Anda di halaman 1dari 22

TEORI DASAR EVALUASI

A. Pendahuluan
Evaluasi (evaluation) selalu berjalan bersamaan dengan perencanaan di dalam fungsi
manajemen, karena perencanaan harus didukung oleh data-data atau informasi yang akurat,
sedangkan datadan informasi yang akurat diperoleh berdasarkan hasil penilaian atau evaluasi dari
hasil perencanaan sebelumnya. Atau dengan kata lain perencanaan harus disertai evaluasi baik
sebelum atau sesudah rencana disusun dan atau dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan yang
harus diperbaiki dan disempurnakan di masa yang akan datang. Sebab, keberhasilan suatu
perencanaan dapat diketahui apabila dilakukan penilaian atau evaluasi. Tanpa melakukan evaluasi,
maka permasalahan dalam perencanaan dan juga pelaksanaan tidak akan dapat diketahui secara pasti.
Oleh karena itu, perencanaan (planning) merupakan fungsi utama dan pertama manajemen,
sedangkan evaluasi merupakan fungsi “pendamping setia” manajemen. Sebab, sukses tidaknya suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari baik buruknya perencanaan, sedangkan baik
buruk itu diketahui setelah dilakukan evaluasi. Jadi, apabila pihak manajemen suatu organisasi ingin
berhasil, maka harus benar-benar menyusun perencanaannya secara baik, konkrit dan realistik disertai
dengan evaluasi secara cermat.
Meskipun rencana telah disusun dan ditetapkan dengan baik, tetapi tanpa evaluasi atau
pengawasan tidak akan tercapai tujuan tersebut sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
Menurut C. O’Donnell : planning and controlling are the two sides of the same coin. Atau disebut
kembar siam menurut Handoko, T. Hani (1996). Ini menunjukkan, bahwa pengawasan harus berjalan
seiring dengan perencanaan, karena pengawasan di dalam kegiatannya adalah pelaksanaan evaluasi
atau penilaian untuk melaporkan bukannya hanya penyimpangan yang terjadi, akan tetapi seluruh
rangkaian kegiatan mulai dari input, proses hingga out put dibandingkan dengan standar-standar yang
telah ditetapkan.
Dalam pembahasan ini istilah evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan istilah pengawasan
meskipun istilah pengawasan lebih luas dari pada istilah evaluasi. Oleh sebab itu, kedua istilah
tersebut digunakan dalam tulisan ini, sehingga akan lebih memberikan penajaman akan arti
pentingnya evaluasi atau penilaian dalam pelaksanaan perencanaan suatu program dan kegiatan serta
penganggaran. Alasannya adalah, bahwa meskipun rencana telah disusun dan ditetapkan dengan baik,
tetapi tanpa pengawasan tidak akan tercapai tujuan tersebut sebagaimana yang diharapkan oleh
organisasi.
Untuk itu, maka pada pembahasan ini terlebih dahulu menguraikan secara singkat tentang
pengawasan, sehingga memberikan pemahaman secara jelas kepada kita tentang perbedaan dan
kesamaan antara dua istilah, yakni istilah pengawasan dan evaluasi atau penilaian. Kedua istilah
tersebut merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen.

B. Pengawasan (Controlling)
1. Pengertian
Pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan,
kesalahan, kegagalan, untuk kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah terulangnya kembali
kesalahan itu, begitu pula menjaga agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.
Hasil pengawasan harus dilaporkan sebagai dasar penilaian untuk melakukan tindakan-
tindakan korektif atau perbaikan. Pengawasan harus dilaksanakan secara terus menerus agar
penyimpangan dapat diketahui lebih awal demi efektivitas dan efisien dalam pencapaian tujuan. Oleh
sebab itu, pengawasan sebetulnya dapat diistilahkan dengan kata evaluasi. Ini lebih “demokratis” dan
“manusiawi” dari istilah pengawasan, karena pengawasan menganggap pekerja adalah buruh, di mana
produktivitas kerjanyanya sangat tergantung dari pengawasan. Artinya apabila pengawasan rendah
produktivitas menurun, dan sebaliknya apabila pengawasan ditingkatkan, maka produktivitas menjadi
turun.
2. Fungsi-fungsi Pengawasan
Ada beberapan fungsi-fungsi pengawasan, yakni sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan-kesalahan;
b. Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi;
c. Untuk mendinamisir organisasi serta segenap kegiatan manajemen lainnya;
d. Unuk mempertebal rasa tanggung jawab.

3. Prinsip-prinsip Dasar Pengawasan


Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan, pengawasan harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip, yakni antara lain :
a. Adanya rencana tertentu dalam pengawasan;
b. Adanya pemberian instruksi atau perintah serta wewenang kepada bawahan;
c. Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan dari berbagai kegiatan-kegiatan yang diawasi;
d. Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan;
e. Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis;
f. Dapat merefleksikan pola organisasi;
g. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif, yakni segera mengetahui apa yang salah,
dimana terjadinya kesalahan tersebut serta siapa yang bertanggung jawab.

4. Macam-macam Pengawasan
Pengawasan terbagi atas beberapa macam tergantung dari sudut pandang subyek (yang
mengawasi) dan obyek (yang diawasi). Berikut ini akan diuraikan lebih jelas kedua macam
pengawasan tersebut, yakni :
a. Dari sudut subyek yang mengawasi : (a) Pengawasan internal dan pengawasan eksternal, (b)
Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung, (c) Pengawasan formal dan pengawasan
informal, dan (d) Pengawasan manajerial dan pengawasan staf.
b. Dari sudut yang diawasi : (1) Material dan produksi jadi/setengah jadi, sasarannya meliputi : (a)
Kualitas dari material, produksi jadi/setengah jadi dengan menggunakan suatu standar kualitas
(quality standard),(b) Kuantitas dari material, produk jadi/setengah jadi dengan menggunakan
suatu standar (quantity standard), (c) Penyimpangan barang digudang, misalnya dengan adanya
persediaan besi digudang (persediaan minimal). (2) Keuangan dan biaya, yang sasarannya
meliputi : (a) Anggaran dan pelaksanaannya, (b) Biaya-biaya yang dikeluarkan, (c) Pendapatan
atau penerimaan dalam bentuk uang (tunai/pihutang atau kredit). (3) Waktu (time) yang
sasarannya meliputi : (a) penggunaan waktu (time use); (b) pemberian waktu (timing), dan (c)
kecepatan (speed). (4) Personalia, yang sasrannya meliputi : (a) kejujuran --- penyelewengan; (b)
kesetiaan ---- loyalitas, (c) kerajinan ---- absensi, (d) tingkah laku ---- team work, (e)
kesetiakawanan (solidarity) ---- ucapan atau tindakan karyawan sehari-hari.

5. Waktu Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan dilakukan pada saat-saat sebelum terjadinya kesenjangan dan atau
setelah terjadinya penyimpangan. Pengawasan demikian dikenal dengan istilah :
a. Pengawasan preventif --- sebelum terjadinya kesenjangan;
b. Pengawasan represif --- pada waktu sudah terjadinya penyimpangan.
6. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan dilaksanakan dengan 4 (empat) cara, yakni :
a. Inspektif --- pemeriksaan setempat (on the spot) untuk mengetahui keadaan sebenarnya.
b. Komparatif ---- membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan rencana.
c. Verifikatif --- pemeriksaan dilakukan oleh staf, dilakukan untuk keuangan dan material.
d. Investigatif --- penyelidikan untuk mengetahui atau membongkar terjadinya penyelewengan-
penyelewengan yang tersembunyi.

7. Prosedur Pengawasan
Proses atau langkah-langkah pengawasan, yakni :
a. Menetapkan rencana pengawasan yang terdiri dari : (a) sistem pengawasan yang digunakan, (b)
standar-standar pengawasan, serta (c) rencana operasionalnya.
b. Pelaksanaan pengawasan yang dapat menggunakan keempat sistem yang telah disebutkan di atas,
yakni : inspektif, komparatif, verifikatif dan investigatif yang kesmuanya bersifat represif.
c. Melakukan penilaian / evaluasi dari pelaksanaan pengawasan, yakni untuk mengetahui apakah
suatu sistem yang telah dijalankan sudah memenuhi kebutuhan pengawasan atau belum.

8. Tehnik Pengawasan
Tehnik pengawasan adalah suatu cara melaksanakan pengawasan dengan terlebih dahulu
melihat titik-titik pengawasan dan dari sinilah nantinya dapat ditarik suatu simpulan mengenai
keadaan seluruh kegiatan organisasi. Tehnik pengawasan ini difokuskan pada beberapa hal-hal, yakni
sebagai berikut :
a. Pengawasan yang menitik beratkan pada hal-hal yang menyolok penyimpangannya (control by
exception).
b. Pengawasan yang menitik beratkan pada pengendalian di dalam bidang pengeluaran (control
through cost).
c. Pengawasan yang menitik beratkan pada orang-orang yang dipercaya atau orang-orang yang
merupakan kunci dari pekerjaan tertentu (control through key person).
d. Pengawasan yang memperhatikan penggunaan waktu dan waktu yang disediakan atau diberikan
(control through time).
e. Pengawasan dengan menjalankan suatu rangkaian pemeriksaan / verifikasi/audit secara sistematik
(control through audit).

