Anda di halaman 1dari 2

KECURANGAN (FRAUD)

Praktik curang, tanpa mempedulikan kepentingan (hak) orang lain adalah ciri dari
keserakahan. Yang menjadi dasar adalah egoisme (selfishness) dengan motif
penipuan. Artinya, praktik curang memang sengaja dilakukan untuk merugikan orang
lain demi keuntungan diri sendiri yang dapat dilakukan di setiap tahap kegiatan usaha.
Mulai dari mendirikan usaha, selama proses menghasilkan produk, sampai saat
melakukan pemasaran dan penjualan.
Dalam produksi, praktik curang mencakup komponen input, proses, dan output.
Bahkan pada proses pendanaan usaha juga bisa dilakukan, misalnya pencairan
pinjaman bank, penjualan obligasi, atau pengeluaran saham. Praktik curang dapat
dihindari melalui pengendalian diri, pengendalian sosial, dan pemaksaan hukum.
Etika merupakan sarana pengendalian diri dan pengendalian sosial. Sedangkan,
regulasi merupakan alat pemaksa hukum.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BISNS


Kegiatan usaha dilakukan oleh orang melalui keputusan-keputusan yang mereka
lakukan. Hasil kegiatan usaha adalah akibat dari keputusan-keputusan tersebut. Setiap
keputusan usaha harus mengacu pada tujuan pendirian usaha yang bersangkutan.
Namun, karakter dan motif pribadi pengambil keputusan dapat memengaruhi proses
dan hasilnya. Keserakahan dan ketakutan dapat muncul dari orang-orang yang
melaksanakan usaha sehingga tercermin dalam keputusan-keputusan yang mereka
buat.
Ilmu ekonomi mendalilkan bahwa setiap pengambilan keputusan akan didasarkan
atas asas rasionalitas. Namun, pada kenyataannya banyak yang tidak berdasarkan asas
rasionalitas. Pemrosesan informasi (penerimaan, penyimpanan, penemuan kembali,
dan penyampaian) dalam rangka pengambilan keputusan juga dibatasi oleh kerangka
berpikir seseorang.
Shefrin (2002:4-5) menyebutkan adanya dua hal pokok yang mengakibatkan
timbulnya bias dalam pengambilan keputusan, yaitu sifat coba-coba (heuristic) dan
ketergantungan pola pikir (frame of dependence). Pengambilan keputusan heuristik
didasarkan atas rules of thumb yang diperoleh melalui upaya coba-coba (trial &
errors) dan diambil berdasarkan stereotype yang telah terjadi. Pengambil keputusan
cenderung terlalu percaya diri dan mengandalkan koservatif. Ambiguitas terhadap
kepastian perlu dihindari dan bias dalam keputusan heuristik dapat disebabkan oleh
kesalahan dalam aspek kognitif dan emosi akibat stereotip yang pernah dialami.
Bias akibat ketergantungan pola pikir seseorang disebabkan oleh berbedanya
proses pengolahan informasi dalam pengambilan keputusan yang menyebabkan
perbedaan substansi. Shefrin (2002) menjelaskan ketergantungan pola pikir sebagai “
the form used to describe a decision problem”. Ketakutan terhadap kerugian,
misalnya bagaimana pengambilan keputusan dapat bias emosi sesorang. Aspek
kognitid berkaitan dengan cara mengorganisir informasi, sementara aspek emosi
berhubungan dengan perasaan seseorang pada saat ia mencatat adanya informasi
tersebut.
Pengendalian diri berarti mengendalikan emosi. Kecewa adalah penyalah diri
sendiri secara emosional karena telah membuat keputusan yang tidak benar.
Kekecawaan akan mempengaruhi pengambilan keputusan selanjutnya dan mereka
cenderung tidak bersedia mengambil variasi dalam pengambilan keputusan agar
kekecewaan dapat diminimalkan.
Pengambilan keputusan heuristik maupun yang didasarkan atas frame
dependence sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pengambil keputusan seperti
pengalaman, motif, dan egoisme. Pengambilan keputusan yang demikiiiiiiiiian dapat
mengakibatkan terjadinya bias karena kesalahan. Sementara itu, asumsi yang
digunakan dalam setiap pengambilan keputusan adalah bahwa pemrosesan data
selama pengambilan keputusan, seseorang akan menggunakan data statistik secara
benar dan dallam pengambilan keputusan, seseorang tidak akan dipengaruhi oleh pola
pikirnya. Artinya, pengambil keputusan memandang bahwa setiap pengambilan
keputusan dilakukan secara transparan dan objektif tentang risiko dan imbalan.
Kepentingan pribadi boleh dijadikan dasar, tetapi bukan egoisme.

Anda mungkin juga menyukai