Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ETIKA DALAM BERORGANISASI”

OLEH :
NURAFNI (C20118293)

HIMPUNAN MAHASISWA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Palu, 26 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iis
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Etika ............................................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Organisasi ................................................................................................................... 4
2.3 Prinsip Etika .................................................................................................................................. 5
2.4 Peran Etika dalam Berorganisasi .................................................................................................. 6
2.5 Tujuan Etika dalam berorganisasi ................................................................................................. 7
2.6 Tipe Etika dalam Berorganisasi .................................................................................................... 7
2.7 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Etika ..................................................................................... 8
2.8 Konsep Etika dalam Berorganisasi .............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dihadapkan pada suatu situasi bahwa dalam
interaksi dengan sesama diperlukan etika. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara
hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Sebagai pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya,
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari
tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Etika (ethics) mengacu pada prinsip-prinsip keyakinan moral yang mencerminkan


keyakinan masyarakat mengenai tindakan yang benar atau salah dari seorang indivudu atau
kelompok. Tentunya, nilai yang dianut seseorang indivudu, suatu kelompok, atau suatu
masyarakat dapat bertentangan dengan nilai yang dianut seseorang indivudu, suatu kelompok,
atau suatu masyarakat lainnya. Oleh karena itu, standar etika tidak mencerminkan prinsip
yang diterima secara universal, malainkan produk akhir suatu proses yang mendefinisikan
dan mengklarifikasi sifat dan lingkungan dari interaksi manusia. Dengan demikian,
keyakinan bahwa manajemen dalam sebuah perusahaan sebaiknya dioperasikan dengan cara-
cara yang responsif terhadap kondisi sosial untuk kepentingan para pemangku kepentingan,
merupakan keyakinan bahwa seorang manajer akan berperilaku secara etis.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi


manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari.
Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini

1
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat
dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa pengertian Etika?
2 Apa pengertian Organisasi?
3 Apa saja prinsip-prinsip etika dalam berorganisasi?
4 Apa peran etika dalam berorganisas?
5 Bagaimana tujuan etika dalam berorganisasi
6 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi etika dalam berorganisasi?
7 Apa tipe etika dalam Berorganisasi?
8 Apa saja Konsep etika dalam berorganisasi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Etika
2. Untuk mengetahui pengertian Organisasi
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika dalam berorganisasi
4. Peran etika dalam berorganisasi
5. Untuk mengetahui tujuan etika organisasi
6. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi etika dalam
berorganisasi
7. Untuk mengetahui tipe etika dalam Berorganisasi
8. Untuk mengetahui Konsep etika dalam berorganisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan.
Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Yang mana dapat disimpulkan bahwa etika
adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang hak dan
kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai
mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat (Wibisono et al.,
2013)

Seperti yang telah dirumuskan oleh Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Etika
Nikomacheia yang dikutip dalam buku (Lagiono & nurul qomariah, 2017) . Menurutnya
pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu:

1. Terminius Technicus yang artinya etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang
mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia,
2. Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata cara
dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human
nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari
Bertens, 2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)”. Sedangkan kata „etika‟ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :

1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari
perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama hanya terdapat satu arti saja yaitu Etika sebagai ilmu.

Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita
misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika
merosot terus” maka kata “etika” di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata “etika”
dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan “nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat”. Jadi arti kata „etika‟ dalam Kamus Bahasa
Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata “etika” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut :

Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa,
etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini
bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Kumpulan asas atau nilai moral.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik Ilmu tentang yang
baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan
nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

2.2 Pengertian Organisasi


Menurut (Lagiono & nurul qomariah, 2017) Organisasi sering didefinisikan sebagai
sekelompok manusia (group of people) yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
bersama (common goals). Definisi yang lebih komprehensif misalnya diberikan oleh Stephen
F. Robbins sebagai berikut Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka
waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan

4
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan untuk mencapai
tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Dimock dalam Tangkilisan dengan bukunya Manajemen Publik,


mendefinisikan organisasi sebagai berikut: Organisasi adalah suatu cara yang sistematis
untuk memadukan bagian-bagian yang saling tergantung menjadi suatu kesatuan yang utuh di
mana kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

Menurut Dwight Waldo dalam Kencana Syafie dengan bukunya Birokrasi Pemerintahan
Indonesia, menjelaskan: Organisasi sebagai suatu struktur dan kewenangan-kewenangan dan
kebiasaan dalam hubungan antar orang- orang pada suatu sistem administrasi.

2.3 Prinsip Etika


Prinsip-prinsip Etika Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum
Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai
pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikiritu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat
ratusan macam ideagung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat
diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan,
persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan,dan kebenaran (Asmoko, 2019). Yang dijelaskan
sebagai berikut :

1. Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasasenang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusiamemperhatikan nilai-nilai keindahan dan
ingin menampakkan sesuatuyang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian,
penataanruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2. Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga
muncul tuntutan terhadap persamaan hak antaralaki-laki dan perempuan, persamaan ras,
serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang
tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3. Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat-menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan

5
sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena denganberbuat
baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan yang diberikan kepadamasyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan
kebaikan bagimasyarakat.
4. Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang semestinya merekaperoleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari
seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang
menjadi hak orang lain
5. Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak
bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi
manusia, setiap manusiamempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak oranglain.
Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia
tidak melakukan tindakan yang semena-menakepada orang lain. Untuk itu kebebasan
individu disini diartikan sebagai: kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan
pilihanü kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kanpilihannya
tersebutü kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6. Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran
yang logis/rasional. Kebenaran harus dapatdibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran
itu dapat diyakini olehindividu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat
diterimasebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.

2.4 Peran Etika dalam Berorganisasi


1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat

6
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku perilaku sebagian
para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah
disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan
etik pada masyarakat profesi tersebu

2.5 Tujuan Etika dalam berorganisasi


Tujuan mempelajari etika adalah untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai
penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Pengertian
baik adalah sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan
perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif),
sedangkan Pengertian buruk adalah segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

2.6 Tipe Etika dalam Berorganisasi


Secara umum, menurut A. Sonny Keraf yang dikutip dalam buku (Hasibuan, 2018), etika
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Etika Umum yang membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis dalam
mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau pedoman untuk menilai “baik
atau buruknya” suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
Etika umum tersebut dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, doktrin, dan ajaran yang
membahas pengertian umum dan teori etika.
2) Etika Khusus, yaitu penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang khusus, yaitu
bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari pada proses
dan fungsional dari suatu organisasi, atau dapat juga sebagai seorang profesional untuk
bertindak etis yang berlandaskan teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar. Etika
khusus atau etika terapan dan prinsip-prinsip tertentu dalam etika kehumasan
sesungguhnya merupakan penerapan dari prinsipprinsip etika pada umumnya. Etika
khusus tidak terlepas dari sistem nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan publik dan
masyarakat, seperti berpedoman pada nilai kebudayaan, adat istiadat, moral dasar,
kesusilaan, pandangan hidup, kependidikan, kepercayaan, hingga nilai-nilai kepercayaan
keagamaan yang dianut.

7
2.7 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Etika
Mengenai faktor faktor yang mempengaruhi etika, Al - Ghazali dalam Rohman, 2017
mengambil semboyan dari tasawuf yang benar dan terkenal. Adapun maksud dari semboyan
yang benar ialah agar manusia sejauh kesanggupan yang benar meniru – niru perangai dan
sifat – sifat yang benar dan yang disukai Tuhan, yaitu sabar, jujur, takwa, zuhud, ikhlas,
bersyukur, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Adapun faktor
– faktor yang mempengaruhi etika diantaranya adalah :
1. Sifat manusia. Sifat manusia tidak bisa ditinggalkan ataupun dihilangkan. Sifat
manusia terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah sifat baik dan sifat
buruk. Sifat baik ini sangatlah penting dan bajib bagi manusia untuk dijaga dan
dilestarikan.
2. Norma – norma etika. Norma etika tidak bisa disangkal dan mempunyai hubungan
erat dengan perilaku baik dengan praktik kehidupan sehari – hari motivasi yang kuat
dan terpenting bagi perilaku norma etika adalah agama.
3. Aturan – aturan agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran etika yang menjadi
pegangan bagi perilaku para penganutnya. Ajaran perilaku baik sedikit berbeda, tetapi
secara menyeluruh perbedaan tidak terlalu besar.
4. Fenomena kesadaran etika. Fenomenologi ini termasuk faktor – faktor yang
mempengaruhi etika. Gejala apa yang kelihatan selalu muncul dalam kesadaran etika
seseorang.

2.8 Konsep Etika dalam Berorganisasi


Menurut (Rohman, 2017) Etika sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan kajian
secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai,dan norma perilaku manusia yang baik atau
tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang
berlainan. Berikut ini beberapa teori etika:

1. Utilitarian view Prinsip dasar pandangan ini adalah bahwa perilaku yang etis
memberikan kebaikan dan manfaat bagi banyak orang. Dengan merujuk pada pemikiran
John Stuart Mill, seorang filosof pada abad ke-19, pandangan ini juga berusaha untuk
melihat dampak secara moral dari sebuah keputusan yang dibuat. Pandangan utilitarian
menggunakan metode kuantitatif dalam pengambilan atau pembuatan keputusan

8
organisasi dan lebih cenderung menekankan pada bagaimana cara memberikan manfaat
atau kebaikan sebesar-besarnya bagi banyak orang.
2. Individualism view
Individualism view atau pandangan individualisme mendasarkan pada prinsip bahwa
perkembangan jangka panjang kepentingan diri seseorang merupakan komitmen utama
seseorang tersebut. Dengan kata lain, bila kepentingan diri seseorang diupayakan dengan
melihat jangka panjang, maka hal-hal yang tidak baik (perbuatan negatif) seperti
berbohong atau melakukan kecurangan untuk mengejar kepentingan jangka pendek
(pragmatis) sebaiknya tidak dilakukan dan tidak bisa ditolerir. Karena apabila satu orang
melakukan kebohongan atau kecurangan untuk mengejar kepentingan jangka pendek
(pragmatis) dan ditolerir, maka semua orang memiliki kesempatan untuk melakukan
perbuatan yang sama dan akan mengikutinya. Akibatnya, kepentingan jangka panjang
seseorang dan kepentingan secara umum tidak akan terpenuhi. Secara sederhana
pandangan ini menargetkan capaian bahwa setiap orang harus berlaku jujur dan
berintegritas dalam meraih tujuannya.
3. Moral-rights view
Moral rights view atau pandangan kebenaran moral adalah pandangan yang mendasarkan
pada prinsip bahwa semua orang harus melindungi dan menghargai hak asasi manusia.
Pada awalnya, pandangan ini melihat apa yang disampaikan John Locke dan Jefferson,
bahwa hak orang untuk hidup, bebas, serta diperlakukan secara adil oleh hukum tidak
bisa diganggu gugat. Konsep yang disampaikan John Locke dan Jefferson tersebut
kemudian meluas pada organisasi-organisasi saat ini untuk memastikan bahwa hak-hak
karyawan (anggota dalam organisasi) seperti hak atas privacy, keadilan, kebebasan
berbicara, kebebasan untuk meminta persetujuan, kesehatan dan keselamatan, serta
kebebasan hati nurani harus senantiasa dilindungi.
4. Justice view
Justice view atau pandangan keadilan berpegang pada prinsip bahwa perilaku etis adalah
bagaimana memperlakukan orang secara adil dan tidak memihak sesuai dengan standar
dan peraturan yang berlaku. Pandangan ini menilai aspek etis tidaknya suatu perilaku
dari setiap keputusan berdasarkan sejauh mana tingkat keadilan keputusan tersebut bagi
siapa saja yang terpengaruh atau termasuk dalam lingkup keputusan tersebut.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang mana dapat disimpulkan bahwa etika adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat (Wibisono et al., 2013) Kalau kita misalnya sedang membaca
sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus” maka kata
“etika” di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata “etika” dalam kalimat tersebut bukan etika
sebagai ilmu melainkan “nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat”.

3.2 Saran
Untuk menjaga lingkungan yang nyaman perlu adanya etika dalam berorganisasi.
Karena dengan adanya etika organisasi jalannya organisasi dapat berjalan dengan baik dan
lebih harmonis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmoko. (2019). Etika Dalam Berorganisasi. SQUAD19.

Hasibuan, A. (2018). Etika Profesi - Profesionalisme Kerja.


https://doi.org/10.31219/osf.io/7ezmq

Lagiono, & nurul qomariah. (2017). Etika Profesi. In kesehatan lingkungan.

Rohman, A. (2017). Dasar Dasar Manajemen.

Wibisono, H. K., Trianita, L. N., & Widagdo, S. (2013). Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal
untuk Konstruksi Moral Kebangsaan. In Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk
Konstruksi Moral Kebangsaan.

11

Anda mungkin juga menyukai