Anda di halaman 1dari 5

Nama LATIFAH AINI

Nim 19002125

Jurusan Administrasi Pendidikan

Mata Kuliah Pengawasan Pendidikan


KONSEP
Dosen Dr. Rifma, M.Pd

Dr. Novriyanti Achyar, M.Pd

Pertemuan Ke Tugas 2

PENGAWASAN PENDIDIKAN ( LANJUTAN )

D. Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi
kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan
pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan
untuk memperbaikinya baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.

Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Memberi jaminan ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut,


kebijaksanaan dan perintah
2. Menjalankan koordinasi aktivitasi
3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan
4. Menjamin terwujud kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan
5. Membina kepercayaan masyarakat kepada kepemimpinan organisasi “pemerintah”.
Menurut Terry dan Rue (2000:240), manfaat pengawasan relatif dan tergantung dari
pentingnya kegiatan tersebut, sumbangan yang dibuat dan juga besarnya organisasi.

E. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi beberapa
prinsip pengawasan. Dua prinsip pokok, yang merupakan suatu conditio sine qua non bagi suatu
sistem pengawasan yang efektif. Prinsip pokok pertama merupakan suatu keharusan, rencana itu
merupakan standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.

Demikianpun prinsip pokok kedua merupakan suatu keharusan yang perlu ada agar sistem
pengawasan itu memang benar-benar dapat efektif dilaksanakan. Selain kedua prinsip pokok
diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah pula mengandung prinsip-prinsip berikut:

a. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatankegiatan yang harus


diawasi.
b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan –penyimpangan.
c. Dapat mereflektir pola organisasi.
d. Dapat dimengerti.
e. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Sedangkan menurut Ulbert Silalahi (1992:178) prinsip-prinsip pengawasan adalah :

a. Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan


dan pekerjaan.
b. Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan
kegiatan secara objektif.
c. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau
menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
d. Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan.
e. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi
(hasil guna).
f. Pengawasan harus fleksibel.
g. Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
h. Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan yang sangat
menentukan.
i. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan.

Oleh karenanya, agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat merealisasi
tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan segera
melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

F. Sryarat-Syarat Pelaksanaan Pengawasan

Agar pengawasan berjalan dengan efektif dan efisien perlu adanya sistem yang baik dari
pengawasan tersebut. Sistem yang baik ini memerlukan syarat-syarat antara lain sebagai berikut :

a. Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi


b. Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan
c. Harus bersifat fleksibel
d. Harus memperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi dimana pengawasan itu dilakukan
e. Harus ekonomis dalam hubungan biaya

Untuk menjalankan pengawasan yang baik, diperlukan beberapa syarat yang dikemukakan
oleh Basu S, Ibnu S. (2007:124) yakni :

a. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan (aktivitas).


b. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
c. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
d. Pengawasan harus obyektif, teliti dan sesuai dengan standard yang digunakan.
e. Pengawasan harus luwes/fleksibel.
f. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
g. Pengawasan harus ekonomis.
h. Pengawasan harus mudah dimengerti.
i. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan/koreksi.

G. Komponen-Komponen Pengawasan

Menurut Guy (2002) yang diterjemahkan Sugiyarto menyatakan bahwa terdapat lima
komponen pengawasan internal yang saling berhubungan, antara lain sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)

Menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari


orang-orang disekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap,
kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan serta pihak-pihak lainnya
mengenai pentingnya pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam sebuah
entitas.

2. Penilaian resiko (risk assessment)

Semua entitas besar atau kecil, berorientasi pada laba maupun nirlaba, jasa atau
manufaktur akan menghadapi resiko. Banyak dari resiko-resiko tersebut, jika tidak diantisipasi,
dapat menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan entitas.

3. Aktivitas pengendalian (Control Activities)

Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuk mengantisipasi resiko
yang dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya.

4. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi
keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan
keuangan yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan
untuk mengidentifikasi, menyatakan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan
transaksi entitas serta untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang berkaitan.

5. Pemantauan (Monitoring)

Proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan
mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.

Struktur pengawasan internal harus dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh sebab itu dibutuhkan
penelitian terhadap seluruh aspek pendidikan untuk menghindari rendahnya mutu dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Mulyadi (2001) menyatakan bahwa unsur pokok
pengawasan internal, antara lain:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.


b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Dari empat unsur pokok pengawasan internal, unsur mutu karyawan atau dalam pendidikan
disebut dengan pendidik merupakan unsur sistem pengawasan internal yang paling penting. Jika
lembaga pendidikan mempunyai pendidik yang kompeten dan jujur, unsur pengawasan internal
lainnya dapat dikurangi sampai batas minimum dan lembaga pendidikan tetap mampu
menghasilkan mutu yang tinggi. Sebaliknya, meskipun tiga unsur sistem pengawasan internal
yang lain cukup kuat, namun jika dilaksanakan oleh pendidik yang tidak kompeten dan tidak
jujur maka empat tujuan sistem pengawasan internal tidak akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai