikelolanya.

Sikap jujur dan patuh terhadap standar etika bisnis akan dapat menumbuhkan rasa
saling percaya, saling menghormati di antara para pelaku bisnis, yang pada gilirannya akan
berdampak pada adanya efisiensi dalam berusaha serta menciptakan ikim persaingan yang
sehat di dunia bisnis sehingga kepentingan semua pihak yang terkait, termasuk pelanggan
akan dapat dilayani dengan memuaskan tanpa benturan-benturan. Penerapan prinsip etika
bisnis dalam menjalankan usaha adalah sebuah keharusan dan mencakup seluruh aspek yang
ada di suatu perusahaan. Pada praktiknya dalam perusahaan, prinsip etika bisnis tersebut akan
membentuk nilai, norma, dan perilaku para pekerja, mulai dan bawahan hingga atasan.
Dengan demikian dalam makalah ini maka akan dijelaskan apa saja prinsip dan kode etik
dalam bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Profesi ?
2. Bagaimana bisnis dikatakan sebagai Profesi ?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Etika ?
4. Apa yang dimaksud dengan Etika lingkungan hidup ?

1
5. Apa yang dimaksud dengan Paradigma Etika Lingkungan ?
6. Apa saja Kode Etik Di Tempat Kerja ?
7. Bagaimana perbandingan Kode Etik ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Profesi.
2. Dapat mengetahui bisnis yang dikatakan sebagai profesi.
3. Dapat mengetahui apa saja prinsip etika dalam bisnis.
4. Dapat mengetahui apa itu etika lingkungan hidup.
5. Dapat mengetahui paradigma etika lingkungan.
6. Dapat mengetahui apa saja kode etik ditempat kerja.
7. Dapat mengetahui bagaimana perbandingan kode etik dalam bisnis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PROFESI

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :


Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian,
2. Menurut Hidayat Nur Wahid :
Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang,sebuah pekerjaan
yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni. Sehingga
orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang tersebut.
3. Menurut Kanter (2001) :
Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki keahlian
khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, sehingga dapat
membimbing atau memberi nasihat/saran atau juga melayani orang lain dalam
bidangnya sendiri.
4. Menurut Sonny Keraf (1998) :
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam.
5. Menurut Brooks (2004) :
Profesi adalah suatu kombinasi fitur, kewajiban dan hak yang kesemuanya dibingkai
dalam seperangkat nilai-nilai profesional yang umum, nilai-nilai yang menentukan
keputusan dan tindakan dilaksanakan.
6. Menurut Prof. Dr. Widjoyo Nitisastro :
Profesi adalah karyanya berarti hasil karya dari seorang profesional dan kaidah berarti
pedoman, aturan, norma, asas. Dalam kaitannya dengan profesi, diperlukan minimal
tiga unsur kaidah yaitu: kaidah pengetahuan (keilmuan), kaidah ketrampilan (teknis),
kaidah tingkah laku (kode etik).

Dengan menyimak berbagai definisi tersebut, dapat diketahui bahwa definisi yang
diberikan mulai dari sangat luas sampai ke definisi yang khusus dan terbatas.

3
1. Definisi yang sangat luas, profesi adalah sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih.
dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni secara konsisten, sehingga orang bisa
menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang tersebut.
2. Definisi lebih sempit, profesi adalah pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan
keterampilan khusus
3. Definisi yang lebih khusus lagi, profesi ditandai oleh tiga unsur penting yaitu
pekerjaan, pendidikan atau keterampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-
nilai etis.

Secara lebih rinci pengertian profesi ditandai oleh cin-ciri sebagai berikut:

1. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.


2. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tinggi.
3. Pengetahuan, keahlian dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatihan dan praktik atau pengalaman langsung.
4. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
5. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
6. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk
hidup layak.
7. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan
program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan,
menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi tersebut.
8. Ada ijin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

B. BISNIS SEBAGAI PROFESI

Profesi dalam arti luas diartikan sebagai "pekerjaan sebagai penunjang nafkah hidup"
maka, semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Bisnis dianggap sebagai profesi
karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu profesi, yaitu:

1. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
2. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan yang dilaksanakan oleh jajaran
manajemen menuntut pengetahuan dan ketrampilan tinggi, baik melalui pendidikan
formal maupun pelatihan dan pengalaman.

4
3. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
4. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis.

C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois. A Nugroho,
2001):
 Tanggung jawab Bisnis dari Shareholders ke Stakeholders
 Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis.
 Perlaku Bisnis.
 Menghormati Aturan en Dukungan bagi Perdagangan Multilateral
 Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam
 Menghindari Operasi-operasi Tidak Etis

2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998):


Ada 5 prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan praktik
bisnis, yaitu:
 Prinsip Otonomi, Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan
tanggung jawab.
 Prinsip Kejujuran, Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan
adalah yang dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini
juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan
perjanjian yang telah disepakati.
 Prinsip Keadilan, Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua
pihak secara adil (fair), yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai
aspek, baik dari aspek ekonomi (menyangkut distribusi pendapatan), aspek hukum
(dalam hal perlakuan yang sama di mata hukum), maupun aspek lainnya-seperti:
agama, ras, suku, dan jenis kelamin.
 Prinsip Saling Menguntungkan , Prinsip saling menguntungkan menanamkan
kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya
dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak
merasa diuntungkan.
 Prinsip Integritas Moral, Inti dari prinsip integritas moral ini adalah apa yang disebut
sebagai the golden rule atau kaidah emas, yaitu: "Perlakukan orang lain sebagaimana

5
Anda ingin diperlakukan dan jangan dilakukan pada orang lain apa yang Anda tidak
ingin orang lain perlakukan kepada Anda."

3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005):


Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilaku moral. Contoh: Kejujuran, pegang
janji, membantu orang lain dan menghormati hak-hak orang lain.
4. Prinsip etika bisnis menurut Weiss (2006):
Ada empat prinsip etika yaitu: martabat, hak kewajiban, kewajaran dan keadilan.

D. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

1. Isu lingkungan hidup

Etika dari sudut pandang manusia sebagai satu-satunya pusat pertimbangan moral
yang disebut moral patient menurut Frankena (dalam Alois A. Nugroho, 2001) meliputi:

 Teori deontologi (teori kewajiban) Perilaku etis hanya dilihat dari sudut pandang
manusia, yaitu sejauh mana setiap orang menghargai, mempertimbangkan,
memelihara dan memberdayakan umat manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagai manusia.
 Teori teleologis (teori konsekuensi akibat) Perilaku etis juga hanya menyorot
kepentingan umat manusia dilihat dari konsekuensi atau akibat dari setiap keputusan
dan tindakan manusia terhadap manusia lainnya.
 Teori teonom (kepercayaan pada Tuhan) Pemaknaan ajaran agama juga dilihat dari
sudut pandang manusia sebagai pusat perhatian, dalam hubungannya manusia dengan
Tuhan atau kekuatan tak terbatas, dan sejauh mana umat manusia telah beriman dan
menaati perintahnya.

Bertens (2001) pertumbuhan ekonomi global saat ini memunculkan enam persoalan
lingkungan hidup, yaitu :

 Akumulasi Bahan Beracun

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini umumnya
membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran yang pada akhirnya mengalir ke sungai-

6
sungai dan laut Bukan saja air sungai dan laut yang mulai tercemar. Belum lagi, saat ini
makin banyak dijumpai kasus di mana produk hasil pertanian dan hasil olahan industri rakyat
seperti tahu, tempe, bakso, diawetkan dengan formalin.

 Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)

Gas polutan penyebab pemanasan global sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara), yang saat ini masih menjadi sumber energi
terbesar di dunia untuk industri, transportasi, dan keperluan rumah tangga. Selain itu,
pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai bencana, seperti kekeringan, banjir,
badai, dan topan akibat iklim yang tidak menentu, mengganggu pola hidup flora dan fauna,
mengacaukan pola tanam petani dan pola penangkapan ikan nelayan di laut, merubah habitat
hama dan penyakit dan sebagainya.

 Perusakan Lapisan Ozon

Kegunaan lapisan ozon (O) bagi bumi dan suluruh isinya adalah untuk melindungi
semua kehidupan di bumi dan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Bahaya
radiasi sinar ultraviolet ini, antara lain bisa menyebabkan kanker kulit, penurunan sistem
kekebalan tubuh, katarak, serta kerusakan bentuk-bentuk (spesies) kehidupan di laut dan di
daratan. Ada laporan bahwa bukan saja telah terjadi penipisan ozon, tetapi juga telah terjadi
perobekan sehingga menimbulkan lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut.
Penyebab paling umum dari kerusakan lapisan ozon ini adalah gas polutan yang
disebutchloro-fluoro-carbon (CFC).

