Anda di halaman 1dari 12

KINERJA ORGANISASI

KINERJA DAN ORGANISASI

1.

2.

3.

4.

Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun
organisasi. Dalam arti ini kinerja merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu.
Beberapa pendapat mengenai kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli
sebagai berikut :
Menurut
Keban
(2004)
kinerja
merupakan
terjemahan
dari performance yang sering diartikan sebagai penampilan, unjuk rasa atau
prestasi. Hal ini juga sependapat dengan yang dikatakan Mangkunegara
(2008 : 67) bahwa istilah kinerja berasal dari katajob performance atau actual
performance yakni prestasi kerja atau prestasi yang ingin dicapai.
Menurut Keban (2004 : 183) pencapaian hasil (kinerja) dapat dinilai
menurut pelaku yaitu:
Kinerja individu yang menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah
melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah
ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
Kinerja kelompok, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang elah
melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah
ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
Kinerja organisasi, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh satu kelompok
telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi dan misi
institusi.
Kinerja program, yaitu berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatankegiatan dalam program yang telah dilaksanakan sehingga dapat mencapai
tujuan dari program tersebut.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun,
2006 :25).
Kinerja adalah seperangkat keluaran (outcome) yang dihasilkan oleh
pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu (Tangkilisan, 2003 :
109).

Menurut The Scibner Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat


dan Canada tahun 1979 (dalam Widodo, 2005 : 77-78) kinerja diartikan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

To do or carry out; execute.


To discharge or fulfill; as a vow.
To potray, as a character in a play.
To render by the voice or a musical instrument.
To execute or complete an undertaking.
To act a part in a play.
To perform music.
To do what is expectedof a person in machine.

Dalam Encyclopedia of Public Administration and Public Policy tahun


2003, Kinerja menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut
mencapai hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous
performance) dibandingkan dengan organisasi lain (brenchmarking) dan sampai
seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. (dalam
Keban, 2004 : 193).
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (dalam
Pasolong, 2007 : 175) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Prawirosentono (dalam Pasolong, 2007: 176 berpendapat bahwa
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau kelompok
pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa konsep
kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau kelompok
dalam suatu organisasi dalam pelaksanaan kegiatan, program, kebijaksanaan
guna mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal ini menjelaskan pula bahwa konsep kinerja berhubungan erat
dengan konsep organisasi. Adapun pengertian organisasi dijelaskan oleh
beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Reitz dalam Prastowo (1999 : 20) yang menyatakan suatu
organisasi adalah unit sosial yang dibentuk mencapai tujuan atau beberapa

tujuan. Pengertian sebuah organisasi bergantung dari sudut pandang yang


digunakan untuk melihat hal tersebut. Dua pendekatan dalam memahami
pengertian organisasi yang umumnya yaitu pandangan obyektif dan subyektif.
1. Pandangan obyektif mengatakan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu
yang
bersifat fisik dan konkrit, dan merupakan sebuah struktur.
2. Pandangan subyektif memandang organisasi sebagai sebuah kegiatan yang
dilakukan orang-orang dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang
melibatkan orang-orang. (Paca dan Faules, 2000 :11).
Menurut Mooney (dalam Wursanto, 2005 : 52), menyatakan bahwa
Organization is the form of every human association for the attainment of
common purpose (organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan
manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama).
Mahsun (2006 : 1) memberikan konsep organisasi yaitu Organisasi sering
dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan
cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang
telah ditetapkan bersama. Kumpulan pedagang, kumpulan mahasiswa, kumpulan
pegawai, kumpulan pengusaha, bahkan kumpulan para pengangguran pun
merupakan suatu organisasi jika mereka mempunyai tujuan dan sasaran tertentu
yang hendak dicapai.
Menurut Hodges (dalam Sutarto, 1993 : 27) mengemukakan Organization
was defined as the procces of building, for any enterprise, a structure that will
provide for the separation of activities to be performed and for the arrangement
of the activities in a framework which indicated their hierarchical importance and
fungsional associations.
KINERJA ORGANISASI
Dua pengertian konsep sebelumnya setidaknya menjelaskan dimana
posisi kinerja dan dimana posisi organisasi ketika dua konsep tersebut masih
berjalan secara terpisah. Jika digabungkan, konsep kinerja dan organisasi
membentuk satu variabel baru yaitukinerja organisasi adalah kemampuan
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada organisasi dengan sebaikbaiknya guna mencapai sasaran yang telah disepakati. Jadi disini bukan hanya
menitikberatkan pada pencapaian tujuan belaka melainkan juga pada proses

mengelola sub-sub tujuan dan hasil evaluasinya, kondisi intern organisasi


pengaruh lingkungan luar dan tenaga kerja atau pihak-pihak yang terlibat.
Menurut
Swanson
(dalam
Keban,
2004
:
193) Kinerja
organisasi adalahmempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu organisasi
telah sesuai dengan kenyataan kondisi atau faktor ekonomi, politik, dan budaya
yang ada; apakah struktur dan kebijakannya mendukung kinerja yang diinginkan;
apakah memiliki kepemimpinan, modal dan infrastuktur dalam mencapai misinya;
apakah kebijakan, budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja
yang diinginkan; dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan memelihara
kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber dayanya.
Kinerja organisasi oleh Bastian ( 2001:329) sebagai gambaran mengenai
tingkaat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi sebuah kinerja organisasi. Konsep kinerja organisasi juga
menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran kinerjanya dengan menggunakan
indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya
sudah tercapai atau belum.
INDIKATOR KINERJA ORGANISASI
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran/tujuan ( Bastian 2001 : 33 dalam
buku manajemen publik ) yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan
elemen elemen indikator berikut ini :
1. Indikator masukan ( inputs ) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa yang meliputi
sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator keluaran ( outputs ) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.

3. Indikator hasil ( outcomes ) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
4. Indikator dampak ( impacts ) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
Dalam pembahasan kinerja organisasi selalu dibicarakan dan dibedakan
mengenai organisasi privat dan organisasi publik. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja organisasi antara privat dan publik pun secara khusus juga
dapat dikatakan berbeda. Untuk membedakan suatu organisasi tertentu adalah
organisasi privat atau organisasi publik juga ada indikatornya.
Ada 3 indikator yang umumnya digunakan sebagai ukuran sejauh mana
kinerja organisasi berorientasi keuntungan ( profit oriented ), ( Bastian, 2001 :
335 336 dalam buku manajemen publik ) adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas adalah hubungan antara input dan output dimana penggunaan barang
dan jasa dibeli oleh organisasi untuk mencapai output tertentu.
2. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input, dimana pembelian barang
dan jasa dilakukan pada kualitas yang diinginkan dan harga terbaik yang
dimungkinkan.
Berkaitan dengan ukuran kinerja organisasi, Ruky ( 2001 : 158 159 )
mengemukakan bahwa penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan
kegiatan membandingkan antara hasil yang sebenarnya diperoleh dengan yang
direncanakan. Sasaran yang ingin dicapai organisasi diteliti, mana yang yang
telah dicapai sepenuhnya ( 100% ), mana yang di atas standart ( target ) dan
mana yang dibawah target atau tidak tercapai sepenuhnya.
INDIKATOR PENGUKURAN KINERJA DINAS KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN KOTA SURABAYA
Berdasarkan tugas tugas pokok dan profil dinas kebersihan dan
pertamanan kota Surabaya indikator bagi kinerja organisasi dinas kebersihan
dan pertamanan kota Surabaya dapat dilihat dan diukur melalui 2 bidang besar
yang mewakili keseluruhan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya.
1. BIDANG OTONOMI DAERAH

Bidang otonomi daerah sesuai indikator kinerja organisasi yang telah


dibahas di atas, bidang ini merupakan bidang yang masuk dalam indikator inputs.
Bidang otonomi yang dimaksud dalam hal ini meliputi sumber daya manusia,
informasi, kebijakan yang ada dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya. Sesuai dengan tugas DKP Surabaya yang menyangkut pelaksanaan
urusan kepemerintahan dibidang pekerjaan umum dan otonomi daerah, menurut
kelompok kami DKP surabaya sudah dapat dikatakan berhasil. Menurut kami,
yang dimaksud otonomi disini adalah kesempatan DKP untuk mengurus
kebutuhannya sendiri dari berbagai segi masalah yaitu masalah keuangan,
administrasi, pengelolaan ketatausahaan, perumusan kebijakan masalah teknis
dan sebagainya, namun semua itu harus terbatas di bidangnya yaitu bidang
kebersihan dan pertamanan dan tugas tugas lain yang sesuai bidang yang
diperintahkan oleh kepala daerah. Kewenangan ini membuat DKP Surabaya
mempunyai struktur organisasi sendiri diluar Pemerintah Daerah walaupun
sebenarnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya ini merupakan
bagian dari pemerintahan daerah Surabaya. Struktur Organisasi DKP Surabaya
2. SEGI UNIT KERJA DKP
Bidang lain yang dapat digunakan sebagai alat ukur dinas
kebersihan dan pertamanan kota Surabaya adalah unit kerja DKP Surabaya
secara keseluruhan. Unit kerja ini berdasarkan teori indikator kinerja di atas
adalah indikator outputs. Untuk selanjutnya ketika kegiatan itu sudah ada hasil
dan pengaruh yang ditimbulkan akan berkaitan juga dengan dua indikator lainnya
yaitu indikator outcomes dan indikator dampak. Ada 4 unit kerja Dinas
kebersihan dan pertamanan kota Surabaya yang menurut kami menunjukkan
keberhasilan kinerja sektor publik daerah ini, walaupun dalam perjalanannya
seringkali terjadi penyalahgunaan penyalahgunaan yang seolah olah
menunjukkan bahwa kinerja salah satu sektor publik ini buruk di mata sebagian
masyarakat. Unit kerja dari Dinas kebersihan dan pertamanan kota Surabaya
yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah IPLT atau instalasi pengolahan
limbah tinja, pertamanan, penerangan jalan umum atau PJU, lokasi pembuangan
akhir atau LPA.
1. IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja)
Kali ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya ingin sedikit
memberikan wacana tentang keberadaaan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja
(IPLT) Keputih dalam usaha mengolah limbah tinja yang berasal dari masyarakat.
IPLT Keputih merupakan salah satu UPTD di Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Surabaya yang mempunyai tugas mengelola limbah tinja menjadi pupuk

kompos dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan khususnxa kualitas


perairan yang disebabkan oleh pencemaran air.
Harapan Pemerintah Kota Surabaya semoga dengan adanya IPLT Keputih
merupakan bentuk kepedulian pelayanan kepada masyarakat dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berwawasan lingkungan.
Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) yang dimiliki Pemerintah Kota
Surabaya sejak tahun 1991 merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk
menyempurnakan sistem pembuangan limbah tinja. IPLT menggunakan sistem
biologi dengan kolam oksidasi yang dilengkapi motor dan mempunyai kapasitas
olah maksimum sebesar 400 M3/hari.
Bangunan pengolahan terdiri dari:
1. Bak Pemisah Lumpur (Solid Separation Chamber/SSC).
2. Bak Pengumpul Filtrat (Sump Well).
3. Balancing Tank / Equalization Tank.
4. Parit Oksidasi (Oxidation Ditch).
5. Bak Distribusi (Distribution Box).
6. Bak Pengendap Air (Clarifier).
7. Bak Pengering Lumpur (Sludge Driving Bed).
8. Kolam Pengering Lumpur (Drying Area).
9. Bak Penampung Air Limbah Olah.
Hasil olah IPLT baik air maupun lumpur dapat dikembalikan ke alam
dengan aman. Sampai s`at ini biro jasa penyedot tinja yang memperoleh ijin
pembuangan ke IPLT sebanyak 28 Biro Jasa (Perusahaan).
Tujuan pengolahan limba tinja sendiri adalah untuk mengurangi tingkat
pencemaran yang disebabkan oleh limbah tinja, mengingat limbah tinja sangat
berbahaya bagi lingkungan khususnya kualitas air.
Manfaat dari pengolahan limbah tinja ini dapat diperoleh dari hasil olahan yang
dihasilkan. Lumpur hasil pengolahan, dapat digunakan untuk pembuatan kompos
(budidaya pertanian). Selain itu, dapat digunakan untuk meningkatkakan kualitas
lingkungan, khusunya kualitas air (perairan).
2. Pertamanan
Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata
sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan dan kenyamanan, dan
keamanan bagi pemilik atau penggunanya. Berdasarkan skala dan entuknya,
taman dapat disebut garden, park, atau landscape.
Akhir-akhir ini tampak kecenderungan masyarakat, baik di kota maupun di
desa, merasa puas dan bangga apabila membangun taman dihalaman

rumahnya. Mereka membuatnya seindah mungkin, baik taman berbunga dan


hamparan rumput hijau, taman gizi, dan dapur hidup yang terdiri dari sayursayuran, maupun tanaman apotek hidup.
Kecenderungan tersebut tidak hanya melanda masyarakat penghuni
rumah secara pribadi saja, tetapi juga masyarakat dalam suatu lingkungan,
seperti di kompleks perumahan. Adanya taman lingkungan (community park) dan
taman bermain (play ground) di perumahan dijadikan salah satu taktik developer
untuk menarik pembeli.
Upaya pelayanan Ruang terbuka Hijau (RTH), juga sedang digencarkan
oleh Dinas Kebersihan dan pertamanan Kota Surabaya saat ini. Banyaknya
lahan-lahan kosong ditengah kota, kini dijadikan taman kota dan hutan kota.
Surabaya pun makin mantap melaju sebagai city of tomorrow (kota masa depan)
dari aspek lingkungan. Meski, berdasar catatan banyak kalangan, kerja keras
teman-teman Dinas Kebersihan dan Pertamanan masih menyentuh angka 12
persen atau 20 persen dari ruang terbuka hijau yang di garap bersama REI dan
yang lain. Sesungguhnya pencapaian ini masih jauh dari kondisi ideal. Sebab,
melihat luas wilayah Surabaya 32.636.768 ha selayaknya kota ini memiliki ruang
terbuka hijau seluas 4.8951.52 ha. Tapi dalam waktu cukup singkat, persentase
capaian itu sudah layak mendapat apresiasi. Bukan tak mungkin bila komitmen
dan kerja keras teman-teman pemerintah kota tetap sesuai standar persentase
ideal yang diharapkan bakal tercapai dalam periode selanjutnya.
Setidaknya, apa yang dicapai sekarang sudah mampu mengembalikan fungsi
ruang terbuka hijau selayaknya. Fungsi sebagai filter udara, daerah tangkapan
air mengurangi kadar zat pencemar udara, dan menambah kenyamanan kota
sudah bisa di rasakan. Termasuk fungsi untuk mengurangi efek-efek
dimatological healt pada pusat-pusat bangunan tinggi dan polusi udara dari
kendaraan bermotor yang berakibat pada timbulnya anomali pergerakan zat
pencemar udara yang berdampak destruktif baik terhadap fisik bangunan
maupun makhluk hidup.
Pengembalian fungsi terbuka hijau yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Surabaya, selain memaksimalkan tiap jengkal tanah
kosong juga menghiasnya dengan tanaman dengan bunga warna-warni yang
tidak saja cantik tapi juga fungsional. Tanaman dan bunga yang menghias jalanjalan Kota Surabaya dipilih bukan hanya karena bentuknya yang indah. Tapi
bunga dan tanaman itu memang memiliki fungsi ganda, indah untuk kecantikan
kota sekaligus mereduksi pencemaran udara untuk kesehatan warga kota. satu
contoh bunga sansiviera (bunga pedang pedangan).Mungkin tidak cantik, tapi

fungsinya berpengaruh besar mampu menyerap polusi. Padahal satu taman


bisa berhias puluhan tanaman dan bunga sebagaimana dapat dilihat dalam
website ini. Website ini dibuat tanpa potensi berlebihan. Ia hanya merupakan
rekaman dari upaya serius dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya untuk menciptakan kondisi kota yang ideal. Kota metropolitan yang
senantiasa menjaga iklim dan lingkungan kota tetap sejuk dan sehat bagi warga
kotanya. Berikut beberapa gambaran taman yang ada di kota Surabaya yang
telah di ciptakan dan dikelola oleh DKP Surabaya untuk kesejahteraan
masyarakat.
3. Penerangan Jalan Umum (PJU)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya merupakan dinas yang
mempunyai tugas yang berkaitan dengan PJU. Adapun yang dimaksud dengan
PJU adalah:
Lampu Penerangan Jalan yang dipasang untuk kepentingan umum /
bersama / yang bersifat publik, termasuk lampu-lampu yang dipasang pada
taman-taman, air mancur, serta lampu-lampu dekorasi untuk keindahan kota dan
lingkungan.
Penerangan jalan yang ada pada Kota Surabaya berdasarkan kepemilikan dibagi
menjadi 3, yaitu:
1. Milik Pemkot
2. Fasilitas penerangan jalan yang dipasang dan dikelola oleh PEMKOT
Surabaya untuk kepentingan umum.
3. Milik Pengembang
4. Fasilitas Penerangan Jalan yang disediakan / dipasang dan dikelola oleh
pengembang / developer untuk menerangi jalan-jalan di lingkungan perumahan
yang mereka bangun.
5. Milik Warga Masyarakat
6. Fasilitas Penerangan jalan yang dipasang dan dikelola oleh warga
masyarakat secara swadaya untuk menerangi jalan di lingkungan mereka sendiri.
Penerangan Jalan Berdasarkan Kondisinya.
1. Penerangan Jalan Legal.
Penerangan jalan yang sudah terdaftar pada PT. PLN pengelola / pemiliknya
mempunya kewajiban membayar rekeningnya.
2. Penerangan Jalan Ilegal.
Penerangan jalan yang tidak terdaftar pada PT. PLN, sehingga pemiliknya tidak
membayar pemakaian energi listriknya.
Program PJU Pemkot Suarabaya

1. Pelaksanaan Program Pemasangan PJU


Program ini diprioritaskan pada jalan-jalan umum, dan jalan-jalan yang dilalui
oleh mobil penumpang umum. Secara umum pemasangan PJU berasal dari :
Perencanaan yg telah ditetapkan oleh PEMKOT (disesuaikan dgn kemampuan
anggaran / APBD).
Usulan warga melalui Surat masuk / Musrenbang.
2. Pelaksanaan Program Pemeliharaan PJU milik PEMKOT
Program ini dilaksanakan untuk menjaga agar PJU yang telah dipasang oleh
PEMKOT dapat berfungsi dengan baik dan dapat bermanfaat untuk menerangi
jalan-jalan, taman-taman untuk keindahan, kenyamanan dan keamanan warga
masyarakat.
3. pelaksanaan Program Pelimpahan Rekening
Program ini dilaksanakan untuk menerima pelimpahan pembayaran rekening
PJU warga yg telah secara swadaya membangun PJU dan yg telah terdaftar
secara resmi di PT. PLN.
3. Lokasi Pembuangan Akhir (LPA)
Saat ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mempunyai
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) yang terletak di Bagian Barat kota Surabaya.
Lokasi Pembuangan Sampah ini adalah pengganti lokasi pembuangan sampah
yang sebelumnya terdapat di Keputih. Lokasi pembuangan ini dipindah
disebabkan karena semakin padatnya pemukiman di sekitar wilayah keputih. Di
LPA Benowo, selain digunakan sebagai tempat akhir pembuangan sampah, juga
dijadikan tempat untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan agar tidak terlalu
mencemari lingkungan disekitarnya. Teknologi tersebut adalah Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1. Jembatan Timbang
Bangunan ini dilengkapi dengan perangkat-perangkat komputer dan elektronik,
yang berfungsi sebagai sarana dan media untuk mengetahui besaran volume
(tonase) sampah yang diangkut masuk kedalam LPA Benowo. Dengan adanya
jembatan timbang ini dapat diketahui asal atau sumber sampah, nama sopir
pengangkut sampah dan nomor polisi kendaraan pengangkut sampah. Data-data
tersebut dimasukkan kedalam database, dan menghasilkan laporan (report) yang
kemudian dikirimkan di kantor pusat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya.

2. IPAL I
Di bangunan ini dilakukan pengolahan air limbah, atau sering disebut juga
sebagai air lindi, dengan menggunakan metode kimiawi. Artinya, pengolahan air
lindi dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan kimia seperti tawas dan
juga bahan kimia yang lain. Metode Kimiawi ini dilakukan dengan dua cara yaitu,
cara manual dan menggunakan mesin.
3. IPAL II
Pada bangunan ini juga dilakukan pengolahan air lindi, namun metode yang
digunakan adalah metode mikrobiologi. Metode ini dilkakukan dengan teknologi
tertentu, dimana hasil lindi tersebut akan diberi bakteri patogen.
4. Terminal Dumping
Adalah lokasi pendumpingan atau pembuangan sampah.Bengkel Alat Berat
Adalah lokasi atau tempat yang berfungsi sebagai garasi, tempat perawatan, dan
sekaligus bengkel untuk alat-alat berat yang beroperasi di LPA.

REFERENSI :
Tangkilisan, Nogi S. 2007. Manajemen Publik. Jakarta : Grasindo
Haryoto.2008.Kinerja Organisasi.09.39 pm.http://lawu96.multuplu.com/journal/item/
8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.

Achmadi,Indra.2012.Kinerja
Organisasi.16.47. http://indraachmadi.blogspot.com/
2012/04/kinerja-organisasi.html.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. http://www.dkp-surabaya.org

Anda mungkin juga menyukai