Anda di halaman 1dari 4

BAB 12

Perlindungan StakeHolder
Perlindungan dalam hal ini berarti memperhatikan dan memperhitungkan hak dan
kepentingan mereka ke dalam kalkulasi biaya perusahaan atau imbalan yang harus diberikan atau
disediakan
Mengapa hak dan kepentingan mereka harus dilindungi sebagian, seperti yang dikemukakan
oleh Gurkov (2009) karena mereka memberikan sumbangan terhadap sumber daya ( resources) yang
digunakan sebagai input oleh perusahaan. Contohnya, pemegang saham, karyawan, konsumen, dan
pemerintah. Sebagian lain merupakan aktor strategis, misalnya pemasok, kreditur, pesaing, dan
Lingkungan Aktor strategis tidak menyumbangkan sumber daya, tetapi berpengaruh terhadap jalannya
perusahaan.
KONSEP DAN CAKUPAN
Dalam kaitannya dengan bisnis beretika, pelaksanaan perlindungan terhadap hak dan
kepetingan stakeholder dapat diilustrasikan seperti dalam Gambar 12.1.

Berdasarkan Gambar kerugian hak dan kepentingan stakeholder telah dicakup sekaligus
dalam etika, kontrak, dan regulasi (Bidang F). Ada yang tercakup dalam etika dan kontrak saja
(Bidang G). Ada yang ditutup oleh etika dan regulasi (Bidang B). Bidang C, D, dan E merupakan
perlindungan untuk kegiatan bisnis yang biasa. Bidang-bidang ini merupakan perlindungan
stakeholder yang tidak ada kaitannya dengan bisnis beretika, misalnya tentang operasional kegiatan
usaha. Bidang A merupakan aktivitas-aktivitas etis yang harus diciptakan dan dikerjakan sendiri oleh
perusahaan. Dalam perkembangannya, porsi etika yang diatur melalui regulasi akan semakin
dominan.
Brooks & Dunn (2012: 240) menyebutkan ada delapan (8) pihak utama yang dianggap
berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini yang termasuk dalam kedelapan pihak tersebut.
1. Pemegang saham (shareholder).
2. Kreditur (creditor).
3. Karyawan (employee).
4. Pelanggan atau konsumen (consumer).
5. Pemasok (supplier).
6. Pemerintah (government).
7. Aktivis lingkungan (activist).
8. Pesaing (competitor).
Hubungan perusahaan dengan pemasok dan kreditur (selain kreditur publik lebih bersifat
business to busines sehingga perlindungannya akan tercakup dalam kontrak.
Perusahaan harus memastikan bahwa hubungan tersebut dapat berlangsung lama dengan
memberikan cukup laba bagi mereka. Sementara itu, Hubungan dengan pemerintah lebih bersifat
kepatuhan (compliance). Pemerintah tidak perlu dilindungi. Justru pemerintah yang harus melindungi
perusahaan.
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Perlindungan konsumen dimaksudkan agar hubungan antara perusahaan dan konsumen dapat
dilaksanakan dengan asas manfaat, keadilan, kewajaran, integritas, dan iktikad baik. Perlindungan
dibukakan melalui pemenuhan hak-hak dan kepentingan konsumen oleh perusahaan.
Deklarasi hak asasi manusia yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10
Desember 1948 menyebutkan adanya 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu hak memperoleh
keamanan, hak pemilihan, hak memperoleh informasi, dan hak untuk didengar (Miru dan Yodo, 2014:
39). Ke-empat hak ini oleh John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat, pada 15 Maret 1962
disampaikan sebagai pesan khusus kepada kongres. Oleh International Organization of Consumers
Union, hak konsumen ditambah 3 (tiga) poin, yaitu hak untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak
untuk memperoleh ganti rugi, hak untuk memperoleh pendidikan konsumen, dan hak untuk
memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), dalam
Pasal menyebutkan tentang hak dan kewajiban konsumen sebagai berikut.
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau
jasa.
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau
jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Dalam Pasal 7 UUPK diatur tentang kewajiban pelaku usaha sebagai berikut.
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar. jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagankan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang diberikan.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba barang dan/atau
jasa tertentu serta memberi jaminan dan garansi atas barang yang dibuat dan
diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau pengembalian apabila barang dan diterima atau
dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.
Pasal 8 UUPK mencantumkan larangan bagi pelaku usaha. Tanggung jawab pelaku usaha
diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 28 dari UUPK Tanggung jawab tersebut berkaitan dengan
pemberian ganti rugi (Pasal 19, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 27, dan Pasal 28), tanggung jawab atas perik
(Pasal 20), tanggung jawab memberikan jaminan dan garansi (Pasal 25 dan Pasal 26),
PERLINDUNGAN KARYAWAN
Secara umum, dapat dikatakan bahwa perlindungan tenaga kerja mencakup keselamatan
kerja, Jaminan sosial, kesejahteraan pekerja, dan perlakuan pekerja. Hak-hak dasar pekerja terutama
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan. Menurut International Labor Organization (ILO) dan
World Health Organization (WHO) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Trijono, 2014).
a. Promotion and maintenance of highest degree of physical, mental, and social well being.
b. Prevention of disease.
c. Protection from risks.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja di
berbagai tempat kerja. Dalam hal keselamatan kerja, pengurus (perusahaan) diwajibkan untuk
melakukan hal-hal berikut.
1. Menempelkan semua syarat keselamatan kerja, yang diwajibkan, secara tertulis di tempat
kerja.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja, yang diwajibkan, di tempat kerja.
3. Menyediakan semua alat perlindungan diri yang diwajibkan, secara cuma-cuma.
Program jaminan sosial mencakup berikut ini.
1. Jaminan kecelakaan kerja.
2. Jaminan kematian
3. Jaminan hari tua
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
Perusahaan diwajibkan untuk mengikuti program jaminan sosial tersebut
Kesejahteraan pekerja dicakup dalam perlindungan upah. Terdapat bermacam-macam bentuk
perlindungan, di antaranya ditetapkannya upah minimum, upah lembur, upah tidak masuk kerja.
Perlindungan Tenaga Kerja
Dalam hal perlindungan tenaga kerja. UUTK mengatur tentang perlindungan terhadap
penyandang cacat (Pasal 67), perlindungan anak (Pasal 68 sampai dengan Pasal 75), perlindungan
tenaga kerja perempuan (Pasal 76), ketentuan waktu kerja (UUTK Pasal 77 sampai dengan Pasal 85),
dan keselamatan dan kesehatan kerja (UUTK Pasal 86 dan Pasal 87), Setiap pekerja/buruh juga diberi
hak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (UUTK Pasal 104).

Anda mungkin juga menyukai