Anda di halaman 1dari 20

ETIKA BISNIS DALAM PRAKTIK INVESTASI DAN PASAR

MODAL

DISUSUN OLEH :
 ABDUL AZIZ
 LEON FRANCISCUS LUMBANBATU
 ILHAM RAJASA NASUTION

KELAS : B PARAREL

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS


SUMATERA UTARA
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 20 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


I.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

II.1Pengertian Etika...................................................................................... 3
II.2Pengertian Bisnis.................................................................................... 3
II.3Pengertian Etika Bisnis........................................................................... 4
II.4Etika dalam Praktik Investasi dan Pasar Modal..................................... 6
II.5Contoh Kasus Praktik Penyimpangan………………………………….

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15

III.1Kesimpulan............................................................................................. 15
III.2Saran....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai kegiatan sosial, bisnis terjalin dengan kompleksitas masyarakat


modern saat ini. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang
wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak
pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada aturan-aturan
yang harus dipatuhi, kepentingan, dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.

Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan
bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku
yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai moral.

Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum,


banyak masalah timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional
maupun taraf internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma
hukum
dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum,
dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru, misalnya,
disebabkan perkembangan teknologi.

Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa
dan wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan
banyak pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak
hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh
para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut
merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin
menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga
mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara

4
lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan.
Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis
melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara. Salah satu sektor bisnis yang
menjadi primadona dikalangan pengusaha sekarang adalah investasi dan pasar
modal. Dengan berbagai macam kemudahan dan kepraktisannya, bisnis pasar
modal terus melesat seiring dengan perkembangan ekonomi di masyarakat.
Namun dibalik kemudahan dan keuntungan yang menggiurkan tersebut, bisnis
pasar modal masih memiliki banyak kendala dan masalah yang merugikan pihak-
pihak yang terlibat didalamnya. Bernard Black, Profesor Hukum di Northwestern
University Amerika Serikat, pernah menulis bahwa eksistensi pasar modal dengan
satu dan lain hal merupakan sebuah keajaiban karena investor bersedia
menyerahkan bagian (besar) uangnya untuk membeli hak tak berwujud, dengan
nilai atas hak itu sangat ditentukan oleh kualitas informasi yang diberikan oleh
penjual hak tersebut. Dengan kata lain, nilai atas hak tersebut ditentukan
Kejujuran mencakup sebuah sikap mental dan nilai-nilai etika dan Teori
Utilitarianisme dalam pasar modal

Oleh karena itu, etika dalam bisnis pasar modal ini diperlukan guna
menjadi pedoman bagi pelaku bisnis pasaar modal agar bisa melakukan kegiatan
bisnisnya dengan baik dan lancar.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Etika Bisnis?
2. Bagaimana Etika Bisnis dalam Praktik Investasi dan Pasar Modal?

5
BAB
II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah


Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Untuk menganalisis arti-arti
etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):

1. Etika sebagai Praktis


a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru
tidak dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan
norma moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya
tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis
sebagai objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.

II.2 Pengertian Bisnis

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis

6
dari bahasa Inggris “business”, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Di dalam
melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang sebagai
bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang mengindahkan serangkaian
nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan norma. Bisnis bisa
disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha selalu menggunakan
nuraninya.

Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :

1. Allan afuah :
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan
keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam
industry
2. T. Chwee:
Bisnis merupakan suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat.
3. Grifin dan ebert :
Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

II.3 Pengertian Etika Bisnis

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara


untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.

Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan

7
studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan
organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Berikut ini beberapa pengertian etika
bisnis menurut para ahli :

1. Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha


berdasarkan nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
2. Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin, etika bisnis adalah istilah yang
sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang
manajer atau karyawan suatu organisasi.
3. K. Bertens, Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas
dalam kegiatan ekonomi dan bisnis
4. Velasquez, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
5. Hill dan Jones, Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap
pemimpin perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil
keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral yang kompleks.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:

1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis


juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang
terlibat di dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
3. Bisnis membutuhkan etika yang mampu memberikan pedoman bagi pihak-
pihak yang melakukan kegiatan bisnis.

8
II.4 Etika dalam Praktik Investasi dan Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan permintaan dan penawaran dana jangka


panjang yang diwujudkan dalam bentuk elemen-elemen keuangan yang dapat
diperjualbelikan. Dalam pasar ini terdapat dua pelaku utama yang terlibat, yaitu
investor sebagai pihak yang menanamkan dana danemiten sebagai pihak yang
menerima dan mengelola dana investor. Sehingga etika dalam investasi dan pasar
modal terutama terkait dengan etika bagi kedua belah pihak, selain etika bagi
profesi penunjang seperti akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan lain-lain.

Teori Utilitarianisme dalam pasar modal

Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan. Teori utilitarianisme berlaku apabila memberikan manfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan tanpa merugikan pihak lain akibat perbuatan
perorangan/kelompok. Unsur keterbukaan di pasar modal adalah salah satu contoh
utiliatianisme. Dengan

keterbukaan informasi, masyarakat pasar modal memperoleh manfaat secara


keseluruhan yaitu terciptanya pasar modal yang efisien. Setidak-tidaknya ada tiga
fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal menurut Bismar Nasution yang
dituangkan dalam bukunya Keterbukaan Dalam Pasar Modal:

a) Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap

pasar

b) Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang


efisien.

Filosofi ini didasarkan pada kontruksi pemberian informasi secara penuh sehingga

menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan

refleksi dari seluruh informasi yang tersedia.

9
c) Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Barry
Ridermenyatakan bahwa semakin banyak informasi yang diungkapakan
akanmeminimalisasi tindakan salah dan penyalahgunaan.

1. Etika Bagi Emiten

Dalam menanamkan dana, investor menilai kondisi dan kinerja


perusahaan. Untuk itulah informasi yang menggambarkan kondisi dan kinerja
emiten menjadi hal yang sangat krusial dalam pasar modal. Dengan posisinya
sebagai pihak yang pasif dan tidak mengetahui secara detail seluk-beluk
perusahaan, investor berpotensi menjadi pihak yang dirugikan dalam kaitannya
dengan keandalan informasi. Untuk itulah, pemerintah melalui Bapepam-LK
melindungi kepentingan investor melalui aturan-aturan, salah satunya adalah
Undang-Undang yang mengatur mengenai pasar modal di Indonesia adalah UU
No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Meskipun telah dilindungi dengan aturan, investor masih merupakan pihak


yang berpotensi dirugikan. Hal ini disebabkan karena banyak celah yang belum
diatur oleh peraturan dan sifat dari akuntansi yang memiliki berbagai alternatif
dalam menyajikan kondisi atau aktivitas ekonomi emiten. Dengan sifat akuntansi
yang demikian, maka laporan keuangan yang dihasilkan juga dapat disajikan
dengan berbagai pendekatan. Emiten sebagai pengelola dana tidak boleh sekedar
memenuhi batasan-batasan yang tertuang dalam aturan. Emiten harus
mengutamakan kepentingan investor meskipun tidak diatur dalam aturan. Dalam
hal ini kepentingan investor adalah laporan keuangan yang handal dan relevan.

Terkait dengan penyajian laporan keuangan, Bapepam-LK mewajibkan


emiten untuk menyerahkan laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan
triwulanan. Laporan keuangan tahunan wajib diaudit oleh akuntan publik yang
terdaftar di Bapepam-LK. Sedangkan laporan keuangan triwulanan tidak wajib
diaudit. Makalah ini tidak membahas secara mendetail etika akuntan publik,
sehingga diasumsikan bahwa akuntan publik telah menjalankan tugasnya dengan
etis dan penuh profesionalisme.

10
Fungsi dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk
meningkatkan keandalan informasi dalam laporan keuangan. Setiap upaya emiten
untuk menyajikan informasi yang bersifat menyesatkan akan diminimalisir dan
dikoreksi oleh akuntan publik, sehingga investor dapat menggunakan informasi
tersebut untuk membuat keputusan investasi. Karena hanya laporan keuangan
tahunan yang diwajibkan untuk diaudit, maka terdapat celah bagi emiten untuk
menyajikan informasi yang tidak semestinya dalam laporan triwulanan.

Meskipun pada periode audit akan dikoreksi oleh akuntan publik, investor
telah menyajikan informasi yang tidak semestinya selama tiga triwulan. Dalam
periode tiga triwulan tersebut, investor berpotensi membuat keputusan yang tidak
efisien terkait alokasi modal yang dimiliki sebagai akibat dari laporan keuangan
triwulanan yang disajikan oleh emiten. Dampak negatif dari pembuatan keputusan
yang tidak efisien tersebut akan terakumulasi pada kuartal ke empat setelah
laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh akuntan publik disajikan.

Dengan memperjualbelikan sahamnya pada bursa, secara langsung


manajemen memiliki kepentingan terhadap harga saham. Perusahaan yang
dianggap memiliki kinerja baik oleh para investor akan diapresiasi ke dalam
peningkatan harga saham, dan peningkatan harga saham tersebut merupakan salah
satu dasar yang digunakan untuk memberikan kompensasi kepada manajemen
perusahaan. Adanya kepentingan tersebut membuat manajemen emiten
melakukan
tindakan-tindakan yang mampu meningkatkan harga saham perusahaan dengan
cara yang tidak beretika, yang pada akhirnya akan menguntungkan dirinya sendiri
dan merugikan para investor. Beberapa macam praktik penyimpangan yang terjadi
pada pasar modal:

A. Penipuan

Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c,


adalah:

membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau


tidakmengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak

11
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek.

B. Manipulasi Pasar

Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,

tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan
maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar
modalmengantisipasi setiap pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam
halmodal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan
penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon
gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Manipulasi pasar yang terjadi di
pasar modal antara lain:

1) Insider Trading
Insider trading merupakan perdagangan efek yang dilakukan oleh
orang dalam perusahaan, dimana perdagangan efek tersebut didasarkan
karena adanya informasi dari orang dalam perusahaan yang penting dan
mengandung fakta material. Umumnya para pelaku insider trading
mengharapkan keuntungan ekonomi.
2) Marking the close
Yaitu tindakan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek
pada saat atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan
membentuk harga efek atau harga pembukaan yang tinggi pada hari
perdagangan berikutnya.
3) Painting the tape
Yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening
efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai
sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu.
4) Cornering the market
Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai

12
pasar (menyudutkan pasar).
5) Pools
Yaitu penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor
dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami
kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut
untuk mendorong frekuensi jual beli Efek sehingga dapat meningkatkan
harga Efek tersebut.
6) Wash Sale
Yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang
tidak menimbulkan perubahan kepemilikan dan/atau manfaatnya
(beneficiary of ownership) atas transaksi saham tersebut. Tujuannya untuk
membentuk harga naik, turun atau tetap dengan memberi kesan seolah-
olah harga terbentuk melalui transaksi yang berkesan wajar. Selain itu juga
untuk memberi kesan bahwa Efek tersebut aktif diperdagangkan.

Contoh dari perilaku tidak etis emiten terkait laporan keuangan kuartalan
adalah PT Indofarma, Tbk. pada tahun buku 2002. INAF membukukan laba
hingga kuartal ketiga tahun 2002 sebesar Rp 80 miliar. Akan tetapi setelah
laporan keuangan diaudit oleh KAP Hans Tuanakota Mustofa (Afiliasi Deloitte
Touche Tohmatsu), laporan keuangan INAF menunjukan rugi sebesar Rp 59
miliar. Kondisi tersebut sangat membingungkan investor karena dalam kurun
waktu satu kuartal, kondisi dan kinerja perusahaan mengalami perubahan yang
sangat tragis. Setalah diusut oleh otoritas pasar modal, ditemukan bahwa
manajemen INAF tidak melaporkan secara benar kondisi perusahaan dalam
laporan kuartal dengan tidak menghapus persediaan yang telah usang.

Permasalah tersebut mengantarkan manajemen puncak INAF kepada


hukuman pengadilan. Di sisi lain, investor mengalami kerugian yang cukup besar.
Pasalnya, setelah melangsungkan IPO, harga saham INAF melonjak hingga Rp
300. Akan tetapisetelah kasus ini terungkap, harga saham INAF turun hingga
menyentuh titik terendah yang diijinkan BEI, yaitu Rp. 50. Itu artinya investor
mengalami kerugian 83,33%. Bahkan di pasar non-reguler, harga ditawarkan di
bawah Rp 50.

13
Masalah lain terkait dengan keandalan informasi adalah seberapa detail
perusahaan mengungkapkan (disclosure) informasi perusahaan. Informasi yang
terlalu detail, selainmembutuhkan waktu dan biaya yang lebih banyak, juga
berpotensi memperkuat posisi kompetitor yang bergerak dalam industri sejenis.
Akan tetapi informasi kompleks yang membutuhkan pengungkapan justru tidak
diungkapkan dapat mempersulit investor dalam menilai kondisi dan kinerja
perusahaan. Dalam beberapa hal, regulator menetapkan pengungkapan tertentu
seperti pengungkapan LIFO reserve jika perusahaan menggunakan metode LIFO
dalam cost flow persediaannya.

2. Etika Bagi Investor

Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor mencari


dan memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan
keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang
beretika. Apabila investor akan melakukan investasi yang berdasar etika,
hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan jasa perusahaan
tersebut. Misalnya, jangan melakukan investasi di perusahaan yang memproduksi
bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.
Selanjutnya, memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh perusahaan tersebut
disalurkan, misalnya investasi di reksadana dapat menjadi investasi yang tidak
beretika apabila dana yang dihimpun diinvestasikan di perusahaan- perusahaan
yang produksinya mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.

Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri terdapat tiga
pendekatan yang dapat digunakan yaitu:

a. Pendekatan Negatif

Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para


investor yang beretika, akan menghindari investasi di bidang atau perusahaan
yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan prinsip etika bisnis yang
dianutnya atau juga melakukan kegiatan bisnis di bidang-bidang yang melanggar
ketentuan lingkungan, produksi zat kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau

14
melakukan investasi di negara-negara yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi
manusia.

b. Pendekatan Positif

Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang
usaha atau bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam
penerapannya investor dapat menyusun daftar perusahaan atau bidang bisnis yang
dipandang sesuai dengan etika bisnis yang umum.

c. Pendekatan Aktif

Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang


bisnis yang menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan
dalam melakukan investasi di bidang itu terkandung tujuan untuk mengambil alih
kontrol terhadap perusahaan tersebut untuk selanjutnya melakukan perubahan
agar perusahaan tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang
umum. (Eri:2009)

Contoh kasus yang menjadi perhatian publik adalah produk investasi


reksadana fiktif yang menyeret tiga institusi, PT Antaboga Delta Sekuritas, PT
Bank Century Tbk (BCIC), dan PT Signature Capital Securities. Investasi
reksadana fiktif tersebut menyebabkan nasabah mengalami kerugian. Produk
investasi fiktif yang dijual melalui Bank Century ini menunjukkan bahwa ada
unsur ketidakjujuran yang bertujuan untuk memperkaya diri sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan bisnis yang semakin


kompetitif, etika dalam berbisnis telah ditinggalkan hanya untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara bahkan cara yang
tidak jujur dan tidak memperdulikan pihak-pihak yang dirugikan akibat tindakan
mereka. Kasus pelanggaran etika tersebut tidak hanya terjadi sekali saja tetapi
sudah berulang kali dan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-
negara lain. Selain itu, adanya aksi penggelapan dana nasabah PT Sarijaya
Permana Sekuritas semakin menyita perhatian publik.

Praktik-praktik tidak terpuji di industri pasar modal ini memiliki sejumlah


konsekuensi, diantaranya:

15
 Kerugian pemodal atau investor, terutama investor berskala menengah ke
bawah, yangdirugikan dengan aksi manipulatif.
 Jika praktik-praktik tidak terpuji tersebut berlangsung terus menerus tanpa
ada sistem yang mampu mendominasi dan membongkarnya, penetrasi
industri pasar modal akan semakin lamban.
 Masyarakat akan semakin takut dan ragu untuk berinvestasi di pasar modal
jika aksi manipulatif masih terus terjadi.

Harus menjadi catatan bersama bahwa dalam berbagai kasus pelanggaran


di industri pasar modal, kerugian yang dialami investor bukanlah bagian dari
risiko investasi. Praktik penipuan atau penggelapan dana nasabah, misalnya, tentu
tidak masuk dalam risiko investasi yang dipikirkan investor sebelum memutuskan
untuk menaruh dananya pada produk investasi tertentu. Apa yang terjadi dalam
sejumlah kasus di sektor finansial tanah air yang menyita perhatian publik dewasa
ini adalah risiko di luar lingkup investasi. Sehingga, berbagai pelanggaran itu
harus diusut sampai tuntas, sampai ke akar-akarnya. Setelah semuanya tuntas,
habitus baru industri pasar modal harus dibentuk dengan landasan etika bisnis
yang kuat agar tak ada lagi aksimanipulasi yang merugikan pada masa mendatang.
Pasar modal yang kuat dan menjanjikan adalah industri pasar modal yang
menyuburkan etika bisnis.

