Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Total Quality Control dan Aplikasi TQC Dalam Organisasi

Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia

Dosen Pembimbing:

Firdaus Dwi Suwandi, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

1. Clarisa Putri Nurhikma 180207008


2. Dyah Rafidasya 180207011
3. Fahmi Firdaus 180207012
4. Sopianti Nur Anaz 180207037

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Total Quality Control
dan Aplikasi TQC Dalam Organisasi” dengan keadaan sehat dan dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Danjuga semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi para
pembacanya

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran demi terbangunnya makalah kami di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................8
PENDAHULUAN.................................................................................................................................8
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................8
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................9
1.4 Manfaat penulisan..................................................................................................................9
BAB II.................................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................................................................10
2.1 Sejarah Total Quality Contol (TQC)....................................................................................10
2.2 Total Qualty Control (TQC)................................................................................................10
2.2.1 Mentalitas Dasar............................................................................................................10
2.2.2 Sistem Manajemen.........................................................................................................16
2.2.3 Sarana.............................................................................................................................22
2.2.4 Pendekatan Penerapan dan Pengembang....................................................................24
BAB III................................................................................................................................................35
KESIMPULAN...................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era
globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya d
apat dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat
komunikasi seperti televisi, radio maupun internet semakin mempermudah masuknya
informasi dari luar.

Kondisi semacam ini harus diimbangi dengan kemampuan masyarakat dalam


mengelola informasi tersebut. Agar masyarakat mampu menerima informasi itu secara
utuh dan mampu menentukan mana yang berdampak positif dan mana yang berdampak
negatif. Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk yang terbesar di
dunia harus cepat tanggap dengan hal semacam ini. Besarnya jumlah penduduk di
Indonesia tidak cukup menjadi modal untuk memajukan bangsa jika tidak disertai dengan
kualitas yang memadai. Salah satu cara untuk mempersiapkan dan mencetak SDM yang
berkualitas tinggi adalah melalui proses pendidikan. Proses pendidikan itu tergantung
pada Total Quality Contol (TQC).

Total Quality Control (TQC) lebih merupakan sikap dan perilaku berdasarkan
kepuasan atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. Total Quality Control
(TQC) menghendaki komitmen total dari manajemen sebagai pimpinan organisasi dimana
komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan dalam semua level atau
departemen dalam organisasi. Jika perusahaan menjadikan mutu sebagai “the way of
life“, maka budaya harus dibangun, dipertahankan, dan ditingkatkan oleh seluruh anggota
organisasi dari level paling bawah sampai pimpinan puncak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Total Quality Control (TQC)?
2. Apa pengertian Total Quality Control ?
3. Bagaimana Aplikasi TQC dalam oragnisasi?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah Total Quality Control (TQC)
2. Untuk mengetahui pengertian Total Quality Control (TQC)
3. Untuk mengetahui aplikasi Total Quality Control (TQC) dalam organisasi

1.4 Manfaat penulisan


Makalah ini ditulis untuk mengetahui sejarah, pengertian, dan aplikasi Total
Quality Control (TQC) dalam organisasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Total Quality Contol (TQC)


Sejarah Quality Control setelah Perang Dunia II (1939-1945) pada saat kekala
han Jepang atas Amerika Tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan perang dengan A
merika. Penyebabnya adalah Amerika Negara yang besar dan mempunyai kemampua
n yang lebih di bandingkan dengan Jepang, Demikian juga untuk kualitas peralatan pe
rangnya, Amerika menghasilkan peralatan yang kualitasnya baik. Deming, W. Edwar
d (1990-1993), orang statistic dan tenaga ahli manajemen berkualitas yang bertindak s
ebagai seorang guru, penasehat, dan konsultan bagi sejumkah korporasi penting, para
pemimpin bisnis, dan tenaga ahli pengendalian mutu.
Deming revitalize dibantu ekonomi jepang yang mengikuti Perang Dunia II (1
939-1945) dan mengadakan revolusi praktik bisnis dari banyak perusahaan di (dalam)
Amerika Serikat sepanjang 1980 Tahun 1950, Pada perang Amerika dengan Korea Ut
ara, Jepang menjadi bisnis militer Amerika terutama untuk memperbaiki peralatan te
mpur Amerika, Disinilah awalnya jepang kemudian belajar mengenai Quality Control.
Tahum 1954, E.Dewing (Seorang Ilmuan dari Amerika) di undang datang ke Jepang
untuk memberi kuliah mengenai Quality Control. Tahun 1960, jepang mulai mengado
psi dan menerapkan Quality Control pada industri-industri nya.

2.2 Total Qualty Control (TQC)


2.2.1 Mentalitas Dasar

Mentalitas dasar adalah sikap mental yang mendasari cara berpikir dan bertind
ak dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari serta sikap yang menunjang sesuai denga
n persyaratan di dalam penerapan system manajemen.

Didalam mentalitas dasar tercakup:

a. Kesadaran Berkualitas (Quality Consciousness)


b. Siklus PDCA (PDCA Cycle)
c. Pengendalian Berdasarkan Fakta (Control By Fact)
d. Aspek Sumber Daya Manusia (Human Resource Aspect)

6
A. Kesadaran Berkualitas (Quality Consciousness)
Dalam pengertian Total Quality Control, kualitas adalah kepuasan pelanggan a
tau “user satisfaction”. Pengertian kualitas telah bergeser dimana standar atau spesifik
asi produk bukan lagi merupakan tujuan, tetapi merupakan sarana yang terus menerus
dikembangkan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kualitas, yaitu:
1. Kualitas berarti kepuasan pelanggan
Dalam pengertian klasik, kualitas adalah kepuasan terhadap standar. D
alam pengertian Total Quality Control, kualitas adalah kepuasan pelan
ggan atau kesesuaian untuk dipakai. Apabila pelanggan puas maka pel
anggan akan tetap membutuhkan produk kita. “kualitas dahulu – kuant
itas menyusul”

2. Kualitas adalah QCDSM


Apabila konotasi kualitas sudah menjangkau pemikiran yang demikian
mendalam, maka kualitas perlu diperhatikan di semua bagian di perus
ahaan atau organisasi. Dengan perkataan lain bahwa kualitas mencaku
p lima aspek utama yaitu QCDSM, dimana:
Q (Quality) : Berarti kualitas dari produk/jasa
C (Cost) : Berarti kualitas dari biaya
D (Delivery) : Berarti kualitas dari penyampaian barang/jasa
S (Safety) : Berarti kualitas dari keamanan
M (Moral) : Berarti kualitas dari semangat

3. Konsep market-in
Konsep market in menanamkan pola berfikir dan bertindak berdasarka
n kebutuhan atau kepentingan pelanggan yang memakai produk kita
(market in, not product out) dengan tujuan untuk memberikan kepuasa
n yang optimal kepada pelanggan melalui produk.
Untuk dapat menerapkan konsep ini perlu kita teliti dengan pertanyaa
n-pertanyaan mendasar seperti:
Apakah produk kita?
Siapakah pelanggan kita?

7
Apakah pelanggan kita puas?
Adakah cara lain untuk meningkatkan kepuasan pelanggan?

4. Proses berikut adalah pelangan kita


Dahulu pengertian pelanggan hanya mempunyai konotasi pembeli dari
produk. Pelanggan dalam arti ini hanya terkait dengan pembeli “dilua
r” perusahaan atau organisasi.
Konsep ini dimaksudkan agar kita menyadari bahwa setiap pemakai, s
etiap penerima, setiap pengolah dan setiap penerus dari hasil kerja kita
adalah pelanggan kita.
Dengan demikian kita tahu bagaimana kita harus bertindak/melayani p
elanggan kita tersebut supaya puas, yaitu kita harus melaksanakan “do
it right the first time”, yaitu dengan tidak meneruskan defect/cacat.

B. Siklus PDCA
1. Pengendalian adalah PDCA

Pengendalian dalam Total Quality Control adalah memutar daur Plan-Do-Che


ck-Action/Standard-Do-Check-Action secara berkesinambungan sehingga menghasilk
an kemajuan. Pada dasarnya kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan perbaikan/pen
ingkatan maupun pemeliharaan.

2. Pengendalian Dimulai Dari Proses Awal Hingga Hasil Akhir

Pengendalian dilakukan sejak awal proses berlangsung hingga menjadi hasil a


khir. Apabila ada masalah yang timbul akan segera diketahui dan segera pula dapat dil
akukan tindakan penangulangan. Kenyataan menunjukan bahwa masalah timbul di dal
am proses bukan setelah proses berakhir.

3. Tindakan Penangulangan dan Pencegahan

Dalam melakukan tindakan pada tahap “ACTION” perlu dipikirkan dan dilaku
kan 2 macam tindakan yaitu:

a. Tindakan penanggulangan yang dimaksudkan untuk mengurangi akibatnya


b. Tindakan pencegahan yang dimaksudkan untuk mencegah terulangnya masal
ah yang sama

8
C. Pengendalian Berdasarkan Fakta
Seringkali kita alami bahwa di dalam memecahkan masalah, pihak yang satu deng
an pihak yang lain bersitegang untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Yang
keras bicaranya, ngotot dan yang kuat posisinya akan keluaar sebagai pemenang. Wala
upun pada dasarnya atau dalam hati mereka menolak karena posisinya kalah akhirnya t
erpaksa setuju. Setelah berselang beberapa waktu ternyata masalah tersebut masih mer
upakan masalah, tidak ada pemecahan yang tuntas. Bahkan kadang-kadang yang sudah
baikpun dapat kembali menjadi masalah.

Hal-hal yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut, yaitu:

1. Berbicara dengan data


2. Prinsip prioritas atau prinsip pareto
3. Pengendalian dimulai dari sasaran terukur
4. Prosedur dan standarisasi yang tertulis

D. Aspek Sumber Daya Manusia


Didalam aspek sumber daya manusia ini di titikberatkan pada pola berpikir dan be
rtindak untuk memperlakukan individu lain sebagai manusia seutuhnya. Manusia buka
nlah robot yang dapat kita perlakukan seenak kita, tetapi manusia mempunyai cipta, ra
sa, dan karsa. Dengan memperlakukan karyawan/anggota organisasi sebagai manusia s
eutuhnya berarti:
 Menciptakan suasana kerja yang harmonis
 Sumber daya manusia dapat dikembangkan secara optimal

1. Jangan Menyalahkan Orang Lain

Pada umumnya kesalahan terjadi dengan tidak sengaja. Oleh sebab itu janganl
ah kita memarahi/menyalahkan seseorang terlebih dahulu, tetapi cari dulu penyebab y
ang sebenarnya. Dengan hanya memarahi/menyalahkan orang lain yang cenderung ser
ingkali kita lakukan, tidak membuat keadaan bertambah baik dan tidak menyelesaikan
permasalahan, bahkan membuat keadaan memburuk dan dapat menimbulkan masala
h-masalah baru yang tidak kita kehendaki.

Dengan demikian:

9
 Suasan harmonis dengan hubungan yang baik tetap terjaga
 Penyebab permasalahan dapat terungkap dengan jelas sehingga masalah da
pat diselesaikan dengan baik.

