Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS

“BUSINESS COMUNICATION ETHICH”

DOSEN PEMBIMBING

Irea Arrahima, SE., MM

DISUSUN OLEH :

Sefiani Arum Ananda (2262054)

Arsintya Dewi Wulandari (2262062)

Alya Rahmawati (2262073)

Rachmad Riswanda (2262075)

Shonia Vanie Andhini (2262090)

STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah Nya sehingga kami sekelompok dapat menyusun tugas makalah
komunikasi bisnis dengan tema “BUSINESS COMUNICATION ETICH” dapat kami
selesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari Ibu Irea Arrahima,
SE., MM. Selaku pengajar mata kuliah komunikasi bisnis. Makalah ini dibuat untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang Business Comunication Etich.

Selama proses penyusunan dan hasil yang disajikan dalam bentuk makalah ini, kami
selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan. Tiada manusia yang sempurna
karena itu kami senantiasa memohon maaf kepada para pembaca, jika masih terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan. Kami selaku penulis juga mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari pembaca, dengan begitu dapat meningkatkan dan membantu kami
selaku penulis untuk terus berkembang dimasa yang akan datang.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama,
ataupun ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada karya makalah ini, kami mohon maaf.

Jombang, 17 Oktober 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3 Tujuan...............................................................................................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Etika Komunikasi Bisnis................................................................................3

2.2 Peran Etika dalam Komunikasi Bisnis.............................................................................4

2.3 Kesadaran Etis (Moral) dalam Komunikasi Bisnis..........................................................5

2.4 Etika Bisnis di dalam sebuah Perusahaan........................................................................8

2.5 Prinsip-prinsip Etika dalam Perilaku Bisnis...................................................................11

2.6 Cara-cara mempertahankan standar etika.......................................................................13

2.7 Tanggung Jawab Perusahaan..........................................................................................13

BAB 3. STUDI KAUS............................................................................................................16

BAB 4. PENUTUP..................................................................................................................19

4.1 Simpulan.........................................................................................................................19

4.2 Saran...............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini banyak kaum muda sampai tua sudah melakukan aktivitas bisnis
dengan menjual barang atau jasa untung memperoleh suatu keuntungan. Namun
berbicara mengenai etika komunikasi bisnis, maka tidak memisahkan pembahasan etika
komunikasi dan etika bisnis, dimana masing-masing daerah mempunyai penafsirannya
masing-masing. Etika komunikasi dapat dianggap sebagai seperangkat prinsip dasar atau
aturan komunikasi yang mencakup seluruh aspek proses komunikasi. Selain itu, etika
bisnis mengacu pada bagaimana bisnis dijalankan, termasuk seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, bisnis, industri, dan bahkan masyarakat. Sedangkan etika sendiri berasal
dari bahasa Latin yang berarti filsafat moral, yaitu cara hidup yang benar ditinjau dari
sudut budaya, etika, dan agama. Maka dari itu , penulis ingin membahas makalah yang
berjudul “BUSINESS COMUNICATION ETHICH“.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam masalah
ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas pada karya tulis ini, antara
lain:

1. Apa pengertian etika komunikasi bisnis?


2. Apa peran etika dalam komunikasi bisnis?
3. Bagaimana kesadaran etis (moral) dalam komunikasi bisnis?
4. Bagaimana etika bisnis di dalam sebuah perusahaan?
5. Apa saja prinsip-prinsip etika didalam perilaku bisnis?
6. Bagaimana cara mempertahankan standar etika?
7. Apa saja macam-macam tanggung jawab perusahaan terhadap pemilik kepentingan?

1.3 Tujuan

Bersumber pada rumusan masalah yang kami susun, penulis memiliki beberapa tujuan
dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari etika komunikasi bisnis.

1
2. Untuk mengetahui peran etika dalam komunikasi bisnis.
3. Untuk mengetahui kesadaran etis (moral) dalam komunikasi bisnis.
4. Untuk mengetahui etika bisnis di dalam sebuah perusahaan.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika didalam perilaku bisnis.
6. Untuk mengetahui beberapa cara mempertahankan standar etika.
7. Untuk Mengetahui macam-macam tanggung jawab perusahaan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Komunikasi Bisnis

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno Ethos, yang dalam bentuk tunggal
mempunyai arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (toetha)
mempunyai arti adat kebiasaan. Arti dalam bentuk jamak ini pada akhirnya menjadi latar
belakang istilah etika. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika dipahami sebagai ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (Sobur, 2001).

