Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan
dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara
rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah
untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah
pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan
yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi
negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan
tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan
intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud
harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi
demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai
secara obyektif aktivitas pemerintah.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pencatatan dan pelaporan adalah dokumen formal dan legal yang dibuat secara
tertulis tentang data-data kesehatan.
B. Tugas Pengawasan
Bertanggung jawab atas semua karyawan yang ada di perusahaan
Bertanggung jawab atas semua properti/barang yang ada
Bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas barang yang di pasarkan
diperusahaan
Bertanggung jawab atas laporan keuangan diperusahaan saat pergantian
jam kerja karyawan
Membuat jadwal tugas karyawan
Membuat laporan bulanan kepada atasan
Melakukan pengecekan terhadap barang yang datang ke
perusahaan,apakah barang tersebut sesuai dengan standart yang telah
ditentukan.Hal ini sangat vital karna menyangkut kualitas terhadap barang
tersebut karena barang ini akan dipasarkan dimasyarakat luas.
Melakukan planing stok kepada suplier,hal ini harus sesuai perhitungan
dengan stok yang masih ada.Agar menjaga kestabilan barang yang keluar
dan masuk ke perusahaan
Menangani keluhan dari konsumen,Biasanya hal ini perlu pembicaraan
dan pebjelasan yang benar dan sekonkrit mungkin agar konsumen
mengerti jawaban apa yan dibutuhkannya.
Bertanggung jawab atas pekerjaan itu merupakan hal yang harus
dilakukan,karna semua itu menyangkut banyak orang.
C. Teknik Pengawasan
Kelemahan dari pada pengawasan tidak langsung itu ialah bahwa sering para
bawahan hanya melaporkan hal-hal yang positif saja. Dengan perkataan lain, para
bawahan itu mempunyai kecenderungan hanya melaporkan hal-hal yang
diduganya akan menyenangkan pimpinan.
Sementara Bohari (1992:25) membagi macam teknik pengawasan sebagai
berikut :
a. Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan
preventif ini biasanya berbentuk prosedur-prosedur yang harus ditempuh
dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini bertujuan:
Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang
telah ditentukan.
Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara
efisien dan efektif.
Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai.
Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi
sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
b. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan
dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang
seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represifdimaksud untuk
mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu
telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan represif ini biasa dilakukan dalam bentuk:
Pengawasan dari jauh, adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara
pengujian dan penelitian terhadap surat-surat pertanggungan jawab disertai
bukti-buktinya mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Pengawasan dari dekat, adalah pengawasan yang dilakukan di tempat
kegiatan atau tempat penyelenggaraan administrasi.
D. Teknik Penyusunan Pelaporan Kantor
Sebelum laporan disajikan secara lisan, laporan terlebih dahulu disusun dalam
bentuk tertulis secara sistematis sehingga mudah dipahami. Dari segi bentuk
tertulis, laporan terbagi menjadi seperti berikut.
1. Laporan berbentuk formulir atau matriks, yaitu laporan yang tinggal
mengisi pada blangko yang disediakan.
2. Laporan berbentuk memorandum atau nota, yaitu laporan yang diuraikan
secara singkat. Laporan ini dibuat dalam rangka proses hubungan kerja
antara atasan dan bawahan atau antar-unsur-unsur dalam suatu instansi.
3. Laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang diuraikan lebih panjang dari
memorandum sebagaimana uraian dalam bentuk surat biasa. Jenis laporan
ini dapat dipergunakan untuk bermacam-macam topik.
4. Laporan berbentuk naskah, yaitu laporan yang panjang, biasanya disusun
seperti makalah. Materi laporan dibagi menjadi beberapa topik dan
subtopik.
5. Laporan berbentuk buku, yaitu laporan yang disusun dalam bentuk buku.
Pada tahap awal ini harus terjawab beberapa pertanyaan penting seperti hal apa
yang akan dilaporkan ? Mengapa hal itu harus dilaporkan ? Kapan laporan akan
disampaiakan ? Data apa yang penting, baik sebagai data utama maupun data
pendukung ? Dengan terjawabnya beberapa pertanyaan ini, maka akan dapat
dirumuskan secara jelas latar belakang dan masalah laporan, tujuan laporan, target
waktu laporan, data yang relevanuntuk disajikan, dan sumber-sumber data.
2. Pengumpulan dan Penyajian Data
Pada tahap penulisan laporan harus mengacu pada sistematika yang telah
ditetapkan sehingga laporan tersebut dapat tersaji secara runtut, mudah dipahami,
dan enak dibaca.