2. Kerja Kelompok dan Partisipasi


Yang dimaskud kerja kelompok dan partisipasi adlah pola berpikir dan bertind
ak yang berorioentasi pada pencapaian sasaran melalui kerja sama di dalam kelompok
dan setiap individu berpartisipasi secara aktif.
Hal ini memnyebabkan:
 Terciptanya suasana kekeluargaan dan hubungan yang serasi, selaras dan seim
bang, sehingga efektifitas dan efisiensi meningkat
 Setiap anggota memberikan kontribusi
 Pemikiran/ide dari banyak orang lebih baik dari pada pemikiran satu orang kei
nginan berbuat lebih banyak/partisipasi dalam daerah yang saling berhubunga
n

Hasil kerja kelompok yang efektif akan lebih besar dan lebih baik dari pada ga
bungan hasil sendiri-sendiri. Ciri-ciri kerja kelompok yang efektif menurut McGregor
adalah sebagai berikut:

1. Suasana tidak tegang dan menyenangkan


2. Setiap anggota berpartisipasi
3. Sasaran kelompok dimengerti dan diterima
4. Saring mendengarkan
5. Memungkinkan ketidak sepemahaman/ketidaksepakatan
6. Keputusan dicapai secara konsessus
7. Keterbukaan terhadap kritik
8. Merasa aman didalam menyatakan ide dan perasaan
9. Penugasan yang jelas dan diterima
10. Pemimpin tidak mendominasi kelompok
11. Mengadakan evaluasi yang terus menerus

Syarat untuk mencapai kerja kelompok dan partisipasi yang efektif (11K)

1. Komitmen/kesungguhan
2. Kesatuan tujuan/keserasian

10
3. Kepercayaan
4. Keterbukaan
5. Keyakinan & kebanggaan
6. Ketergantungan/ saling membutuhkan
7. Komunikasi dua arah
8. Kesabaran
9. Kebijaksanaan
10. Ketabahan
11. Kredibialitas

Factor yang menghambat partisipasi dalam kerja kelompok:

a. Sikap meremehkan terhadap anggota team yang lain


 Tidak mau mendengarkan
 Menyela/interupsi/memotong pembicaraan
 Menganggap sepi/mengabaikan
 Meningkatkan pertemuan
 Mengambil alih/Mendominasi
 Menggurui
b. Sikap meremehkan terhadap diri sendiri
 Menganggap sepi usulan positif
 Selalu menganggap orang lain lebih unggul
 Takut untuk berpartisipasi
 Menyelamatkan diri
 Menganggap dirinya tidak penting tidak ingin menonjol
c. Menggunakan anggapan-anggapan yang salah
 Mengaanggap orang lain sudah tau apa yang kita inginkan dan sebaliknya

3. Hubungan Atasan dengan Bawahan


Kerja kelompok yang efektif dalam suatu unit kerja dipengaruhi oleh hubunga
n atasan dengan bawahan yang harmonis, hal ini tercermin dalam:
a. Penentuan sasaran (Plan)
b. Pencapaian sasaran (Do)

11
c. Proses penilaian (Check)
d. Tindakan perbaikan (Action)
e. Kerja sama (Team work)

2.2.2 Sistem Manajemen


A. Policy Management
Pengelolaan kebijakan (Policy Management) dimaksudkan untuk menunjang
keefektifan suatu group perusahaan atau perusahaan dalam mencapai tujuannya denga
n pemanfaatan sumber daya secara optimal.
Hal-hal yang dirumuskan oleh Pimpinan puncak dalam pengelolaan kebijakan ini meli
puti :
1. What Bussiness Are We In (WBAWI)
Merupakan pernyaraan singkat tentang aktivitas business yang sedang/mu
ngkin bias di tekuni. Pernyataan ini berfungsi bagi semua jajaran manajemen untu
k mengkonsentrasikan segala sumber daya yang tersedia ke dalam lingkup busines
s yang telah ditemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendefinisikan/menentukan WBAW
I adalah :
a. - Siapa pelanggan kita
- Apa yang dibeli pelanggan tersebut
- Apa nilai produk yang dibeli tersebut bagi pelanggan

b. Bagaimana pendistribusian produk tersebut

c. Apa usaha yang seharusnya

contoh WBAWI:

- Industry automotive dan komponen automotive


- Installment sales untuk produk Astra
2. Aim
Merupakan pernyataan umum tentang apa yang ingin dicapai dalam bidan
g business yang telah di tentukan :
Contoh :
- Menjadi pemimpin di bidang industry automotive di Indonesia
- Sejahtera besama bangsa

12
- To be an internasional standard instalment sales finane company
3. Vision
Merupakan pernyataan umum tentang arah yang harus ‘dilihat’ dan ditemp
uh/dicapai di masa yang akan datang sehubungan dengan usaha untuk mencapai A
im yang telah di tentukan:
Biasanya vision ini ditentukan berdasarkan rencana seorang entrepreneur
Contoh Vision:
-Astra harus masuk ke bidang Agri-business
-Melakukan industrialisasi dan export melalui kerjasama dengan principal atau me
njadi bagian industry global
4. Mission
Merupakan penjelasan singkat tentang cara Aim yang telah di tentukan.

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam merumuskan mission ini adalah :

- Harapan pelanggan
- Identitas perusahaan
- Dilakukan terus menerus
Contoh Mission :
- Menyediakan produk yang berkualitas dan jasa pelayanan yang baik
- Mendukung pertumbuhan penjualan produk Astra dan penetrasi pasar mela
lui instalment sales kepada masyarakat umum
5. Key Result Area (KRA)
Merupakan bidang-bidang esensial atau vital yang harus dimanajemeni untuk
menunjang keberhasilan business yang dijalankan.
Secara keseluruhan Astra mempunyai 9 KRA yang harus dimanajemeni, yaitu :
1. Market and Product
2. Customer Satisfaction
3. Technology
4. Profitability and productivity
5. Financial
6. Management Improvement
7. Human Resources Development
8. Social Responsibility
9. Physical Resources

