Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mini Riset Mata Kuliah Manajemen Kinerja
Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 1
1. Fatimah (0307162077)
2. Fauzan Ahmadi (0307161017)
3. Hafis Hasan (0307163109)
4. Husnan Arya Daulay (0307163125)
5. Kholidah Permata ( 0307161020)
6. Kristanti Widayani (0307161037)
7. Liya Marina (0307162102)
8. Miftahul Khairat ( 0307161047)
9. M. Donny Damara ( 0307162060)
10. Mutiara Ramadani Lubis (0307162069)
11. Murimah syahfitri (0307163115)
12. Nurul ulfa hasibuan (0307162076)
13. Pujiati (0307162101)
14. Tiaz Indriani (0307162093)
15. Zaki irfan (0307162108)
STRATA : S1
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Semester VII
Lokal: 2
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga laporan mini riset ini yang berjudul “Peran
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Produktivitas Dan Kualitas Pendidik Di MTsN 3
Medan” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh yang telah
membimbing dalam mata kuliah Manajemen Kinerja. Adapun pembuatan tugas laporan mini
riset ini ditunjukan untuk memenuhi tugas kelompok.
Dengan terselesaikannya laporan ini, kami sangat mengharapkan kritik serta saran
dari para pembaca demi kebaikan kedepannya.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
A. Lokasi Penelitian 16
B. Hasil Penelitian 16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
Lampiran 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, tim atau organisasi terletak pada
produktivitasnya. Apabila produktivitasnya tinggi atau bertambah, maka dinyatakan
berhasil. Namun apabila lebih rendah dari standar atau menurun, dikatakan tidak atau
kurang sukses.1
Kinerja guru merupakan elemen penting dalam pendidikan, selain itu juga
merupakan penentu tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Kinerja guru dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan tugas seorang guru sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru
sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan dikarenakan guru merupakan sosok
yang paling sering berinteraksi secara langsung dengan siswa pada saat proses
pembelajaran.
1
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Depok: Rajawali Pers. Hal. 93
1
professional disamping guru itu sendiri yang mampu meningkatkan kualitas kerjanya
sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan produktivitas?
2. Apa saja tipe produktivitas?
3. Bagaimana kesalahan pengertian dalam produktivitas?
4. Apa saja tantangan dalam mencapai produktivitas?
5. Bagaimana teknik dalam memperbaiki produktivitas?
6. Bagaimana keterkaitan dalam produktivitas?
7. Bagaimana proses perbaikan dalam produktivitas?
8. Apa saja strategi terhadap SDM dalam meningkatkan produktivitas?
9. Bagaimana sistem pengukuran dalam produktivitas?
10. Apa yang menyebabkan kualitas itu sebagai senjata persaingan?
11. Bagaimana keterlibatan pekerja?
12. Bagaimana perbaikan berkelanjutan dalam kualitas?
13. Apa saja biaya kualitas?
14. Apa itu TQM?
15. Apa saja alat yang memperbaiki kualitas dan kinerja?
16. Apa itu Quality Circle?
17. Bagaimana standar kualitas internasional?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produktivitas
Produktivitas secara teori diartikan sebagai perbandingan antara output (barang dan
jasa) dengan input (tenaga kerja, bahan dan uang). Produktivitas yang rendah merupakan
pencerminan dari organisasi/perusahaan yang memboroskan sumber daya yang dimilikinya.
Dan ini berarti bahwa pada akhirnya perusahaan tersebut kehilangan daya asing dan dengan
demikian akan mengurangi skala aktivitas usahanya. Produktivitas yang rendah dari banyak
organisasi/perusahaan akan menurunkan pertumbuhan industry dan ekonomi suatu bangsa
secara menyeluruh.
Produktivitas merupakan salah satu alat ukur bagi perusahaan dalam menilai prestasi
kerja yang dicapai karyawannya.Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan
hubungan antara modal,tanah, energy yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.2
Produktivitas menurut dewan produktivitas nasional adalah sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok hari
harus lebih baik dari hari ini.3Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau
meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya
manusia secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara
keluaran dan masukan dalam satuan tertentu.4
2
Basu Swastha. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Penerbit Liberty. Hal
281
3
Husein, Umar. 2000. Riset Pemasaran Dan Penilaian Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Hal. 99
4
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju. Hal 57
5
Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber Daya Mausia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 128
3
yang produktif adalahorang yang dapatmemberikan sumbangan yang nyata dan berarti bagi
lingkungan sekitarnya, imaginative dan inovatif dalam mendekati persoalan hidupnya serta
mempunyai kepandaian (kreatif) dalam mencapa tujuan hidupnya. Pada saat bersamaan orang
seperti itu selalu bertanggung jawab dan responsif dalam hubungannya dengan orang lain
(kepemimpinan). Pegawai seperti ini merupakan asset organisasi, yang selalu berusaha
meningkatkan diri dalam organisasinya, dan akan menunjang pencapaian tujuan produktivitas
organisasi.
Seorang karyawan dinilai produktif apabila menghasilkan output yang lebih besar dari
karyawan lainnya untuk satuan waktu yang sama. Dan dapat juga dikatakan bahwa karryawan
menunjukkan tingkat produktivitas yang ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat.
B. Tipe Produktivitas
Menurut Sukaria Sinulingga ukuran produktivitas dikelompokkan atas tiga tipe yaitu
produktivitas total (total productivity), produktivitas total-faktor (total factor productivity) dan
produktivitas parsial (partial productivity).6
1. Produktivitas Total
Produktivitas total adalah rasio total output atau keseluruhan faktor input yang
digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dari pengertian di atas,
produktivitas total mengukur pengaruh bersama (join impact) dari seluruh
sumber daya produksi dalam menghasilkan output.
2. Produktivitas Total Faktor
Produktivitas total faktor merupakan rasio dari output bersih (net output)
terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Net output
dihitung sebagai total output yang dikurangi dengan jumlah bahan dan jasa
yang dibeli.
3. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial ialah rasio output terhadap salah satu faktor
inputyang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas
inimengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor
input tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut memperlihatkan
kecenderungan yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara
berkelanjutan maka dapat dikatakan pengelolaan faktor input tersebut dalam
kegiatan produksi telah berjalan dengan baik.
6
Sukaria Sinulingga. 2012.Analisis dan Rekayasa Produktivitas, Medan: USU Press
4
C. Kesalahan pengertian
Prokopenko menilai bahwa sering kali terjadi kesalahan dalam memberikan makna
terhadap pengertian produktivitas sehingga memberikan perswpsi yang salah. Bentuk
kesalahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
F. Keterkaitan produktivitas
5
mengungkapkan adanya kesukaran dalam pelaksanaan perbaikan produktivitas karena hal-hal
berikut. 7
7
https://www.academia.edu/21907570/AB_5ENGELOLA_PRODUKTIVITAS
8
https://www.academia.edu/21907570/AB_5ENGELOLA_PRODUKTIVITAS
6
I. Pengukuran produktivitas
Untuk mengetahui produktivitas kerja dari setiap karyawan maka perlu dilakukan
sebuah pengukuran produktivitas kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut
sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang ialah diterima secara luas, dengan
menggunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengukuran
diubah ke dalam unit-unit pekerja yang diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan
dalam satu jam oleh pekerja yang bekerja menurut pelaksanakan standar.9
9
Muchdarsyah Sinungan , 2005: 262 dalam jurnal GD. Wayan Darmadi
10
Henry Simamora. 2004. Manajemen sumber daya manusia. Edisi ketiga. Yogyakarta: STIE YPKN.Hal. 612
11
Muchdarsyah Sinungan. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bandung: Bumi Aksara. Hal 23
7
2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,
proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukan pencapaian
relatif.
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang
terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Dalam
bahasa inggris kualitas diistilahkan dengan Quality. Menurut B. Suryobroto, konsep mutu
mengandung pengertian makna derajat keunggulan suatu produk (hasil kerja/ upaya) baik
berupa barang maupun jasa. Mutu mempunyai makna ukuran, kadar, ketentuan dan penilaian
tentang kualitas sesuatu barang maupun jasa (produk) yang mempunyai sifat absolut dan
relatif.12
Kualitas merupkan salah satu indikator penting dalam perusahaan sebagai suatu
senjata persaingan dalam dunia bisnis. Untuk dapat menerapkan kualitas sebagai senjata
persingan, badan usaha dituntut untuk melakukan perencanaan, pengukuran dan pengendalian
biaya kualitas secara benar dan konsisten. Dengan memberikan perhatian ekstra pada
peningkatan kualitas dapat menghasilkan penghematan yang cukup besar, yaitu dapat
meningkatkan produktivitas yang secara langsung juga meningkatkan profitabilitas secara
kemampuan bersaing.13
12
Rahmat Hidayat dan Candra Wijaya, Ayat-ayat Al-Quran Tentang Manajemen Pendidikan, (Medan: LPPPI,
2017), h. 174-175
13
http://repository.ubaya.ac.id/16593/
8
Keterlibatan dan pemberdayaan pekerja merupakan hal yang penting dalam TQM.
Perberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan, melainkan juga melibatkan mereka
dengan memberikan pengaruh yang sangat berarti. Usaha untuk melibatkan karywan
membawa dua manfaat utama, yaitu untuk meningkatkan perencanaan dan pengambilan
keputusan, serta meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan
melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu merupakan proses sistematis dalam
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.14
14
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), h.
33
9
Untuk melakukan segala aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan sehubungan
dengan pengembangan kualitas suatu barang yang dihasilkan, perusahaan harus mengeluarkan
biaya-biaya untuk melakukan aktivitas-aktivitas kualitasnya, yang disebut biaya kualitas.
Menurut Hansen dan Mowen, Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin
atau yang telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Menurut Garrison, Biaya Kualitas
adalah semua biaya yang harus dikeluarkan karena adanya barang cacat. Sedangkan menurut
Blocher, Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah dan dengan
opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya
kualitas.15
Berdasarkan definisi diatas di atas dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya barang cacat, dengan kata lain biaya
tersebut dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas produk atau mencapai standar yang telah
ditetapkan.
Menurut JM. Juran, biaya kualitas diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:16
1. Biaya pencegahan
Biaya ini merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pencegahan kecacatan
dan pembatasan biaya kegagalan dan biaya penilaian.
2. Biaya Penilaian
Merupakan biaya-biaya yang dibbutuhkan untuk menentukan kondisi prosuk dan
bahan baku.
3. Biaya Kegagalan Internal
Merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan karena ditemukannya produk cacat
sebelum diantar kepelanggan.
4. Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan karena adanya produk cacat
yang ditemukan setelah barang diantar kepada pelanggan.
N. Total Quality Management (TQM)
15
Mulyadi, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN, 2010), h. 73
16
Supriyono, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, 1999), h. 10
10
Total Quality Management bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Untuk
memahami konsep Total Quality Management maka terlebih dahulu harus memahami
makna dasar dari kualitas dan manajemen agar memperoleh gambaran yang jelas tentang
Total Quality Management.
Pengertian total, dalam bahasa Indonesia sering artikan dengan kata menyeluruh atau
terpadu. Kata total (terpadu) dalam Total Quality Management menegaskan bahwa setiap
orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya peningkatan secara terus
menerus.17
Konsep Total Quality Management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan
management. Fokus utama dari TQM adalah kualitas/ mutu. Mutu sebagai tercukupinya
kebutuhan (conformance to requirement).
Unsur ketiga dari Total Quality Management, adalah kata management, yang
merupakan konsep awal dari TQM itu sendiri. Ada banyak definisi manajemen yang telah
dikemukakan oleh para pakar. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa
Inggris management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.18
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya. Singkatnya TQM merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa
pelanggan puas terhadap barang dan jasa yang diberikan, serta menjamin bahwa tidak ada
pihak yang dirugikan.19
Menurut Patricia Kovel-Jarboe, TQM adalah suatu filosofi yang menekankan
perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu,
produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa TQM
merupakan salah satu cara meningkatkan kinerja terus menerus (continously performance
improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.20
Dengan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa TQM
adalah sebuah pendekatan praktis namun juga strategis dalam menjalankan roda organisasi
17
Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 64
18
Edward Sallis, Total Quality Management in Education; Manajemen Mutu Pendidikan, (Yogyakarta:
IRCiSoD, Cet. IV, 2006), h. 67
19
Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa. (Yogyakarta: Andi. 2000), h. 9
20
Vincent Gaspersz, TQM untuk Praktisi Bisnis dan Industri, (Jakarta : Gramedia, 2006), h. 2
11
yang memfokuskan diri pada terpenuhinya ekspektasi pelanggan dan klien dengan
melakukan perbaikan terus menerus serta melibatkan seluruh sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien.
O. Alat Memperbaiki Kualitas dan Kinerja
Maksud dari alat dan teknik adalah metode, keahlian, sarana atau mekanisme praktis
yang dapat dipergunakan sebagai pekerjaan atau tujuan tertentu. Dari semua tujuan yang
ada, mereka dipergunakan untuk membuat perubahan yang ada pada zaman saat ini dengan
tujuan positif yang dikenal sebagai peningkatan. Sebuah alat dapat dicontohkan sebagai
sesuatu yang memiliki peran yang jelas, fokus yang sempit dan dipergunakan sendirian tanpa
bantuan peralatan yang lain. Contoh dari alat-alat kualitas antara lain adalah:
1. Diagram Sebab Akibat.
2. Analisa Pareto Diagram hubungan.
3. Peta Kendali.
4. Diagram Alir (flowcharts)
Teknik Pembahasa yang lain, memiliki aplikasi yang lebih luas dari alat, akibatnya
adalah sering dibutuhkan lebih banyak pemikiran, keahlian dan pelatihan untuk menggunakan
teknik secara efektif. Dalam pandangan yang sederhana, teknik adalah kumpulan dari
beberapa alat. seperti, pengendalian proses secara statistik menggunakan sejumlah alat seperti
gambar/bagan, grafik dan histogram, selain pula metode statistika, yang
kesemuanya dibutuhkan untuk penggunaan yang efektif dari teknik SPC tersebut.
Alat dan teknik kualitas memainkan peranan kunci dalam pendekatan organisasi
secara keseluruhan untuk mencapai peningkatan kualitas. Mereka akan membawa beberapa
keuntungan berikut ini:
1. Proses dapat dievaluasi
2. Setiap orang menjadi terlibat dalam proses peningkatan
3. Mereka bisa menyelesaikan problem mereka sendiri
4. Sikap berpikir tentang peningkatan berkelanjutan dapat dikembangkan
Alat dan teknik memerlukan perhatian terhadap sejumlah faktor sukses yang kritis
untuk membuat penggunaan dan aplikasi mereka menjadi efektif dan efisien. Beberapa faktor
tersebut adalah:
1. Komitmen dan dukungan penuh dari manajemen;
2. Pelatihan yang efektif, tepat waktu dan terencana;
3. Kebutuhan yang mendasar terhadap penggunaan alat dan teknik;
4. Tujuan dan sasaran penggunaan yang jelas;
5. Lingkungan yang mendukung;
12
6. Dukungan dari fasilitator yang lain
Bila faktor-faktor sukses tersebut telah dipenuhi, penggunaan alat dan teknik akan
menyediakan sarana untuk mendefinisikan masalah yang sebenarnya, mengindentifikasi akar
penyebabya, mengembangkan dan menguji solusi, dan mengimplementasikan solusi yang
permanen dan valid.
P. Quality Control Circle
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle) adalah salah satu konsep baru untuk
meningkatkan mutu dalam produktvitas kerja industri/ jasa. GKM adalah suatu teknik
pengawasan kualitas dimana karyawan dan pimpinan bersama-sama mencoba memperbaiki
dan meningkatkan kualitas produksi. GKM mengubah tujuan dari mengawasi kualitas
menjadi meningkatkan kualitas. Melalui GKM, karyawan dan pimpinan melakukan usaha
bersama untuk meningkatkan desain, produktivitas, penekanan biaya produksi, keselamatan
kerja, dan pelayanan purna jual.21
GKM merupakan mekanisme formal yang dilembagakan yang bertujuan untuk
mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreatifitas di
antara karyawan. Kelompok kecil pekerja terlibat dalam suatu proses pengkajian bersaman
untuk menyingkapkan dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. GKM
harus bekerja secara terus menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.
GKM merupakan kelompok orang dalam organisasi yang bertugas mengendalikan
mutu. Kelompok-kelompok kecil karyawan yang melakukan kegiatan pengendalian dan
peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan berkesinambungan dalam bidang pekerjaannya
dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengendalian mutu.22
GKM bekerja dengan suka rela tanpa mengharap kontra prestasi seperti gaji dari
organisasi. GKM ini membahas dan menyelesaikan persoalan kerja yang dihadapi, sehingga
mereka mengadakan perbaikan secara terus menerus dengan menggunakan teknik kendali
mutu. Bagi banyak orang peningkatan kualitas identik dengan Gugus Kendali Mutu (quality
circles), kendali mutu adalah fitur penting dari metode pengendalian mutu di jepang, mereka
adalah tim khusus yang dibentuk untuk meningkatkan kualitas. Peningkatan mutu sering
terjadi karena adanya tim yang bekerja tugas tambahan, yang masing-masing dirancang untuk
memecahkan masalah, memperbaiki proses yang ada atau merancang desain yang baru.
21
Hanun Asrohah, Manajemen Mutu Pendidikan, (Surabaya: Goverment of Indonesia and Islamic
Development Bank, 2014), hal 186
22
Amin Widjaja Tunggal, Ak. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar, (jakarta: PT RINEKA CIPTA,
1993), hal.15
13
Dalam kerangka Gugus Kendali Mutu, kepala kelompok tidak mempunyai kekuasaan
terhadap anggota lainnya tetapi lebih merupakan seorang moderator pembicaraan yang
memperlancar proses pemecahan persoalan. Kebanyakan organisasi juga menggunakan
fasilitator untuk mempersiapkan program pelatihan, memberikan latihan dan bimbingan terus
menerus bagi para kepala gugus, dan atas permintaan, memberikan latihan bagi anggota team.
Q. Standar Kualitas Internasional
Standard diartikan sebagai kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan
yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-
kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan.
a. Menekankan pada perbaikan yang terus menerus dan peran komitmen serta
koordinasi organisasi secara keseluruhan.
a. Standar kualitas yang dikembangkan oleh Masyarakat Eropa (ME) yang disebut
ISO 9000,9001,9002,9003 dan 9004
14
b. Fokusnya adalah menekankan agar ditetapkan prosedur manajemen kualitas,
melalui dokumentasi yang rinci atas bisnis perusahaan dalam ME, dan
perusahaan akan diberi sertifikat setelah diuji.
c. Beberapa factor yang membuat ISO 9000 menarik adalah: (1) standar ini
diterima oleh seluruh dunia, (2) standar ini sekarang diterapkan pada produk
yang dibuat atau diimport oleh ME, dan (3) taat pada standar ini akan penting
bagi sertifikasi produk.
b. Terdiri atas lima elemen inti, yaitu (1) manajemen lingkungan (2) auditing,
(3)evaluasi kerja, (4) pemberian label,(5) penilaian atau pengukuran daur hidup
produk.
4. US Standards
a. Q90: berisi tentang overview dan introduksi atas standar yang lain, definisi dan
konsep yang berhubungan dengan kualitas.
c. Q92: lebih detil dari Q91 untuk keterlibatan organisasi dalam produksi, instalasi
dan pelayanan produk dan jasa.
d. Q93: lebih detail dari Q91 keterlibatan khusus organisasi dalam inspeksi dan
pengujian dan juga distributor serta kontraktor yang akan memberikan nilai
tambah.
e. Q93: memberikan petunjuk untuk pengelolaan dan auditing atas suatu system
control kualitas.
f. Q94: memberikan petunjuk untuk penglolaan dan auditing atas suatu system
control kualitas.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi atau Obyek dalam penelitian ini berada disebuah Madrasah Tsanawiyah Negeri
Medan (MTs Negeri 3 Medan) ini terletak di jalan Melati 13 Blok X Helvetia Medan.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan (MTs Negeri 3 Medan) ini mempunyai berbagai
jenjang dan jenis pendidikan yang bersifat formal yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai sebagaimana yang dideskripsikan dalam hasil laporan penelitian ini.
Dengan demikian penulis menganggap lokasi ini sudah strategis untuk melakukan penelitian
sesuai dengan judul.
B. Metode Penelitian
Menurut Bogdan & Taylor menjelaskan bahwa, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik
(utuh). Untuk itu, tidak diperbolehkan mengisolasikan individu atau organisasi kedalam
variabel atau Hipotesis, tetapi memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.23
Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan dengan metode kualitatif agar diperoleh
data secara alamiah atau natural dan komprehensif yang sesuai dengan latar dan data yang
diperoleh tidak merupakan hasil rekayasa atau manipulasi karena tidak ada unsur atau
variabel lain yang mengontrol.
23
Imam Gunawan, (2014), Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, jakarta: Bumi Aksara hal. 80-82
16
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.24
Pendekatan kualitatif ini menurut peneliti sangat relevan, karena bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Mengelola Produktivitas dan Kualitas di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Medan (MTs Negeri 3 Medan) ini terletak di jalan Melati 13 Blok X Helvetia Medan..
Dan ada beberapa pertimbangan peneliti sehingga menggunakan metode kualitatif dalam
penelitian ini, yaitu mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Moleong berikut ini:
Kedua, penelitian kualitatif bersifat deskriptip yaitu data yang terkumpul berbentuk
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya sebagai
penunjang. Data yang diperoleh sebagai transkrip interview, catatan lapangan, foto-foto,
dokumen pribadi.
C. Subjek Penelitian
24
Lexy J. Moeleong, (2012), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 6
17
Penelitian menetapkan informan atau subjek dengan pertimbangan tertentu, informan
terkait dengan kegiatan Mengelola Produktivitas dan Kualitas di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Medan (MTs Negeri 3 Medan) dan menguasai masalah yang akan diteliti. Adapun
yang menjadi subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri
Medan (MTs Negeri 3 Medan) yang, di dukung dari wakil kepala sekolah, guru beserta staff.
Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kaulitatif, maka
prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan
studi dokumen (catatan atau arsip).
Sebagaimana dijelaskan oleh Strauss dan Corbin bahwa temuan pendekatan kaulitatif
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur perolehan
temuan diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara, dokumen, buku, kaset vidio dan
bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain.25
1. Observasi
25
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, (2003), Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj. Muhammad Shodiq dan
Imamm Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 4
18
melewati latihan-latihan yang memadai, serta mengadakan persiapan yang teliti dan
lengkap.26
Observasi dilakukan untuk melihat dari dekat tentang bagaimana kepala sekolah
dalam Mengelola Produktivitas dan Kualitas Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan (MTs
Negeri 3 Medan). Sebelum turun ke lapangan peneliti terlebih dahulu membuat pedoman
tertulis tentang aspek-aspek yang akan diobservasi, yakni meliputi pedoman literatur
mengenai proses mengelola produktivitas dan kualitas dan selanjutnya pedoman yang akan
diobservasikan akan dikembangkan dilapangan untuk memperoleh data informasi yang
diperlukan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan
merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas
mungkin kepada subjek penelitian. Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Peneliti seringkali menganggap
wawancara itu mudah karena dalam kesehariannya, peneliti sering bercakap-cakap dengan
orang untuk mendapatkan informasi yang penting. Kenyataannya tidak semudah itu. Banyak
peneliti mengalami kesulitan mewawancarai orang karena orang menjawab dengan singkat. 27
3. Dokumentasi
Bungin mejelaskan bahwa dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Teknik dokumen
meski pada mulanya jarang diperhatikan dalam penelitian kualitatif, pada masa kini menjadi
26
Imam Gunawan, (2014), Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara hal. 143-144
27
Ibid, hal. 160-161
19
salah satu bagian penting dan tidak terpisahkan dalam penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan
oleh adanya kesadaran dan pemahaman baru yang berkembang di para peneliti bahwa banyak
sekali data yang tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak. Penggalian sumber data lewat
studi dokumen menjadi pelengkap bagi proses penelitian kaulitatif.28
28
Ibid, hal. 177-178
20
BAB IV
21
Proses yang dilakukan tersebut bertujuan agar memenuhi kebutuhan tenaga pendidik
yang dibutuhkan dan sesuai juga dengan kualifikasi yang dimiliki calon tenaga pendidik,
sehingga calon yang diterima mampu menunjang cita-cita.
Melalui open rekrutmen yang bagus dari pihak sekolah membuat suatu produktivitas bagi
sekolah dengan mengukir prestasi. Hal ini dijelaskan Ibu Cici Mahruliana kepala
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Medan (MTs Negeri 3 Medan) ini Terletak di Jalan
Melati 13 Blok X Helvetia Medan. Yang menjelaskan sebagai berikut
23
BAB V
Produktivitas merupakan salah satu alat ukur bagi perusahaan dalam menilai prestasi
kerja yang dicapai karyawannya.Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan
hubungan antara modal,tanah, energy yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
Seorang karyawan dinilai produktif apabila menghasilkan output yang lebih besar dari
karyawan lainnya untuk satuan waktu yang sama. Dan dapat juga dikatakan bahwa karryawan
menunjukkan tingkat produktivitas yang ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat.
Sedangkan kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.
Kualitas merupkan salah satu indikator penting dalam perusahaan sebagai suatu senjata
persaingan dalam dunia bisnis.
24
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal, Ak. 1993. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar, Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Basu Swastha. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Liberty.
Edward Sallis. 2006. Total Quality Management in Education; Manajemen Mutu Pendidikan,
Yogyakarta: IRCiSoD, Cet. IV.
Fandy Tjiptono. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.
Hanun Asrohah. 2014. Manajemen Mutu Pendidikan, Surabaya: Goverment of Indonesia and
Islamic Development Bank.
Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber Daya Mausia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Henry Simamora. 2004. Manajemen sumber daya manusia. Edisi ketiga. Yogyakarta: STIE
YPKN.
Husein, Umar. 2000. Riset Pemasaran Dan Penilaian Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
https://www.academia.edu/21907570/AB_5ENGELOLA_PRODUKTIVITAS
http://repository.ubaya.ac.id/16593/
Ismanto. 2009. Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M.N. Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Muchdarsyah Sinungan. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bandung: Bumi Aksara.
Muchdarsyah Sinungan , 2005: 262 dalam jurnal GD. Wayan Darmadi.
Mulyadi. 200. Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Rahmat Hidayat dan Candra Wijaya. 2017. Ayat-ayat Al-Quran Tentang Manajemen
Pendidikan, Medan: LPPPI.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju.
Sukaria Sinulingga. 2012. Analisis dan Rekayasa Produktivitas, Medan: USU Press.
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM.
Vincent Gaspersz. 2006. TQM untuk Praktisi Bisnis dan Industri, Jakarta : Gramedia.
25
LAMPIRAN
26
27