 Hujan Asam (Acid Rain)

Hujan asam ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus
berlangsung. maka hujan asam dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan
merusak gedung gedung

E. PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN

Berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi diabaikan bila ingin memahami dan
menyadari bahwa perilaku manusia juga berpengaruh terhadap keberadaan bumi beserta
seluruh isinya, bukan hanya menentukan keberadaam umat manusia saja. Sehubungan dengan

7
hal ini, ada beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang dalam
memahami etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.

1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan
tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada
generasi saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada generasi-generasi
mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut
pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan benda
bumi nonorganisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan.
3. Etika ekosistem, menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya (bumi
dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat raya)
dianggap sebagai moral patients.

F. KODE ETIK DI TEMPAT KERJA

1. Kode Etik Sumber Daya manusia (Human Resource):

A.M Lilik Agung (2007) mencatat ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM,
yaitu:

 Peran administratif, yaitu suatu peran awal/tradisional di mana peran Departeman


SDM hanya pada seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji, upah,
serta data karyawan.
 Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan produktivitas,
loyalitas, dan lingkungan kerja karyawan.
 Peran Agen Perubahan, yaitu suatu peran di mana Departemen SDM berfungsi
sebagai agen perubahan. Untuk mengemban peran baru ini, Departemen SDM
memperluas cakupan materi pelatihan yang diberikan, bukan hanya yang menyangkut
aspek teknis tetapi juga aspek nonteknis-seperti: perilaku dan etika-terutama untuk
membangun integritas, keuletan, serta kemampuan untuk selalu mampu menghadapi
berbagai perubahan lingkungan.
 Peran Mitra Strategis. Pada peran ini, Departemen SDM dilibatkan dalam
merumuskan berbagai kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama agar

8
Departemen SDM dapat segera melaksanakan program penyelarasan (alignment)
antara kepentingan bisnis dan kepentingan individual karyawan.

Weaver, Travino, dan Cochran (dalam Brooks,2003:149) menyatakan diperlukan enam


dimensi program etik agar kode etik dapat dipenuhi, yaitu:

 Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi
oleh suatu asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga/entitas tertentu.
 Komite Etika, yaitu entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.
 Sistem komunikasi etika, yaitu suatu media atau cara untuk menyosialisasikan kode
etik dan perubahannya, termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat
dua arah-antara pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam suatu
entitas/organisasi.
 Pejabat etika (ethics officers, ombuds persons), yaitu pihak yang mengoordinasikan
kebijakan, memberikan pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran
etika.
 Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
dan membantu karyawan dalam merespons masalah-masalah etika.
 Proses penetapan disiplin dalam hal terjadi perilaku tidak etis.

Tabel 1.1

Topik yang dijumpai dalam Kode Etik Perusahaan

no Topik
1 Prisip-prinsip Etika: keyakinan, kejujuran, keadilan, rasa kasih, integritas
prediktabilitas, responsibilitas.

2 Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan


3 Visi, Misi dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas.
4 Kerangka proses keputusan etis.

5 Kapan perlu nasehat dan kepada siapa meminta nasihat.


6 Topik-topik khusus untuk temuan diatas 5 % yang berhubungan dengan
karyawan, pemasok dan kode usaha patungan:

9
 Penyuapan
 Konflik kepentingan
 Keamanan informasi
 Penerimaan hadiah
 dll

Hak-hak karyawan menurut Sony Keraf (1998) antara lain:

 Hak atas pekerjaan yang layak.


 Hak atas upah yang adil.
 Hak untuk berserikat dan berkumpul.
 Hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan.
 Hak untuk diproses hukum secara sah.
 Hak untuk diperlakukan secara sama
 Hak atas rahasia pribadi.
 Hak atas kebebasan suara hati.

2. Kode Etik Pemasaran:

Ringkasan Kode Etik Menurut American Marketing Association (AMA) :

 Tanggung jawab (responsibilities), pelaku pemasaran harus bertanggung jawab atas


konsekuensi aktivitas mereka dan selalu berusaha agar keputusan, rekomendasi dan
fungsi tindakan mereka mengidentifikasi, melayani, dan memuaskan masyarakat
(publik) yang relevan para pelanggan, organisasi dan masyarakat.
 Kejujuran dan kewajaran (honesty and faimess), pelaku pemasaran harus menjaga dan
mengembangkan integritas kehormatan dan martabat profesi pemasaran.
 Hak (Rights) dan Kewajiaban (Duties).
 Hubungan organisasi (organizational relationships).

3. Kode Etik Akuntansi


Ringkasan Kode Etik Menurut Insitute of Management Accountant:

10
a) Kompetensi
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan beranggung jawab:
 Memelihara tingkat kompetensi professional yang layak dengan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
 Menjalankan kewajiban profesional dengan mematuhi hukum, peraturan dan
standar teknis yang relevan.
 Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap dan jelas setelah
melakukan analisis terhadap informasi yang andal dan relevan

b) Kerahasiaan
Praktisi akuntansi dan manajemen keuangan bertanggung jawab:
 Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia.
 Memberitahukan kepada bawahan menyangkut kerahasiaan informasi.
 Menahan diri dari keinginan untuk menggunakan informasi rahasia sebagai
alat untuk kepentingan tidak etis.

c) Integritas
Praktisi akuntansi dan manajemen keuangan bertanggung jawab:
 Menghindari konflik kepentingan.
 Menahan diri untuk melakukan ikatan dalam setiap aktivitas yang dapat
menimbulkan prasangka menyangkut kemampuannya menjalankan kewajiban
secara etis.
 Menahan setiap pemberian, kemurahan hati, dan pelayanan yang dapat
memengaruhi atau tampaknya memengaruhi tindakan mereka.
 Menahan diri baik secara aktif maupun pasif dari tindakan yang menyimpang
terhadap pencapaian tujuan etis dan legitimasi organisasi.
 Mengungkapkan dan mengkomunikasikan keterbatasan profesional.
 Mengomunikasikan informasi yang tidak menyenangkan dan yang
menyenangkan.
 Menahan diri dari suatu ikatan yang dapat mendeskreditkan profesi.

d) Objektifitas

11
Praktisi akuntansi dan manajemen keuangan bertanggung jawab:
 Mengkomunikasikan informasi secara adil dan objektif
 Mengungkapkan informasi relevan.

e) Resolusi atas konflik Ets


Dalam mengatasi isu etika yang signifikan, praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen keuangan harus mengikuti kebijakan organisasi yang telah ditentukan..
Bila kebijakan tersebut tidak mampu memecahkan konflik etis, maka praktisi harus
mempertimbangkan langka-langkah berikut:
 Mendiskusikan masalah dengan atasan langsung.
 Mengklarifikasi isu yang relevan melalui diskusi rahasia.
 Mengundurkan diri dari organisasi dan memberikan nota memorandum
kepada perwalikan oraganisasi.

f) Kode Etik Keuangan:


Kode Etik Dalam Association for Investment Management and Research (AIMR) :
 Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis
dalam berhubungan dengan public, pelanggan, calon pelanggan dan lain
sebagainya.
 Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan professional.
 Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan
kompetensi pihak lain.d. Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian
yang bersifat independen.

Standar-standar perilaku professional juga meliputi:

 Tanggung jawab fundamental.


 Hubungan dan tanggung jawab atas profesi. Hubungan dan tanggung jawab pada
atasan.
 Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan.
 Hubungan dan tanggung jawab kepada publik.

12
g) Kode Elik Teknologi Informasi:

Kode Etik Association for Computing Machinary (ACM): Komitmen terhadap kode
etik professional diharapkan bagi setiap anggota (anggota yang mempunyai hak suara,
anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari Association for Computing Machinary (ACM).
Kode ini mencakup 24 keharusan yang dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung
jawab pribadi, mengidentifikasi unsur-unsur seperti komitmen.

ACM mencakup: kontribusi bagi masyarakat dan kesejahteraan umat manusia,


menghindari merugikan orang lain, jujur dan dapat dipercaya, adil dan tidak melakukan
diskriminasi, menghormati hak kekayaan dan hak cipta dan hak paten, memberikan
penghargaan atas kekayaan intelektual, menghormati privasi dan menghargai kerahasiaan.

h) Kode Etik Fungsi Lannya:

Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya yang
akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran yang dimainkan
oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di suatu perusahaan. Walaupun bagian
produksi tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, namun kualitas produk yang
dihasilkan sangat menentukan kinerja fungsi pemasaran.

G. PERBANDINGAN KODE ETIK

Tabel 1.2

Topik-topik Kode Etik dalam Perbandingan

American Institute Association for Association for


Marketing management investment computing
Association accountants management and
(AMA) research (AIMR)
Tanggung jawab kopentensi kompetensi Tanggung jawab
Kejujuran dan integrasi Integritas martabat Jujur dan dapat
kewajaran dipercaya
Hak dan Kerahasiaan, Kerahasiaan : laporan Kerahasiaan,
kewajaran objektif menggunakan menghormati hak

13
informasi independen kekayaan intelektuall
Hubungan Resolusi atas konflik Kehati-hatian : Adil dan tidak distri:
organisasi etis laporanmenggunakan menghormati privasi
informasi non publik orang lain.

1) Integritas
Banyak yang mengitepretasikan integritas sama dengan keujujuran, meski
sebenarnya konsep integritas lebih luas dari konsep kejujuran. Kejujuran hanya
merupakan salah satu unsur yang membangun integritas seseorang. Menurut Cloud,
Pengertian integritas bukan hanya sekedar berarti jujur, tetapi juga menyiratkan
adanya sifat utuh, tidak terbagi, menyatu, kokoh, serta konsisten. Pandangan lain
dikemukakan oleh Julian M dan Alfred (2007) yang mengatakan bahwa integritas
merujuk pada segala hal yang membuat seseorang bisa dipercaya.
Dengan menyimak kedua pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
integritas menyiratkan pengertian keutuhan atau keseimbangan, menjadi dasar atau
pondasi untuk membangun kepercayaan, meliputi banyak atribut atau kualitas terkait
untuk membangun karakter atau pribadi utuh,

2) Whistleblowing

Menurut Sonny Keraf (1998). Whistleblowing dalam konteks etika adalah tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.

3) Kompetensi

Dalam arti luas, Kompetensi mencakup penguasaan ilmu atau pengetahuan dan
keterampilan atau skill yang mencukupi, seta mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai
untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya. Bila kompetensi mencakup ketuga unsure ini,
pegetahuan, ketampilan, sikap dan perilaku, maka orang yang kompeten sama artinya dengan
orang yang professional.

i) Objektifitas dan Independensi

14
Objektif Berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu didasarkan
atas fakta, atau bukti yang mendukung. Konsep ini menyiratkan bahwa segala sesuatu
diungkapkan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur dan wajar.

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Pada praktiknya dalam perusahaan, prinsip etika bisnis akan membentuk nilai, norma,
dan perilaku para pekerja, mulai dari bawahan hingga atasan. prinsip etika bisnis yang
dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu: prinsip otonomi,
prinsip kejujuran, prinsip keadilan prinsip saling menguntungkan dan prinsip
integritas moral.
2. Kode etik dalam bisnis mengupayakan untuk mencegah terjadinya benturan-benturan
kepentingan yang akan merugikan beberapa pihak, walaupun masih dalam himbauan,
Kode etik ditempat kerja terdiri dari 6 macam, yaitu:
a. Kode etik sumberdaya manusia, meliputi 5 (lima) peran peran adminstratif,
peran kontribusi, peran agen perubahan dan peran mitra strategis.
b. Kode etik pemasaran, meliput tanggung jawab, Kejujuran dan kewajaran, Hak
dan Kewajiaban dan hubungan organisasi.
c. Kode etik akuntansi, meliputi kompetensi, kerahasiaan, integritas, objektivitas,
danresolusi atas konflik etis.
d. Kode etik keuangan, bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat
dan bertindak etis dalam berhubungan dengan public, pelanggan, calon
pelanggan dan Jain sebagainya.
e. Kode etik tekhnologi informasi, mencakup kontribusi bagi masyarakat dan
kesejahteraan umat manusia, menghindari merugikan orang lain, jujur dan
dapat dipercaya.
f. Kode etik fungsi lainnya, setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi
satu dengan yang lainnya yang akan memengaruhi perusahaan secara
keseluruhan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai