Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah
etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan
pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang professional. Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan
dunia perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia
semakin membaik. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa
prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam sutu pola hubungan yang bersifat interaktif. Seiring dengan
munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan dunia perdagangan menuntut etika
dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik.
Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak
semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya kode etik, secara intern semua
karyawan terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan
yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul. Kode Etik, dapat membantu menghilangkan grey area
(kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup). Kode etik menjelaskan bagaimana perusahaan
menilai tanggung jawab sosialnya. Kode Etik, menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada
umumnya, kemungkinan untukmengatur diri sendiri (self regulation). Soal untuk dikerjakan dan
dikumpulkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

A. Apa Pengertian Profesi ?


B. Bagaimana Bisnis Sebagai Profesi ?
C. Apa Prinsip-prinsip Etika Bisnis ?
D. Bagaimana Etika Lingkungan Hidup ?
E. Bagaimana Paradigma Etika Lingkungan ?
F. Bagaimana Kode Etik di Tempat Kerja ?
G. Bagaimana Perbandingan Kode Etik ?
H. Isu – isu Etika Bisnis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PROFESI

Untuk memahami berbagai pengertian profesi, profesional, dan profesionalisme, dibawah ini
dikutip beberapa definisi dari berbagai sumber.
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan sebagai berikut:
“Profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan
sebagainya) tertentu.”
“Profesional: (a) bersangkutan dengan profesi; (b) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya; (c) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan
amatir).”
“Profesionalisme: merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”
2. Menurut Sonny Keraf (1998):
“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam. Dengan demikian, orang yang profesional adalah orang yang menekuni
pekerjaannya dengan purna-waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas
pekerjaannya itu.”
Secara lebih rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, dan
praktik/pengalaman langsung.
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk hidup
layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan program
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, menegakkan, dan mengawasi
pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi tersebut.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

2.2 BISNIS SEBAGAI PROFESI

Bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau wadah di mana di dalamnya berkumpul banyak
orang dari berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian untuk bekerjasama dalam
menjalankan aktivitas produktif dalam rangka memberikan manfaat ekonomi
(pendapatan/keuntungan) bagi semua pelaku bisnis yang berkepentingan (stakeholder). Aktivitas
bisnis di samping memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa penciptaan lapangan kerja
dan sumber penghasilan bagi banyak pemangku kepentingan (stakeholder), juga dapat membawa
dampak negatif. Dampak negatif tersebut, antara lain: meluasnya pencemaran lingkungan,
meningkatnya penyalahgunaan wewenang, korupsi, dan kejahatan kerah putih yang dilakukan
oleh para eksekutif yang dapat membawa kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, makin
banyak orang sependapat bahwa bisnis adalah suatu profesi dan hampir semua

2
jabatan/fungsi/pekerjaan yang ada di dalam organisasi bisnis sebenarnya merupakan profesi dan
tidak lagi dipandang hanya sebatas “pekerjaan”.
Yang membedakan pekerjaan biasa dengan profesi adalah pada “dampak” dari pekerjaan
biasa dan profesi tersebut pada masyarakat. Pekerjaan biasa mempunyai dampak terbatas pada
masyarakat, sedangkan profesi berdampak luas pada masyarakat. Oleh karena profesi mempunyai
kualifikasi ilmu dan keterampilan yang tinggi serta komitmen moral yang sangat ketat. Bisnis
dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu profesi, yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan—terutama yang dilaksanakan oleh jajaran
manajemen—menuntut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui pendidikan formal
maupun melalui berbagai jenis pelatihan dan pengalaman.
c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis kerena pengalaman
membuktikan bahwa perilaku para perilaku bisnis menentukan kinerja perusahaan yang akan
berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan negara baik secara positif maupun
secara negatif.

2.3 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

Dibawah ini dikutip beberapa contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber.
1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho, 2001)
adalah:
a. Tanggung jawab bisnis: dari shareholders ke stakeholders.
b. Dampak ekonomis dan sosial dari bisnis: menuju inovasi, keadilan dan komunitas dunia.
c. Perilaku bisnis: dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya.
d. Sikap menghormati aturan.
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral.
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis.

2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).


Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

b. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa
bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur
dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang
atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.

c. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

3
e. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-
orangnya maupun perusahaannya.

3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).


Prinsip etis merupakan tuntutan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain:
kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain (helping others),
dan menghormati hak-hak orang lain (the rights of other). Sementara itu, berbohong,
mencuri, menipu, membahayakan/merugikan orang lain adalah contoh penyimpang dari
prinsip perilaku etis.

4. Weiss (2006) mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban
(duty), kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan uraian
lebih lanjut tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkannya.

2.4 ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

1. Isu Lingkungan Hidup


Persoalan lingkungan hidup—yaitu hubungan dan keterlibatan antara manusia dengan
alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan—baru mulai disadari
pada paruh kedua abad ke-20. Sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2001), pertumbuhan
ekonomi global saat ini telah memunculkan enam persoalan lingkungan hidup, yaitu:
akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestari
dan penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan. Keenam isu lingkungan hidup ini
dibahas secara lebih rinci dalam bahasan berikut.
2. Akumulasi Bahan Beracun
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini umumnya
membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran yang pada akhirnya mengalir ke sungai-
sungai dan laut. Bukan saja air sungai dan laut yang mulai tercemar. Udara di sekitar kita—
terutama di kota-kota besar—juga telah tercemar oleh asap hitam yang mengandung gas
beracun yang keluar dari knalpot berbagai merek dan jenis kendaraan bermotor. Banyaknya
penggunaan berbagai jenis pupuk kimia non-organik dengan takaran tak terkendali untuk
meningkatkan produksi pertanian telah terbukti mulai mencemari hasil produksi pertanian,
khususnya berbagai jenis bahan pangan. Belum lagi, saat ini makin banyak dijumpai kasus di
mana produk hasil pertanian dan hasil olahan industri rakyat seperti tahu, tempe, bakso,
diawetkan dengan formalin. Minuman dan makanan pun ada yang dicampur dengan zat
pewarna yang berbahaya untuk kesehatan. Penemuan teknologi nuklir untuk pembuatan
berbagai jenis senjata jelas merupakan ancaman besar bagi keberadaan bumi beserta seluruh
isinya.
3. Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)
Gas polutan penyebab pemanasan global sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara), yang saat ini masih menjadi sumber energi
terbesar di dunia untuk industri, transportasi, dan keperluan rumah tangga. Gas metana
berasal dari pembakaran sampah kota dan chloro-fluoro-carbon (CFC) yang banyak
digunakan untuk penyejuk ruangan (AC), kulkas, industri pabrik, dan sebagian gas
pendorong pada aerosol. Selain itu, pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai
bencana, seperti kekeringan, banjir, badai, dan topan akibat iklim yang tidak menentu,

4
mengganggu pola hidup flora dan fauna, mengacaukan pola tanam petani dan pola
penangkapan ikan nelayan di laut, merubah habitat hama dan penyakit dan sebagainya,
4. Perusakan Lapisan Ozon
Kegunaan lapisan ozon (O3) bagi bumi dan suluruh isinya adalah untuk melindungi
semua kehidupan di bumi dan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Bahaya
radiasi sinar ultraviolet ini, antara lain bisa menyebabkan kanker kulit, penurunan sistem
kekebalan tubuh, katarak, serta kerusakan bentuk-bentuk (spesies) kehidupan di laut dan di
daratan. Ada laporan bahwa bukan saja telah terjadi penipisan ozon, tetapi juga telah terjadi
perobekan sehingga menimbulkan lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut.
Penyebab paling umum dari kerusakan lapisan ozon ini adalah gas polutan yang disebut
chloro-fluoro-carbon (CFC).
5. Hujan Asam (Acid Rain)
Hujan asam ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus
berlangsung, maka hujan asam dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan
merusak gedung-gedung.
6. Deforestasi dan Penggurunan
Akibat negatif dari penyempitan dan perusakan hutan antara lain: tejadi erosi dan
banjir yang meluas; berkurangnya fungsi hutan untuk menyerap gas polutan;
musnah/berkurangnya spesis flora dan fauna tertentu; meluasnya penggurunan daratan;
menurunnya kualitas kesuburan tanah; berkurangnya cadangan air tanah; serta terjadi
perubahan pola cuaca. Akibat lanjutan dari proses penggundulan dan perusakan hutan ini
adalah berkurangnya kapasitas produksi hasil pertanian karena perubahan pola cuaca,
berkurangnya kesuburan tanah, dan mempercepat proses pemanasan global.
7. Keanekaragaman Hayati
Terjadinya pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan pemanasan global, secara
pasti telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-jenis (species) kehidupan tertentu.
Bahkan tidak mustahil jenis-jenis kehidupan tertentu telah punah dari muka bumi, seperti
punahnya dinosaurus pada zaman dahulu.

2.5 PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN

Ada beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami etika
dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan
tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada generasi saat
ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada generasi-generasi mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut pandang
manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan benda benda bumi non-
organisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan (ecosystem).
3. Etika ekosistem (ecosystem) menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem surya, sistem galaksi, dan alam jagat raya) dianggap sebagai
moral patients.

5
2.6 KODE ETIK DI TEMPAT KERJA

a. Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)


Karyawan merupakan salah satu kelompok pemangku kepentingan utama (main
stakeholder) dalam perusahaan. Tanpa karyawan, tidak mungkin perusahaan mampu
merealisasikan tujuannya. Departemen yang bertanggung jawab atas SDM di suatu
perusahaan adalah Departemen SDM. Dilihat dari sejarah perkembangannya, A.M. Lilik
Agung mencatat setidaknya ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu:
1. Peran Administratif
2. Peran Kontribusi
3. Peran Agen Perubahan
4. Peran Mitra Strategis
Sasaran dari pengelolaan SDM adalah agar perusahaan mampu memiliki karyawan
yang tepat dilihat dari kuantitas (jumlah) dan kualitas yang dibutuhkan. Sekarang ini makin
banyak perusahaan yang menyadari pentingnya aspek sikap dan perilaku ini sehingga makin
banyak perusahaan yang mengembangkan kode etik untuk dijadikan acuan perilaku bagi
seluruh karyawannya. Oleh karena itu, berdasarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran,
diperlukan paket program implementasi dengan memperhatikan sedikitnya enam dimensi
program etik agar suatu kode etik dapat dipatuhi. Enam dimensi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kode etik formal
2. Komite etika
3. Sistem komunikasi etika
4. Pejabat etika (ethics officers, ombuds persons)
5. Program pelatihan etika
6. Proses penetapan disiplin

Tabel 6.1
Topik-topik yang Dijumpai dalam Kode Etik Perusahaan

No. Topik
1. Prinsip-prinsip Etika: kejujuran, keadilan, rasa kasih (compassion), integritas, prediktabilitas,
responsibilitas
2. Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan (stakeholders)
3. Visi, misi, dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas
4. Kerangka proses keputusan etis
5. Kapan perlu nasihat dan kepada siapa meminta nasihat
6. Topik-topik khusus untuk temuan di atas 5% yang berhubungan dengan karyawan, pemasok,
dan kode usaha patungan (joint venture codes):
 Penyuapan
 Konflik kepentingan
 Keamanan informasi
 Penerimaan hadiah
 Diskriminasi/peluang yang sama
 Pemberian hadiah
 Proteksi lingkungan
 Pelecehan seksual
6
 Antitrust
 Keamanan tempat kerja
 Kegiatan politik
 Hubungan kemasyarakatan
 Kerahasiaan informasi pribadi
 Hak asasi manusia
 Privasi karyawan
 Program proteksi dan whistleblowing
 Penyalahgunaan substansi (substance abuse)
 Nepotisme
 Tenaga anak

b. Kode Etik Pemasaran

Efektivitas fungsi pemasaran akan terlihat dari pencapaian target penjualan serta loyalitas dan
kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan. Perilaku dan kualitas hubungan para
eksekutif dan karyawan pada fungsi pemasaran dengan para pelanggan dan calon pelanggan menjadi
sangat krusial karena menentukan citra perusahaan dan produknya di mata publik, serta menentukan
tingkat loyalitas dan kepuasan para pelanggan.

American Marketing Association (AMA)


1. Tanggung jawab (responsibilities), pelaku pemasaran harus bertanggungjawab atas konsekuensi
aktivitas mereka dan selalu berusaha agar keputusan, rekomendasi dan fungsi tindakan mereka
mengidentifikasi, melayani, dan memuaskan masyarakat (publik) yang relevan : para pelanggan,
organisasi dan masyarakat.
2. Kejujuran dan kewajaran (honesty and fairness), pelaku pemasaran harus menjaga dan
mengembangkan integritas, kehormatan dan martabat profesi pemasaran.
3. Rights and duties of parties (Hak (Rights) dan Kewajiaban (Duties), pihak-pihak).
4. Organizational relationships (Hubungan Organisasi)

c. Kode Etik Akuntansi


Tabel 6.3
Ringkasan Kode Etik
Institude of Management Accountans

Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuanagan mempunyai suatu tanggung jawab untuk:
1) Kompetisi:Memelihara tingkat kompetisi profesional yang layak dengan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka.
2) Kerahasiaan:Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh dari
menjalankan tugas sesuai kewenangannya, kecuali diwajibkan secara hukum untuk
membeberkannya.
3) Integritas:Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak dan memberitahu
para pihak terkait dalam hal terjadi konflik kepentingan.
4) Objektivitas:Mengomunikasikan informasi secara adil.
5) Resolusi atas Konflik Etis: Bila suatu kebijakan tidak mampu memecahkan konflik etis, maka
praktisi harus mempertimbangkan langkah-langkah berikut ini:
 Diskusikan masalah dengan atasan langsung, kecuali ada indikasi atasan langsung terlibat.
7
 Mengklarifikasi isu etis yang relevan melalui diskusi rahasia dengan penasihat yang tepat.
 Bila konflik etis masih muncul setelah bersusah payah mendapatkan pandangan internal
dari pejabat pada berbagai tindakan, tidak ada jalan lain yang lebih baik selain
mengundurkan diri dari organisasi dan memberikan nota memorandum kepada perwakilan
organisasi yang tepat.

d. Kode Etik Keuangan

Akhir-akhir ini makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang isu/skandal pelanggaran
etika dibidang keuangan yang dilakukan dan melibatkan oknum pejabat terkait di bidang keuangan.
Pelanggaran etika yang sudah sering terdengar, antara lain: insider trading, transaksi saham ilegal,
proyeksi laporan keuangan yang direkayasa untuk memperoleh kredit bank, rekayasa laporan
keuangan untuk tujuan pembayaran pajak atau untuk mendongkrak harga saham, dan sebagainya.

Association for Investment Management and Research (AIMR)


1. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis dalam berhubungan
dengan publik dst.
2. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan professional.
3. Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan kompetensi pihak lain.
4. Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian yang bersifat independen.

e. Kode Etik Teknologi Informasi

Bersamaan dengan manfaat nyata bagi kehidupan umat manusia, kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi ini juga telah memunculkan berbagai isu etika yang makin serius, terutama di
kalangan mereka yang berprofesi di bidang teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Sehubungan
dengan hal-hal tersebut, maka makin disadari pentingnya membangun dan menanamkan sikap dan
perilaku etis di kalangan profesi di bidang teknologi informasi.

Association for Computing Machinary


Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota (anggota yang mempunyai
hak suara, anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari Association for Computing Machinary. Kode
ini mencakup 24 keharusan yang dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung jawab pribadi,
mengidentifikasi unsur-unsur seperti komitmen.

f. Kode Etik Fungsi Lainnya

Komunikasi yang tidak efektif antar orang di dalam satu bagian, atau komunikasi yang tidak
kondusif antar bagian di dalam satu perusahaan bisa menimbulkan suasana dan budaya perusahaan
yang tidak kondusif. Hal ini akan menimbulkan stres bagi karyawan yang pada akhirnya merugikan
perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua karyawan pada semua fungsi di suatu
perusahaan harus selalu bersikap profesional, yaitu: menguasai bidang ilmu dan keterampilan teknis
pada bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku etis.

8
2.7 PERBANDINGAN KODE ETIK
Tabel 6.6
Topik-topik Kode Etik dalam Perbandingan

American Marketing Institute of Association for Association for


Association (AMA) Management Investment Computing Machine
Accountants Management and (ACM)
Research (AIMR)
Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi Tanggung jawab dan
komitmen
Kejujuran dan Integritas Integritas, Martabat Jujur dan dapat
Kewajiban (dignity) dipercaya
Hak dan Kewajiban Kerahasiaan, Kerahasiaan, Kerahasiaan,
Objektivitas Objektivitas, Menghormati hak
Independensi kekayaan intelektual
Hubungan organisasi Resolusi atas konflik Kehati-hatian; Adil dan tidak
etis Larangan diskriminatif;
menggunakan menghormati privasi
informasi nonpublik orang lain

Integritas
Pertama, utuh dan tidak terbagi menyiratkan bahwa seorang profesional memerlukan kesatuan
dan keseimbangan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku etis (attitude).
Kedua, menyatu menyiratkan bahwa seorang profesional secara serius dan purna-waktu dalam
menekuni profesinya, sekaligus juga menyenangi pekerjaannya. Ketiga, kokoh dan konsisten
menyiratkan pribadi yang berprinsip, percaya diri, tidak mudah goyah, dan tidak mudah terpengaruh
orang lain.

Whistleblowing
Dimaksudkan dengan whistleblowing dalam konteks etika, sebagaimana diungkapkan oleh Sonny
Keraf (1998) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk
membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.
Khusus dalam kode etik Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountans), ditemukan topik
“Resolusi Konflik Etis”. Dalam topik ini, sebenarnya diatur tata cara atau prosedur pelaporan bila
seorang akuntan manajemen menghadapi dilema etis atau pelanggaran etis yang dilakukan oleh
karyawan lain, atau oleh atasan yang bersangkutan. Hal ini sebenarnya mengatur tindakan yang
berhubungan dengan whistleblowing, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Kompetensi
Kompetensi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau
profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan kualitas
hasil yang baik.

9
Objektivitas dan Independensi
Objektif berarti: sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu didasarkan atas fakta
atau bukti yang mendukung. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak di bawah
pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.

2.8 ISU – ISU ETIKA BISNIS

1. Pelanggaran Hak Cipta:


Pelanggaran hak cipta merupakan penggunaan karya berhak cipta yang melanggar hak eksklusif
pemegang hak cipta, seperti hak untuk memproduksi, mendistribusikan, menampilkan karya berhak
cipta, atau membuat karya turunan, tanpa izin dari pemegang hak cipta, Pelanggaran hak cipta
merupakan salah satu jenis kejahatan dalam bisnis yang marak terjadi di Indonesia, seperti contohnya:
pembajakan terhadap lagu-lagu musisi yang dibajak dan disebarkan via platform yang gratis, sehingga
musisi yang memproduksi lagu tersebut tidak mendapatkan royalti dari hasil karyanya.

2. Konflik Sosial dan Masalah Lingkungan :


Permasalahan yang terjadi akibat maraknya pembangunan yang terjadi di Indonesia adalah
pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur ( bandara, pelabuhan, jalan tol, apartemen)
Akibat dari pembebasan lahan tersebut banyak masyarakat yang terpaksa harus meninggalkan daerah
asalnya dengan ganti rugi yang tidak sesuai, serta lingkungan akan semakin rusak karena jumlah lahan
hijau semakin lama semakin berkurang karena lahan hijau tersebut dipergunakan untuk pembangunan
infrasturktur tersebut, akibatnya semakin banyak bencana alam yang terjadi seperti banjir dan tanah
longsor yang menimbulkan kerugian materiil, hingga korban jiwa.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Sonny Keraf (1998) menjelaskan
bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip
Keadilan, Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle),Prinsip Integritas Moral ;
Prinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat dipakai sebagai pegangan dan
tuntutan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.
Prinsip dan isu etika untuk beberapa fungsi, seperti fungsi sumber daya manusia (SDM), pemasaran,
akuntansi, keuangan, teknologi informasi, dan fungsi-fungsi lainnya.

3.2 Saran

Tugas ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Adanya Kritik konstruktif, saran dan usulan yang relevan dapat membantu menyempurnakan sajian
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. Etika Bisnis dan Profesi:Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya - Jakarta : Salemba Empat, 2009

Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, 2009

Rindjin, Ketut. Etika Bisnis dan Implementasinnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai