Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU

TEORI MANAJEMEN MUTU TERPADU MENURUT PARA AHLI

DISUSUN OLOEH:
1. AISYAH FITRA AZIRA (19002003)
2. ERNA SURYANI (19002045)
3. LATIFAH AINI (19002125)
4. MIFTAHUL JANNAH (19002020)
5. RESI WARDANI (19002137)
6. SUCI KURNIA PUTRI (19002144)
7. YULIA FITRI (19002097)
8. ZAHARA NURUL NAFISAH (19002152)

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya
sehingga tugas makalah kelompok mengenai Teori manajemen mutu terpadu menurut
para ahli ini dapat dikerjakan dengan baik dan lancar.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada pada
sumber dan materi pada mata kuliah ini. Materi-materi ini bertujuan agar dapat
menambah wawasan dan pemahaman diri terhadap mata kuliah manajemen mutu
terpadu.

Semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan penulis dalam pemahaman
materi yang penulis sajikan. Mohon maaf apabila penulis terdapat kekurangan baik
dari segi penulisan maupun isi makalah tersebut.

Padang, 30 Oktober 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Ishikawa...............................................................................................................................3
B. Feigebaun.............................................................................................................................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam era kemandirian sekolah dan era manajemen berbasis sekolah (MBS),
tugas dan tanggung jawab yang pertama dari pimpinan sekolah adalah menciptakan
sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin
bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. Agar
tugas dan tanggung jawab para pemimpin sekolah tersebut menjadi nyata kiranya
kepala sekolah perlu memahami, mendalami dan menerapkan beberapa konsep ilmu
manajemen yang dewasa ini telah berkembang dan dimekarkan oleh para pakar-pakar
dalam dunia bisnis. Salah satu ilmu manajemen yang banyak diadopsi adalah TQM
(Total Quality Management) atau manajemen mutu terpadu.

Menuruut Hadari Nawawi Manajemen Mutu Terpadu adaalah manajemen


fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskann pada
peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat
yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum dan pembangunan
masyarakat (Community Development).

Oleh karena itu, pada makalah ini kami fokus membahas tentang teori
manajemen mutu terpadu menurut para ahli, pada makalah ini kami membahat
tentang teori Ishikawa Dan Feigenbaun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori manajemen mutu terpadu menurut Ishikawa ?

2. Bagaimana teori manajemen mutu terpadu menurut Feigenbaun?


2

C. Tujuan

Makalah ini ditulis bertujuan untuk mengajika teori manajemen mutu terpadu
agar mahasiswa dapat memahami :

1. Agar mahasiswa dapat memahami teori Ishikawa dalam manajemen mutu


terpadu.

2. Agar mahasiswa dapat memahami teori Feigebaun dalam manajemen


mutu terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ishikawa

Pada 1949, Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of Scientists and


Engineers atau JUSE, sebuah kelompok yang fokus di bidang kontrol kualitas.
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang berinisiatif membangun kembali negaranya dan
melakukan transformasi di sektor industri. Ishikawa turut ambil bagian dalam inisiatif
ini; kemampuannya mendorong massa untuk mewujudkan target bersama yang
spesifik adalah salah satu sumbangan terbesar dalam quality-movement di Jepang. Ia
menerjemahkan, menerapkan dan mengembangkan konsep manajemen W. Edwards
Deming dan Joseph M. Juran kedalam sistem industri Jepang.

Ketertarikannya pada bidang pendidikan membuat Kaoru Ishikawa terjun ke


dunia akademis sebagai profesor paruh waktu di Universitas Tokyo. Perjalanan karir
akademis akhirnya membawanya ke puncak kepemimpinan Musashi Institute of
Technology pada tahun 1978.

Setelah menjadi dosen tetap di Universitas Tokyo pada 1960, Ishikawa


memperkenalkan konsep quality circles (1962) dalam konjungsinya dengan JUSE.
Konsep ini lahir dari sebuah eksperimen untuk menelifi efek “leading hand” atau
Gemba-cho terhadap kualitas. Banyak perusahaan yang diundang untuk mencoba
quality circles ini, namun hanya satu yang menerima, yaitu Nippon Telephone &
Telegraph. Nyatanya, konsep quality circles segera menjadi sangat populer dan
membentuk hubungan penting kepada sistem Total Quality Management.

Menurut Kaoru Ishikawa mutu adalah dua tingkatan definisi, yaitu “Kami
terlibat dalam kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas
4

yang dapat memenuhi persyaratan konsumen.” Poin penting definisi mutu menurut
Ishikawa antara lain:

a. Kualitas setara dengan kepuasan konsumen,


b. Kualitas harus didefinisikan secara komprehensif,
c. Kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu
definisi mutu juga selalu berubah, dan
d. Harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.

Teknik teknik menjalankan manajemen mutu terpadu dari ishikawa adalah


dengan menggunakan Diagram Sebab-Akibat (Diagram Tulang Ikan). Diagram ini
diilustrasikan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menggunakan diagram ini,
letakkan permasalahan pada bagian tulang utama yang mengarah ke kepala ikan. Lalu
letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-tulang kecil yang menjadi bagian
dari tulang utama. Kategori umum untuk masalah potensial tersebut adalah: material,
mesin, pengukuran, orang dan metoda.

Diagram Ishikawa

Kaoru Ishikawa adalah pencetus dari Fishbone Diagram, atau dikenal juga
sebagai Ishikawa Diagram. Diagram ini menerangkan sebab dari suatu kejadian yang
spesifik, dan pertama kali digagas pada 1968. Fungsinya adalah untuk mengetahui
faktor potensial yang menyebabkan efek berupa cacat atau masalah lainnya. Setiap
penyebab masalah adalah sumber variasi. Penyebab-penyebab ini umumnya dibagi
menjadi enam kategori yaitu Manusia, Metode, Mesin, Material, Pengukuran dan
Lingkungan.

Konsep dasar Fishbone Diagram sebenarnya pertama kali digunakan pada tahun
1920-an, dan menjadi salah satu dari tujuh perkakas dasar dari quality control.
Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan seringkali
digunakan pada proses perancangan produk dan pencegahan cacat kualitas produk.
5

Dengan Fishbone Diagram, Ishikawa melakukan pergerakan signifikan dan


spesifik di bidang quality improvement. Dengan menggunakan diagram tersebut,
pengguna bisa melihat semua penyebab yang mungkin dari suatu hasil, dan
diharapkan bisa menemukan akar masalah yang menyebabkan ketidaksempurnaan
proses. Dengan memberikan jalan menuju akar masalah, diagram ini menjadi salah
satu solusi peningkatan kualitas mulai dari akar hingga ke permukaan.

B. Feigebaun

Menurut Feigenbaun mutu adalah produk komposit total dan layanan


karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan
jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Poin penting Feigenbaum
ini adalah :

a. Kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan,


b. Kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara komprehensif,
dan
c. Karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu
adalah dinamis.

Setelah melihat pandangan pandangan dari pakar mutu diatas dapat penulis
sintesakan bahwa permasalahan yang terjadi pada mutu baik industry maupun
pendidikan terletak pada manajemennya dalam hal ini mutu dihadapkan pada
lembaga pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang berkaitan dengan manajemen.
Dalam konteks pendidikan, mutu yang baik adalah mutu yang bisa memuaskan
kebutuhan pelanggan. Dalam konteks pendidikan yang dimaksud pelanggan atau
klien di bagi menjadi dua, antara lain: Pelanggan internal (guru, staff, tata usaha dan
lain-lain), dan Pelanggan ekternal juga dibagi dua yaitu:
6

a. Pelanggan primer (orang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa


pendidikan, yakni peserta didik),
b. pelanggan skunder (pihak-pihak yang tidak langsung terimbas dari layanan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah, yakni, orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, dan dunia usaha). Jadi pengertian mutu dalam konteks
manajemen pendidikan adalah mencakup input, proses, output dan outcome
pendidikan yang kemudian menciptakan pendidikan yang berkarakter.

Teknik-teknik dalam menjalankan mutu menurut feigenbaun dapat dilakukan


melalui empat langkah yaitu Langkah pertama adalah dengan menetapkan piawaian
kualiti, dan Langkah kedua perlu menilai perlaksanaan dan prestasi berdasarkan
piawaian tersebut. Langkah ketiga adalah bertindak apabila prestasi lebih baik
daripada piawaian dan seterusnya, membuat perancangan untuk membaiki piawaian
tersebut.

Armand Vallin Feigenbaum adalah tokoh pencetus Total Quality. Istilah Total
Quality pertama kali ditemukan pada tahun 1969 di Jepang, kemudian istilah tersebut
berkembang menjadi Total Quality Management (TQM). Pada tahun 1980-1990,
TQM menjadi sangat populer, karena Jepang menerapkan pemikiran tersebut dan
menuai hasil yang sangat sukses tentang kualitas mutu pada perusahaanya. Penerapan
TQM di dunia bisnis telah menghasilkan sesuatu yang sangat signifikan, sehingga hal
tersebut menjadi daya tarik untuk dapat pula di implementasikan pada objek lain
seperti bidang pendidikan, keorganisasian, serta pada dunia sosial dan politik.

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh Feigenbaum (1983), yang merupakan
pencetus Total Quality Control (1960). Feigenbaum memiliki nama lengkap Armand
Vallin Feigenbaum adalah seorang ahli quality control dan seorang bisnismen. Ia
menyandang gelar sarjana strata satu di kampus Union dan memperoleh gelar Ph.D di
bidang ekonomi di MIT Sloan School of Management. Kontribusinya dalam
perkembangan konsep Quality Control yaitu, dengan mengembangkan konsep
7

pemikirannya dalam ide-ide yang sangat menjanjikan dalam mengkoreksi kesalahan


secara efektif.

Feigenbaum menciptakan konsep Total Quality Control, yang merupakan usaha


yang dalam tata pelaksanaannya diarahkan agar suatu produk atau jasa yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan memiliki mutu yang baik dan sesuai harapan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Feigenbaum (1991), bahwa disebut kualitas apabila
produk yang di hasilkan merupakan hasil dari kombinasi produk dan jasa dengan
proses produksi meliputi pemasaran, perawatan yang dapat memberi konsumen rasa
puas.

Dalam bukunya yang berjudul “Total Quality Cotrol”, Feigenbaum(1991)


mengatakan bahwa kualitas adalah “the total compossite product and service
characteristic of marketing, engineering, manufacture, and maintenance through
which the product and servise in use will meet the expectations of the customers”.
Kualitas adalah gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi kegiatan
pemasaran, rekayasa teknik, produksi, dan perawatan yang membuat produk dan jasa
tersebut dapat memenuhi keinginan pelanggan Feigenbaum (1992) mengungkapkan
pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk memadukan
pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan upaya perbaikan mutu berbagai
kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerkayasaan, produksi dan jasa
dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis agar pelanggan mendapatkan
kepuasan penuh.

Feigenbaum mengkombinasikan pemikirannya dengan teori akademik dengan


hasil praktik untuk mempertajam ide-idenya, sehingga menghasilkan pendekatan
yang dapat diimplementasikan sebagai prinsip umum. Feigenbaum mempraktikkan
metodenya di dalam global framework of general electrict’s (GE’s) dan perserikatan
strategi dengan beberapa organisasi seperti Toshiba, Hitachi dan Fiat. Sementara
Feigenbaum bekerja di sektor pembuatan alat pendorong pesawat terbang, dia
8

mengaplikasikan pemikirannya di Institute tecnhnology Massachusetts untuk


memastikan fokus penelitiannya tentang bagaimana sebuah produk itu dapat
ditingkatkan lagi mutu kualitasnya dan dapat diterima oleh quality control.

Feigenbaun juga memperkenalkan dua konsep dari pemikiran quality control,


yaitu membangun sistem dan yang ke dua adalah akuntabilitas ekonomi. Dari dua
konsep tersebut, dia menkontribusikan pemikirannya dengan hasil sebagai berikut;

a. Memasukkan pemikiran finansial ke dalam kualifikasi dengan


mengkonseptualisasikan biaya kualitas yang buruk. Dia mengintegrasikan
pemikiran multinasional ke dalamnya kualitas dengan mendorong
pengembangan organisasi berkualitas di Eropa dan Asia hingga membantu
merangsang pemulihan ekonomi mereka.

b. Mengarahkan struktur Malcolm Baldrige National Quality Award sebagai


anggota dari dewan pengawasnya yang pertama, kelompok itu yang
membantu menciptakan definisi operasional kualitas total dalam hal yang bisa
luas diterapkan di seluruh masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Awal mula TQM memang diimplementasikan untuk keperluan perusahaan atau


bisnis perindustrian guna mencapai mutu yang baik dan telah menui hasil nyata jika
setiap tahapnya dilaksanakan dengan baik. Sudah tentu akan mendapatkan kualitas
kepuasan yang diharapkan. Atas perkembangan pengetahuan, TQM akhirnya dapat
diadopsi dan diterapkan di lembaga pendidikan demi memenuhi tujuan yang
diharapkan. Implementasi pemikiran Feigenbaum tentang Total Quality Managent
atau TQM telah diaplikasikan sekitar beberapa tahun yang lalu dan telah diakui
penerapannya secara resmi oleh sekitar 16 lembaga pendidikan yang terdiri dari
lembaga sekolah maupun tingkat universitas. Dunia pendidikan menerapkan
pemikiran tersebut tak lain adalah untuk mendapatkan hasil mutu atau kualitas yang
prima dalam memberikan pelayanan secara general ke semua lapisan masyarakat
akademis untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi sehingga mampu
mencetak hasil produk pendidikan yang ready to use di tengah-tengah masyarakat
maupun kancah internasional. Hal tersebut tentu saja tidak serta merta menekankan
pada prestasi akademik melainkan juga mempertimbangkan mutu di setiap lapisan
akademisnya yang terdiri dari meningkatkan kualitas peserta didik, orang tua atau
wali peserta didik serta pemerintah selaku penyelenggaran pendidikan dan pembuatan
kebijakan sekolah maupun kurikulumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Admodiworo, S. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadijaya.
Feigenbaum, Armand, V. (1986). Total Quality Control. New York: McGraw Hill
Book.
Nasution, M. N. (2001). Manajemen Mutu Terpadu, Total Quality Manajement.
Jakara: Ghalia Indonesia.
Rusdi. (2018). CONTINUES IMPROVEMENT SEBAGAI UPAYA DALAM.
AlTanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2), 150–160.

Anda mungkin juga menyukai