Teori Keagenan
Teori Keagenan (agency theory) adalah teori utama yang mendasari pengelolaan
(manajemen) sebuah perusahaan. Teori ini berlaku apabila terjadi pemisahan antara
(principal), dan manajemen adalah agen (agent). Pemegang saham mendelegasikan tugas
dan wewenangnya kepada manajemen untuk mengelola perusahaan yang mereka miliki.
1. Perspektif Ekonomi
berbagai bidang pengetahuan, salah satunya adalah ilmu ekonomi. Dalam buku
Kenneth Arrow (1971) yang berjudul “Essays in the theory of risk bearing”, dan
buku Robert Wilson (1968) yang berjudul “On the theory of syndicates”,
menjelaskan tetang masalah pembagian risiko yang muncul jika pihak-pihak yang
masalah keagenan, yaitu jika pihak-pihak yang bekerja sama mempunyai tujuan
yang berbeda dan terdapat pembagian kerja (division of labor) di anatara mereka.
Teori ini juga mencoba untuk memecahkan dua masalah utama, yaitu masalah
keagenan yang muncul jika keinginan atau tujuan dari prinsipiel dan agen saling
dilakukan oleh agen, dan masalah pembagian risiko terjadi apabila sikap
prinsipiel terhadap risiko berbeda dengan sikap agen sehingga tindakan mereka
akan berbeda. Selain itu, teori ini juga mencoba untuk mengatur dan memecahkan
oriented contract) seperti sistem gaji tetap atau pengaturan melalui hierarki, dan
Pemilihan salah satu dari dua jenis kontrak ini akan menentukan efisiensi suatu
keagenan.
2. Moral Hazard
direksi atau komisaris demi kepentingan pribadi. Menurut Kerps (1990: 577),
moral hazard didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu pihak (agen) dalam
transaksi tersebut, tetapi pihak kedua (prinsipiel) tidak dapat mengawasi atau
memaksa secara sempurna tindakan yang dimaksud. Motif utama dari tindakan
moral hazard dapat terjadi sebelum atau setelah dilakukannya suatu transaksi
(kontrak). Menurut Brooks & Dunn (2012: 360-361) menjelaskan bahwa moral
jika salah satu pihak (agen) dalam suatu transaksi mengetahui informasi yang
tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Masalah adverse selection banyak
cukup dan relevan tentang mereka. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
signaling), seperti halnya dengan moral hazard, yaitu dengan pemberian intensif
Menurut Berndt dan Gupta (2009), moral hazard dan adverse selection
kemungkinan terjadi dalam transaksi penjualan portofolio kredit oleh bank kepada
investor. Penjualan dilakukan dalam bentuk surat berharga yang didukung oleh
aset (asset backed securities), dan bank beralih fungsi dari originator menjadi
debitur, sehingga bank memiliki informasi privat tentang debitur yang tidak
dimiliki oleh pihak lain. Ketika bank menjual portofolio kredit yang mereka
miliki kepada investor lain di pasar sekunder, bank bertindak sebagai distributor
kredit.