Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Sosial
Dosen pengampu;
Devi Anisa Nasrah, M.Psi., Psikolog
Disusun oleh :
Ilham Ibrahim A. 180207017
Dwi Khozaty 180207010
Nida Kamilia R.N. 180207026
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Sosial ini.
Makalah ini telah kami susun sesuai sistematika penulisan makalah yang benar, tapi
terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Patologi Sosial di
Bidang Kriminalitas.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Patologi Sosial di Bidang Kriminalitas ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian Kriminalitas..............................................................................................................5
D. Penjahat Marginal.....................................................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kriminalitas bukanlah sebuah istilah yang asing lagi, khususnya bagi masyarakat
Indonesia. Semakin meningkatnya praktik kriminalitas disusul dengan semakin maraknya
pemberitaan terhadap proses kriminalitas, baik melalui media elektronik hingga persepsi-
persepsi dari kalangan masyarakat menjadikannya sebagai suatu topik yang seakan-akan tidak
pernah habis dan bosan untuk dibahas, begitu pula dengan para pelaku kriminalitas justru
semakin bertambah dengan berbagai macam pola dan model kejahatan yang dilakukan.
Kriminalitas merupakan salah satu bentuk penyakit sosial yang memang sulit untuk
diatasi, sebab kriminalitas bukanlah suatu hal yang pasti, bisa terjadi pada siapapun dengan usia
yang tidak tertentu pula. Terkadang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar hingga karena
dipaksa oleh suatu situasi dan kondisi tertentu.
Oleh karena itu, sangat penting kiranya untuk menggali lebih dalam lagi tentang hakekat
kriminalitas demi menciptakan suatu pemahaman dan analisa terhadap masalah tersebut
sekaligus sebagai bentuk usaha antisipasi dan partisipasi dalam mengendalikan kriminalitas
dengan segala praktik-praktiknya.
Dengan makalah yang cukup sederhana ini penyusun berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan sesuatu yang insya Allah bermanfaat, khususnya kepada para pembaca yang
merasa memiliki suatu keresahan dan tanggung jawab terhadap masalah sosial tersebut. Mudah-
mudahan yang sedikit ini dapat menjadi sumbangan yang besar kepada para pembaca sekalian,
khususnya kepada penyusun.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang permasalahan yang berkaitan dengan:
1
3. Bagaimana kejahatan dan teori-teorinya?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar dapat memberikan pemahaman terhadap:
1. Pengertian kriminalitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kriminalitas
Istilah kriminalitas berasal dari bahasa Inggris “crime” yakni kejahatan. Kejahatan secara
formal dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan
undang-undang pidana, bertentangan dengan moral kemanusiaan, bersifat merugikan, sehingga
ditentang oleh masyarakat.
Dalam pandangan sisiologis, kejahatan diartikan sebagai semua bentuk ucapan dan
tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial, serta merugikan dan mengganggu
keselamatan masyarakat, baik secara ekonomis, politis maupun sosial-psikologis.
Dari kedua paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan merupakan segala
bentuk kegiatan yang sifatnya merugikan, baik berupa ucapan maupun perbuatan, baik itu
tercantum dalam undang-undang pidana maupun yang sifatnya kondisional menurut pandangan
masyarakat tertentu.
Sedangkan ilmu yang membahas tentang kejahatan disebut kriminologi. Istilah ini
muncul dari seorang antropolog Perancis P. Topinard (1800-1911). Kemudian didefinisikan oleh
beberapa sarjana terkenal, di antaranya:
3
teknis, yakni sebagai suatu alat untuk mengadakan suatu penyelidikan perkara
kejahatan, dengan menggunakan ilmu sidik jari misalnya. Sedangkan kriminologi
(dalam pengertian sempit), adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan
perbuatan-perbuatannya (penampilan dan sebab akibatnya).