13
6. Five Year Policy
Merupakan pengarahan yang tegas tentang sasaran perusahaan yang akan dica
pai dalam jangka waktu lima tahun mendatang yang di dalamnya terkandung 3 unsur
pokok berikut:
- Guidelines : sasaran/pengarahan yang bersifat kualitatif
- Objectives : sasaran yang bersifat kuantitatif, dapat diukur dan mampunyai
deadlines
- Strategic Measures : tindakan yang bersifat strategis yang harus dillakukan dalam r
angka mencapai objectives

7. One Year Policy


Merupakan pengarahan yang tegas tentang sasaran perusahaan yang akan dica
pai dalam jangka waktu satu tahun.
One Year Policy merupakan jabaran dari Five Year Policy dan juga terdiri dari:
- Guidelines
- Objectives
- Priority Measures

B. Activity Management

Activity Management adalah rangkaian proses dalam upaya menjabarkan poli


cy menjadi perumusan tindakan operasional lengkap dengan controlnya. Hasil akhir d
ari proses tersebut adalah suatu perangkat Acivity Management yang dapat menjadi p
edoman bagi semua jajaran operasional dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sec
ara terpadu dalam rangka mendukung company policy.

Unsur-unsur yang harus disiapkan dan dibuat dalam penyendalian Activity M


anagement adalah :

 Activity Plan

 Table of Control and Check Points

 Management Graph

14
Dalam proses penerapan dan pengendalian Activity Management, pelaksanaan
nya di- dasarkan atas policy yang telah dirumuskan oleh Top Management. Untuk itu
dalam proses pembuatannya diperlukan dokumen kerja sebagai berikut:

1. Inventarisasi dari 1 Year Plan Company/Divisi/Departemen yang ber


sangkutan

2. Table of Duties pembuatnya

3. Association Chart

4. Activity Plan

5. Table of Control and Check Points

6. Management Graph

7. Analisis Management Graph

C. QCC Management
QCC Management didefinisikan sebagai daya upaya untuk mengendali
kan kegiat- an QCC sehingga menunjang rencana kegiatan perusahaan. Sedan
gkan pengertian dasar QCC (Quality Control Circle) adalah sekelompok kecil
orang (4 - 10 orang) yang melaksanakan kegiatan peningkatan dan pengendali
an kualitas di dalam unit kerja yang sama.
Ide pokok di balik kegiatan QCC antara lain :
a. Menghormati individu dan membangun suatu tempat kerja yan
g menyenangkan
b. Memperlihatkan kemampuan individu sepenuhnya, dan akhirny
a menggambarkan adanya kemungkinan yang tidak terbatas
c. Menyumbang kepada peningkatan dan pengembangan perusaha
an

Ada beberapa sasaran yang ingin dicapai melalui aktivitas QCC yaitu:

 Mengurangi kesalahan dan meningkatkan mutu

 Mengilhami kerjasama yang lebih baik

 Mendorong keterlibatan dalam tugas

 Meningkatkan motivasi karyawan


15
 Menciptakan kemampuan memecahkan masalah

 Membangun sikap mencegah masalah Memperbaiki komunikasi

 Mengembangkan hubungan yang harmonis antara manajer dengan


karyawan

 Mendorong pengembangan pribadi dan kepemimpinan

 Mengembangkan kesadaran akan kemampuan yang tinggi

 Mendorong penghematan biaya

Manfaat bagi karyawan dengan adanya kegiatan QCC :

 Self-improvement (peningkatan kemampuan pribadi)

 Self-controlling (pengendalian diri)

 Mampu berkomunikasi dan partisipasi di dalam kegiatan kelompok

 Lebih mendalami teknik-teknik pengendalian kualitas

 Peningkatan kemampuan kerja dalam kelompok

 Peningkatan kreativitas

 Cara berpikir yang kritis serta peningkatan kesadaran akan penting


nya kualitas produk

D. Suggestion System Management


SS (Suggestion System) Management didefinisikan sebagai daya upaya un
tuk mengendalikan kegiatan SS sehingga menunjang rencana kegiatan perusahaan.
Pengertian dasar SS adalah sistem untuk menampunç usulan tertulis karyawan. U
sulan ini merupakan hasil pemikiran maupun percobaan sehingga dapat membantu
kelancaran proses kerja (peningkatan efisiensi dan produktivitas), meningkatkan k
ualitas kerja, serta meningkatkan keamanan dan keteraturan/kerapihan lingkungan
kerja.
Suggestion System bertujuan untuk :
 Mendorong dan meningkatkan kreativitas dan inisiatif karyawan
 Memanfaatkan kreativitas dan inisiatif karyawan secara optimal untuk
kemajuan perusahaan

16
E. Diagnosis dan Review
1. Diagnosis
Definisi Diagnosis adalah evaluasi periodik oleh Top Management 2 at
au 3 level di atas yang didiagnosis), untuk melihat kesinambungan antara Polic
y Management dan Activity Management, termasuk implementasinya. Manfaa
t Diagnosis, antara lain:
1. Mencek pelaksanaan Company Policy di Department ("menyambun
g" atau tidak)
2. Membina komunikasi
3. Memonitor implementasi policy
Mekanisme pelaksanaan Diagnosis adalah
1. Menentukan tema diagnosis
2. Melaksanakan diagnosis
3. Menentukan dan melaksanakan cara penanggulangan

2. Review

Review adalah evaluasi periodik untuk memeriksa nasil kegiatan, anal


isa pe- nyimpangan, serta untuk merevisi rencana kerja yang sudah dibuat.

Materi Review meliputi :

1. Activity Plan
2. Table of Control and Check points
3. Management Graph Past Notulen

Manfaat Review, antara lain:

1. Penyimpangan dapat diketahui lebih dini

2. Counter Action atas penyimpangan bisa ditentukan lebih dini untuk me


ncapai target

Mekanisme pelaksanaan Review adalah:

1. Tentukan PIC
2. Susun COE

17
F. Calendar Of Events
Calendar of Events (COE) adalah daftar yang memuat rencana pertemuan sela
ma satu tahun. COE merupakan bagian dalam proses planning.
Manfaat COE, antara lain :
a. Efisiensi waktu
b. Memperkuat komitmen untuk hadir dalam pertemuan
COE dibuat atas dasar kesepakatan bersama dalam menentukan waktu pertem
uan. Dalam COE tercantum :
a. Waktu
b. Tempat
c. Peserta
d. PIC
e. Materi atau agenda acara
Realisasi pelaksanaan COE harus dimonitor dan dibuat profilnya, kemudian m
em- berikan feedback-nya kepada orang-orang yang seharusnya hadir dalam masing-
masing pertemuan.

2.2.3 Sarana
A. Sumbang Saran

Sumbang saran merupakan pola pengumpulan pendapat dengan partisipasi da


ri seluruh peserta yang hadir. Dengan melakukan sumbang saran diharapkan akan
diperoleh masukan sebanyak mungkin dan juga hasil/pemikiran/ide yang terbaik.

Dalam melakukan sumbang saran, ada 4 prinsip yang perlu diikuti yaitu:

1. Jangan melarang orang untuk berbicara.

2. Jangan mengkritik pendapat orang lain.

3. Makin banyak pendapat, hasil akhir makin baik.

4. Ambillah manfaat atau ide dari orang lain.

Di samping itu agar pelaksanaan sumbang saran dapat dilakukar dengan baik,
diharapkan tata tertib di bawah ini dapat diikuti, yaitu:

1. Pengumpulan ide dilakukan secara berputar

18
2. Satu orang satu ide setiap kali berputar

3. Ide baru dikemukakan setelah sampai pada gilirannya

4. Kalau belum ada ide bilang "pass"

5. Selama sumbang saran berlangsung tidak diperkenankan memberi komentar


atau meng- kritik pendapat yang masuk

6. Semua ide yang masuk dicatat.

B. Delapan Langkah Untuk Peningkatan (EIGHT STEPS FOR IMPROVEMENT)

Dalam sistem manajemen ATQC, 8 langkah merupakan sarana untuk memeca


hkan masalah/perbaikan (problem solving/improvement). Prinsip dasar dari 8 langkah
adalah PDCA (Plan, Do, Check, Action) dan selanjutnya sarana ini akan diberi nama
PDCA 8 lang- kah. Pemecahan masalah dan juga improvement bukanlah suatu proses
yang sekali dilak- sanakan lalu selesai, melainkan suatu proses yang harus dilaksar ak
an secara terus- menerus. Dengan demikian PDCA 8 langkah ini haruslah dijiwai oleh
semangat perbaikan yang terus-menerus (Kaizen).
Dalam implementasinya, 8 langkah menggunakan beberapa alat bantu yaitu: 7
tools (7 alat bantu), brainstorming/sumbang saran dan 7 management tools. 7 tools dig
unakan jika pemecahan masalah/improvement yang dihadapi menggunakan daia kuan
titatif sedang- kạn 7 management tools digunakan jika datanya bersifat kualitatif. Dala
m prakteknya tidak semua 7 tools digunakan dalam setiap langkah, akan tetapi disesu
aikan dengan kebutuhan langkah-langkahnya sehingga akan didapat hasil yang optima
l.
Dengan pemakaian 8 langkah peningkatan ini diharapkan:
 penyelesaian masalah dan program peningkatan
 dapat dilakukan secara sistematis dapat diketahui adanya peningkatan s
ecara pasti
 hasil baik yang telah dicapai dapat dipertahankan

Langkah 1. Menemukan persoalan/Tema

Langkah 2. Mengumpulkan sebab dari persoalan

Langkah 3. Mempelajari factor-faktor apakah yang paling berpengaruh

Langkah 4. Merencanakan penanggulangan

19
Langkah 5. Melaksanakan penanggulangan

Langkah 6. Memeriksa hasil

Langkah 7. Standarisasi

Langkah 8. Rencana berikut

C. Tujuh Alat Bantu


Tujuh alat bantu merupakan 7 alat sederhana yang dipakai untuk membantu m
enga- nalisis masalah/fakta. Ke tujuh alat ini adalah:
1. Lembar Pengumpul Data (Check Sheet)
2. Stratifikasi
3. Grafik dan Bagan Pengendalian
4. Diagram Pareto
5. Diagram Sebab Akibat (Cause & Effect Diagram)
6. Diagram Pencar (Scatter Diagram)
7. Histogram
Penggunaan ketujuh alat bantu ini diharapkan dapat:
 Membantu menganalisis secara sederhana
 Menyamakan bahasa istilah analisis
 Menyebarluaskan penggunaan teknik analisis yang sederhana/mudah

2.2.4 Pendekatan Penerapan dan Pengembang


Sistem manajemen TQC adalah suatu sistem manajemen baru. Untuk menera
pkan sistem manajemen yang diperlukan yang diterapkan yang dapat diterapkan dan d
iterapkan ini dalam sistem yang lengkap dan terintegrasi. Menerapkan sesuatu peruba
han tidak mudah. Untuk perubahan, diperlukan cara yang tepat agar perubahan terseb
ut dapat dilakukan dan diterima semua pihak. Untuk itu dilakukan diagnosa sebelum
mengimplementasikan bahan. Diagnosis ini memerlukan:
 Pengamatan terhadap ditinjau dari berbagai segi.
 Identifikasi masalah.
 Analisis: Kepemimpinan yang digunakan, Kedewasaan karyawan Sifat umum /
suasana Lingkungan, dan lain-lain.
Dari pengalaman membuktikan ATQC tidak semudah yang diduça, banyak ha
mbatan yang tidak mudah diatasi di antara yang lain:

20
 Kurang waktu, karena terlalu sibuk
 Merasa cocok dengan sistem manajemen yang ada / lama
 Bahanliteratur ATQC tidak mencakup semua kegiatan yang sangat bervaria
si.
Salah satu teori yang dibicarakan di sini adalah teori perubahan dari Elton Ma
yo. Menurut teori perubahan yang terjadi dalam siklus atau perubahan berikut:
 Perubahan pengetahuan
 Perubahan sikap
 Perubahan tingkah laku individu / kelompok
Perubahan pengetahuan adalah yang paling mudah dilalui, dan terus
meningkat kesulitannya untuk penyelesaian perubahan berikutnya. Siklus perubahan
ini ada 2 macam, sesuai dengan Arah perubahannya yaitu:
1. Siklus perubahan partisipatif
2. Siklus perubahan direktif

Kelemahan dan Kekuatan Siklus Perubahan Partisipatif dan Direktif

21
Dengan memperhatikan kekuatan & kelemahan siklus kedua tersebut dan
faktor- faktor penentunya, maka dapat dhentukan strategi / cara yang akan ditermpuh
sehingga peru- bahan dilakukan dengan mudah dan diterima oleh semua pihak.

22
Berdasarkan siklus perubahan tersebut di atas maka hal-hal penting yang perlu
dipertimbangkan dalam penerapan ATOC adalah:
1. Komitmen, Involvement dan Leadership Pimpinan
2. Organisasi
3. Pelatihan Yang Masif
4. Informasi
5. Program Peningkatan Dana Investasi Terpadu
6. Prosedur Operasi Standar

Penjelasan lebih lanjut dari ke-enam poin berikut diatas sebagai berikut:

1. Komitmen, Keterlibatan dan Kepemimpinan Pimpinan (Top management


Commitment and Leadership)
Komitmen pimpinan akan memotivasi dan memobilisasikan seluruh jajaran
karyawan untuk menerapkan sistem manajemen ATQC. Komitmen dan tanggung
jawab memiliki arti yang berbeda tetapi tidak dapat disetujui. Setiap orang yang
memberikan komitmen harus bertanggung jawab agar komitmen yang diberikan dapat
diwujudkan. Dalam menyetujui inileh diharapkan pimpinan dapat mendukung dan
juga aktif dalam penerapan sistem manajemen ATOC. Keterlibatan Pimpinan yang
berarti partisipasi dalam POC dalam suatu kegiatan ATOC. Dengan berpartisipasi ini
diharapkan akan ikut memacu para bawahan agar lebih te-kun dan bersungguh-
sungguh selain itu dengan sukses, pimpinar akan mempelajari secara langsung
pengembangan kegiatan. Jika tidak, maka harus ada di fultimer akan tetapi pada saat-
saat tertentu yang dianggap penting dan nentukan kepemimpinan dapat hadir.
Leadership berarti kepemimpinan dan keteladanan para pemimpin manajemen puncak
yang menjalankan ATQC. Karena tidak ada yang dapat mendukung / mengatur dan
lebih-lebih lagi tanpa teladan yang baik, ATQC tidak akan dapat berjalan dengan
baik. Jika diasumsikan sebagai sistem manajemen ATQC ini adalah suatu hal yang
baru, pemimpin dapat dianggap sebagai agen perubahan (Agen Perubahan) yang
menjadi kuni ci keberhasilan penerapan. Sebagai agen perubahan harus menentukan
strategi yang tepat dalam penerapan ATQC. Di samping itu dengan adanya komitmen
pimpinan, sistem manajemen ATQC ini dapat ditularkan ke seluruh jajaran karyawan.
Contoh point 1 sebagai berikut:
Komitmen:

23
 menyetujui TCS dan tanggung jawab jalannya system
 Pimpinan telah mengalokasikan orang dan anggaran untuk program ATQC
 Persetujuan Total Program Peningkatan Tahunan dan penyebaran tanggung
jawabnya Keterlibatan-nya:
Involvement:
 partisipasi dalam proses Rencana dan Tinjauan dari Manajemen Kebijakan
ATQC
 Ikut mendengarkan dalam rapat Komite / Tim ATOC atau rapat- rapat Komite /
Tim / Forum ATQC diperusahaannya.
Leadership:
 Memimpin/menghadiri forum-forum formal/informal
 memberikan teladan dalam praktek kerja

2. Organisasi (Organizaton)
Yang mengatur dengan organisasi di sini adalah badan-badan yang mengatur
dalam rangka membantu manajemen puncak di dalam penerapan dan pengembangan
sistem manajer ATOC, sehingga ada kesinambungan dan konsistensi penerapan
sistem manajemen manajemen ATOC. Dalam rangka
memperkenalkan dan menerapkan sistem manajemen ATOC diperlukan organ-organ /
badan-badan yang membuat sistem tersebut berjalan dan terus menerus
diperbaikildikembangkan. Ada beberapa organ yang dapat dibuat di perusahaan
yaltu:
a. Komite Pengarah (Steering Committee)
Komite Pengarah dipimpin oleh para pemimpin tertinggi perusahaan
dan beranggotakan pimpinan puncak dan pimpinan menengah, terutama yang
memegang kendali kunci. Jika ini mendukung kebijakanpengarahan,
malakukan pengecekan dan anggota mendukung penerapan sistem manajemen
ATQC
b. Komite Pelaksana (Organizing Committee)
Komite Pelaksana beranggotakan pimpinan menengah dan rasource
orang. dan ini digunakan sebagai pelaksana harian penerapan sistem
manajemen ATQC.
b.1. Pelatihan Bidang / Pelatihan Bertugas melaksanakan pelatihan dalam
bidang ATQC, misalnya;