9. Syarat-syarat Pengawasan
Adapun syarat-syarat pengawasan adalah :
a. Pengawasan harus bersifat khas – jelas sasaran dan tujuan yang ingin dicapai ditujukan pada hal-
hal yang bersifat pokok saja; ini disebut startegic point control.
b. Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan – cepat, tepat dan benar dan harus
ada umpan balik (feed back).
c. Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depan --- fleksibel tanggap terhadap
perubahan yang terjadi. Pengawasan yang terlalu kaku tidak akan memberikan hasil yang
optimal.
d. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi (organizational suitability)—berhubungan
dengan struktur orgnisasi.
e. Pengawasan harus mudah dilaksanakan.
f. Hasil pengawasan harus mudah dimengerti --- dimengerti dan dimanfaatkan untuk menyusun
rekomendasi guna memperbaiki sesuatu yang dipandang perlu.

C. Evaluasi (Evaluation)
1. Pengertian
Ada 4 (empat) pendapat mengenai pengertian evaluasi yang diberikan dalam tulisan ini, yakni
sebagai berikut :
a. Menurut World Health Organization (WHO), evaluasi atau penilaian adalah suatu cara yang
sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan sekarang serta untuk
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi secara seksama alternatif-
alternatif tindakan yang akan datang. Ke dalam pengertian ini menyangkut analisis yang kritis
mengenai berbagai aspek pengembangan dan pelaksanaan suatu program dan kegiatan-kegiatan
yang membentuk program itu, relevansinya, rumusannya, efisiensinya dan efektifitasnya,
biayanya dan penerimaannya oleh semua pihak yang terlibat.
b. Menurut Asosiasi Masyarakat Amerika, pengertian evaluasi adalah sustu proses untuk
menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan pelaksanaan suatu program dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan;
c. The International Clearing House On Adolescent Fertility Control For Population, penilaian
adalah suatu proses yang terakhir dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai
dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan
kesimpulan serta penyusunan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari
pelaksanaan program.
d. Oleh Riecken memberikan pengertian evaluasi atau penilaian adalah pengukuran terhadap akibat
yang ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pengertian di atas, menunjukkan bahwa penilaian atau evaluasi dilakukan pada
tahap awal program, pada tahap akhir program dan pada setiap tahap pelaksanaan program.

2. Maksud dan Tujuan serta Jenis Evaluasi (Penilaian)


Maksud dan tujuan evaluasi dalam pembangunan kesehatan adalah untuk memperbaiki
program-program kesehatan dan dinas-dinas untuk melaksanakannya, dan untuk mengarahkan alokasi
sumberdaya tenaga dan dana kepada program-program dan dinas-dinas yang ada saat ini dan di masa
mendatang.
Evaluasi harus dilaksanakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan-
tindakan yang telah lewat atau sekedar mencari-cari kekurangan-kekurangan saja. Adalah penting
untuk menganggap evaluasi lebih erat dengan proses pengambilan keputusan. Pada hakekatnya
melaksanakan proses evaluasi sama pentingnya dengan kesimpulan-kesimpulan yang diambil, karena
keterlibatan dalam prose situ sendiri sering dapat menimbulkan pengertian yang lebih baik mengenai
kegiatan-kegiatan yang sedang dievaluasi, dan pendekatan yang lebih konstruktif terhadap
pelaksanaannya dan terhadap segala tindak lanjut yang diperlukan di kemudian hari.
Tahap dan juga merupakan jenis evaluasi (penilaian) dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :
a. Penilaian pada tahap awal program. Penilaian ini dilaksanakan pada tahap awal perencanaan
untuk meyakinkan bahwa perencanaan sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi;
b. Penilaian pada tahap pelaksanaan program. Penilaian ini dilakukan pada tahap program berjalan
untuk mengukur program berjalan sesuai rencana. Selain itu juga menilai apakah terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan. Ini harus dilakukan melalui pemantauan (monitoring) dan
evaluasi secara periodik (periodic evaluation)
c. Penilaian pada tahap akhir program. Penilaian ini dilakukan pada tahap program telah selesai
dilaksanakan untuk mengukur keluaran dan dampak. Keluaran ini mudah dinilai atau diukur,
sedangkan dampak membutuhkan waktu yang cukup untuk melakukan penilaian.
3. Ruang Lingkup Evaluasi.
Ada 3 (tiga) komponen yang dievaluasi di dalam perencanaan kesehatan, yakni : (a) sasaran,
(b) kegiatan, dan (c) sumber daya. Evaluasi yang dilakukan harus mengandung karakteristik atau cirri
tertentu sebagaimana yang diharapkan manajemen. Adapun karakteristik atau ciri-ciri evaluasi dalam
perencanaan, yakni : (a) Relevan, (b) Adekuasi, (c) Kemajuan, (d) Efisiensi, (e) Efektivitas, dan (f)
Dampak.
Ruang lingkup evaluasi menurut pendapat para ahli sangat bervariasi tergantung dari sudut
pandangnya masing-masing. Pendapat tersebut dapat dibedakan menurut :
a. Deniston, mengemukakan 4 jenis hal-hal yang dapat dievaluasi atau dinilai suatu program
kesehatan, yakni : (1) Kelayakan program, (2) Kecukupan program, (3) Efektivitas program, dan
(4) Efisiensi program.
b. George James, mengemukakan juga 4 (empat) hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program
keshatan, yakni : (1) Upaya program, (2) Penampilan program, (3) Ketepatan penampilan
program, (4) Efisiensi program.
c. Milton R. Roemer, mengemukakan 6 (enam) jenis hal-hal yang dapat dinilai dalam program
pelayanan kesehatan, yakni : (1) Status pelayanan kesehatan yang dihasilkan, (2) Kualitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, (3) Kuantitas pelayanan kesehatan yang dihasilkan,
(4) Sikap masyarakat terhadap program, (5) SDM yang tersedia, (6) Biaya yang dipergunakan.
d. Blum, mengemukan 5 (lima) jenis hal-hal yang dievaluasi dalam program pelayanan kesehatan,
yakni : (1) Pelaksanaan program, (2) Pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan, (3) Efektivitas
program, (4) Efisiensi program, (5) Keabsahan hasil yang dicapai oleh program.
e. Azwar, mengemukakan 4 (empat) jenis hal-hal yang dievaluasi dalam program pelayanan
kesehatan, yakni : (1) Penilaian terhadap masukan, (2) Penilaian terhadap proses, (3) Penilaian
terhadap keluaran, (4) Penilaian terhadap dampak.
1. Langkah-langkah Penilaian
Langkah-langkah penilaian dari beberapa literature berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menyimak perbedaan tersebut berikut ini ada beberapa metode penilaian yang diungkapkan
dalam tulisan ini agar dijadikan rujukan dalam pelaksanaan evaluasi program kesehatan, yakni
sebagai berikut :
a. Mac Mahon, mengungkapkan 3 (tiga) tahap penilaian, yakni : (1) Tahap menentukan macam dan
ruang lingkup penilaian, (2) Tahap pemahaman program yang akan dinilai, (3) Tahap
pelaksanaan penilaian dan menarik kesimpulan.
b. Audie Knutson, mengemukakan 3 (tiga) tahap penilaian, yakni : (1) Tahap pemahaman program
yang akan dinilai, (2) Tahap pengembangan rencana penilaian dan melaksanakan penilaian, (3)
Tahap menarik kesimpulan.
c. Levey & Loomba, mengemukakan 6 (enam) tahap penilaian, yakni: (1) Tahap menetapkan tujuan
penilaian, (2) Tahap melengkapkan tujuan dengan tolok ukur tertentu, (3) Tahap pengembangan
model, rencana dan program penilaian, (4) Tahap melaksanakan penilaian, (5) Tahap menjelaskan
derajat keberhasilan yang dicapai, (6) Tahap menyusun saran-saran.
d. WHO, mengemukakan 9 (Sembilan) tahap penilaian, yakni : (1) Tahap penentuan hal-hal yang
akan dinilai atau dievaluasi, (2) Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan, (3) Tahap
memeriksa hubungan antara keterangan dengan tujuan penilaian, (4) Tahap menilai kecukupan
kecukupan keterangan, (5) Tahap menetapkan kemajuan program, (6) Tahap menetapkan
efektivitas program, (7) Tahap menetapkan efisiensi program, (8) Tahap menetapkan dampak, (9)
Tahap menarik kesimpulan dan menyusun saran.
e. Azwar, mengemukan langkah-langkah evaluasi untuk kepentingan praktis :
1) Pahami dahulu program yang akan dinilai, mencakup :
 Latar belakang dilaksanakannya program
 Masalah yang mendasari lahirnya program
 Tujuan yang ingin dicapai program
 Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program
 Organisasi dan tenaga pelaksana program
 Sumber daya yang dipergunakan oleh program
 Waktu dan pentahapan program
 Tolok ukur, criteria keberhasilan dan rencana penilaian program jika ada.
2) Tentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan.
3) Susunlah rencana penilaian, mencakup :
 Tujuan penilaian
 Macam data
 Sumber data
 Cara memperoleh data
 Cara menarik kesimpulan. Dapat dilakukan dengan cara :
(a) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data awal.
(b) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan program.
(c) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil program lain.
(d) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan sesuatu tujuan umum
(e) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari control.
4) Laksanakan penilaian.
5) Tarik kesimpulan : mencakup :
Kesimpulan tentang keberhasilan program :

X 2−X 0
x 100%
Persentase (%) Keberhasilan = X 1−X 0
Di mana :
X2 = Pencapaian
X1 = Tujuan / Target
X0 = Masalah
(a) Kesimpulan tentang nilai-nilai program : efektif dan efisien.
6) Susun saran-saran.

2. Teknik Evaluasi / Penilaian


Tehnik evaluasi dapat dilakukan dengan Ragpier Program Matrix (RPM). Prinsip evaluasi
dengan cara ini :
a. Sederhanakan dan kelompokkan program ke dalam 3 tahap, yakni : tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap penilaian;
b. Sederhanakan dan kelompokkan program ke dalam 3 komponen, yakni : sumber, kegiatan
dan tujuan;
c. Isilah kotak yang terbentuk dengan keterangan yang sesuai dan lakukan perbandingan. Tarik
kesimpulan dan susun saran-saran.
Tabel 1 : Prinsip Ragpie Program Matrix (RPM)
Sumber Kegiatan Tujuan
Perencanaan
Pelaksanaan
Penilaian

3. Hambatan Dalam Evaluasi


Evaluasi merupakan sesuatu yang sulit dalam pelaksanaannya di setiap bidang, menimbulkan
masalah-masalah khusus di bidang kesehatan disebabkan oleh cirri-ciri kegiatan kegiatan-kegiatannya
yang sering tidak mempermudah dilakukannya pengukuran terhadap hal-hal yang telah dicapai untuk
dibandingkan dengan sasaran kuantitatif yang ditentukan sebelumnya. Oleh sebab itu, sering tidak
dapat dihindarkan penggunaan informasi kwalitatif yang dapat dipercaya.
Perlu pula diperhatikan hubungan yang rumit antara sector kesehatan dan sector social
ekonomi. Perubahan-perubahan dalam tingkat kesehatan sering disebabkan oleh unsure-unsur di luar
sektor kesehatan, sehingga menyebabkan evaluasi terutama yang menyangkut efektivitas dan dampak
menjadi semakin sulit. Hal ini menegaskan perlunya menentukan indikator-indikator yang peka dan
dapat dipercaya untuk mengetahui perubahan-perubahan dalam status kesehatan atau perbaikan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Masalah yang berhubungan dengan pengumpulan informasi untuk
indikator-indikator tersebut akan berpengaruh pada kelayakan penggunaannya.
Hambatan lain yang sering dijumpai adalah tantangan dari dalam yang pada dasarnya tidak
dapat menerima evaluasi dan hasil-hasilnya sebagai alat manajemen yang sah. Mempertahankan
sering menimbulkan penolakan, tidaklah sulit untuk membuktikan bahwa proses evaluasi tidak cukup
ilmiah untuk memberikan dasar yang kuat bagi pengambilan keputusan program, atau untuk
mendiskreditkan hasil-hasil evaluasi dengan mempertanyakan keabsahan kriteria tertentu yang
digunakan.
4. Proses Manajemen
Tujuan dari proses manajerial pembangunan kesehatan nasional adalah untuk menyusun
sistem kesehatan secara nasional dan sistematis. Evaluasi program kesehatan adalah bagian dari
proses manajerial untuk pembangunan kesehatan nasional.
Untuk dapat melakukan evaluasi sebagai bagian dari proses manajerial, evaluasi harus
dibuatkan rencananya pada waktu merumuskan proses tersebut di setiap Negara, misalnya evaluasi
mengenai pemrograman garis besar harus diperhatikan sebelum pemrograman terinci dimulai.
Ada berbagai macam system kesehatan nasional, dengan demikian kebijaksanaan kesehatan
nasional juga berbeda-beda mengikuti sistem politik, ekonomi dan social. Kebanyakan Negara
mempunyai rencana untuk mengembangkan system kesehatannya, yang satu lebih formal dari pada
yang lain.
Di beberapa Negara mempunyai beraneka ragam pelayanan kesehatan dan lembaga-lembaga
maupun macam tenaga kerja profesional dan tenaga lainnya. Adapun proses manajemen untuk
pembangunan kesehatan nasional dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Sistem Kesehatan dan Sosial


Ekonomi yang terkait
P
E
N
G D
A U
N Perumusan Kebijaksanaan K
G Kesehatan Nasional U
G N
A G
R A
A N
N
Penyusunan Program Garis I
P Besar N
R F
O O
G R
R M
A A
M S
I
Penyusunan Program
Terperinci

E Implementasi
V
A
L
U
A
S
I Pemograman Kembali

Gambar 3 : Proses Manajemen Pembangunan Kesehatan (Diadopsi dari WHO, 1990)

5. Tanggung Jawab Evaluasi


Mengenai tanggungjawab evaluasi, prinsip yang digunakan untuk melakukan evaluasi
sebagai bagian integral dari berbagai tahapan proses manajerial yang menyeluruh mengandung arti
bahwa perorangan atau kelompok orang yang bertanggungjawab mengenai pengembangan dan
penerapan proses tersebut pada berbagai tingkat kebijaksanaan dan operasional, juga
bertanggungjawab mengenai evaluasinya.
Oleh karena itu, kembali kepada model yang diuraikan di atas, maka tanggungjawab di
tingkat lokal berada pada mereka yang diberi tugas melaksanakan pelayanan kesehatan dasar. Dari
masyarakat sendiri juga bertanggunjawab untuk mengevaluasi kelayanan pelayanan yang mereka
terima dan kepuasan para anggotra masyarakat atas pelayanan kesehatan yang disediakan untuk
mereka. Di tingkat distrik tanggungjawab berada pada pimpinan rumah sakit distrik, laboratorium
kesehatan masyarakat, dinas kesehatan lingkungan, institusi pendidikan kesehatan, dan terakhir pada
kepala dinas kesehatan di distrik. Di tingkat pusat yang bertanggungjawab adalah direktur berbagai
rumah sakit, dekan fakultas kedokteran. Dari masyarakat sendiri juga bertanggunjawab, dan
pendidikan keperawatan, kepala laboratorium kesehatan masyarakat pusat, para pejabat di
kementerian kesehatan, direktur jenderal pelayanan kesehatan di kementerian kesehatan, dan
mungkin kepala perbendaharaan Negara, menteri keuangan, parlemen dan lain-lain lembaga
pemerintah, sebagaimana yang berlaku di masing-masing Negara (WHO, 1990).
Suatu hal yang sangat penting dari tanggung jawab pada setiap tingkat adalah menjamin
bahwa orang-orang dan kelompok orang yang terkait baik pada tingkat yang sama maupun tingkat
yang berlainan, baik yang berada lebih ke pusat maupun lebih ke daerah periferi, mampu membantu
mengevaluasi dan senantiasa mendapat informasi tentang hasilnya dan diminta untuk mengambil
tindakan seperlunya. Ini penting agar dapat memulai atau memelihara dialog yang diperlukan di
antara mereka.
Oleh karena beberapa masalah evaluasi dapat bersifat sensitif atau kontroversial, kegiatan
evaluasi maupun temuan-temuannya harus ditangani dan diketahui bersama secara berkala oleh
semua orang yang terlibat dalam proses. Untuk memperlancar tugas ini, maka perlu dibuatkan
pencatatan mutakhir mengenai semua keputusan dan pilihan yang penting, mengenai alasan mengapa
memilih salah satu dari berbagai kemungkinan rangkaian tindakan, dan mengenai kejadian-kejadian
yang sebenarnya serta hasil-hasil yang diperoleh bila ada.
6. Karakteristik dari Komponen Proses Evaluasi
Karakteristik utama dari komponen proses evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Relevansi, yaitu ada hubungan dengan rasionalitas mengenai penetapan kebijaksanaan kesehatan
sebagai bagian dari kebijaksanaan social dan ekonomi; dan mengenai diadakannya program-
program, kegiatan-kegiatan, dinas-dinas, atau lembaga-lembaga dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia serta kebijaksanaan dan perioritas di bidang social dan kesehatan;
b. Adekuasi, berarti bahwa perhatian yang cukup telah diberikan kepada langkah-langkah tertentu
yang telah ditentukan sebelumnya, seperti misalnya berbagai permasalahan yang harus
diperhatikan pada waktu penyusunan program jangka panjang;
c. Kemajuan, ini menyangkut hal-hal seperti membandingkan kegiatan yang benar-benar
dilaksanakan dengan kegiatan yang direncanakan, mengidentifikasi sebab-sebab keberhasilan
atau kekurangan, serta usulan-usulan perbaikan terhadap kekurangan yang ada. Maksud
penelaahan kemajuan adalah untuk membantu pemantauan dan pengawasan operasional terhadap
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan. Dalam konteks ini pemantauan berarti tindaklanjut
sehari-hari dari suatu kegiatan dalam tahapan pelaksanaan untuk mendapat kepastian bahwa
kegiatan operasional berjalan menurut rencana dan sesuai dengan jadwal. Pemantauan mengikuti
dan mencatat kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, hasil-hasil yang dicapai, masalah-masalah
kepegawaian, perlengkapan dan peralatan, dan yang digunakan sehubungan dengan anggaran
yang disediakan.
d. Efisiensi, adalah suatu ungkapan mengenai hubungan antara hasil-hasil yang diperoleh dari
program dan kegiatan di bidang kesehatan dengan upaya yang telah dilakukan dalam bentuk
sumberdaya manusia, keuangan serta sumber-sumber lainnya, proses-proses dan teknologi
kesehatan dan waktu. Penilaian efisiensi ditunjukkan untuk memperbaiki pelaksanaan dan
membantu menelaah kemajuan dengan memperhatikan hasil-hasil pemantauan. Efisiensi juga
mencakup pemeriksaan terhadap hal-hal seperti kelayakan rencana kegiatan yang telah dibuat,
jadwal-jadwal kerja, metode-metode yang diterapkan, tenaga kerja yang digunakan, serta
penyediaan dan penggunaan sumber-sumber keuangan, dengan tujuan untuk memperbaikinya bila
perlu dengan biaya serendah mungkin.
e. Efektivitas, adalah suatu ungkapan tentang efek yang dikehendaki dari suatu program, dinas,
lembaga atau kegiatan penunjang dalam mengurangi masalah kesehatan atau memperbaiki
keadaan kesehatan yang tidak memuaskan. Dengan demikian efektivitas mengukur tingkat
pencapaian tujuan dan sasaran program, dinas atau lembaga yang telah ditentukan sebelumnya.
Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau fungsi dan struktur
dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis terhadap sampai seberapa jauh
mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau mungkin tujuan yang telah dicapai harus dapat
diukur. Kalau tak mungkin harus dilakukan analisis kwalitatif mengenai relevansi dan keginaan
hasil-hasil tersebut, betapapun subjektivitasnya dan impresinistiknya analisis itu sampai suatu
cara pengukuran yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga mencakup
penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat yang
bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga. Bila mungkin harus dinilai
efektivitas pembiayaan (cost effectivenee) dan dilakukan analisis mengenai manfaat pembiayaan
(cost benefit).
7. Frekuensi Evaluasi
Frekwensi penilaian suatu program kegiatan tergantung dari kebutuhan, meskipun evaluasi
merupakan proses yang berlanjut, yakni sebelum, sedang dan selesainya program dan kegiatan
dilaksanakan. Biasanya evaluasi dilakukan pada saat laporan diminta atau secara berkala dibuat
laporan secara ringkas mengenai kemajuan dan efisiensi setiap tahun harus dilaporkan. Untuk menilai
efektivitas program kegiatan mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Hal ini dilakukan karena
kebutuhan untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang berarti dalam situasi kesehatan tertentu
yang menunjukkan efektivitas suatu program.
Evaluasi yang dilakukan untuk mengukur dampak paling cepat lima tahun sejak dimulainya
suatu program.
8. Indikator dan Kriteria Untuk Evaluasi.
Indikator dan criteria digunakan sebagai alat bantu dalam proses evaluasi. Dua-duanya juga
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perencanaan dan penyusunan program.
Indikator adalah variabel yang dapat membantu mengukur perubahan-perubahan/ Variabel ini
merupakan alat bantu evaluasi yang dapat menukur perubahan secara langsung atau tidak langsung.
Misalnya, tujuan dari satu program adalah untuk melatih sejumlah bidan setiap tahun. Jika yang
dievaluasi adalah hasil suatu program untuk memperbaiki tingkat kesehatan golongan usia anak-anak,
maka untuk mengukur keberhasilan program tersebut adalah menggunakan indikator secara tak
langsung dapat mengukur adanya perubahan, misalnya status gizi yang dilukiskan dengan berat badan
dan tinggi badan, angka cakupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka kematian menurut golongan
umur anak, angka kesakitan jenis penyakit tertentu, dan angka penderita cacat golongan anak-anak.
Apabila kita memilih suatu indikator harus diperhitungkan sejauhmana indikator tersebut sah
bisa dipercaya, sensitive dan spesifik. Jadi, faliditas dan reliabilitas serta sensitivitas dan spesifitas di
sini mempunyai arti yang sangat penting. Validitas atau keabsahan mempunyai arti bahwa indicator
tersebut betul-betul mengukur hal-hal yang ingin diukur. Reliabilitas atau dapat dipercaya
mempunyai arti bahwa biarpun indicator digunakan oleh orang yang berlainan, pada waktu yang
berlainan, hasilnya akan tetap sama. Sensitivitas atau kepekaan berarti bahwa indikator tersebut harus
peka terhadap setiap perubahan mengenai keadaan atau fenomena yang dimaksud.
Akan tetapi perlu diingat, bahwa indikator yang digunakan dapat juga sensitif terhadap lebih
dari satu keadaan atau fenomena. Spesifitas atau kekhususan berarti bahwa indikator tersebut
menunjukkan perubahan-perubahan hanya mengenai keadaan atau fenomena yang dikhususkan untuk
itu. Misalnya, angka kematian bayi adalah indikator yang sensitif walaupun sangat kasar terhadap
tingkat kesehatan anak-anak.

D. Proses Mengevaluasi Kebijakan, Program, Pelayanan Dan Lembaga Kesehatan


1. Proses evaluasi.
Melakukan evaluas secara efektif dan efisien membutuhkan suatu proses yang sistematis.
Menurut WHO (1990), proses eveluasi terdiri atas beberapa komponen-komponen yang secara
sistematis dilakukan sebagai berikut :
a. Menetapkan masalah khusus yang akan dievaluasi
b. Mendapatkan jaminan adanya dukungan informasi
c. Menilai relevansi
d. Menilai kemantapan
e. Menilai kembali kemajuan yang dicapai
f. Mengukur efisiensi
g. Mengukur efektivitas
h. Mengukur dampak
i. Mengambil kesimpulan dan membuat usulan-usulan untuk tindakan lebih lanjut.
Proses tersebut di atas, dimaksudkan untuk dipergunakan secara luwes dan harus disesuaikan
dengan keadaan di mana proses evaluasi tersebut akan digunakan. Pada tabel 2 di bawah ini akan
menggambarkan penerapan proses evaluasi pada waktu melaksanakan berbagai komponen dari proses
manajerial untuk pembangunan kesehatan.
Seluruh pihak yang bertanggungjawab atas evaluasi harus menggerakkan proses evaluasi ini
dengan memperhatikan secara cermat komponen evaluasi di atas, yakni dimulai dari tingkat lokal dan
bergerak secara bertahap ke tingkat pusat.

Tabel 2 : Penerapan Proses Evaluasi Pada Waktu Melaksanakan Berbagai Komponen Dari Proses
Manajerial Untuk Pembangunan Kesehatan.
Komponen-komponen Proses Manajemen Komponen-komponen Proses Evaluasi
Untuk Pembangunan Kesehatan
Perumusan kebijaksanaan Memeriksa relevansi
Memeriksa apakah masalahnya telah
dirumuskan dengan memadai
Penyusunan garis besar program Memberikan relevansi program-program
Penganggaran program Memeriksa apakah telah disusun dengan baik
Rencana induk kegiatan Memeriksa apakah telah disusun dengan baik
Pemrograman terperinci Meninjau kemajuan penyusunannya dan
memeriksa apakah telah memadai
Pelaksanaan Meninjau : kemajuan, efisiensi, efektivitas,
dampak.
Catatan : Sebagai konsekuensinya adalah karena proses
evaluasi merupakan bagian integral dari
Perlu diketahui bahwa komponen-komponen
proses manajerial, maka berbagai
ini biasanya diterapkan pada waktu yang
komponennya pun biasanya dilaksanakan
bersamaan untuk berbagai program mungkin
pada tempat yang berbeda-beda dan pada pada waktu yang bersamaan untuk berbagai
tingkat kebijaksanaan dan operasional yang program yang berbeda-bedai bagian-bagian
berbeda-beda pula dari Negara yang berbeda dan pada tingkat
kebijaksanaan yang berbeda-beda.

2. Penetapan masalah untuk dievaluasi


Penetapan masalah khusus yang akan dievaluasi dilakukan dengan cara memberi jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
(1) Apakah yang akan dievaluasi? Misalnya kesehatan ibu dan anak, penyediaan air bersih dan
pembuangan kotoran, penggunaan ambulance dan sebagainya. Pastikan bahwa masalah tersebut
ada gunanya dan berkaitan dengan program dan kegiatan;
(2) Pada tingkat-tingkat organisasi yang manakah evaluasi akan dilakukan? Misalnya Puskesmas,
Rumah Sakit, Lembaga Pendidikan Kesehatan, Dinas Kesehatan dan sebagainya;
(3) Apakah tujuan evaluasi tersebut? Misalnya apakah untuk membantu pengalokasian anggaran
tahunan atau membantu rencana pembangunan yang baru;
(4) Apakah hambatannya yang bisa membatasi kemungkinan melakukan evaluasi atau membatasi
jangkauannya;
(5) Pilihan-pilihan keputusan apakah yang dapat diambil berdasarkan hasil evaluasi? Misalnya
melanjutkan tanpa perubahan, melakukan perubahan, mengakhiri, mengalihkan ke jenjang
administrasi yang lain;
(6) Kepada siapakah hasil evaluasi harus dilaporkan? Misalnya perorangan, atau kelompok, dinas
atau lembaga yang bertanggungjawab, seperti pemerintah setempat, Kepala Puskesmas, Direktur
Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Provinsi dan Menteri Kesehatan.
3. Mendapatkan kepastian adanya dukungan informasi
Penggunaan informasi menyusupi seluruh proses evaluasi. Oleh karena itu dianggap perlu
untuk mendapatkan kepastian adanya dukungan informasi yang memadai bagi keseluruhan proses,
sehingga tidak akan terttunda akibat tak adanya informasi untuk itu. Jalan yang terbaik untuk
mendapatkan kepastian dukungan informasi adalah dengan merinci kebutuhan informasi pada setiap
tahap perencanaan. Kiranya pertanyaan berikut ini akan sangat membantu mendapatkan kepastian
dukungan bagi setiap kegiatan evaluasi, yakni : (1) apakah informasai yang diperlukan? (2) apa
sumber-sumber informasi yang ada? (3) apakah informasi yang tersedia masih memadai atau masih
perlu untuk mendapatkan informasi yang lebih luas atau lebih tepat dari sumber-sumber lainnya, atau
dengan cara mengadakan penelitian dan survey-survey khusus.
Informasi yang diperlukan ditetapkan atas dasar kebutuhan berbagai komponen dari proses
evaluasi. Misalnya :
(1) Masalah yang akan dievaluasi. Membuat ikhtisar dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas
dengan memperhatikan periode waktu yang harus dicakup oleh evaluasi;
(2) Relevansi. Membuat perincian dasar-dasar kebijaksanaan yang berkaitan dengan kebijaksanaan
sosial dan ekonomi, serta tujuan-tujuan program yang berhubungan dengan kebijaksanaan
kesehatan;
(3) Kejelasan perumusan masalah. Pastikan bahwa ada pernyataan mengenai perumusan masalah
yang pemecahannya akan dijawab melalui proses atau program yang sedang dilaksanakan;
(4) Kemampuan penyusunan program atau proyek. Pastikan bahwa ada daftar tujuan dan sasaran, ada
uraian tentang pendekatan yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, ada
ikhtisar mengenai sumberdaya yang diperlukan, termasuk personalia dan informasi mengenai
anggaran serta keuangan, dan ada jadwal kegiatan termasuk sasaran antara atau checkpoints dan
tanggal akhir pencapaiannya. Simpulkan mengenai kebutuhan informasi berdasarkan criteria yang
akan digunakan atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan;
(5) Kemajuan (progress). Periksa apakah ada informasi tentang penggunaan sumber-sumber.
Simpulkan mengenai kebutuhan informasi berdasarkan indicator yang akan digunakan atau
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan;
(6) Efisiensi. Sebutkan hasil-hasil program atau proyek atau pastikan bahwa hasil-hasil tersebut dapat
dibuatkan akhtisar atau ringkasan. Pilih indikator-indikator yang akan diajukan dan diambil
kesimpulan tentang kebutuhan informasi berdasarkan hal tersebut;
(7) Efektivitas. Periksa ada tidaknya informasi tentang masalah atau keadaan kesehatan tertentu
sebelum program dimulai, pada tahap-tahap awal pelaksanaan, dan pada waktu melakukan.
Simpulkan mengenai kebutuhan informasi berdasarkan indikator dan kriteria yang akan
digunakan atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan;
(8) Dampak. periksa ada tidaknya informasi mengenai kedaan kesehatan secara menyeluruh dan
keadaan sosial ekonomi tertentu yang berkaitan, sebelum program dimulai, pada tahap awal
pelaksanaan, dan pada waktu evaluasi dilakukan. Pilih informasi yang tepat, dan ambil
kesimpulan tentang kebutuhan informasi lebih lanjut berdasarkan indikator dan kriteria yang akan
digunakan atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan;
(9) Kesimpulan dan usulan untuk tindakan berikutnya. Merujuk pada semua hasil evaluasi atau
penilaian, memberikan kesimpulan dan usulan langkah dan tindakan darin upaya-upaya evaluasi
yang telah dilakukan.
Contoh sumber informasi yang biasanya diperlukan dan tersedia adalah : laporan-laporan
pemerintah mengenai keadaan social, politik dan ekonomi, dokumen kebijaksanaan, misalnya
berbagai rencana kesehatan, rencana pembangunan, laporan mengenai keseluruhan manajemen,
pernyataan pemimpin politik yang penting dan mutakhir, dokumen hokum dan perundang-undangan,
laporan berkala dari kementerian kesehatan, informasi epidemiologi dari catatan resmi statistic
kesehatan nasional, laporan hasil penelitian, informasi kependudukan terutama statistic kejadian vital,
data mengenai sumberdaya yang digunakan dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kantor-
kantor dan lembaga-lembaga resmi, dokumen-dokumen tentang penyusunan program kesehatan, dan
rencana-rencana kegiatan untuk pelaksanaan program.
Pada tahap ini adalah penting untuk menganalisis secara medmamadai atau tidaknya
informasi yang sudah ada. Bila perlu dilakukanlah suatu penyaringan awal mengenai data yang sudah
terkumpul untuk memutuskan apakah data-data tersebut dapat dipergunakan, dan mencukupi baik
dari segi kwalitasnya maupun kwantitasnya, dan apakah data tambahan perlu dikumpulkan. Jika
memerlukan data tambahan harus ditentukan apakah data tersebut dapat diperoleh dengan mudah dari
sumber yang ada, ataukah perlu melakukan penelitian atau survey khusus.
Apabila data diputuskan untuk mengadakan survey khusus, maka data yang akan
dikumpulkan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Biaya harus dipikirkan masak-masak, sebab
bisa terjadi dana lebih tinggi disbanding manfaatnya. Jika memungkinkan data diperoleh langsung,
yakni dari orang-orang yang bersangkutan lebih diutamakan dari pada melalui surat menyurat.
Komunikasi langsung lebih baik karena informasi mempermudah pembentukan pendapat sebagai inti
dari proses evaluasi.
Pada survey skala besar dengan tujuan mengurangi biaya pengumpulan data, mungkin perlu
diambil secara sampel. Pengambilan sampel harus dipersiapkan lebih mantap untuk memastikan
cukup atau tidaknya besarnya sampel untuk informasi yang dibutuhkan. Para ahli statistic dan
epidemiologi yang berpengalaman perlu diminta bantuannya, sebab sampel yang keliru pasti akan
menghasilkan informasi yang tidak tepat, sehingga tidak akan mungkin menghasilkan pendapat yang
benar.
Oleh sebab itu, pada tahapan ini perlu merencanakan pelaksanaan survey secara terinci,
termasuk jenis dan tenaga yang diperlukan, lamanya waktu pengumpulan data dan analisis data ,
perjalanan yang dibutuhkan, kebutuhan pengolahan data, jadwal waktu untuk menyelesaikan survey
dan besarnya anggaran yang dibutuhkan. Prosedur untuk menganalisis informasi yang harus
direncanakan sebelumnya, dan diupayakan keterlibatan secara penuh dari orang-orang yang ditugasi
melaksanakan program atau proyek yang dievaluasi. Untuk survey yang membutuhkan waktu lama
perlu dibuat laporan secara berkala dari mereka yang terlibat agar dapat memonitoring mengenai
pelaksanaan prosedur penemuan fakta. Kemudian pada akhirnya jika perlu melalukan uji lapangan.
Sebelum informasi yang terkumpul digunakan harus diperiksa kembali pentingnya bagi setiap
tahapan dalam proses evelauasi yang bersangkutan. Bila dianggap perlu informasi tersebut harus
disajikan dalam bentuk table atau grafik agar mudah untuk melakukan analisis dan interpretasi data
secara sistematis.

4. Memeriksa relevansi
Pertimbangan mengenai relevansi menyangkut dasar pemikiran (rasionalitas) diadakannya
kebijaksanaan, program, kegiatan, pelayanan dan lembaga kesehatan yang bersangkutan. Pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini dapat diajukan :
(1) Apakah kebijaksanaan kesehatan mempunyai kaitan dengan kebijaksanaan sosial ekonomi
Negara keseluruhan?
(2) Apakah program-program tersebut dapat dipertanggungjawabkan dari segi sosial dalam arti
apakah program-program tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan kebijaksanaan kesehatan
yang telah ditetapkan guna memecahkan masalah-masalah yang memiliki relevansi social yang
tinggi?
(3) Apakah kegiatan program jelas kaitannya dengan tujuan program?
(4) Apakah dinas-dinas dan lembaga-lembaga yang bersangkutan jelas kaitannya dengan pencapaian
tujuan kesehatan nasional yang telah ditetapkan, atau dengan pelaksanaan program-program
kesehatan yang diprioritaskan?
Kiranya criteria berikut ini dapat digunakan untuk menilai relevansi lebih lanjut. Kriteria ini
harus digunakan secara selektif :
(1) Ada dasar yang kuat bagi program, dinas atau lembaga yang bersangkutan, alasannya adalah :
(a) Karena memiliki relevansi social, yaitu misalnya :
- Program tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan kesehatan nasional yang telah
ditentukan;
- Program dinas atau lembaga tersebut memberikan sumbangan secara langsung dan nyata
kepada perbaikan kesehatan penduduka yang dimaksud;
- Program dinas atau lembaga tersebut menggunakan cara-cara yang pada saat ini dapat
diterapkan dan dibiayai oleh Negara-negara yang bersangkutan;
- Program dinas atau lembaga tersebut tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat
yang ditetapkan secara jelas dan nyata.
(b) Karena akibat tidak adanya program dinas atau lemabaga yang bersangkutan : .
- akan menyebabkan masalah menjadi lebih parah
- maka tidak ada program dinas atau lembaga lain yang memberikan pelayanan pengganti
untuk menangani masalah itu
- dan lain-lain.
(2) Ada alas an-alasan kuat untuk memberhentikan program dinas atau lembaga berhubung :
- permasalahan sudah tidak penting lagi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang
utama, atau karena diakui bahwa program tersebut hasilnya sangat berkurang
dibandingkan dengan upaya yang dikleuarkan
- dan lain-lain.
Jika hasil, evaluasi menunjukkan, bahwa kebijaksanaan, program, dinas atau lembaga yang
bersangkutan tidak relevan, anjurkanlah untuk diubah atau bila perlu untuk dihentikan.