Dari beberapa definisi yang dinyatakan oleh beberapa pakar, termasuk tiga pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa kriminologi, baik dalam pengertian luas dan sempit, pada dasarnya
mengarah pada ranah kejahatan dan hal-hal terkait di dalamnya, mulai dari tindak kejahatnnya,
pelakunya, sebab akibatnya, hingga solusi pencegahan dan pemberantasannya.
1. Psikologi kriminal, yaitu ilmu yang membahas tentang kejahatan dan pelakunya
dipandang dari sisi psikologinya;
2. Sosiologi kriminal, yaitu ilmu yang membahas tentang kejahatan sebagai suatu bentuk
gejala sosial masyarakat;
3. Antropologi kriminalitas, yaitu ilmu yang membahas tentang tipe-tipe manusia jahat.
4. Statistik kriminal, yaitu ilmu yang membahas tentang pendataan dan penganalisaan
angka-angka kriminal.
Selanjutnya kejahatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan sisi
kejahatannya, seperti:
4
4. Kejahatan menurut obyek sasarannya, seperti kejahatan ekonomi, kejahatan politik,
kejahatan kesusilaan, kejahatan terhadap jiwa dan harta benda dan sebagainya;
5. Kejahatan menurut tipe pelakunya, seperti penjahat profesional, penjahat karena krisis
jiwa, penjahat karena nafsu seksualitas, penjahat kesempatan dan sebagainya.
Menurut beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kejahatan terjadi bukan
hanya berdasarkan satu sisi, tetapi juga ditunjang oleh beberapa sisi lain yang saling mempunyai
hubungan timbal balik.
Adapun pengaruh positif yang muncul sebagai dampak dari kejahatan, di antaranya adalah:
Efek-efek tersebut muncul sebagai timbal balik dari prilaku kejahatan yang ada, artinya
perkembangan tingkat kejahatan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hukum di suatu
tempat.
5
B. Tinjauan Kriminalitas dari Berbagai Segi
Terkait dengan perbuatan manusia secara mendalam yang memiliki penamaan yang
bersifat umum sebagai perbuatan manusia dapat diartikan dari beberapa segi peninjauan yang
akan diuraikan di bawah ini:
6
Undang Hukum Pidana menyatakan sebagai berikut: “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana,
kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan pidana perundang-undangan pidana yang telah ada”.
Sutherland menambahkan bahwa kriminalitas sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh
negara dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi. Dalam buku referensi Anglo
Saxon, kriminalitas menurut hukum dikelompokkan dalam istilah conventional crime, yaitu
kriminalitas (tindak pidana) yang dicantumkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Bonger mengatakan bahwa kriminalitas merupakan sebagian dari perbuatan immoral. Oleh
karena itu, perbuatan immoral adalah perbuatan antisosial, tetapi harus dilihat juga bentuk
tingkah laku masyarakat sebab perbuatan seseorang tidaklah sama. Secara yuridis, kriminalitas
dapat diartikansebagai perbuatan yang melanggar hukum dan undang-undang sehingga
diperlukan suatu kepastian hukum karena dengan hukum, orang dapat mengetahui apakah
perbuatan itu jahat atau perbuatan itu tidak jahat.
7
masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur dalam
hubungan antara seseorang dengan orang lain, atau antara seseorang dengan masyarakatnya.
1. Teori Teologis
Teori ini menganggap kriminalitas sebagai sebuah perbuatan dosa dan melanggar perintah
Tuhan, yang bisa dilakukan oleh setiap orang yang normal, yang didorong oleh godaan setan
atau nafsu.
Teori ini membagi kehidupan manusia menjadi dua sisi yang bertentangan, namun
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Satu sisi, manusia memiliki pribadi
rohani/jiwa sebagai prinsip kesempurnaan, yang mendororng kepada perbuatan-perbuatan yang
baik. Sedangkan di sisi yang lain, manusia memiliki jasmani yang prinsipnya selalu berubah,
yang mendororng kepada kerusakan dan kejahatan. Pada tahap selanjutnya, jiwa membaur
masuk ke dalam lingkungan jasmani dan menjadi salah satu unsur sebagai pengendali, jika jiwa
tidak mampu mengendalikan jasmani, maka jasmani akan menenggelamkan jiwa, sehingga
muncullah prilaku-prilaku yang sifatnya jahat dan asusila.
Manusia bebas menentukan sikap dan pilihannya, begitulah prinsip dalam teori ini, artinya,
manusia memang dipengaruhi oleh setan sebagai sebab-musabab kejahatannya, namun kemauan
manusia lah sebagai puncak penentu. Jika secara sadar seseorang ingin berbuat jahat, maka tidak
ada seorang pun yang dapat mencegahnya, bahkan Tuhan dan kitab suci sekalipun.
Dalam teori ini, sumber kejahatan dinilai dari ciri-ciri jasmani seseorang, mulai dari bentuk
tengkorak kepala, wajah, dahi, hidung, mata, tangan, kaki dan anggota badan lainnya. Artinya,
8
seseorang yang memiliki kelainan pada bentuk tubuhnya dapat mempengaruhi perkembangan
pribadinya, Hal ini didasari oleh penelitian seorang profesor ilmu kedokteran dan ahli penyakit
jiwa sekaligus seorang antropolog ternama, Cecare Lombroso (1835-1909) yang mencatat
adanya ciri khusus/kelainan pada jasmani para penjahat.
Teori ini memandang lingkungan sosial dan kekuatan-kekuatan sosial sebagai faktor
penyebab munculnya kejahatan. Aristoteles (384-322 S.M) dan Thomas Van Aquino (1226-
1274) menegaskan, bahwa faktor kemiskinan dan keserakahan mendorong sesorang untuk
berbuat jahat dan asusila. Dalam kemiskinan kronis, seseorang tidak mendapatkan jalan keluar
dan akhirnya berputus asa, sehingga muncullah tindakan-tidakan kejahatan.
6. Teori Bio-Sosiologis
Teori ini mengkombinasikan antara faktor internal dan eksternal, yakni suatu kejahatan
muncul tidak hanya berasal dari pengaruh individu seseorang, namun juga didasari oleh faktor
sosial disekelilingnya. Namun demikian, faktor individulah yang paling berperan dalam
penentuan pola-pola kejahatannya.
7. Teori Spiritualis
Teori ini minitikberatkan agama dan keyakinan sebagai sesuatu yang mempengaruhi pola
fikir dan prilaku seseorang. Seorang yang memilki jiwa agama dan keyakinan yang kuat pasti
mampu mengandalikan diri dan akan terhindar dari hal-hal jahat, sebab agama berperan sebagai
dasar yang menumbuhkan rasa kasing sayang, mengeluarkan dari sifat egoisme dan melarang
dari kejahatan. Sebaliknya, seorang yang jiwa agamanya lemah cenderung mudah terpengaruh
dan sangat rentah terhadap hal-hal jahat.
9
perbuatan yang semakin berat pula. Bahkan, terkadang kejahatan justru dapat menandingi atau
bahkan lebih kuat dari kekuatan hukum.
Pada masa modern seperti sekarang ini, tingkah laku kriminal bisa saja tidak lagi dianggap
sebagai suatu bentuk kriminalitas, sebab hal itu telah membudaya dan sudah menjadi rahasia
umum yang dapat ditebak. Biasa terdapat pada praktik-praktik korup, uang pelicin/suap untuk
mempercepat penyelesaian masalah, bulu bekti/tanda bakti kepada atasan demi menutupi
perbuatan kriminal.
Kemajuan teknologi informasi ternyata juga menuai suatu masalah besar. Kecanggihannya
masih belum bisa membawanya lari jauh dari pengaruh penyakit sosial, justru penyakit tersebut
secara pasti telah menjadi bagian dari sisi kecanggihannya.
D. Penjahat Marginal
Pada kota-kota besar yang mempunyai pola hidup modern dengan latar belakang budaya
yang beranekaragam, sering sekali ditemukan banyak konflik yang disebabkan oleh menipisnya
nilai-nilai susila dan sanksi-sanksi sosial. Keadaan ini membuat sesorang menjadi sangat sulit
untuk beradaptasi, sehingga memaksanya untuk bersikap lebih keras. Dari sinilah muncul pola
pikir yang menyamarkan antara yang hak dan yang batil, sehingga pada akhirnya seseorang pun
menjadi sangat sulit untuk membedakan antara keduanya, bahkan justru beranggapan bahwa
semua yang dilakukannya adalah benar.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam diri seorang penjahat berkecamuk
segala rasa ketakutan, ketegangan, kecemasan dan kelelahan. Takut diburu, dituntut, didendam
dan ketakutan-ketakutan lainnya yang membuat batinnya tidak tenang, panik dan stres.
Ketidaksesuaian antara usaha dan hasil juga terkadang menjadi satu alasan dari ketegangan
batinnya.
10
Ketegangan batin yang dirasakan terus mengiringi perjalanan seorang penjahat hingga ia
memasuki masa tuanya. Umur 35 tahun merupakan terminus titik terakhir dari kriminalitas. Pada
usia ini batin semakin bergejolak, dan muncul lah rasa ingin menghentikan semua perbuatan
jahat. Namun, di satu sisi ia merasa cemas, sebab ia tidak mempunyai penghasilan tetap dan
keterampilan khusus dalam menunjang kehidupannya. Sebaliknya, meneruskan prefesinya
sebagai penjahat juga menimbulkan rasa cemas, sebab ia takut akan kegagalan, karena sekarang
ia telah mulai tua dan lemah. Orang-orang inilah yang disebut dengan “penjahat marginal”.
Ada dua tahapan dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap kriminalitas, langsung
dan tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan memberikan pengamanan fisik terhadap
obyek, memperbaiki lingkungan dan menyempurnakan struktur sosial serta memperbaharui
hukum yang sudah tidak relavan.
Adapun secara tidak langsung, bisa dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi serta
kesadaran dan tanggung jawab terhadap masalah kejahatan, membuat peraturan dan ancaman,
menumbuhkan kesan akan adanya pengawasan, dan sebagainya.
Kejahatan merupakan produk dari masyarakat, sehingga apabila kesadaran hukum telah
tumbuh dimasyarakat, maka dengan sendiri tingkat kriminalitas akan turun, sehingga tujuan
akhir politik kriminal, yaitu upaya perlindungan masyarakat dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat akan terwujud.
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Masalah kriminal merupakan kenyataan sosial yang hakikatnya sering kali untuk
dipahami, karena tidak melihat masalah dari proporsi yang sebenarnya secara dimensional.
Peningkatan dan penurunan nilai kriminalitas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah
relatif, sebab manusia dan lingkungan sekitar berperan besar dalam penentuan sifat dan sikap.
Maka pertanyaan yang harus dijawab sekarang adalah bagaimana agar bisa mencegah dan
menutup semua kemungkinan dan kesempatan pelaku kriminalitas melakukan aksinya. Tidak
cukup hanya dengan merumuskan hukum yang seberat-beratnya, sebab kekuatan hukum justru
membuatnya menjadi lebih kreatif untuk menghindar, dan hal itu justru memacu perkembangan
pelaku-palaku kriminalitas yang hebat dan profesional. Jauh sebelum itu, seseorang harus
bisamenciptakan suatu keadaan yang dapat merangkul mereka dalam mengahadapi tantangan
kehidupan. Saling berbagi dan memperhatikan kepentingan orang lain merupakan salah satu
kunci utama. Sudah banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai motivasi, hanya usaha yang
belum dan harus dilakukan. Dengan doa dan usaha, semua pasti bisa.
DAFTAR PUSTAKA