24
 Pelatihan untuk fasilitator Pelatihan QCC
 Pelatihan untuk pemimpin QCC, dan lain-lain
b.2.Bidang Promosi
Bertugas melaksanakan promosi ATOC
b.3 Bidang QCC Bertugas mengembangkan QCC dan melaksanakan /
melakukan administrasi pelac- sanaan QCC
b.4. Bidang Standarisasi Bertugas mengumpulkan dan mengevaluasi
standardisasi hasil-hasil perbaikan dan-bersama-sama dengan fungsi-garis
mengevaluasinya menjadi standar baru.
b.5. Bidang Kebijakan Manajemen / Manajemen Kegiatan Bertugas
mengkoordinir proses pembuatan kebijakan / kebijakan hingga pembuatan
rencana kegiatan, bersama pencekan pelaksanannya.
b.6. Sistem Saran Bidang Bertugas mengkoordinir dan melakukan
administrasi terhadap sistem penyediaan sa- ran yang dilaksanakan
perusahaan.

3.Pelatihan Yang Masif


Yang diadakan dengan pelatihan yang masif dilakukan dengan pelatihan yang
dilakukan oleh seluruh karyawan dan dilakukan secara berkelanjutan, sehingga:
• Seluruh karyawan dapat meningkatkan ATQC secara mendalarn dan dapat
menerap- kannya.
• Kemampuan karyawan dapat dikembangkan.
Pelatihan merupakan hal penting dalam penerapan sistem manajemen ATQC
mau- pun pelaksanaan tugas lainnya. Dengan adanya pelatihan maka
karyawan akan menguraikan hal yang harus disetujui dan mampu
melakukarınya. Untuk menjamin agar kebutuhan dari perusahaan terus
meningkat, maka diperlukan pelatihan yang berkelanjutan dan berkelanjutan.
Pelatihan ini juga harus dilakukan untuk seluruh jajaran karyawan.
1. Program Pelatihan
a. Sasaran Sasaran dari pelatihan harus dirinci dan jelas disediakan hal-hal:

25
 Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh petatar setelah selesai
mengikuti latihan. - Dalam kondisi bagaimana petatar harus dapat
melaksar akannya.
 Standar atau kriteria yang menunjukkan tingkah laku yang dapat
diterima baik selama pelatihan atau pada akhir program pelatihan
Sasaran yang jelas dapat diberikan konsistensi dalam menyusun
program pelatihan.
b. Materi
Materi yang disiapkan / disiapkan haruslah disesuaikan dengan target
dari pelatihan.
c. Metode
Cara penyampaian pelatihan memegang peranan penting dalam
pelatihan sa- saran. Metode yang dapat digunakan misalnya: kuliah, diskusi,
peran utama, latihan, dan sebagainya. Tentunya metode yang partisipatif,
yang dapat menarik minat dan keikutsertaan dari peserta pelatihan akan lebih
baik.
d. Instruktur
yang mempertimbangkan perannya sebagai katalisator proses belajar,
maka instruktur perlu memahami dan memahami akan minat dari peserta
pelatihan, yang dapat dilihat dari tingkah laku peserta dalam kelompok,
hubungan antar peserta dan juga partisipasi dalam kelompok. Ini terkait
minat dari peserta pelatihan. Faktor dominan yang menentukan tercapainya
sasarar belajar.
e. Peserta Dengan Partisipasi Terhadap Peserta Agar Sedapat mungkin
mendapat Peserta yang Homogen dan dengan memperhatikan faktor-faktor
lain seperti terse- but di atas, maka Diperkirakan sasaran pelatihan dapat
berjalan dengan baik.
2. Evaluasi Pelatihan.
Untuk itu perlu ditentukan ukuran dari kebutuhan tersebut. Program
Diperlukan untuk Meningkatkan dan Mempercepat Baiki yang akan datang.
Beberapa hal yang dapat dijadikan ukuran evaluasi:
A. Reaksi

26
Disini mendukung pelatihan peserta pelatihan. Dengan de- mikian
yang dievaluasikan adalah perasaan / pendapat dari peserta. Misalnya: reak- si
terhadap, subjok, teknik dan penampilan / kinerja
B. Pelajaran
Inilah yang membantah, fakta dan teknik yang dapat dipahami dan
diterima oleh peserta. Melakukan evaluasi terhadap pelajaran dapat dengan
cara: Melihat hasil kerja di dalam kelas melakukan tes tertulis
C. Tingkah laku
Masalah tingkah laku ada masalah dengan penerapan pengetahuan dari
prinsip dan konsep dalam bidang tertentu. Tidak jarang orang menguasai dan
mema- hami pengetahuannya tetapi tidak mempraktekkannya. Penilaian
sistematika harus dilakukan atas hasil kerja sebelum dan sesudah pelatihan.
D. Hasil:
Targetkan pelatihan dapat diumumkan dalam hasil seperti
meningkatkan et-siensi dan sebagainya. Masalah adalah masalah yang jauh
lebih penting dibandingkan dengan faktor-faktor lain terhadap perubahan
hasil. Karena itu biasanya dilakukan dilakukan melalui tiga ukuran pertama
tadi. Karena sulit untuk disetujui, karena hasil suaru / kejadian hanya terkait
oleh beberapa faktor, evaluasi tetap relevan untuk dilaksanakan. Program
pelatihan ATQC yang disetujui dengan baik, diadakan, dan dilaksanakan
secara masif, akan membuat seluruh karyawan dapat terlibat dan
menggunakan ATOC secara konsistensia demi pengembangan kemampuan
mereka sendiri.

4.Informasi (Information)

Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga memberikan arti. Dengan
menggu- nakan informasi yang tepat maka setiap jajaran dapat mengambil keputusan
cepat dan tepat. Kita tahu salah satu mentalitas dasar yang harus dimiliki oleh seluruh
jajaran karyawan adalah berbicara dengan data dan fakta, sehingga dengan demikian
sesuatunya menjadi jelas. Dengan membiasakan diri mengumpulkan dan mengguna-
kan data, maka dapat dihasilkan informasi yang berkualitas tinggi. Informasi yang
merupakan dasar pengambilan keputusan yang cepat dan tepat diperlukan dalam
penerapan sistem manajemen ATQC.

27
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kualitas informasi, yang ditentukan oleh:
 Kualitas data.
Data yang berkualitas adalah data yang dapat dipertanggungjawabkan
(dapat diandalkan) dan sudah diseleksi sehingga sesuai dengan informasi yang
akan dihasilkan (valid).
 Kualitas Proses Untuk melakukan pengolahan dengan baik maka metoda
statistika dibutuhkan.
 Waktu penyampaian. Dengan kemajuan teknologi saat ini kita dapat
menggunakan alat bantu komputator, yang dapat mengolah data secara
cepat dan akurat.
2. Pengguna / pengguna yang tepat.
Informasi yang berkualitas akan dapat menghasilkan keputusan yang tepat
jika digunakan oleh pengguna yang tepat.
3. Digunakan secara tepat.
Faktor ketiga sangat menentukan hasil keputusan yang berkualitas tinggi,
cepat dan tepat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian,
tanggung jawab untuk kemajuan perusahaan dan karyawan dapat dirasa- kan. Hal
ini akan menambah kepercayaan karyawan untuk menerapkan ATQC secara kon-
sisten.

5. Program Peningkatan Peningkatan Kualitas Terpadu Tahunan

Program peningkatan kualitas terpadu yang melibatkan peningkatan kualitas yang


dilakukan setiap tahun, dengan tujuan membudayakan peningkatan kualitas diseluruh
perusahaan.Untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan perusahaan dalam menghadapi
tantangan, maka perlu dibuat program Peningkatan Kualitas Lengkap dan Komprehensif
setlap tahun. Dengan demikian setiap tahun akan selalu didapat langkah kemajuan yang
pasti. Akumulasi hal Inl adalah suatu mental yang tidak cepat puas dan selalu mencari
peningkatan- peningkatan. Keseluruhan organisasi akan terlibat dalam suatu gerakan yang
mengutamakan tidak terkendali. Program Peningkatan kualitas yang dikembangkan ini di-
wujudkan dalam kebijakan perusahaan (kebijakan perusahaan) yang diumumkan sebagai
rencana kegiatan (rencana kegiatan) dan merupakan upaya peningkatan / peningkatan kualitas
yang menyatukan, baik kualitas hasil kerja, kualitas hasil produksi, kualitas biaya, kualitas
penyampaian dan sebagainya.

28
6.Prosedur Operasi Standar

SOP yang dimaksudkan prosedur / cara kerja / operasi dari suatu kegiatan tertentu
yang ditetapkan sebagai formal (tertulis) dan legal (disahkan pejabat yang diundang). SOP
dilakukan untuk mempertahankan hasil kerja dengan kualitas yang dikehendaki dan dapat
dilakukan oleh orang lain. Untuk dapat dipertanggungjawabkan, suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang ba- gian / karyawan dari suatu perusahaan haruslah melalui suatu
aturan dasar / prosedur yang telah ditentukan. Prosedur-prosedur tersebut, atau yang dikehal
dengan SOP, dapat ditentukan setelah disetujui antara lain:
a. Prosedur itu merupakan hasil analisis. Kegiatan yang menghasilkan keluaran dengan
kitasitas yang optimal.
b. Prosedur itu tidak menyimpang dari kegiatan yang telah dilakukan.
c. Prosedur itu tidak berbelit, rumit sehingga dapat diterima penerima tanggung jawab.
d. Prosedur itu harus dipahami oleh bagian-bagian yang terkait dengan kegia- tan, dan
ditetapkan secara formal dan legal.
e. Prosedur itu tidak menyimpang dari hukum yang berlaku. Dalam prosedur bisnis hari-
hari prosedur operasi standar sudah menjadi hal yang baik, contohnya:
 prosedur surat-surat berharga
 prosedur masalah-masalah kepersonaliaan
 prosedur pembelian barang-barang prosedur penetapan kebijakan umum, dan lain-
lain.
SOP berisikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sasaran dari kegiatan-kegiatan tersebut
2. Pedoman umum
3. Petunjuk pelaksanaan
4. Formulir-formulir yang digunakan
5. Contoh penggunaan
SOP yang selalu up to date akan membuat pengaturan keteraturan pelaksanaan
kegiatan di perusahaan. Pola yang teratur ini akan meningkatkan moral karyawan untuk
melaksanakan setiap kegiatan yang benar-benar berhasil. Ini merupakan sarana penciptaan
Lingkungan yang mendukung penerapan ATQC.

29
BAB III

KESIMPULAN

Total Quality Control adalah tentang penerapan prinsip manajemen mutu terhadap
proses bisnis mulai dari tahap perancangan sampai pada pengiriman barang ke pengguna
akhir. Ini mencakup berbagai teknik Jepang yang terkait dengan manajemen mutu seperti
Kaizen, Kaikaku,Kakushin, 5S, Genbashugi yang mengungkapkan berbagai cara untuk
meningkatkan produktivitas organisasi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi. Dudi (2000) Buku Pedoman Astra Total Quality Control (ATQC) PT ASTRA
INTERNATIONAL
Sumandi. Konsep Mutu dalam ISO-9000 dan Total Quality Control Jurnal. Diakses pada
tanggal 9 Maret 2020 19:58 Wib
Penyusun (2006) Total Quality Manajemen.Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
Armstrong, M. (2001). Buku Pegangan Teknik Manajemen. London: Kogan Page Ltd

31

Anda mungkin juga menyukai