5. Menilai kemantapan
Penilaian tentang kemantapan suatu program dilaksanakan terhadap perumusan
kebijaksanaan dan perumusan program. Mengenai perumusan kebijaksanaan mencakup apakah
masalahnya telah dirumuskan dengan jelas; dan pada waktu diadakan penyusunan program apakah
program-programnya telah disusun dengan mantap.
Untuk memeriksa apakah permasalahan-permasalahan telah dirumuskan dengan jelas,
misalnya penyebaran dan keganasan suatu penyakit, golongan penduduk yang diserang atau yang
terancam, penduduk yang akan dicakup oleh suatu dinas, masalah tenaga kerja yang akan
menyelesaikan masalahnya perlu menggunakan suatu lembaga pelatihan. Daftarv kinerja berikut ini
mungkin dapat membantu dalam penilaian senacam itu. Daftar ini harus digunakan secara selektif dan
bukan merupakan daftar yang lengkap.
Masalahnya merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang penting:
(1) Keparahan (severity) :
- Menyebabkan angka kematian yang tinggi
- Menyebabkan angka kesakitan yang tinggi
- Menyebabkan angka kecacatan yang tinggi
- Menurunkan kemampuan belajar atau bekerja
- Menghambat pertumbuhan dan perkembangan
- Membahayakan kehidupan janin
- Dan lain-lain..
(2) Frekwensi kejadian :
- Jarang
- Sewaktu-waktu
- Sering
- Selalu (always)
(3) Implikasi yang terkait :
- Mempunyai implikasi politik yang merugikan
- Mempunyai implikasi sosial dan ekonomi
- Mempunyai implikasi demografi yang merugikan
- Dan lain-lain.
(4) Penyebaran permasalahan :
- Di seluruh Negara
- Di wilayah atau provinsi
- Setempat (local).
(5) Tidak meratanya sumber-sumber kesehatan :
- Ada penyebaran sumber-sumberdaya kesehatan yang tak merata, misalnya pemakaian
sumberdaya pelayanan kesehatan yang tidak seimbang (uang, tenaga kerja, peralatan,
fasilitas, dan sebagainya)
- Dan lain-lain.
Kalau hasil evaluasi perumusan kebijaksanaan menunjukkan bahwa masalah kesehatan belum
dirumuskan dengan jelas, anjurkan supaya masalah dirumuskan kembali.
Tinjau kembali apakah program-program sudah disusun dengan baik. Apakah program-
program tersebut mempunyai tujuan dan sasaran jangka panjang, jangka menengah ataupun jangka
pendek? Apakah semuanya ini telah ditentukan dengan jelas? Apakah tenggungjawab secara
organisatoris dan administratif telah ditentukan dengan jelas? Pendekatan-pendekatan bagaimanakah
yang telah digunakan untuk mencapai tujuan misalnya, kalau tujuan adalah untuk memperbaiki
kesehatan anak, apakah telah diberikan perhatian yang cukup terhadap gizi, imunisasi, pencegahan
infeksi, serta pengobatan penyakit dan cedera? Cara-cara dan peralatan manakah yang telah dipilih
dan bagaimana cara menentukannya? Bagaimana cara menentukan komponen-komponen program di
seluruh Negara. Apakah telah diberikan pertimbangan yang masak terhadap kebutuhan tenaga kerja
dan keuangan?
Kriteria berikut ini dapat digunakan sebagai checklist (daftar pengecekan) untuk membantu
mendapatkan jawaban terhadap hal-hal tersebut di atas.
(1) Perhaqtian yang cukup telah diberikan kepada perencana, manajemen dan evaluasi program, dan
informasi yang diperlukan telah ditentukan.
(2) Tujuan-tujuan telah dinyatakan secara jelas, sejauh mungkin dalam bentuk yang bisa diukur.
(3) Rencana kegiatan terinci dengan jadwal waktu (kalau memang diperlukan) telah dibuat guna
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
(4) Pendekatan-pendekatan dan cara-cara alternatif telah dipertimbangkan dn rupa-rupanya tidapat
menemukan pendekatan yang lebih ekonomis untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama;
(5) Indikator-indikator dan criteria telah ditentukan untuk evaluasi lanjutan dari program tersebut.
Apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa program tidak disusun dengan baik, sarankan untuk
disusun kembali.
6. Meninjau kemajuan
Peninjauan program terdiri atas analisis terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan dan
sumberdaya yang telah digunakan serta sampai berapa jauh pelaksanaan yang sesungguhnya
dibandingkan dengan taraf pelaksanaan yang direncanakan. Contoh : Bandingkan jumlah tenaga
kesehatan yang benar-benar telah dilatih di lembaga pendidikan dalam kurun waktu tertentu dengan
jumlah yang direncanakan. Bandingkan dana yang telah digunakan dengan dana yang dianggarkan.
Hanya penyimpangan-penyimpangan penting dari kemajuan yang direncanakan yang perlu
dicatat dan bila mungkin berikan penjelasan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut.
7. Mengukur efisiensi
Pengukuran efisiensi mencakup analisis hasil-hasil yang dicapai dikaitkan dengan upaya serta
sumberdaya yang dipergunakan. Yang perlu dipertanyakan adalah dapatkah hasil tersebut dicapai
dengan cara yang lebih baik dan lebih ekonomis? Harus diadakan perbedaan antara efisiensi tehnis
dan efisiensi dari segi biaya. Persoalan berikut ini perlu diperhatikan :
(1) Tingkat operasional – periksa apakah semua kegiatan telah dilakukan pada tingkat operasional
yang benar, misalnya di tingkat local, distrik dan tingkat pusat.
(2) Caranya (methods) – buat analisis apakah cara yang dipakai terbukti berguna untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
(3) Tenaga kerja – buat analisis apakah susunan terbaikdari tenaga kerja yang ada telah ditempatkan
dalam jumlah yang cukup untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Buat analisis mengenai
efisiensi tenaga kerja dari segi keterampilan dan upaya dibandingkan dengan upaya apa yang
dapat diharapkan dari mereka.
(4) Kkeuangan – tentukan pendapatan apakah disediakan sumber keuangan yang cukup untuk
pelaksanaan program atau pengelolaan dinas atau lembaga. Buat analisis pembiayaan untuk
mengetahui apakahnhasilnya telah dicapai secara ekonomis.
(5) Fasilitas – tinjau kembali kalau perlu apakah lokasi bangunan secara geografis sudah sesuai dan
apakah jumlah bangunan, kenderaan, peralatan dan perbekalan lainnya sudah mencukupi.
(6) Kerjasama – uraikan hasil kerjasama dengan lain-lain sektor sosial atau ekonomi dan lembaga-
lembaga, organisasi sukarela, badan-badan bilateral dan multilateral dsbnya.
(7) Pengawasan manajerial – buat analisis mengenai faktor-faktor yang tak disebut di atas, seperti
misalnya apakah disediakan cukup waktu bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan, betul tidaknya
urutan kegiatan, apakah dukungan logistik sudah tepat guna dan tepat waktu, dan taraf
pencapaian hasil kegiatan-kegiatan utama. Sebutkan hambatan yang dihadapi serta jelaskan
tindakan perbaikan yang telah dilakukan atau direncanakan.
(8) Efisiensi pembiayaan – ini merupakan aspek yang penting dari pekerjaan analisis dinas atau
lembaga.
Beberapa contoh diberikan sebagai gambaran, yaitu : Apabila sesuatu program bertujuan
untuk melatih sejumlah tertentu perawat pembantu / bidan setiap tahun, maka metode-metode
pengajaran, jenis dan jumlah tenaga pengajar, uang yang akan disediakan untuk mendirikan sarana
pendidikan dan untuk menyelenggarakannya, ketepatgunaan bangunan dan alat serta bahan
pendidikan, kerja sama dengan system pendidikan umum, waktu yang diperuntukkan bagi proses
belajar serta urutan-urutan berbagai komponen tersebut, kesemuanya ini perlu dipertimbangkan.
Kriteria pendidikan yang sesuai harus digunakan, misalnya untuk menilai kegunaan metode-metode
pendidikan/
Contoh lain mengenai penyediaan air. Kalau tujuan dari program adalah untuk menyediakan
air minum bagi seluruh penduduk, maka kriteria sosial untuk efisiensi dapat didudukkan untuk
mengadakan dan memelihara penyediaan air minum tersebut dengan cara-cara yang mereka dapat
lakukan sendiri. Kriteria teknis perlu digunakan untuk menilai apakah penyediaan air pada
kenyataannya memang betul aman.
Ukuran efisiensi bagi dinas kesehatan adalah penggunaan yang tepat dari komponen-
komponennya; misalnya penggunaan Puskesmas untuk pencegahan dan pengobatan yang sederhana
serta penggunaan rumah sakit hanya untuk rujukukan rumah sakit yang paling tepat adalah bila
letaknya memang paling dekat dengan masyarakat yang bersangkutan dan menyediakan pelayanan
klinis pada tingkat spesialisasi yang diperlukan. Contoh :
(1) Puskesmas – membandingkan banyaknya imunisasi yang diberikan selama waktu tertentu dengan
norma yang telah disepakati, koordinasi antara jadwal imunisasi dengan persediaan vaksin,
jumlah wanita yang mendapat pemeriksaan kehamilan yang diperlukan selama waktu tertentu
dibandingkan dengan norma yang telah disepakati.
(2) Rumah sakit – jumlah pasien berobat jalan yang dilayani oleh suatu petugas kesehatan. Untuk
perawatan penderita, perbandingan antara jumlah tenaga dan jumlah tempat tidur, persentase
penggunaan tempat tidur, rata-rata lamanya tinggal di bagian klinik, angka perbandingan
penggantian tempat tidur, jumlah hari perawatan di rumah sakit untuk jumlah penduduk tertentu,
medical audit, misalnya perbandingan dengan norma-norma statistik mengenai perawatan
keadaan penyakit tertentu, seperti misalnya angka rata-rata dan frekwensi distribusi lama tinggal,
jenis-jenis pelayanan yang diberikan, hasil perawatan, jumlah pasien yang kembali.
Efisiensi pembiayaan suatu lembaga harus diukur dengan jumlah pelayanan yang diberikan
dibandingkan dengan biayanya. Misalnya efisiensi memasukkan seorang perawat/bidan ke dalam staf
suatu Puskesmas tanpa tempat tidur obstetrik, harus diukur dengan biaya dibagi jumlah wanita yang
telah diberikan pelayanan antenatal dan postnatal olehnya secara semestinya; efisiensi dari adanya
bidan Puskesmas untuk menolong persalinan harus diukur dengan biaya dibagi jumlah persalinan.
Perbandingan efisiensi biaya antara berbagai rumah sakit harus diukur dengan jumlah biaya
dibagi jumlah pasien rawat tinggal, tetapi harus sangat berhati-hati mengambil kesimpulan-
kesimpulan karena perlu perhitungan adanya berbagai variasi antara rumah sakit dalam menyediakan
bermacam-macam pelayanan diagnostik dan terapeutik untuk pasien rawat tinggal dan pasien rawat
jalan. Sering lebih berguna untuk mengukur efisiensi biaya dari lembaga danya berbagai variasiyang
sama untuk beberapa periode waktu tertentu.
8. Menilai efektivitas.
Penilaian efektivitas sebaiknya hanya berupa suatu analisis mengenai pencapaian tujuan saja,
kalau bisa dinyatakan dalam berkurangnya masalah kesehatan atau membaiknya keadaan kesehatan
yang tidak memuaskan. Penentuan sasaran dan indikator luaran pada waktu perencanaan program
akan banyak membantu dalam penilaian efektivitas selanjutnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh, yakni apabila suatu program di suatu Negara adalah
untuk memperbaiki gizi anak, indikator luaran dapat berupa jumlah anak dengan tingkat gizi yang
telah membaik setelah program dimulai. Contoh yang lain apabila tujuan program untuk menurunkan
jumlah penderita malaria, maka efektivitas program dapat diukur dengan melihat angka penderita
tahunan pada waktu mengadakan evaluasi, lalu membandingkan dengan angka penderita tahunan
pada permulaan program. Kriteria teknis yang diperlukan adalah kriteria yang digunakan untuk
mengukur angka penderita malaria.
Kembali kepada contoh yang digunakan untuk menilai efisiensi program imunisasi terhadap
penyakit menular tertentu yang menyerang anak-anak, maka ukuran efektivitas yang terbaik adalah
penurunan angka kematian dan kesakitan untuk penyakit-penyakit tersebut.
Sesuai yang disebutkan di ats, nilai sampai berapa jauh tujuan telah dicapai dan sasaran telah
terjangkau. Sebutkan kalau dapat alasan-alasan yang menyebabkan kegagalan untuk mencapai tujuan
atau untuk menjangkau sasaran dan tinjau kembali yang perlu diberikan kepada masalah-masalah
yang dihadapi yang pemecahannya masih harus dicari. Buat analisis seluas-luasnya mengenai
pengaruh program atau proyek tersebut merupakan salah satu bagiannya. Misalnya apabila tujuan dari
suatu program pendidikan bidan telah tercapai, apakah pelayanan persalinan dan perawatan bayi telah
bertambah baik dengan meningkatnya jumlah ibu hamil yang ditolong oleh bidan dan paling utama
dengan berkurangnya jumlah kematian ibu dan kematian perinatal. Apabila sasaran penyediaan air
minum pedesaan telah tercapai, apakah hal ini telah membantu menurunkan kejadian penyakit diare.
Sebagai tambahan buat penilaian sejauh mungkin apakah hasil-hasil program telah memenuhi
harapan masyarakat yang bersangkutan serta para pemimpinnya, baik di tingkat local maupun
nasional.
9. Mengukur dampak.
Pengukuran dampak merupakan tahap penilaian yang paling sulit dalam proses evaluasi.
Pertanyaan yang harus diajukan adalah walaupun tujuan-tujuan program telah tercapai, apakah
hasilnya mendatangkan perbaikan dalam keadaan kesehatan dan social ekonomi secara
keseluruhannya dan dalam kualitas hidup. Misalnya pengadaan persediaan air dapat memberikan
pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan suatu Negara dengan banyak cara, tetapi bisa juga
mempunyai pengaruh yang merugikan bila dibuat tersendiri tanpa dengan membuat system
pembuangannya.
Pemberantasan penyakit infeksi tertentu pada bayi-bayi dapat dianggap berhasil apabila
angka kematian bayi menurun, tetapi kenaikan jumlah anak di dalam masyarakat yang disebabkan
kematian bayi menurun. Bila tidak disertai dengan program pembagunan yang memadai di bidang
pertanian dan gizi, dapat menjurus ke masalah yang kekurangan gizi.
10. Menarik kesimpulan.
Untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan, buatlah rangkuman mengenai tujuan-tujuan,
pendekatan, metode-metode dan hasil-hasil program. Mengenai dinas dan lembaga di satu sisi,
tunjukkan hubungan antara fungsi dan tugas yang mereka lakukan dan pendekatan serta cara yang
diterapkan untuk melakukan fungsi tersebut, dan di sisi lain program-program yang perlu
diselenggarakan serta hasil-hasil pelaksanaan fungsi dan tugas.
Buat ikhtisar mengenai informasi yang membantu dalam pengambilan kesimpulan yang
menyangkut kebijaksanaan dan relevansi program, penentuan masalah, cukup tidaknya penurunan
program, kemajuan yang dicapai, efisiensi pelaksanaan, efektivitas program dan dampak
keseluruhannya. Tunjukkan hasil-hasil yang nyata maupun hambatan utama yang dihadapi.
Pada waktu mempersiapkan ikhtisar ini, pastikan bahwa komentar dari semua pihak yang
terlibat dalam proses evaluasi telah diperhatikan dan telah dibahas secara tuntas dengan mereka yang
bertanggungjawab terhadap program dinas atau lembaga yang sedang dievaluasi.
Buatlah kesimpulan berdasarkan ringkasan informasi seperti tersebut di atas. Kesimpulan
tersebut harus dapat memberikan dasar untuk modifikasi program, atau pemrograman kembali kalau
diperlukan. Buatkan usulan untuk tindakan lebih lanjut yang dianggap perlu, misalnya untuk
merumuskan kembali masalah yang belum dirumuskan secara tepat. Untuk merubah program yang
telah disusun secara kurang memadai atau untuk mempercepat kemajuannya, perlu menetapkan
kembali fungsi dan struktur suatu lembaga atau dinas, untuk menaikan anggaran belanja dan
sebagainya.
Kemudian selanjutnya, member saran, apakah program atau proyek harus dilanjutkan,
dimodifikasi atau diakhiri, jelaskan setiap perubahanpada tujuan yang dipandang perlu, pada sasaran,
cara dan teknik yang diterapkan, maupun pada sumberdaya manusia dan keuangan yang perlu
digunakan serta waktu yang diperlukan untuk mencapai perubahan yang dikehendaki. Ajukan
alternative yang dipilih untuk melakukan modifikasi. Usulan-usulan tersebut harus dicantumkan
dalam laporan yang dialamatkan kepada Badan-badan atau perorangan.
E. Evaluasi Proses Manajerial Untuk Pembangunan Kesehatan
1. Menetapkan dan memeriksa masalah untuk evaluasi.
Pelaksanaan program kesehatan dari waktu ke waktu oleh pejabat yang bertanggungjawab di
tingkat local, distrik dan pusat perlu melakukan evaluasi terhadap proses manajerial yang sedang
berjalan. Dengan demikian proses manajerial tersebut akan merupakan masalah atau subjek untuk
dievaluasi. Mengapa demikian, karena pada tahapan tersebut tidak ada indicator dan kriteria yang
tepat untuk melakukan evaluasi, sehingga disarankan untuk menggunakan pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut substansi persoalannya.
Di bawah ini suatu gambaran bagaimana proses evaluasi dapat diterapkan untuk
mengevaluasi proses manajerial suatu Negara dengan mendasarkan pada penggunaan pertanyaan-
pertanyaan. Masalah khusus untuk dievaluasi misalnya sejauhmana proses manajerial telah mencapai
tujuannya. Masalah khusus lainnya misalnya biaya untuk proses tersebut dilakukan dengan
efektivitasnya atau cukup tindakannya pada suatu komponen kegiatan tertentu dari proses tersebut.
Misalnya anggaran program.
Suatu pertanyaan yang dapat diajukan, adalah apakah proses manajerial ada relevansinya
dengan keadaan politik, sosial ekonomi yang menyeluruh di suatu Negara. Hal ini termasuk
membandingkan metode perencanaan yang digunakan dalam proses manajerial di satu pihak dengan
metode yang digunakan dalam perencanaan pembangunan sosial ekonomi pada umumnya di lain
pihak, untuk mengetahui apakah keduanyan tidak bertentangan. Ini dapat pula mencakup
perbandingan data mengenai pengajuan usulan program kesehatan kepada pemerintah yang
diharapkan dengan batas waktu pengajuan yang ditentukan untuk rencana lima tahun atau anggaran
tahunan pemerintah.
2. Menilai apakah memadai.
Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses manajerial telah memadai atau tidak,
mencakup penyelidikan apakah proses tersebut dapat telah diuraikan secara rinci untuk menjamin
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan manajerial yang diperlukan untuk mewujudkan strategi
kesehatan nasional. Apakah proses tersebut telah disesuaikan dengan kemampuan dari masing-
masing pihak yang terus menerapkannya. Apakah cukup jelas bagi mereka bagaimana cara
menerapkannya. Apakah petunjuk pokok beserta bahan pendidikan yang diperlukan telah dibuat, dan
apakah masyarakat telah diberikan pengetahuan untuk menggunakannya. Apakah semua disiplin
ilmu, bidang-bidang dan para ahli ikut berpartisipasi secara memadai. Apakah mekanisme tetap yang
sesuai dibuat, termasuk keterlibatan masyarakat pada tingkat lokal. Kabupaten, provinsi dan pusat.
3. Meninjau kembali.
Meninjau kembali kemajuan proses manajerial dapat meliputi mempertimbangkan apakah
proses tersebut telah dikembangkan dan diterapkan dengan ketepatan yang diperlukan. Apakah proses
tersebut diterapkan sesuai dengan maksud dan tujuannya, dan apakah proses tersebut digunakan di
seluruh Negara, atau hanya di bagian daerah tertentu saja dari Negara tersebut, atau untuk program-
program dinas-dinas dan lembaga-lembaga khusus.
4. Menilai efisiensi.
Untuk menilai efisiensi proses manajerial perlu dipertimbangkan apakah proses tersebut
dapat dilaksanakan secara lebih ekonomi dan dalam waktu yang lebih pendek. Hal ini mencakup
penilaian apakah proses dapat dilaksanakan dengan menggunakan lebih sedikit orang, dengan orang-
orang yang kurang terlatih, dan dengan lebih banyak melibatkan masyarakat.

