Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTAN

ETHICAL GOVERNANCE

Disusun Oleh:

Wisno Widodo Banjar 11170000244


Muhammad Cahyidi 11170000293
Aaa 11170000xxx
Bbb 11170000xxx
Ccc 11170000xxx
Ddd 11170000xxx

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


JAKARTA
2019/2020
KATA  PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ETHICAL
GOVERNANCE”, yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntan

Ada pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semuapembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapatmenambah pengetahuan
pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Jakarta, Maret 2020

Penyusun

Daftar Isi
KATA  PENGANTAR................................................................................................................................ii

ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN......................................................................................................................................iv

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................iv

2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................................iv

3.1 Tujuan.........................................................................................................................................iv

BAB II.........................................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................1

2.1 Governance System...........................................................................................................................1

1. Commitment on Governance.......................................................................................................1

2. Governance Structure..................................................................................................................1

3. Governance Mechanism..............................................................................................................1

4. Governance Outcomes.................................................................................................................1

2.2 Budaya Etika.....................................................................................................................................2

2.3 Mengembangkan Struktur Etika Korporasi........................................................................................4

2.4 Kode Perilaku Korporasi.....................................................................................................................4

2.5 Evaluasi terhadap Kode Perilaku Korporasi......................................................................................5

BAB III.......................................................................................................................................................7

PENUTUP...................................................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

BAB I

PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang
Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan“) adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral terhadap nilai-nilai
berhubungan. Setiap organisasi memiliki sebuah kode etik dimana setiap individu baik
pemimpin dan karyawan yang berada dalam organisasi tersebut harus patuh dan mengikuti
kode etik tersebut. Adanya kode etik tersebut dapat menjadi tolak ukur setiap individu untuk
berperilaku sesuai dengan peraturan. Kode etik juga dapat menjadi tindakan pencegahan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi pada organisasi.
Pemerintahan adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi
yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau
korporasi. Banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini seperti kasus Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ada dalam organisasi
menandakan bahwa adanya kode etik yang telah dilanggar. Hal ini tentu saja dapat membawa
pengaruh yang buruk bagi sebuah organisasi. Adanya pelanggaran etika dapat membuat para
pihak-pihak yang berkepentingan tidak mempercayai organisasi. Selain itu, pelanggaran etika
juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap organisasi tersebut.
Oleh karena permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk menulis makalah
dengan judul Ethical Governance (Etika Pemerintahan).

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Ethical Governance?
2. Apa yang dimaksud dengan Budaya Etika?
3. Cara Mengembangkan Strukrur Etika Korporasi?
4. Apa yang dimaksud dengan kode prilaku korporasi?
5. Bagaimana Evaluasi Terhadap Kode Prilaku Korporasi?

3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Ethical Governance
2. Untuk mengetahui pengertian Budaya Etika
3. Untuk mengetahui cara mengembangkan Struktur Etika Korporasi
4. Untuk mengetahui Kode prilaku Korporasi
5. Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Terhadap Kode prilaku Korporasi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Governance System


Ethical Governance (Etika Pemerintahan) adalah ajaran untuk berperilaku yang baik dan
benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Dalam
Ethical Governance (Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini
dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika pemerintahan tidak terlepas dari filsafat
pemerintahan.filsafat pemerintahan adalah prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai fondasi
pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang biasanya dinyatakan pada pembukaan
UUD negara.
Sistem pemerintahan (governance system) adalah sistem yang dimiliki suatu negara
dalam mengatur pemerintahannya. Istilah sistem pemerintahan merupakan kombinasi dari dua
kata, yaitu: "sistem" dan "pemerintah". Berarti sistem secara keseluruhan yang terdiri dari
beberapa bagian yang memiliki hubungan fungsional antara bagian-bagian dan hubungan
fungsional dari keseluruhan, sehingga hubungan ini menciptakan ketergantungan antara bagian-
bagian yang jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhan. 
Governance System merupakan suatu tata kekuasaan yang terdapat di dalam perusahaan
yang terdiri dari 4 (empat) unsur yang tidak dapat terpisahkan, yaitu:
1. Commitment on Governance
Commitment on Governance adalah komitmen untuk menjalankan perusahaan yang
dalam hal ini adalah dalam bidang perbankan berdasarkan prinsip kehati-hatian
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Governance Structure
Governance Structure adalah struktur kekuasaan berikut persyaratan pejabat yang ada di
bank sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
3. Governance Mechanism
Governance Mechanism adalah pengaturan mengenai tugas, wewenang dan tanggung
jawab unit dan pejabat bank dalam menjalankan bisnis dan operasional perbankan.
4. Governance Outcomes
Governance Outcomes adalah hasil dari pelaksanaan GCG baik dari aspek hasil kinerja
maupun cara-cara/praktek-praktek yang digunakan untuk mencapai hasil kinerja tersebut.

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Sesuai
dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:
1
 Presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif
dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Contohnya Indonesia,
Brazil, Afganistan.
 Parlementer merupakan sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Contoh India, Irak Israel
 Komunis adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan
masyarakat kapitalis yang merupakan cara berpikir masyarakat liberal. Contohnya,
Korea Utara, Laos Vietnam
 Demokrasi liberal merupakan sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-
hak individu dari kekuasaan pemerintah liberal merupakan sebuah ideologi, pandangan
filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan
persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Contoh Amerika Serikat

2.2 Budaya Etika


Budaya adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman bersama
yang dialami oleh orang-orang dalam organisasi tertentu dari lingkungan sosial mereka. Etika
berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, betul dan tidak, bohong dan jujur. Dimana hal
tersebut sangat tergantung kepada nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan dimana orang-orang
tersebut berfungsi. Jadi budaya etika adalah cara yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
lingkungan tertentu yang berkaitan dengan sikap.
Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang berkembang dari ilmu
manajemen serta psikologi industri dan organisasi. Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih
dalam mengupas penggunaan konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi
dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang
berbentuk perusahaan.
Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai suatu sistem nilai yang
diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan
secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku
dalam organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.Hubungan antara
CEO dengan perusahaan merupakan dasar budaya etika.
Saat ini topik tentang pengembangan budaya etika menjadi pembicaraan di kalangan para
pemimpin perusahaan kelas dunia baik di Amerika maupun Eropa. Tujuan pengembangan
budaya etika adalah meningkatkan kualitas kecerdasan emosional, spiritual dan budaya yang
diperlukan oleh setiap pemimpin bisnis sehingga dapat memperlancar proses pengelolaan bisnis
yang digeluti.

2
Oleh karena itu mereka meyakini bahwa hanya budaya etikalah yang dapat
menyelamatkan bisnis mereka di masa depan. Hal ini muncul dari hikmah atas peristiwa krisis
ekonomi dan keuangan dunia yang berawal di Amerika dimana penyebab utama dari peristiwa
tersebut adalah tidak berjalannya etika bisnis dengan dukungan manajemen risiko yang kuat.
Para ahli manajemen beranggapan bahwa krisis terjadi akibat beberapa perusahaan tidak
menerapkan prinsip-prinsip dengan baik dan benar.
Jika perusahaan harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan
dan kata-katanya. Manajemen puncak memimpin dengan memberi contoh. Perilaku ini adalah
budaya etika. Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar di
seluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh seluruh karyawan. Penerapan
budaya etika dilakukan secara top-down.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar dari peristiwa krisis itulah maka pada
saat ini para pemain bisnis global semakin menyadari pentingnya mengembangkan budaya etika
berbasis prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan. Budaya Organisasi mempunyai contoh seperti
yang terjadi di setiap perusahaan, yang muncul berdasarkan peralanan hidup para pegawai. Tapi
pada umumnya budaya organisasi terletak pada pendiri perusahaan itu sendiri. Karena merekalah
yang mengambil keputusan dan memberi arah strategi organisasi yang biasanya disebut juga
budaya organisasi.
Para eksekutif mencapai penerapan ini melalui suatu metode tiga lapis, yaitu:
1. Corporate credo: pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang ditegakkan perusahaan, yang
diinformasikan kepada orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar
perusahaan.
a. Komitmen Internal: Perusahaan terhadap karyawan. Karyawan terhadap perusahaan.
Karyawan terhadap karyawan lain.
b. Komitmen Eksternal: Perusahaan terhadap pelanggan Perusahaan terhadap pemegang
saham Perusahaan terhadap masyarakat. 
2. Program etika: suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk
mengarahkan pegawai dalam melaksanakan corporate credo. Misalnya pertemuan orientasi
bagi pegawai baru dan audit etika.
3. Kode etik perusahaan: Kode etik yang khusus digunakan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya. Setiap perusahaan memiliki kode etiknya masing-masing. Kadang-kadang kode
etik tersebut diadaptasi dari kode etik industri tertentu. Lebih dari 90% perusahaan membuat
kode etik yang khusus digunakan perusahaan tersebut dalam melaksanakan aktivitasnya.
Contohnya IBM membuat IBM’s Business Conduct Guidelines (Panduan Perilaku Bisnis
IBM).

3
2.3 Mengembangkan Struktur Etika Korporasi
Membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat itulah perlu prinsip-
prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan diterapkan, baik dalam entitas
korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun jaringan dengan para pihak yang
berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses pengembangan diri para pelaku bisnis
sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat menjadi “hati nurani” dalam proses bisnis sehingga
diperoleh suatu kegiatan bisnis yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya sekadar mencari
untung belaka, tetapi juga peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan para pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
Dalam mengembangkan struktur etika korporasi, suatu perusahaan harus memiliki good
corporate governance. Good corporate governance adalah tindakan untuk mengarahkan,
mengendalikan atau memengaruhi setiap kegiatan perusahaan agar dapat memenuhi keinginan
dari masyarakat yang bersangkutan. Penerapan good corporate governance (GCG) dapat
didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari
kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan
kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders, dan menghindari cara-cara
menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan (regulatory driven)
“memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya
saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.

2.4 Kode Perilaku Korporasi


Dasar dari kebanyakan program etika perusahaan adalah kode perusahaan atau
pernyataan perilaku bisnis. Pernyataan prinsip etika bisnis perusahaan menekankan dua tujuan:
1. Meningkatkan kemampuan karyawan untuk membuat keputusan yang sesuai dengan
persyaratan kebijakan dan hukum
2. Memberikan ekspresi konkret terhadap pengertian misi perusahaan dan pandangannya
terhadap tugas dan tanggung jawabnya. kewarganegaraan perusahaan memerlukan.
Kode yang efektif adalah pembuktian nilai-nilai sebuah organisasi. Ini mewakili struktur
organisasi utama untuk menerapkan kebijakan etis dan untuk memberi sinyal dan
mengkomunikasikan harapan dan budaya perilaku, serta memberikan posisi strategis dan legal
bagi organisasi. Ini adalah bagian penting dari sistem kontrol internal modern. Jika karyawan
diberi tahu, secara tertulis, bagaimana mereka diharapkan untuk berperilaku, manajer, eksekutif,
dan direktur rentan terhadap tuduhan bahwa mereka gagal memberikan panduan yang memadai
kepada pekerja mereka. Jika demikian, perusahaan dan pejabat dan direkturnya dapat dikenai
denda, dan di beberapa wilayah hukum, perwira dan direktur dapat didenda dengan berat, dan di
beberapa wilayah hukum, perwira dan direktur dapat dipenjara. Yang lebih penting lagi,
disarankan agar denda dan biaya pengadilan terlibat dalam dilema etika biasanya lebih kecil dari

4
marjin keuntungan masa depan yang hilang karena kekecewaan pelanggan. Whistle bertiup di
luar korporasi juga bisa dicegah agar efektif.
  Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, suatu perusahaan perlu dilandasi
oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku (code of conduct) yang
dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai
(values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Kode perilaku
korporasi (Code of Conduct) adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan sistem nilai,
etika bisnis, etika kerja, komitmen, serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan
bagi individu dalam menjalankan bisnis, dan aktivitas lainnya serta berinteraksi dengan
stakeholders. Kode perilaku korporasi yang dimiliki suatu perusahaan berbeda dengan
perusahaan lainnya, karena setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam
menjalankan usahanya.

Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:


 Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang
menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
 Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus
memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua
karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya
perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
 Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

Manfaat Code of Conduct antara lain:


 Menciptakan suasana kerja yang sehat dan nyaman dalam lingkungan perusahaan.
 Membentuk karakter individu perusahaan yang disiplin dan beretika dalam bergaul
dengan sesama individu dalam perusahaan maupun dengan pihak lain di luar perusahaan.
 Sebagai pedoman yang mengatur, mengawasi sekaligus mencegah penyalahgunaan
wewenang dan jabatan setiap individu dalam perusahaan.
 Sebagai acuan terhadap penegakan kedisiplinan.
 Menjadi acuan perilaku bagi individu dalam perusahaan untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholder perusahaan.

2.5 Evaluasi terhadap Kode Perilaku Korporasi


Dalam setiap code of conduct, adanya evaluasi terhadap kode perilaku korporasi juga
sangat diperlukan, agar segala kegiatan yang telah dilakukan apakah sudah dijalankan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Evaluasi terhadap kode perilaku korporasi dapat
dilakukan dengan melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan
pedoman-pedoman. Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim
BPKP dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

5
Dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diperlukan instrumen-
instrumen yang menunjang, yaitu sebagai berikut:
 Code of Corporate Governance (Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam
interaksi antar organ perusahaan maupun stakeholder lainnya.
 Code of Conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis antara perusahaan dengan karyawannya.
 Board Manual, panduan bagi komisaris dan direksi yang mencakup keanggotaan, tugas,
kewajiban, wewenang serta hak, rapat dewan, hubungan kerja antara komisaris dengan
direksi serta panduan operasional best practice.
 Sistem Manajemen Risiko, mencakup prinsip-prinsip tentang manajemen risiko dan
Implementasinya.
 An Auditing Committee Contract, Mengatur organisasi dan manajemen komite audit
beserta ruang lingkup kerjanya.
 Piagam Komite Audit, mengatur tentang organisasi dan tata laksana komite audit serta
ruang lingkup tugas.
Berikut ini langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi terhadap kode perilaku korporasi, yaitu:
a. Pelaporan Pelanggaran Code of Conduct
Setiap individu berkewajiban melaporkan setiap pelanggaran atas Code of Conduct yang
dilakukan oleh individu lain dengan bukti yang cukup kepada Dewan Kehormatan.
Laporan dari pihak luar wajib diterima sepanjang didukung bukti dan identitas yang jelas
dari pelapor. Dewan kehormatan wajib mencatat setiap laporan pelanggaran atas Code of
Conduct dan melaporkannya kepada Direksi dengan didukung oleh bukti yang cukup dan
dapat dipertanggungjawabkan. Dewan kehormatan wajib memberikan perlindungan
terhadap pelapor.
b. Sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct
Pemberian sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct yang dilakukan oleh karyawan
diberikan oleh Direksi atau pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pemberian sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct yang dilakukan oleh
Direksi dan Dewan Komisaris mengacu sepenuhnya pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Perusahaan serta ketentuan yang berlaku. Pemberian sanksi dilakukan
setelah ditemukan bukti nyata terhadap terjadinya pelanggaran pedoman ini.
Evaluasi sebaiknya dilakukan secara rutin sehingga perusahaan selalu berada dalam pedoman
dan melakukan koreksi apabila diketahui terdapat kesalahan.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

7
DAFTAR PUSTAKA

Anti, Riski. Ethical Governance. Diakses pada tanggal 12 September 2015.


http://riskianthi.blogspot.co.id/2012/10/ethical-governance.html

Mohammad, Adi. Etika Governance. Diakses pada tanggal 13 September 2015.


http://adimo22.blogspot.co.id/2014/10/etika-governance.html

Pujianto, Estu. Ethical Governance. Diakses pada tanggal 12 September


2015.http://estupujianto.blogspot.co.id/2013/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Sukrisno, Agoes dan I Cenik Candra, 2009, Teori Akuntansi : Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya

https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/ethical-governance/

https://danarajis.wordpress.com/2015/11/16/338/

Anda mungkin juga menyukai