II.5 CONTOH KASUS PRAKTIK PENYIMPANGAN

A. Kasus Insider trading Semen Gresik

Kasus ini merupakan kasus yang masih banyak menyisakan pertanyaan publik.
Kasus ini baru mencuat ketika I Putu Gede Ary Sutha, ketua Bapepam waktu itu
yang masa jabatannya hampir berakhir, mengumumkan bahwa terjadi indikasi
Insider trading dalam perdagangan saham semen gresik. Dia mengungapkan
bahwa kasus ini melibatkan mantan menteri keuangan dan sejumlah perusahaan
sekuritas, termasuk perusahaan sekuritas milik negara. Setelah melalui
penyelidikan, ditemukan fakta bahwa terdapat 15 pialang yang secara agresif
melakukan aksi beli. Diantara 15 pialang tersebut terdapat 3 perusahaan sekuritas
yang terkait dengan Semen Gresik (yaitu Danareksa Sekuritas dan Bahana
Securities, Jardine Fleming Nusantara) yang menurut Undang-Unang tergolong

16
sebagai orang dalam. Inside Information yang diduga menjadi basis dalam aksi
beli itu adalah rencana divestasi saham Semen Gresik oleh pemerintah kepada
pihak asing (salah satunya Cement Mexico). Dalam proses penyelesaian kasus ini,
Bapepam mengumumkan bahwa tidak ada bukti yang mengacu kepada Insider
trading tetapi apabila ’dikemudian hari’ ditemukan unsur-unsur yang dapat
dijadikan bukti tindak pidana pasar modal maka, Bapepam akan melakukan
proses penyidikan untuk kasus

tersebut.

B. Kasus Marking The Close PT Finan Corpindo Nusa

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada PT Finan Corpindo


Nusa. Sanksi diberikan karena berdasarkan hasil pemeriksaan otoritas bursa
terhadap transaksi saham PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) periode Januari-
Agustus 2009, Finan Corpindo melakukan marking the close. Direktur
Pengawasan

Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep Budhi Prasetyo dalam penjelasan tertulis
bursa

di Jakarta, Selasa 10 November 2009 mengatakan, marking the close itu


dilakukan

untuk menciptakan harga agar penutupan saham Ratu Prabu berada pada tingkat
tertentu. Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Finan Corpindo Nusa Edwin
Sinaga mengatakan, pihaknya sudah memberikan penjelasan kepada BEI terkait
temuan bursa mengenai pembentukan harga yang tidak sesuai mekanisme pasar
tersebut. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Wan Wei
Yiong, mengatakan pihaknya telah bertemu dengan pihak Finan Corpindo
tersebut. Selanjutnya, bursa juga memberikan sanksi dengan mengumumkan di
keterbukaan

informasi bahwa perseroan telah melakukan marking the close. Menurutnya, hal
tersebut merupakan bagian dari pembinaan, walau demikian dia menuturkan jika
pihaknya tidak mengenakan sanksi denda atas kasus tersebut. Selain dipaparkan
ke

17
publik, pihaknya juga akan melaporkan ke Bapepam.

BAB III
PENUTUP

III.1Kesimpulan

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis
merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman
keterbukaan dan luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha
dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen,
pemodal/investor dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya
cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini Saling menjaga
kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi
perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini
tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi
jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika
dalam berbisnis sangatlah penting.

Dari semua kajian dan dari praktik yang sudah banyak terjadi dalam
kehidupan bisnis tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan
memberikan batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis yang
baik dan tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait
dalam bisnis tersebut.

18
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan
manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua
orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini
sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik,
dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya
membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya

III.2Saran

Perlu adanya kesadaran diri dari setiap individu dalam perusahaan, dari
tingkat yang paling rendah sampai yang paling tinggi didalam menerapkan etika
bisnis agar tidak terjadi kecurangan atau kebohongan yang terjadi pada
perusahaan itu nantinya.Selain itu, perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat bagi yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan
dengan baik dan lancar di perusahaan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bertens,K. 2000. Pengantar Etika Bisnis.Yogjakarta: Kanisius

Irawan, M. Eri. 2009. Habitus Baru Industri Pasar Modal.Jakarta : Gramedia

http://www.kabarbisnis.com/opini/286991.html(diakses tanggal 20 April 2020)

http://www.scribd.com/doc/43404697/Ringkasan-Etika-Dalam-Praktik-Investasi-
Dan-Pasar-Modal-Sesi-10

http://www.kabarbisnis.com/opini/286991/habitus_Baru_Industri_Pasar_Modal.ht
ml

20

Anda mungkin juga menyukai