Menurut Sobur (2001), secara lebih rinci, Bertens memberikan penjelasan mengenai
etika dengan rincian sebagai berikut: pertama, etika merupakan nilai-nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan dalam kehidupan seseorang atau suatu kelompok
yang digunakan untuk mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau
nilai moral. Kumpulan asas atau nilai moral yang dimiliki oleh suatu masyarakat biasanya
diaplikasikan dalam bentuk kode etik. Tujuannya untuk mempermudah masyarakat
tersebut mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, etika memiliki arti ilmu
tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan
etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat. Mengacu kepada uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang pengertian etika berdasarkan asal-usulnya, yaitu:

1. Etika berarti akhlak, tabiat atau budi pekerti.


2. Etika Merupakan cabang ilmu filsafat yang menitik beratkan tentang etika
kesusilaan.
3. Etika merupakan perpaduan perilaku manusia sesuai dengan tata kesusilaan yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
4. Etika berkembang sebagai nilai-nilai kesusilaan dan pedoman tinokah laku yang
berlaku khusus pada jabatan tertentu. Dalam hal ini yang sering dipergunakan
untuk menunjukkan pedoman tingkah laku yang berlaku pada jabatan khusus
adalah kode etik.

3
Sedangkan, komunikasi dikatakan sebagai alat yang paling penting bagi manajemen.
Kata komunikasi berasal dari kata Latin communis, yang berarti sama; kata ini mencakup
semua hal yang miliki, atau coba untuk miliki, dengan orang lain. Komunikasi dapat
diartikan secara luas, namun secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pertukaran
informasi antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menciptakan pemahaman.

StuartSillars mendefinisikan komunikasi sebagai pemberian, penerimaan atau


pertukaran informasi, pendapat atau gagasan dengan cara tertulis, lisan atau visual – atau
kombinasi ketiganya – sehingga materi yang dikomunikasikan benar-benar dipahami oleh
setiap orang yang bersangkutan. Komunikasi melibatkan pengiriman dan penerimaan
informasi (yang mencakup fakta, opini, instruksi, ide, dan sebagainya) baik secara lisan
maupun tertulis, baik secara internal di seluruh organisasi maupun secara eksternal
dengan dunia luar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi bisnis merupakan suatu komunikasi
yang mengikuti aturan moral dan menjadi prinsip bagi setiap individu dalam lingkungan
bisnis untuk berkomunikasi secara jujur, terbuka, serta bertanggungjawab.

2.2 Peran Etika dalam Komunikasi Bisnis

Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang begitu penting untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi. Menurut Richard De
George perusahaan dikatan berhasil atau sukses jika :

1) Memiliki produk yang baik


2) Memiliki managemen yang baik
3) Memiliki Etika

Etika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Peran yang
dimiliki oleh etika tersebut beberapa di antaranya adalah:

1. Etika mendorong dan mengajak setiap individu untuk bersikap kritis dan rasional
dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri yang dapat
dipertanggungjawabkannya (bersifat otonom). Pada tataran ini tidak ada campur
tangan dari individu yang lain karena secara sadar setiap individu berusaha untuk
memutuskan berdasarkan pendapatnya sendiri.

4
2. Etika dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat
yang tertib, teratur, damai dan sejahtera dengan menaati norma-norma yang
berlaku demi tercapainya ketertiban dan kesejahteraan sosial.

2.3 Kesadaran Etis (Moral) dalam Komunikasi Bisnis

Kesadaran moral ini tidak selalu ada pada manusia sama halnya dengan kesadaran
pada umumnya. Istilah etika dan moral merupakan istilah-istilah yang bersifat mampu
dipertukarkan satu dengan yang lain. Keduanya memiliki konotasi yang sama, yaitu
sebuah pengertian tentang salah dan benar, atau buruk dan baik.

Tujuan pembahasan etika adalah melahirkan kebahagian, keutamaan, dan kehidupan


ideal. Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun.

Antara etika dan etiket terdapat persamaan, yaitu sebagai berikut:

1. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.


2. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi
norma bagi perilaku manusia.

Adapun perbedaan antara etika dan etiket adalah:

1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara


yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam kalangan
tertentu. Sedangkan etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan,
etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Bila tidak ada orang lain atau tidak ada
saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Sedangkan etika selalu berlaku walaupun
tidak ada orang lain.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan,
dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Sedangkan etika jauh lebih
absolute.
4. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahir, sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam

Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai, dan ajaran moral. Etika merupakan
filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas,

5
yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik, dan normatif (tidak sekadar
melaporkan pandangan moral, tetapi menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
sebenarnya). Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi hanya
ajakan moral.

Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana plural.
Pluralitas moral diperlukan karena tiga hal, yaitu sebagai berikut:

a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku daerah,


budaya, dan agama yang hidup berdampingan.
b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional.
c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing- masing
dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

Secara umum etika terbagi menjadi dua jenis, yaitu etika umum yang mencakup
moral dan prinsip dasar, serta etika khusus atau etika terapan yang berlaku secara khusus.
Etika khusus ini masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial
dibagi menjadi:

1. Sikap terhadap sesama.


2. Etika keluarga.
3. Etika profesi.
4. Etika politik.
5. Etika lingkungan hidup.
6. Kritik ideologi.

Etika adalah suatu filsafat atau pemikiran kritis yang rasional mengenai ajaran moral,
sedangkan moral adalah suatu ajaran yang diterima secara umum tentang benar dan salah
mengenai tindakan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Etika selalu dikaitkan dengan
moral tetapi harus dipahami perbedaan antara etika dan moralitas. Sebagai suatu subjek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu benar atau salah, baik atau
buruk.

Moralitas memuat pandangan tentang nilai-nilai dan norma moral yang ada dalam diri
sekelompok orang. Adapun nilai moral adalah hal-hal baik yang ada pada diri manusia

6
sebagai manusia. Sedangkan, norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus
hidup supaya menjadi lebih baik sebagai manusia. Moral berkaitan dengan moralitas.
Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan
santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi
atau gabungan dari beberapa sumber.

Etika bukanlah sumber tambahan moralitas, melainkan suatu filsafat yang


mencerminkan ajaran moral yang bersifat rasional, yaitu berdasarkan pada akal atau
rasionalitas serta pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa pengecualian.
Kritis berarti ingin memahami suatu permasalahan sampai ke akar-akarnya tanpa
menyelesaikannya dengan pemahaman yang dangkal. Sistematis artinya membahas
langkah demi langkah. Menurut Sumaryono (1995), etika berhubungan dengan ajaran
moral. Moral merupakan istilah yang sangat luas karena mencakup bentuk-bentuk
aktivitas sukarela manusia, termasuk pertimbangan apakah aktivitas tersebut baik, buruk,
atau sah. Namun etika profesi tidak sama dengan ajaran moral pada umumnya. Etika
profesi berlaku pada kelompok fungsional tertentu dan merupakan pernyataan upaya
untuk menekankan keadaan agar peran atau fungsi kelompok tersebut menjadi jelas
(Purwanto, 2007:41-45).

Etika profesi, secara singkat, dapat dirumuskan sebagai cabang ilmu etika yang secara
kritis dan sistematis merefleksikan permasalahan moral yang melekat pada suatu profesi.
Etika profesi juga dapat dipahami sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang melekat
pada pelaksanaan fungsi profesional tertentu, dan wajib diperhatikan oleh pemegang
profesi tersebut (Sudarminta, dalam Moedjantodkk, ed., 1993:117-118).

Etika profesi adalah keseluruhan tuntutan moral yang terkena pada pelaksanaan suatu
profesi sehingga etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktik-praktik yang
berkembang karena adanya tanggung jawab dan hak- hak istimewa yang melekat pada
profesi tersebut. Etika profesi merupakan ekspresi dari usaha untuk menjelaskan keadaan
yang belum jelas dan masih samar- samar, dan merupakan penerapan nilai-nilai moral
yang umum dalam bidang khusus yang lebih dikonkretkan lagi dalam kode etik
(Tedjosaputro, 1995:10).

Secara internal, etika profesi berfungsi untuk mengatur hubungan antar sejawat,
artinya fungsi tersebut merupakan mekanisme organisasi untuk mengontrol perbuatan

7
anggota, mengoreksi apabila perbuatan anggota dipandang kurang etis, serta merupakan
sarana penyelaras hubungan antar sejawat.

Pada dasarnya, setiap profesi harus dijalankan sesuai dengan dua tuntutan etis, yaitu
di satu pihak harus dijalankan secara bertanggungjawab, artinya pekerjaan dan hasilnya
harus bermutu dan harus selalu mempunyai dampak bagi orang lain dengan
dipertimbangkan untuk tidak boleh merugikan orang lain. Di lain pihak, tujuan profesi
tidak boleh dilakukan apabila pelaksanaannya melanggar hak pihak lain.

Dalam bukunya, Etika Sosial, Franz Magnis Suseno, dkk. (1996:69). Menyebutkan
bahwa agar orang dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tuntutan-tuntutan etika
profesi, ia harus memiliki tiga ciri moral, yakni:

a) Harus menjadi orang yang tidak diselewengkan dari tekadnya oleh segala macam
perasaan seperti takut, malas, malu, dan emosi, artinya ia harus memiliki
kepribadian moral yang kuat
b) Harus menyadari bahwa mempertahankan tuntutan etika profesi merupakan
kewajiban yang berat
c) Harus memiliki cukup idealisme (Sobur, 2001:87-89).

2.4 Etika Bisnis di dalam sebuah Perusahaan

Etika Bisnis merupakan konsep penting yang harus diterapkan oleh setiap individu
ataupun perusahaan dalam menjalankan bisnis. Etika dan Bisnis sangat berkaitan satu
sama lain. Dengan adanya Etika dalam berbisnis dapat memperlancar jalannya bisnis
yang akan dikerjakan, sesuai nilai-nilai moral yang harus dipegang teguh seperti
kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial.

Menurut Magnis-Suseno (1992:162) tujuan etika bisnis adalah sebagai berikut:


a) Para pebisnis sadar tentang dimensi etis.
b) Bagaimana cara menjalankan etika dalam kebijakan perusahaan.

Menurut Keraf (1993:67-68) ada 4 macam kegiatan yang dibahas dalam etika bisnis,
sebagai berikut:

a. Penerapan prinsip-prinsip etika umum pada kasus atau praktik khusus dalam
bisnis, dapat dinilai suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral atau tidak.

8
Prinsip- prinsip etika bisnis membantu para pebisnis mencegah atau menghindari
tindakan dalam kasus yang dinilai tidak etis. Bahkan perlu melakukan perubahan
yang dijalankan, baik sosial atau manajerial, organisasi, struktur, sosial, dsb.
Untuk membangun manajemen yang lebih baik.
b. Lebih dari itu, etika bisnis menyangkut pada mataetika, untuk menyoroti apakah
perilaku dan tindakan individu dinilai secara etis atau tidak dalam organisasi
maupun perusahaan. Etika bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial atau tidak, mempunyai hak milik atau tidak, dan
pengertian hak milik itu sendiri.
c. Etika Bisnis dalam sistem ekonomi, menyoroti moralitas sistem ekonomi
umumnya serta sistem ekonomi suatu negara. Di dalamnya ditelaah bergabai
masalah, misalnya keadilan sosial dalam sistem ekonomi tertentu, hak milik dan
persaingan dalam bidang bisnis.
d. Etika bisnis telah menyangkut bidang ekonomi dan teori organisasi. Bidang ini
membahas tentang operasi perusahaan transnasional, konglomerat, dan kewajiban
negara maju terhadap negara berkembang dibidang bisnis dalam lingkup yang
sangat makro.

De george mengatakan bahwa etika bisnis dalam lingkup yang sangat makro ini
dalam kajian etika lebih tepat dikategorikan sebagai makroetika. Peursen (1990:70)
menyebutkan adanya jenis tanggung jawab baru, yakni etika dibidang internasional,
kesejahteraan umat manusia dan kebutuhan bola bumi kita.

Etika Bisnis dan Etika Kerja Sebuah Perusahaan :

 Etika bisnis dan etika kerja bertujuan agar seorang karyawan selain piawai,
terampil, memiliki integritas profesional, juga memiliki integritas moral.
 Karyawan memiliki kompetensi dan karakter yang mampu melahirkan etos kerja
dan kesan positif bagi individu maupun publik.
 Karyawan bekerja dengan rasa nyaman, tidak stress dan tidak ketakutan.
 Kreativitas dan produktivitas dapat terekspresikan dengan sebaik baiknya,
sehingga efisien dan efektivitas kerjanya maksimal.
 Karyawan memahami dan mengimplementasikan secara konsisten dan sepenuh
hati, karena dalam etika bisnis dan etika kerja mengandung nilai-nilai kebaikan,

9
kearifan, kepuasan, kebahagiaan dan dapat meningkatkan kualitas seseorang
menjadi profesional.
 Perusahaan memposisikan diri sebagai etitas bisnis yang mampu dan berkembang
secara profesional dan mengacu bisnis pada nilai-nilai etika.
 Etika bisnis yang merupakan pedoman hubungan perusahaan dengan publik luar.
 Etika kerja yang merupakan pedoman hubungan kerja dalam perusahaan.
 Etika bisnis dan etika kerja merupakan dari budaya perusahaan.
 Budaya perusahaan adalah sistem dan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam perusahaan yang diwujudkan dalam pola prilaku perusahaan
dan sumber daya manusia.
 Etika bisnis dan etika kerja dilandasi prinsip dasar perusahaan serta nilai yang
akan melahirkan nilai budaya yang hakiki dan kunci sukses dari keberhasilan
perusahaan dalam berinteraksi dengan publiknya.
 Sistem nilai adalah salah satu faktor penting bagi perusahaan sebagai dasar dalam
menjalankan usahanya agar menjadi kokoh dan berkembang.
 Sistem nilai adalah norma-norma yang menjadi pegangan moral untuk
menentukan:
1. Hal-hal yang baik dan buruk
2. Hal-hal yang terpuji dan tercela
3. Hal-hal yang dihargai dan tidak dihargai
 Ciri-ciri norma:
1. Tidak bersifat universal
2. Terus berubah, berkembang sesuai tuntunan zaman
3. Bersifat moral, demikian pula sanksinya.
 Etika bisnis merupakan sistem nilai dari filosofi dan prinsip dasar perusahaan
sebagai acuan untuk berhubungan dengan lingkungan inter-nal dan eksternal.
 Etika kerja merupakan sistem nilai yang dianut secara perorangan yang termasuk
etika hubungan antarkaryawan dan perusahaan.
 Etika bisnis mengatur hubungan antara perusahaan dengan publik: pelanggan,
pesaing, pemasok, penyalur, pemegang saham, dan lainnya.
 Etika kerja merupakan sikap karyawan dalam perusahaan, sikap karyawan dengan
wewenang dan jabatannya di perusahaan, hubungan karyawan dengan atasan dan

10
dengan bawahannya di perusahaan, hubungan karyawan dengan sesama
karyawan.
 Dalam mencapai Good Corporate Citizen:
1. Perusahaan secara konsisten menjalankan kewajibannya sebagai institusi
bisnis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Perusahaan memilih dan menjalankan bisnis dengan cara yang sah, jujur,
terbuka, bertanggung jawab dan sesuai dengan norma moral dan sosial serta
tidak merugikan masyarakat umum.
3. Perusahaan membina dan melakukan hubungan baik dengan berbagai pihak
dalam rangka berjejaring (networking) seperti institusi, lembaga, LSM dan
Asosiasi.
4. Perusahaan melaksanakan Good Corporate Government yaitu Fairness,
Transparency. Accountability dan Responsibility untuk meningkatkan
kinerja perusahaan yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatkan
stakeholder value.
 Prinsipal adalah mitra usaha pemilik teknologi atau usaha atas barang atau jasa,
dimana produksi atau pemasarannya dilakukan oleh dan atau bersama
perusahaan.
 Perusahaan Afiliasi adalah perusahaan-perusahaan yang ada keterkaitan dengan
perusahaan baik langsung maupun tidak langsung.
 Kumulasi sikap, perilaku, cara bagaimana proses kerja dilaksanakan, akan
membangun budaya kerja yang merupakan salah satu elemen penting dalam
perusahaan.

2.5 Prinsip-prinsip Etika dalam Perilaku Bisnis

Secara umum prinsip-prinsip yang berlaku pada kegiatan bisnis yang baik tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia pada umumnya, selain itu prinsip-prinsip sangat erat
berkaitan pada system nilai yang dianut oleh masyarakat pada umumnya. Dibawah ini
prinsip-prinsip etika dalam perilaku bisnis :

Menurut Michael Josephson yang dikutip oleh Zimmerer, secara umum terdapat
sepuluh prinsip etika yang mengarahkan perilaku sebagai berikut :

11
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus
terang,tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hai,
berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat,
dan dapat dipercaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen,
patuh,tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic
dengandalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
Negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga
dalam suatu konteks professional, menjaga/melindungi kemampuan untuk
membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang
tidak pantas serta konflik kepentingan.
5. Kewajaran keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui
kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual
dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas atau
mengambil keuntungan professional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal
yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan,
tolong - menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan
hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak
merendahkan danmemperlakukan martabat orang lain.
8. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan,
penuh kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab
atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.

12
2.6 Cara-cara mempertahankan standar etika.

Beberapa cara mempertahankan standar etika diantaranya:

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan


nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik
kepentingan.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan
apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang
melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
begantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip moral
dan nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari penyimpangan etika.
5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran
para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodic. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas system etika.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Standar
tingkahb laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam
organisasi.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu
untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima
aspirasi untuk perbaikan perusahaan.

2.7 Tanggung Jawab Perusahaan

Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:

1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan,


artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur

13
ulang limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan
kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat diakukan dengan cara:
a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan
b) Meminta input kepada karyawan
c) Memberikan umpan balik positif maupun negative
d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan
e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan
f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik
g) Memberi kepercayaan kepada karyawan.
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan juga
termasuk melindungi hak-hak pelanggan yaitu:
a) Hak mendapatkan produk yang aman
b) Hak mendapatkan informasi segala aspek produk
c) Hak untuk didengar
d) Hak memilih apa yang akan dibeli
Sedangkan menurut Zimmerer(1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi
meliputi:
a) Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannnya.
b) Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa
yang mereka beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang
tersebut.
c) Hak untuk didengar. Komunikasi dua arahh harus dibentuk, yaitu untuk
menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk
menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
d) Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya
pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk.
e) Hak untuk memilih. Tanggung jawab social perusahaan adaalah tidak
mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antimonopili
(antitrust)

14
4. Tanggung jawab terhadap investor. Tanggung jawabnya yaitu menyediakan
pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba dan juga
melaporkan kinerja keuangan seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan dan
menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap masyarakat.

15
BAB 3
STUDI KASUS
Judul Studi Kasus : KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS YANG DILAKUKAN
OLEH PERUSAHAAN GARUDA INDONESIA

Permasalahan :

Penerapan etika bisnis yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia masih
mengalami beberapa permasalahan menyangkut penerapan etika bisnis para pekerjanya. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya kasus-kasus yang menjegal PT. Garuda Indonesia dalam
praktik bisnis mereka. Salah satu kasusnya adalah -kasus persekongkolan antara para pelaku
usaha (meeting of minds) untuk meniadakandiskon atau membuat keseragaman diskon, dan
kesepakatan meniadakan produk yangditawarkan dengan harga murah di pasar. Dalam kasus
ini Garuda Indonesia dinyatakan bersalah karena melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun
1999 yang mana pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga. -Selanjutnya pada tahun 2019 lalu publik juga sempat dihebohkan
oleh kasus penyelewengan jabatan oleh Ari Aksara yang dimana selain melakukan praktik
rangkap jabatan, Ari juga melakukan penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton,
kasus ini berakibat pada pencopotan jabatan Ari Aksara oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Lalu yang terakhir, PT. Garuda Indonesia juga mengalami kasus terkait laporan
keuangan. Dalam kasus ini komisaris maskapai menolak laporan keuangan Garuda yang
menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh laba bersih sebesar US$809.850 pada tahun
2018, angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2017 lalu. Atas kasus tersebut, pihak akuntan
publik dan kantor akuntan publik auditor laporan keuangan garuda dijatuhi sanksi oleh
kemenkeu karena terbukti bersalah.Analisis : Contoh kasus pelanggaran etika bisnis dan
analisisnya yang berikutnya bisa dilihat dari kasusPT Garuda Indonesia yang terjadi pada
tahun 2018 silam. Dimana maskapai penerbangan milik BUMN ini telah melanggar kode etik
berbisnis, yakni dengan adanya manipulasi pada laporan keuangannya.Selain itu ketiga kasus
diatas merupakan beberapa contoh kasus dimana 5 prinsip serta nilai sincerity yang telah
ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia telah dilanggar oleh beberapa pihak internal
perusahaan, yang dimana itu merupakan sebuah bentuk penyimpangan dari etika bisnis yang
ditetapkan perusahaan sebagai pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Untuk itu perlu diterapkan perbaikan internal manajemen Garuda Indonesia khususnya terkait
pengimplementasian etika bisnis dalam praktik bisnis mereka.

16
Penerapan etika bisnis yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia masih mengalami
beberapa permasalahan menyangkut penerapan etika bisnis para pekerjanya. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya kasus-kasus yang menjegal PT. Garuda Indonesia dalam praktik
bisnis mereka. Salah satu kasusnya adalah

Kasus persekongkolan antara para pelaku usaha (meeting of minds) untuk


meniadakan diskon atau membuat keseragaman diskon, dan kesepakatan meniadakan produk
yang ditawarkan dengan harga murah di pasar. Dalam kasus ini Garuda Indonesia dinyatakan
bersalah karena melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang mana pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga.

Selanjutnya pada tahun 2019 lalu publik juga sempat dihebohkan oleh kasus
penyelewengan jabatan oleh Ari Aksara yang dimana selain melakukan praktik rangkap
jabatan, Ari juga melakukan penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton, kasus
ini berakibat pada pencopotan jabatan Ari Aksara oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Lalu yang terakhir, PT. Garuda Indonesia juga mengalami kasus terkait laporan
keuangan. Dalam kasus ini komisaris maskapai menolak laporan keuangan Garuda yang
menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh laba bersih sebesar US$809. pada tahun 2018,
angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2017 lalu. Atas kasus tersebut, pihak akuntan
publik dan kantor akuntan publik auditor laporan keuangan garuda dijatuhi sanksi oleh
kemenkeu karena terbukti bersalah.

Analisis :

Contoh kasus pelanggaran etika bisnis dan analisisnya yang berikutnya bisa dilihat dari kasus
PT Garuda Indonesia yang terjadi pada tahun 2018 silam. Dimana maskapai penerbangan
milik BUMN ini telah melanggar kode etik berbisnis, yakni dengan adanya manipulasi pada
laporan keuangannya. Selain itu ketiga kasus diatas merupakan beberapa contoh kasus
dimana 5 prinsip serta nilai sincerity yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia telah
dilanggar oleh beberapa pihak internal perusahaan, yang dimana itu merupakan sebuah
bentuk penyimpangan dari etika bisnis yang ditetapkan perusahaan sebagai pelaksanaan
prinsip Good Corporate Governance (GCG). Untuk itu perlu diterapkan perbaikan internal
manajemen Garuda Indonesia khususnya terkait pengimplementasian etika bisnis dalam
praktik bisnis mereka.

17
Sumber studi kasus :

http://etd.unsyiah.ac.id//index.php?p=show_detail&id=14474

18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan

Etika bisnis merupakan ilmu yang mempelajari perilaku pengusaha berdasarkan nilai
moral dan norma yang dijadikan patokan dalam mengambil keputusan dan memecahakan
suatu persoalan masalah. Maka dari itu disetiap organisasi atau perusahaan harus memiliki
tanggung jawab terhadap karywan, lingkungan, pelanggan investor, serta masyarakat. Karena
dengan beretika dan bekomunikasi dengan baik selain dapat menjamin kepercayaan dan
loyalitas yang berpengaruh pada suatu perusahaan.

4.2 Saran

Melihat dari peranan etika dalam kehidupan masyarakat, berharap setiap lembaga
pendidikan tetap menekankan moral di dalam lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi.
Apalagi dilihat darilatar belakang budaya Indonesia terkenal akan sikap moral dan budi
pekerti yang baik. Sehingga dimasa yang akan datang bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa
yang dikenal dimata dunia sebagai negara yang maju dan tetap menjunjung tinggi etika dan
moral yang baik entah dari segi bisnis, pendidikan ataupun yang lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=Nmy2EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:cCAKPHpZdmMJ:sc
holar.google.com/&ots=95AZszeoN9&sig=31GBiKU5ayl_kn9ocMh-
8f2aQX0&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/12413/2/BAB%20I.pdf
https://id.scribd.com/document/370489601/Etika-Komunikasi-Bisnis
Priyatna Soeganda, Elvinaro . 2009.Komunikasi bisnis. Bandung : Widya Padjajaran.

20

Anda mungkin juga menyukai