5. Menilaim efektivitas.
Efektivitas proses manajeriaql pada akhirnya harus dinilai berdasarkan hasil-hasil yang
dicapai, misalnya apakah proses tersebut telah menyebabkan adanya kebijaksanaan kesehatan yang
jelas untuk mendukung visi kesehatan yang telah ditetapkan. Apakah ada strategi nasional yang tegas
untuk mewujudkan kebjaksanaan tersebut, apakah ada rencana-rencana kegiatan dengan anggaran
yang cukup untuk melaksanakan strategi tersebut. Apakah program perioritas telah dirumuskan secara
baik, dan apakah dinas-dinas dan lembaga-lembaga yang berkewajiban untuk melksanakan program
telah dirancang dengan tepat. Apakah program-program telah diintegrasikan ke dalam system
kesehatan umum, dimulai dengan pelayanan kesehatan dasar dan dilanjutkan pada tingkat-tingkat
berikutnya dari system kesehatan sebagaimana mestinya. Apakah program-program dilaksanakan
secara efisien dan apakah dinas-dinas dan lembaga-lembaga sebagai pelaksana dikelola secara efisien.
Pertanyaan yang tidak kalah penting juga adalah, apakah evaluasi telah diintegrasikan secara
semestinya ke dalam berbagai komponen dari proses manajerial, baik dalam praktik maupun teori.
Apakah pengintegrasian tersebut menyebabkan adanya modifikasi mengenai program-program,
dinas-dinas dan lembaga-lembaga dan juga pemrograman kembali yang diperlukan. Apakah
dukungan informasi memadai dalam arti bahan kebutuhan informasi telah ditetapkan secara seksama,
bahwa informasi yang telah diperlukan tersedia pada waktu yang diperlukan, dan bahwa
pengumpulan data dan analisisnya telah dilakukan secara paling ekonomis.
6. Membuat kesimpulan dan membuat rekomendasi.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, buatlah kesimpulan dan usulan-usulan atau
rekomendasi untuk tindakan selanjutnya, dengan menunjukkan sampai seberapa jauh relevansi proses
manajerial terhadap proses manajerial suatu Negara untuk pembangunan sosial ekonomi pada
umunya, dan menyarankan cara-cara untuk meningkatkan relevansi tersebut bila perlu. Berikan
pendapat apakah proses tersubut jelas, dimengerti betul oleh pihak-pihak yang harus
menggunakannya, dan digunakan secara betul. Apakah tidak demikian, sebutkan apakah hal ini
disebabkan oleh kurangnya orang-orang yang memenuhi syarat, petunjuk-petunjuk pokok,
pendidikan, pembiayaan, atau mekanisme atau proses atau system yang baik.
Tunjukkan pula perbaikan yang perlu dilakukan, misalnya mengenai orang-orang yang
menggunakan proses, mekanisme-mekanisme yang dapat menjamin pengembangan dan penggunaan
secara betul, pendidikan, cara penerapan, dan laju dan tempat penerapnnya. Rekomendasikan cara-
cara memperbaiki efisiensi dan bila prosesnya tidak cukup efektif dalam memberikan hasil, tunjukkan
aspek-aspek yang memerlukan perbaikan mapun cara-cara untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai